Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

HAJI MISBACH DAN PKI (PARTAI KOMUNIS INDONESIA)


Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Teori Sosial Indonesia
Dosen Pengampu:
Saefur Rochmat, MIR, Ph.D &
Alifi Nur Prasetia N,S.Pd.,M.Pd.

Disusun Oleh

1. Fitria Suniarsih ( 17406241029 ) Pendidikan Sejarah 2017/B


2. Sri Andini ( 17406241033 ) Pendidikan Sejarah 2017/B
3. Desy Ayu Saraswati ( 17406244014 ) Pendidikan Sejarah 2017/B

PROGRAM STUDI PENDIDKAN SEJARAH


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat
rahmat, taufik dan hidayahNya, penulis dapat menyelesaikan salah satu tugas
Mata Kuliah Teori Sosial Indonesia, yakni berupa makalah dengan judul “Haji
Misbach dan PKI (Partai Komunis Indonesia)”, serta dapat mengumpulkan tepat
pada waktu yang telah ditetapkan. Makalah ini diharapkan dapat membantu
berbagai pihak sesuai dengan pembahasan yang telah terkandung di dalamnya.
Semoga makalah sederhana ini bermanfaat luntuk para pembaca sekaligus
kami selaku penulis. Walaupun banyak kekurangan serta minimnya pengalaman
yang kami miliki, sehingga berpengaruh terhadap kurang sempurnanya
kandungan isi serta susunan di dalamnya.
Selaku penuliskami menyadari jika masih terdapat banyak kekurangan
dalam makalah yang kami susun, oleh sebab itu, kritik serta saran yang
membangun dari para pembaca sangat dibutuhkan demi sempurnanya makalah
ini.

Yogyakarta, Februari 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL..................................................... Error! Bookmark not defined.


KATA PENGANTAR.......................................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................. Error! Bookmark not defined.
A. Latar Belakang Masalah......................................... Error! Bookmark not defined.
B. Rumusan Masalah......................................................................................... 2
C. Tujuan........................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................... 3
A. Mengenal Sosok Haji Misbach..................................................................... 3
B. Pemikiran Haji Misbach Mengenai Islamisme dan Komunisme..................5
C. Keterlibtan Haji Misbach dalam Berbagai Organisasi Politik...................... 8
BAB III PENUTUP............................................................................................... 12
Kesimpulan.........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pergerakan politik pada abad ke-19 identik dengan unsur-unsur ideologi
sebagai dasar pergerakannya. Pada masa ini pula menjadi awal mula kemunculan
konsep pemikiran komunis sebagai suatu paham yang diadaptasi dari konsep
pemikiran Marxisme. Masa Pemerintahan Hindia Belanda di Indonesia pada masa
ini menimbulkan berbagai reaksi dari masyarakat Indonesia dari berbagai latar
belakang pendidikan dan ideologi. Ideologi komunis turut mewarnai dan
memunculkan berbagai tokoh komunis. Dalam hal ini, Kota Surakarta menjadi
salah satu kota bersejarah yang pernah menjadi pusat dan markas ajaran komunis
di Indonesia sampai pada puncaknya memunculkan Partai Komunis Indonesia.
Salah satu tokoh yang muncul pada masa ini adalah Haji Misbach. Haji
Misbach yang memiliki nama Ahmad yang lahir di Surakarta tahun 1876,
merupakan anak dari seorang saudagar atau pedagang batik di Surakarta. Haji
Misbach dijuluki haji merah, seorang tokoh dalam perjuangan pergerakan
Indonesia yang sangat fenomenal. Haji Moehammad Misbach seorang tokoh pers
di Indonesia pada masa Kolonialis Hindia-Belanda. Misbach memiliki dua surat
kabar yaitu Medan Moeslimin (1915) dan Islam Bergerak (1917), dua surat
tersebut digunakan oleh Haji Misbach untuk melakukan pergerakan melawan
kolonialisme dan kapitalisme.1
Haji Misbach memiliki buah pemikiran yang sangat ekstrim yaitu tentang
konsep penggabungan Islamisme dan Komunisme. Dalam Sejarah Indonesia, ia
adalah penggagas “Islamisme dan Komunisme”sekaligus sebagai propagandis
Partai Komunis Indonesia (PKI) pada masa Kolonial Hindia Belanda. Sosok dan
pemikiran Haji Misbach dalam dimensi sejarah pergerakan nasional ialah seperti
berada di posisi yang tidak mudah didefinisikan secara bulat dalam peta
pergerakan perjuangan nasional. Pasalnya, Komunisme dan Islam adalah dua kata
yang paling kontroversial di bumi Indonesia. Namun keduanya juga paling

1
Muhammad Luthfi Nurhazami, Haji Misbach “Pewarta Muslim Kiri” (Studi Poskolonial
Berbasis Performance Research),Sarjana thesis, Universitas Brawijaya, 2017, diakses dari
http://repository.ub.ac.id/5333/ pada 27 Februari 2019.

1
banyak disebut terutama dalam kamus sosial-politik dan ideologi.2 Menanggapi
hal tersebut maka pemikiran mengenai konsep pemikiran Haji Misbach tersebut
sangat menarik untuk dijadikan kajian dan pembahasan. Lebih lanjut makalah ini
akan membahas mengenai sosok Haji Misbach, pandangan dan pola pikir Haji
Misbach mengenai Islamisme Komunisme, serta peranan Haji Misbach dalam
perkembangan komunis.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sosok Haji Misbach?
2. Bagaimana pandangan dan pola pikir Haji Misbach mengenai konsep
Islamisme dan Komunisme?
3. Bagaimana keterlibatan Haji Misbach dalam berbagai organisasi politik ?

C. TUJUAN
1. Mengetahui sosok Haji Misbach
2. Mengetahui pandangan dan pola pikir Haji Misbach mengenai konsep
Islamisme dan Komunisme
3. Mengetahui keterlibatan Haji Misbach dalam berbagai organisasi politik

2
Arif Muhammad Hasyim, Skripsi : Komunisme dalam Konteks Keislaman (Studi atas Pemikiran
Haji Mohammad Misbac pada Masa Kolonialisme Belanda Tahun 1876-1926), Prodi Studi
Agama-Agama Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta, 2017, halaman x.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. MENGENAL SOSOK HAJI MISBACH
Haji Mohammad Misbach mulai muncul dalam panggung pergerakan
nasional ketika hawa politik di Surakarta mulai dihidupkan dengan kelahiran
Sarekat Islam. Dalam sejarah bangsa Indonesia nama tokoh ini mungkin tidak
akan pernah seterkenal seperti tokoh- tokoh golongan kiri lainnya seperti Tan
Malaka maupun Semaon, namun dari pemikirannya terlahir sebuah paham
keagamaan yang mampu progresif dan memiliki nilai kebangsaan untuk
melakukan gerakan perlawanan terhadap segala bentuk penindasan pada masa
kolonial Belanda.3
Haji Misbach lahir di Kauman Surakarta, sekitar tahun 1876, dan dibesarkan
sebagai putra seorang pedagang batik yang kaya raya. Kauman terletak di sisi
barat alun-alun utara, persis di depan keraton Kasunanan Surakarta dan berada
dekat dengan Masjid Agung Surakarta.4 Meskipun Haji Misbach hanya bukan dari
golongan ningrat, orangtuanya sangat sadar akan pentingnya pendidikan. Ayahnya
sangat terdorong untuk membekalinya dengan ilmu pengetahuan dan modern,
Haji Misbachpun berkesempatan mendapatkan pendidikan ilmu agama di
pesantren layaknya anak-anak pejabat yang lain.
Haji Misbach adalah orang asli Jawa nama kecilnya adalah Ahmad, dan
sempat beberapa kali mengganti nama. Yang pertama ketika ia menikah namanya
diubah menjadi Darmodiprono, kemudian setelah menunaikan ibadah haji, ia
kembali mengubah namanya menjadi Haji Mohammad Misbach, nama itulah
yang kemudian ia gunakan sampai akhir hayatnya.
Sebagai seorang Jawa, Misbach juga memiliki kecenderungan untuk berpikir
sinkritis. Dalam diri Misbach terdapat karakter seorang sinkritis yang selalu
terobsesi untuk mensintesakan atau menkombinasikan berbagai pandangan atau

3
Sejarah RI Indonesia Punya Cerita, Haji Misbach : Antara Islamisme dan Komunisme, diakses
dari http://sejarahri.com/haji-misbach-antara-islamisme-dan-komunis/ pada 28 Februari 2019
4
Tri Indriawati, Pergerakan Politik Haji Misbach di Surakarta Tahun 1912-1926, Jurusan Ilmu
Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa:Universitas Negeri Sebelas Maret, Surakarta, 2012,
halaman 3-4 diakses dari http://sejarah.fssr.uns.ac.id/media/Jurnal%20Tri%20fix.pdf pada 23
Februari 2019

3
pemikiran yang berbeda bahkan bertolak belakang. Gejala sinkretisme itulah yang
tampak dalam dirinya ketika mensintesakan Islam, abanganisme, dan Marxisme
(Komunisme) di saat terlibat dalam aktivitas politik melawan kapitalisme dan
kolonialisme.5
Setelah lulus pendidikan formal, Haji Misbach mengikuti Ayahnya menjadi
seorang pedagang batik. Meskipun usahanya tergolong berhasil, namun ia
memilih tidak melanjutkan kariernya sebagai seorang pedagang dan memilih
mengalihkan kariernya sebagai seorang tokoh yang anti pemerintahan Hindia
Belanda.6 Jiwa revolusionernya menyebabkan Misbach meninggalkan bisnis batik,
dan menggeluti dunia intelektual.7 Pada masa ini kehidupan rakyat dipenuhi
dengan penindasan dari kolonial Belanda. Lebih ironis lagi, ia melihat Islam
dinistakan oleh sistem kapitalistik dan kolonialistik serta gencar-gencarnya kaum
missionaris dan Zending Kristen yang didukung pemerintah kolonial yang
berusaha memurtadkan umat Islam.8
Haji Misbach dikenal sebagai seseorang yang aktif dalam organisasi SI. Sejak
tahun 1914 Haji Misbach juga sudah mulai aktif di organisasi jurnalis pribumi
yang bernama Inlandsche Jurnalisten Bond. Sejak 1914, ia aktif di Inlandsche
Journalisten Bond (IJB) bersama Mas Marco Kartodikromo (Budiawan,
Mematahkan Pewarisan Ingatan, 2004:95). Misbach juga menerbitkan surat kabar
Medan Moeslimin tahun 1915 dan Islam Bergerak tahun 1917. Surat kabar Medan
Moesimin merupakan sebuah jurnal yang diterbitkan sebagai respon terhaap
“Mardi Rahardjo” yang diterbitkan oleh para missionaris Kristen. Beliau juga

5
Ibid, halaman 5-6.
6
Fitriana Heni Hapsari, Skripsi : Peranan Haji Misbach dalam Gerakan Politik Islam di Surakarta
Tahun 1912-1926, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan : Universitas Negeri Sebelas Maret,
2011, halaman 51.
7
H. Lukman Hakim, Haji Misbach Propagandis PKI : Islam dan Politik Tidak Bisa Dipisahkan,
diakses dari
https://telusur.co.id/2018/02/haji-misbach-propagandis-pki-isalam-dan-politik-tidak-bisa-dipisahka
n/ pada 27 Februari 2019
8
Op.Cit, halaman 52.

4
mendirikan sekolah-sekolah Islam, dan menggagas ide pengembangan Islam yang

sangat maju untuk ukuran zamannya.9

Sebagai perwujudan cita-citanya untuk membela Islam ia bersama Koesen,


Harsoloemekso, Darsosasmoti membentuk Sidik, Amanah, Tabligh, Vatonah
(SATV) dengan kegiatan utama seperti berdakwah, mendirikan sekolah-sekolah
modern bagi kaum bumiputera, menerjemahkan Al Quran, dan berbagai kegiatan
sosial anti penindasan dan penghisapan kapitalisme. Haji Misbach juga bergabung
bersama para aktivis politik Sarekat Islam Tentara Kandjeng Nabi Muhammad
(TKNM) yang dipimpin oleh H.O.S Tjokroaminoto tahun 1918.10
Pada tahun 1919 Haji Misbah ditangkap karena kritikannya terhadap
Pemerintah Kolonial Belanda dan Susuhan Pakubuwono X. Setalah bebas dari
penjara, pada tahun 1923 Haji Misbach menjadi juru propaganda Sarekat Islam
Merah/PKI akan tetapi beliau kembali masuk penjara akibat tuduhan telah terlibat
aksi terorisme. Tahun 1924 Haji Misbach diasingkan ke Manokwari, Papua
sampai akhir hayatnya. Pada 24 Mei 1926, Haji Misbach wafat setelah mengidap
penyakit malaria, menyusul istrinya yang sebelumnya meninggal karena TBC. Ia
kemudian dimakamkan di pemakaman Penindi, Manokwari, dengan diantar oleh
sekelompok kecil anggota Sarekat Rakjat Manokwari, yang jumlahnya tak lebih
dari 20 orang.11

B. PEMIKIRAN HAJI MISBACH MENGENAI ISLAMISME DAN


KOMUNISME
Haji Misbach merupakan tokoh yang dikenal sebagai muslim yang
komunis karena pemikiran-pemikirannya. Tri Indria wati dalam jurnalnya
menebutkan bahwa pemikiran Haji Misbach dipengaruhi oleh Jawa dan Islam.
Pengaruh Jawa dan Islam tersebut dapat diketahui dari pemikiran Haji Misbach

9
Iswara N Raditya, Mohammad Misbach Sang Haji Merah, 25 Januari 2017, diakses dari
https://tirto.id/mohammad-misbach-sang-haji-merah-chBV pada 27 Februari 2019.
10
Fitriana Heni Hapsari, Skripsi : Peranan Haji Misbach dalam Gerakan Politik Islam di
Surakarta Tahun 1912-1926, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan : Universitas Negeri Sebelas
Maret, 2011, halaman 52.
11
Islam Bergerak Wajah Islam Progresif Indonesia, Mengenang Kembali Haji Misbach, diakses
dari https://islambergerak.com/2016/05/mengenang-kembali-haji-misbach/ pada 27 Februari 2019

5
yang diwarnai sinkritisme dan anti barat. Kemudian akibat interaksi yang terjalin
antar Haji Misbach dengan tokoh - tokoh berideologi komunis seperti Semaun,
Marco, dan Tjipto Mangoenkoesomo menyebabkan pemikiran Haji Misbach
dipengaruhi unsur komunis. Maka Haji Misbach yang merupakan seorang pemikir
tradisional Jawa berusaha mempertemukan Islam dengan komunis.12
Dalam skripsi Tri Ahmad Faridh yang berjudul Ajaran komunisme dan
Islam dalan perspektif H. M. Misbach 1876-1926 menyebutkan bahwa teori
interaksionisme simbolik dapat dimanfaatkan untuk melihat jalan pikir Haji
Misbach dalam pemikirannya yang terkait dengan relevansi antara komunisme
dan Islam. Teori interaksionisme simbolik sendiri menyebutkan bahwa seorang
individu akan merespon lingkungan baik berupa obyek fisik atau benda maupun
obyek sosial atau perilaku manusia berdasarkan media-media yang ada kemudian
memperoleh suatu makna atas respon yang muncul tersebut. Makna yang
diinterpretasikan tersebut dapat berubah seiring dengan perubahan yang terjadi
pada situasi selama proses interaksi. Dengan demikian jika teori ini diterapkan
untuk melihat jalan pemikiran Haji Misbach maka dapat diperoleh gambaran
bawasannya Haji Misbach berusaha untuk merespon keadaan umat Islam dan
rakyat kecil di Kertasura. Selain itu Haji Misbach juga merespon obyek-obyek
sosial seperti eksistensi Tjokroaminoto dkk dalam Sarekat Islam, Muhammadiyah,
golongan radikal sebelum ISDV/PKI seperti Inlandsche Joirnalisten Bond (IJB)
yang bawahi oleh Mas Marco dan Insulide oleh dr. Tjipto Mangunkusumo
sampai interaksi perpecahan Sarekat Islam menjadi dua kubu.13
Semua respon yang ditunjukkan oleh Haji Misbach selalu dikaitkan
dengan kondisi masyarakat Kartasura yang tertindas oleh kapitalis Barat. Dalam
merespon obyek sosial Haji Misbach dari awal hingga akhir berkomitmen untuk
berpegang teguh dengan Islam. Keteguhan tersebut dalam teori interaksionisme
simbolik George Herbert Mead dikatakan sebagai self. Melalui self Islam yang
terbuka, universal, serta memiliki cita-cita atas keselamatan semesta kemudian

12
Tri Indriawati, “Pergerakan Politik Haji Misbach di Surakarta Tahun 1912-1926”, Surakarta: Jurusan Ilmu
Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS, 2012, hal. 5-6.
13
Tri Ahmad Faridh, Skripsi: “Ajaran Komunisme dan Islam dalam Perspektif H.M. Misbach 1876-1926”
(Surabaya: UIN Sunan Ampel, 2017), hlm. 72-73.

6
diartikan bahwa penindasan kepada rakyat yang diperjuangkan oleh Mas Marco
melalui Indlandsche Journalisten Bond (IJB) dan dr. Tjipto Mangunkusumo
melalui Insulinde merupakan suatu perlawanan yang ideal, dalam pandangan Haji
Misbach perlawanan dalam lingkaran komunis merupakan bentuk nyata
perlawanan terhadap penjajahan dan lenindasan rakyat kecil.14
Berbanding terbalik dengan pandangan Haji Misbach terhadap IJB atau
Insulinde, Haji Misbach memandang Muhammadiyah dan Sarekat Islam terlalu
koorporatif dengan Barat. Hal tersebut menjadikan Haji Misbach dekat dengan
organisasi-organisasi yang bercorak komunis karena dipandang membela rakyat
dengan sungguh-sungguh. Selain itu kekecewaan Haji Misbach kepada Sarekat
Islam semakin bertambah dengan adanya disiplin partai oleh Tjokroaminoto yang
oleh Haji Misbach dianggap sebagai bentuk pelemahan umat Islam karena umat
menjadi terpecah belah. Hal tersebutlah yang mendorong semakin dekatnya Haji
Misbach dengan komunis.15
Keterbukaan Haji Misbach terhadap komunisme juga dikarenakan
pengkomunikasian ajaran komunisme yang kurang tepat. Pada masa tersebut
dapat dikatakan bahwa untuk memperoleh buku yang ditulis oleh Karl Marx
merupakan suatu hal yang tidak mudah sehingga ajaran-ajaran komunis diperoleh
dari tokoh-tokoh komunis. Dalam prakteknya para tokoh komunis dalam
berinteraksi tidak menunjukkan pertentangan antara ajaran komunis dengan
agama sama seperti strategi yang diterapkan oleh Lenin dalam merekrut
orang-orang dari kalangan beragama. Dengan demikian Haji Misbach tentu
menganggap bahwa komunis merupakan wadah yang tepat untuk umat Islam yang
berniat untuk melawan penjajah.16
Dapat dikatakan bahwa Haji Misbach berbeda dengan tokoh komunis lain,
Haji Misbach menjadikan konsep tauhid dalam pergerakannya. Konsep tauhid
normativ oleh Haji Misbach dikembangkan menjadi tauhid pembebasan yang
berintikan kesatuan masyarakat tanpa diskriminasi yang mana bertentangan

14
Tri Ahmad Faridh, Skripsi: “Ajaran Komunisme dan Islam dalam Perspektif H.M. Misbach 1876-1926”
(Surabaya: UIN Sunan Ampel, 2017), hlm. 73-74.
15
Ibid
16
Tri Ahmad Faridh, Skripsi: “Ajaran Komunisme dan Islam dalam Perspektif H.M. Misbach 1876-1926”
(Surabaya: UIN Sunan Ampel, 2017), hlm. 74.

7
dengan hakikat yang ditetepkan oleh Tuhan. Menurut Haji Misbach konsep tauhid
mengajarkan manusia untuk memahami Keesaan Tuhan yang berhubungan
dengan persatuan manusia dalam bingkai keadilan dan kemanusiaan.17

C. KETERLIBATAN HAJI MISBACH DALAM BERBAGAI


ORGANISASI POLITIK
Haji Misbach atau yang sering disebut sebagai Haji Mohammad Misbach
merupakan salah satu tokoh di Indonesia yang dekat dengan paham komunis.
Sebagai seorang Jawa, Misbach juga memiliki kecenderungan untuk berpikir
sinkritis. Dalam diri Misbach terdapat karakter seorang sinkritis yang selalu
terobsesi untuk mensintesakan atau menkombinasikan berbagai pandangan atau
pemikiran yang berbeda bahkan bertolak belakang. Gejala sinkretisme itulah yang
tampak dalam dirinya ketika mensintesakan Islam, abanganisme, dan Marxisme
(Komunisme) di saat terlibat dalam aktivitas politik melawan kapitalisme dan
kolonialisme.18
Pemikiran Misbach dikenal sangat moderat atau berada pada titik tengah.
Misbach telah melahirkan sebuah pemikiran baru dalam era pergerakan bangsa.
Pemikirannya tersebut menjadi dasar bagi Misbach untuk melakukan pergerakan
demi membebaskan rakyat dari ketertindasan akibat Kolonialisme Belanda..19
Beliau ikut berperan aktif dalam pergerakan nasional Indonesia dimulai ketika di
Surakarta dibentuk sarekat islam pada tahun 1912, dari awal dibentuknya sarekat
islam beliau sudah ikut aktif berpartisipasi dalam organisasi tersebut karena
sarekat islam memiliki dasar anti kolonialisme atas dasar islam. Misbach
bersamaSemaun dipercaya sebagai ketua Sarekat Islam cabang Jawa Barat,
Kalimantan, dan Sumatera. Namun setelah Sarekat Islam mengalami kemunduran
yang ditandai dengan terjadinya perpecahan antara Samanhudi dan Tjokroaminoto.
Misbach bahkan menulis sebuah artikel yang berjudul Tjatetan Singkat Tentang
Kawan Hadji Misbach:
17
Soewarsono dkk, Jejak Kebangsaan: Kaum Nasionalis di Manokowari dan Boven (Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2013), hal. 57.
18
Tri Indriawati, Pergerakan Politik Haji Misbach di Surakarta tahun 1912-1926, Jurusan Ilmu
Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret, hlm 5-6
19
Ibid, hlm 7

8
…Sesoedah S.I. dalem 1914 menampakken tanda-tanda aken mendjadi
petjah…sebab terbit perselisihan antara pimpinan Tjokro jang pada waktoe itoe
mendjadi vice president, dengen kehendak Samanhoedi, president C.S.I. serta
temen-temennja di Solo…sedjak itoelah kawan Misbach toeroet tjampoer
bener-bener dalem pergerakan S.I…
Kemudian di tahun 1914 Haji Misbach bergabung dalam Inlandsche
Journalisten Bond (IJB) sebuah perkumpulan jurnalistik yang didirikan oleh
tokoh pergerakan Mas Marco Kartodikromo. Setelah bergabung dalam IJB
Misbach mulai belajar tentang dunia jurnalistik. Misbach juga menerbitkan surat
kabar medan moeslimin pada tahun 1915.
Pada pertengahan 1918, saat hawa pergerakan di Hindia Belanda memanas
akibat kasus penghinaan Islam dalam artikel Djawi Hisworo yang ditulis oleh
Martodharsono, Misbach pun kembali tampil untuk membela Islam. Awalnya ia
bergabung bersama Tentara Kandjeng Nabi Muhammad (TKNM) bentukan
Tjokroaminoto. Namun, ketika organisasi tersebut mulai menuai
ketidakpercayaan dari anggotanya terkait dengan masalah dana, Misbach lebih
memilih keluar dan berbalik menjadi kubu penentang TKNM. Misbach kemudian
membentuk Sidik Amanat Tableg Vatonah (SATV) bersama pedagang batik
muslim yang saleh di Surakarta. Organisasi tersebut bertujuan untuk memperkuat
kebenaran Islam dan memajukan Islam. Dasar keyakinan SATV adalah “membuat
agama Islam bergerak” atau sebagai salah satu arti dari organ SATV, Islam
Bergerak.20
Misbach menjalin hubungan yang baik dengan Perhimpunan Kaum Buruh
dan Tani (PKBT) yang dipimpin oleh R. Santoso. Hubungan yang terjalin antara
mereka akhirnya membuat keduanya menghimpun sebuah kekuatan untuk
menentang Sarekat Islam, karena diketahui semenjak Misbach keluar dari TKNM
hubungannya dengan Tjokroaminoto merenggang. Pada awal tahun 1919 di
Surakarta terjadi kekacauan-kekacauan pedesan yang dipimpin oleh Haji Misbach
tentang khotbahnya mengenai doktrin bahwa islam dan komunisme merupakan

20
Tri Indriawati, Pergerakan Politik Haji Misbach di Surakarta tahun 1912-1926, Jurusan Ilmu
Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret, hlm 8.

9
hal yang sama. Hal ini menjadikan ia dikenal sebagai “haji merah”.21 Bahkan ia
menegaskan bahwa ia bukan haji tetapi Mohammad Misbach, seorang komunis
jawa yang menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslim.
Misbach juga tergabung dalam organsasi Insulinde, Misbach sebagai wakil
aktif di Kauman bergabung dengan Insulinde dan menjadi tokoh utama komite.
Bahkan Misbach menjadi tokoh yang penting dalam kebangkitan Insulinde di
Surakarta. Ketika Insulinde menjadi semakin kuat di bawah pimpinan Misbach,
zaman mogok di Surakarta pun menjadi kian memanas. Namun, fokus gerakan
mogok tersebut bergeser ke pedesaan-pedesaan sekitar Surakarta, tempat di mana
gejolak Insulinde kian membara. Massa utama yang dituju oleh Misbach adalah
kaum buruh tani di pedesaan tersebut yang telah lama tertindas oleh kapitalis
Belanda, pemerintah kolonial, serta bangsawan pribumi. Misbach menunjukkan
keprihatinannya yang sangat besar kepada nasib kaum buruh tani.22
Pada tahun 1920, Misbach juga sempat masuk penjara ia mengkritik pihak
Susuhunan dan Gubermen ia mengkritik dalam sebuah pidato pada saat pertemuan
bersama antara SI, Indische Partij, dan PFB di Ibukota Distik Delanggu. Misbach
mengatakan bhwa tanah bukan milik Susuhunan atau Gubermen tetapi berasal
dari nenek moyang kita dan kita harus mencari jalan untuk memperolehnya
kembali. Misbach juga mengatakan dalam pidatonya bahwa kita harus
membebaskan Jawa dari dominasi. Akhirnya Misbach di tangkap dan
dipenjarakan karena kritikan yang disampaikan melalui pidatonya itu. Misbach
dijatuhi hukuman dua tahun penjara dikurangi tiga bulan masa penahanan.
Setelah bebas dari penjara tepatnya pada tahun 1922 Misbach kemudian
mulai menggencarkan gerakan komunis di Surakarta. Kemudian pada tahun
berikutnya tepatnya pada 17-20 Februari tahun 1923 diadakan Kongres SI di
Madiun yang menghasilkan keputusan yakni pengusiran terhadap orang-orang
komunis dari SI. Misbach yang mendengar keputusan itu kemudian menentang
dan memilih bergabung pada pihak komunis. Bahkan dalam pidatonya di Kongres
khusus PKI da SI merah yang diadakan di Bandung ia menekankan prinsip-prinsi

21
M. C Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern, Penerbit: Gajah Mada University Press, hlm 264
22
Tri Indriawati, Pergerakan Politik Haji Misbach di Surakarta tahun 1912-1926, Jurusan Ilmu
Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret, hlm 11.

10
yang dipegang kaum Marxis. Misbach menganggap SI merah sebagai SI sejati
sedangkan SI putih adalah SI kapitalis.
Pada September 1923 didirikan Sarekat Rakyat yang dipimpin oleh
Moetokalimoen. Sarekat Rakyat merupakan nama yang diberikan oleh partai
komuni kepada bekas SI Merah. Tujuan utama Sarekat Rakyat ialah membina
pengikut massa lewat himbauan keras atas nama islam. Di bulan Oktober
serangkaian tindakan teroris kecil-kecilan terjadi di Surakarta. Bahkan terdapat
desas-desus yang mengatakan bahwa Misbach merupakan kepala seuah kelompok
teroris khusus bernama “sabotage” yang melakukan pembakaran, perampokan,
bahkan pengeboman dan bentuk sabotase lainnya. Akan tetapi, tidak ada bukti
konkrit yang membuktikan keterlibatan Misbach dalam kasus-kasus tersebut.23
Meskipun tidak ada bukti nyata yang menunjukkan keterlibatan Misbach
dalam berbagai aksi terorisme Misbach tetap dihukum atas berbagai tuduhan
tersebut. Akhirnya memutuskan bahwa Misbach bersalah dalam tindakan teror di
daerah Surakarta baik di perdesaan maupun perkotaan. Misbach kemudian
diasingkan ke Manokwari , Irian Utara pada bulan Juni tahun 1924 dan meninggal
dunia pada bulan Mei tahun 1926 karena penyakit malaria.

23
Fitriana Heni Hapsari, Peranan Haji Misbach dalam Gerakan Politik Islam di Surakarta tahun
1912-1926, Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universtas Sebelas Maret, hlm 67

11
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pergerakan politik pada abad ke-19 identik dengan unsur-unsur ideologi
sebagai dasar pergerakannya. Pada masa ini pula menjadi awal mula kemunculan
konsep pemikiran komunis sebagai suatu paham yang diadaptasi dari konsep
pemikiran Marxisme. Salah satu tokoh yang muncul pada masa ini adalah Haji
Misbach. Haji Misbach. Haji Misbach memiliki buah pemikiran yang sangat
ekstrim yaitu tentang konsep penggabungan Islamisme dan Komunisme. Dalam
Sejarah Indonesia, ia adalah penggagas “Islamisme dan Komunisme”sekaligus
sebagai propagandis Partai Komunis Indonesia (PKI) pada masa Kolonial Hindia
Pemikiran Haji Misbach dipengaruhi oleh Jawa dan Islam, kemudian
interaksinya dengan para tokoh komunis menambah pengaruh
pemikiran-pemikiran yang bernuansa ideology utamanya komunis. Pada
perkembangannya pemikiran Haji Misbach cenderung menyatukan antara Islam
dengan komunis sehingga seringkali Haji Misbach disebut dengan Haji Abangan.
Pada dasarnya penggabungan konsep ajaran Islam dengan komunis yang Haji
Misbach lakukan bertujuan untuk membebaskan rakyat dari belenggu penjajahan
kapitalis yang sudah lama dirasa menyulitkan dan menyengsarakan rakyat.

12
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Faridh, Tri. 2017. Ajaran Komunisme dan Islam dalam Perspektif H.M.
Misbach 1876-1926 (Skripsi). Surabaya: UIN Sunan Ampel.
Heni Hapsari,Fitriana.2011. Skripsi : Peranan Haji Misbach dalam Gerakan
Politik Islam di Surakarta Tahun 1912-1926. Surakarta : Universitas Negeri
Sebelas Maret. H. Lukman Hakim.Haji Misbach Propagandis PKI : Islam
dan Politik Tidak Bisa Dipisahkan, diakses dari
https://telusur.co.id/2018/02/haji-misbach-propagandis-pki-isalam-dan-politi
k-tidak-bisa-dipisahkan/ pada 27 Februari 2019.
Heni Hapsari,Fitriana.2011.Skripsi : Peranan Haji Misbach dalam Gerakan
Politik Islam di Surakarta Tahun 1912-1926. Surakarta : Universitas Negeri
Sebelas Maret.
Indriawati, Tri. 2012. Pergerakan Politik Haji Misbach di Surakarta Tahun
1912-1926. Surakarta: Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa
UNS.
Islam Bergerak Wajah Islam Progresif Indonesia. Mengenang Kembali Haji
Misbach, diakses dari
https://islambergerak.com/2016/05/mengenang-kembali-haji-misbach/ pada
27 Februari 2019
Luthfi Nurhazami,Muhammad .2017. Haji Misbach “Pewarta Muslim Kiri”
(Studi Poskolonial Berbasis Performance Research), (sarjana
thesis).Universitas Brawijaya.
M. C Ricklefs.1995. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Muhammad Hasyim,Arif .2017.Skripsi : Komunisme dalam Konteks Keislaman
(Studi atas Pemikiran Haji Mohammad Misbac pada Masa Kolonialisme
Belanda Tahun 1876-1926). Yogyakarta :Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga.
Raditya,Iswara N .2017.Mohammad Misbach Sang Haji Merah, diakses dari
https://tirto.id/mohammad-misbach-sang-haji-merah-chBV pada 27 Februari
2019.

13
Sejarah RI Indonesia Punya Cerita.Haji Misbach : Antara Islamisme dan
Komunisme, diakses dari
http://sejarahri.com/haji-misbach-antara-islamisme-dan-komunis/ pada 28
Februari 2019
Soewarsono dkk. 2013. Jejak Kebangsaan: Kaum Nasionalis di Manokowari dan
Boven. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

14

Anda mungkin juga menyukai