Anda di halaman 1dari 18

ARTIKEL

PEMIKIRAN NON DISKRIMINASI (KESETARAAN) NELSON


MANDELA DI AFRIKA SELATAN DAN ABDURRAHMAN WAHID DI
INDONESIA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester (UAS)
Mata Kuliah Sejarah Afrika
Dosen Pengampu : Danu Eko Agustinova, M.Pd.

Oleh :
Sri Andini
NIM. 17406241033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2020
PEMIKIRAN NON DISKRIMINASI (KESETARAAN) NELSON
MANDELA DI AFRIKA SELATAN DAN ABDURRAHMAN WAHID DI
INDONESIA
Oleh :
Sri Andini
NIM. 17406241033
Pendidikan Sejarah 2017B, Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Yogyakarta
E-Mail : sriandini.2017@student.uny.ac.id
ABSTRAK
Konsep kesetaraan merupakan gagasan yang diciptakan untuk menghormati dan
meghargai HAM, harkat, dan martabat yang dimiliki serta melekat dalam setiap
diri manusia. Selain itu, adanya konsep kesetaraan juga diharapkan dapat
menghindari terjadinya berbagai tindakan diskrimanasi akibat perbedaan ras,
suku, agama, warna kulit dan perbedaan-perbedaan lainnya. Di Afrika Selatan,
negara yang diidentikkan dengan penerapan politik apartheid merealisasikan
konsep kesetaraan dengan perjuangan penghapusan politik apartheid pada masa
Presiden Nelson Mandela. Sedangkan di Indonesia yang merupakan negara
dengan beragam keagamaan, mengenal adanya konsep pluralisme agama dengan
tokoh penggagasnya yaitu Presiden RI ke 4 Abdurrahman Wahid yang juga
mengandung arti tentang kesetaraan dan menumbuhkan sikap toleransi. Dengan
menggunakan metode studi kepustakaan dan deskriptif analitik, artikel ini akan
membahas mengenai konsep kesetaraan yang berlaku di dua negara tersebut.
Kata Kunci : Pemikiran Non Diskriminasi, Nelson Mandela, Abdurrahman
Wahid.
PENDAHULUAN
Dalam sebuah wilayah yang terdiri dari masyarakat majemuk seringkali
timbul permasalahan mengenai perbedaan dan keberagaman. Pada hakikatnya,
sebuah masyarakat heterogen yang sedang berkembang seperti Indonesia ini,
tentunya sulit untuk menumbuhkan salin percaya dan pengertian di antara
beraneka ragam unsur-unsur etnis, budaya daerah, bahasa ibu, dan
kebudayaannya.1 Permasalahan akibat adanya perbedaan kerap muncul dan
mewarnai dinamika kehidupan sebuah bangsa. Ada yang menerima perbedaan
sebagai sebuah kekayaan dan khasanah sebagai bangsa. Namun ada pula yang
kemudian menimbulkan konsep mayoritas dan minoritas dan pada akhirnya
menimbulkan ketegangan dan konflik. Adanya kelompok ini kerap menimbulkan
tindakan diskriminasi, suatu
Sebut saja negara Afrika Selatan. Negara yang dikenal seluruh dunia
sebagai sebuah negri yang mempraktikkan diskriminasi berdasarkan ras atau
warna kulit.2 Diskrimasi di Afrika Selatan disebut dengan istilah apartheid, sebuah
pemisahan antara masyarakat kulit putih terhadap kulit hitam. Penerapan
apartheid sangatlah tidak adil, karena masyarakat berkulit hitam diperlakukan
berbeda dan tidak manusiawi serta tidak memiliki kesetaraan baik dengan
masyarakat kulit putih yang sebenarnya adalah kelompok minoritas di Afrika
Selatan. Kondisi ini telah berlangsung sejak lama. Membuat Afrika Selatan
menjadi negara yang bergejolak dalam kurun waktu tahun 1948-1990.
Lain halnya di Afrika Selatan lain pula di Indonesia. Indonesia juga
dikenal dunia dengan keberagamannya. Namun, keberagaman di Indonesia tidak
terlalu menimbulkan konflik besar seperti yang terjadi di Afrika Selatan.
Keberagaman yang paling menonjol di Indonesia utamanya dalam hal agama.
Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia adalah negara yang mengakui 6 agama
dengan mayoritas pemeluk agama Islam. Seringkali dalam beberapa kasus
ditemukan adanya dominasi kelompok mayoritas terhadap minoritas. Maka dari

1
AS Hikam, Gus Dur Menjawab Perubahan Zaman : Warisan Pemikiran KH
Abdurrahman Wahid ( Jakarta : KOMPAS ) 2010, halaman 15.
2
Odilia Elvira Haba, Skripsi : “Politik Apartheid di Afrika Selatan Tahun 1948-1990”
( Yogyakarta : USD, 2007 ), halaman 51.
itu Indonesia sangat perlu untuk menerapkan konsep pluralisme. Di Indonesia,
tokoh pluralisme yang paling terkenal adalah Abdurrahman Wahid atau biasa
disapa Gus Dur yang merupakan presiden ke-4 Republik Indonesia.
METODE PENELITIAN
Dalam pembuatan artikel ini penulis menggunakan metode studi
kepustakaan dan mengolah data dengan cara deskriptif analitik. Studi kepustakaan
yaitu penulis banyak mencari dan membaca buku berkaitan dengan materi apa
yang dibahas, kemudian mengutip dari berbagai sumber-sumber yang dibaca yang
memiliki keterkaitan dengan bahasan penulis. Kemudian penulis mengolah data
dengan cara deskriptif analisis yaitu membuat serangkaian kata untuk memberikan
gambaran yang tepat dan akurat mengenai objek yang dibahas melalui data-data
dan sumber pustaka yang telah berhasil dikumpulkan, lalu dianalisis untuk
kemudian ditarik kesimpulan.

PEMBAHASAN
1. PERJUANGAN PENGHAPUSAN POLITIK APARTHEID NELSON
MANDELA DI AFRIKA SELATAN
A. Mengenal Nelson Mandela
Nelson Mandela dikenal sebagai orang berkulit hitam pertama yang
menjadi presiden di Afrika Selatan, sebuah negara yang terkenal dengan
pemisahan ras antara kulit putih dan kulit hitam. Selain sebagai seorang
presiden, Nelson Mandela juga dikenal sebagai tokoh yang berhasil
memperjuangkan persamaan hak antara kulit putih dan kulit hitam dengan
cara melakukan penghapusan terhadap sistem apartheid di Afrika Selatan.
Nelson Rolihlahla Mandela, seorang revolusioner antiapartheid
sekaligus seorang politisi Afrika Selatan, lahir di Mvezo pada 18 Juli
1918. Masa-masa ini merupakan waktu dimana Perang Dunia I hampir
berakhir, Revolusi Bolshevik di Rusia tengah dikonsolidasikan , dan
African National Congrees (ANC) yang baru saja terbentuk tengah
mengirimkan utusan ke London untuk menuntut hak-hak bagi kaum kulit
hitam di Afrika Selatan.3 Ayahnya bernama Hendry Mandela dan ibunya
bernama Nosekeni Fanny.
Pendidikan awal Nelson Mandela dipengaruhi oleh sekolah-sekolah
gereja. Pelajaran yang ia dapat di sana membuatnya menjauhi tradisi-
tradisi kuno kesukuan di Afrika. Tahun 1940 ia keluar dari Fort Hare
University College. Lalu memperoleh gelar dari Witwatersrand, dan pada
tahun 1942 ia mendapat gelar sarjana hukum dari University of South
Africa.4 Setelah tamat pendidikan tinggi, Nelson Mandela menjadi aktivis
dan tergabung dalam beberapa organisasi perjuangan penghapusan
apartheid seperti ANC dan PAC. Selama hidupnya ia pernah beberapa
kali ditangkap dan keluar masuk penjara karena perjuangannya dalam
menentang politik apartheid di Afrika Selatan.
B. Penerapan Politik Apartheid di Afrika Selatan
Afrika Selatan merupakan salah satu negara yang letaknya berada
di paling selatan Banua Afrika. Koloni Afrika Selatan terkenal sebagai
daerah yang penduduknya multirasial.5 Secara umum penduduk Afrika
Selatan dibedakan menjadi 3 yaitu kelompok putih (Afrikaner) dan
kelompok non-putih yang meliputi masyarakat atau penduduk asli, dan
yang ketiga adalah mereka yang berdarah campuran antara putih dan non-
putih.
Selama bertahun-tahun lamanya orang-orang kulit hitam di Afrika
Selatan telah terbelenggu dengan praktik-praktik apartheid atau
pemisahan ras oleh kaum kulit putih. Uni keempat provinsi Afrika Selatan
pada tahun 1910 adalah sebuah uni dengan hak istimewa yang dikuasai
oleh orang kulit putih yang memiliki tujuan untuk menundukkan orang
Afrika. Orang Afrika tidak memiliki hak suara, tidak memiliki kebebasan
bergerak atau hak-hak sebagai warga negara, dan tanah mereka selalu

3
Anthony Sampson, Nelson Mandela : The Autorised Biography, Terj. Reni Indardini
( Yogyakarta : PT Bentang : Pustaka ) 2015, halaman 3.
4
Nelson Mandela Biography, tersedia di
https://pdfs.semanticscholar.org/2a9c/bdd61cb17c07896a8a6cb5a201d2a5295159.pdf , diakses
pada 8 Januari 2020.
5
Darsiti Soeratman, Sejarah Afrika ( Yogyakarta : Ombak ) 2016, halaman 289.
dirampas.6 Orang Afrika harus membuka topi ketika berpapasan dengan
orang kulit putih. Orang kulit putih juga tidak akan segan-segan
melemparkan orang kulit hitam ke selokan apabila orang kulit hitam tidak
mematuhi atauran atau tidak menyadari posisi mereka.
Politik apartheid mulai diterapkan oleh bangsa minoritas kulit putih
di Afrika Selatan sejak tahun 1948. Pada saat itu di Afrika Selatan tengah
melaksanakan pemilu yang hanya diikuti oleh kaum kulit putih saja. Dan
terpilihlah Dr. Malan, seorang ultra nasionalis, mulai memerintah tahun
1948-1954. Politik pemerintahannya bertujuan untuk melepaskan Uni
Afrika Selatan dari ikatan Commonwealth dengan programnya
menerapkan politik apartheid.7 Program ini tentunya mendapat dukungan
penuh dari orang-orang kulit putih yang ingin tetap mempertahankan
kemurnian dan eksistensinya di Afrika Selatan. Pasca Dr. Malan
memenangkan pemilu, kemudian banyak dibentuk undang-undang yang
tidak pernah berpihak pada kaum kulit hitam. Dan puncaknya adalah
ketika dilakukan pengesahan terhadap undang-undang yang sangat kental
akan diskriminasi rasialnya.8
Untuk mempertahankan kemurnian ras putih, maka dalam kurun
tahun 19490-1950, dibentuk beberapa peraturan seperti Immorality
Amendement Act, the Prohibition of Mixed Mariage dan the Population
Registration Act. Peraturan pertama dan kedua bertujuan untuk mencegah
adanya perkawinan antara ras putih dan non putih. Sedangkan peraturan
ketiga bertujuan untuk keperluan registrasi seluruh penduduk. Peraturan-
peraturan lain juga dibentuk seperti dalam bidang ekonomi, pendidikan
dan politik.9 Demikianlah pemerintah di Uni Afrika Selatan yang sejak
tahun 1948 menerapkan politik baru. Dr. Malan sebagai perdana menteri
mengungkapkan bahwa teori apartheid yang murni pada waktu itu belum

6
Nelson Mandela, Langkah Menuju Kebebasan : Surat-Surat dari Bawah Tanah, Terj. A
Rahman Zainudin ( Jakarta : Yayasan OBOR Indonesia ) 1993, halaman 3.
7
Darsiti Soeratman, Sejarah Afrika ( Yogyakarta : Ombak ) 2016, halaman 311.
8
Eka Susanti, Skripsi: “Perjuangan Nelson Mandela dalam Menentang Politik Apartheid
di Afrika Selatan” ( Yogyakarta : USD , 2011 ) halaman 28.
9
Darsiti Soeratman, Op.Cit, halaman 315.
dapat sepenuhnya dilaksanakan, tetapi ia sebenarnya telah melakukan
tindakan-tindakan yang mengarah kepada apartheid secara total. Begitu
pula para pengganti-pengganti setelahnya yang juga tetap berpegang
teguh untuk melaksanakan politik apartheid.10
C. Nelson Mandela dan Perjuangan Penghapusan Politik Apartheid di
Afrika Selatan
Diskriminasi rasial pernah menjadi masalah serius yang terjadi di
Afrika Selatan. Konflik-konflik kerap terjadi yang akarnya adalah
rasisme. Hal ini terjadi karena adanya penerapan politik apartheid di
Afrika Selatan. Beberapa akar permasalahan konflik yaitu, 1) Penduduka
Afrika Selatan yang terdiri dari berbagai ras yaitu ras putih, berwarna,
India dan Afrika, 2) ras putih dianggap sebagai ras yang paling beradab
dan terhormat, 3) kepentingan ras putih harus lebih diprioritaskan
daripada kepentingan ras hitam, 4) ras Afrikaners menganggap bahwa
pemisahan sangat penting dilakukan untuk keberlangsungan hidup
mereka.11 Prinsip utama di balik apartheid amat sederhana, pemisahan
segala-galanya utnuk membedakan hitam dari putih dan berlaku
selamanya. Pada akhirnya, setiap bentuk ketidaksetaran ras dalam sebuah
bangsa hanya akan membawa kepada kehancuran.12
Nelson Mandela hadir sebagai tokoh yang gigih memperjuangkan
persamaan hak dan penghapusan politik apartheid. Nelson Mandela yang
sudah merasakan diskriminasi rasial sejak kecilpun lalu mengambil
langkah-langlah untuk berjuang menghapuskan politik apartheid.
Beberapa bentuk perjuangannya adalah bergabung dengan organisasi-
organisasi seperti African National Congress (ANC), Pan Africanist
Congress (PAC), Umkhonto We Sizwe (Tombak Negara), serta membuka
Biro Hukum untuk kulit hitam.

10
Darsiti Soeratman, Ibid, halaman 316.
11
Agus Budiman, Politik Apartheid di Afrika Selatan, Jurnal Artefak, Volume 1 Nomor
1, Januari 2013, halaman 18.
12
Hasan Basri, Afrika Selatan Catatan sebuah Perjalanan di Bumi Nelson Mandela
( Bandung : Humaniora ) 2006, halaman 89.
ANC adalah sebuah organisasi yang berdiri pada 8 Januari 1912
yang memiliki misi kemanusiaan dan menentang secara damai perbedaan
perlakuan berdasarkan warna kulit. Selain itu ANC juga memiliki tugas
utama menghapuskan apartheid. ANC terbentuk sebagai bentuk reaksi
dari perlakuan diskriminasi yang dijalankan orang-orang kulit putih
terhadap orang-orang kulit hitam. Dengan organisasi ini Nelson Mandela
dan orang-orang kulit hitam di Afrika berjuang bersama untuk menentang
politik apartheid dan berjuang mendapatkan persamaan hak.13 Sedangkan
PAC adalah organisasi yang berdiri pada 6 April 1959, dimana bertujuan
untuk menghapuskan dominasi kulit putih atas kulit hitam di Afrika
Selatan. PAC sebenarnya adalah organisasi pecahan dari ANC, dimana
penyebab perpecahannya yaitu karena kehadiran orang kulit putih dan
orang India. PAC mendeklarasikan bahwa mereka akan menggulingkan
supremasi kulit putih dan membentuk pemerintahan yang demokratis. 14
Melalui organisasi ini kemudian terjadilah suatu pemogokan umum yang
salah satunya dipimpin oleh Nelson Mandela sebagai sebuah aksi
perlawanan terhadap kaum kulit putih.
Organisasi baru juga dibentuk pada 16 Desember 1961 yang
bernama Umkhonto We Sizwe atau Tombak Negara sebagai senjata
sederhana orang kulit hitam untuk bertahan dalam melawan orang kulit
putih, dengan Nelson Mandela yang ditunjuk sebagai pemimpinnya.
Organisasi ini berbasis militer dan bergerak dengan jalan kekerasan
seperti sabotase, perang gerilya dan perang terbuka. Dengan tindakan-
tindakan yang cukup berani dan tergolong illegal ini, membuat akhirnya
Nelson Mandela pernah beberapa ditangkap dan beberapa kali pula keluar
masuk penjara.
Selain melalui organisasi Nelson Mandela pada tahun 1952 juga
mendirikan sebuah biro hukum sendiri yang juga bertujuan untuk
memperjuangkan hak orang-orang kulit hitam atas segala bentuk
13
Eka Susanti, Skripsi: “Perjuangan Nelson Mandela dalam Menentang Politik
Apartheid di Afrika Selatan” ( Yogyakarta : USD , 2011 ) halaman 50.
14
Eka Susanti, Ibid, halaman 54-55.
ketidakadilan dari orang-orang kulit putih.15 Dari keberanian-keberanian
dan tindakan yang dilakukannya, dapat diketahui bahwa Nelson Mandela
adalah sosok pemimpin yang sangat taggguh. Ia tidak pernah gentar dan
berhenti untuk memperjuangkan hak-hak orang-orang kulit putih melalui
perjuangan penghapusan apartheid di Afrika Selatan.
Terpilihnya Nelson Mandela dalam Pemilihan Umum tahun 1994
sebagai Presiden kulit hitam pertama di Afrika Selatan tak lantas dapat
menyelesaikan permasalahan diskriminasi ras yang membelengu Afrika
Selatan sejak dahulu.16 Setelah masa apartheid orang-orang Afrika Selatan
yang berkulit hitam masih menghadapi beberapa kesulitan. Politik
apartheid yang telah dijalankan selama kurang lebih 40 tahun memang
membawa dampak yang cukup berarti di Afrika Selatan. Pasca politik
apartheid, negara berusaha melakukan upaya rekonsiliasi dan rehabilitasi
dengan waktu yang cukup lama. Namun demikian, terpilihnya Nelson
Mandela sebagai presiden kulit hitam pertama di Afrika Selatan telah
menunjukkan keberhasilan rakyat Afrika Selatan dalam memperjuangkan
kebebasannya untuk terlepas dari dominasi kulit putih yang selama ini
telah memperlakukan orang kulit hitam secara diskriminatid dalam setiap
aspek kehidupan mereka.17 Maka setelah melakukan proses perjuangan
yang cukup panjang dan lama tersebut rakyat Afrika Selatan telah
memasuki babak baru dalam pemerintahan di negara tersebut.

15
Eka Susanti, Ibid, halaman 66.
16
Victory Pradhitama, Menggali Keadilan untuk Masa Lalu : Belajar Afrika Selatan,
halaman 25, diakses dari https://media.neliti.com/media/publications/132582-ID-menggali-
keadilan-untuk-masa-lalu-belaja.pdf pada 21 Desember 2019.
17
Odilia Elvira Haba, Skripsi : “Politik Apartheid di Afrika Selatan Tahun 1948-1990”
( Yogyakarta : USD, 2007 ), halaman 152.
2. ABDURRAHMAN WAHID DAN KONSEP PLURALISME DI
INDONESIA
A. Mengenal Abdurrahman Wahid
Dr.(H.C) K.H Abdurrahman Wahid atau Gus Dur lahir pada 7
September 1940 di Jombang, Jawa Timur dalam lingkungan pesantren
milik kakeknya Kyai Bisri Syansuri.18 Gus Dur merupakan keturunan
kyai-kyai besar di Indonesia, dan merupakan anak pertama dari enam
bersaudara. Ibunya bernama Nyai Hj. Solichah dan ayahnya KH. Wahid
Hasyim merupakan tokoh ulama putra dari pendiri NU (Nadhatul Ulama)
organisasi Islam terbesar di Indonesia, yaitu KH. Hasyim Asy’ari.
Sedangkan kakek dari Ibunya yaitu KH. Bisri Syamsuri adalah pendiri
Pesantren Denanyar sekaligus sebagai Rais Aam PBNU.19
Gus Dur lahir dan dibesarkan dalam lingkungan pesantren, dengan
pendidikan agama dari kelurga yang sangat kuat. Gus Dur tidak pernah
mengenyam pendidikan di sekolah-sekolah elite yang biasanya menjadi
tempat bersekolah anak-anak pejabat, karena ia lebih menyukai sekolah-
sekolah biasa. Gus Dur memulai pendidikan dasarnya di Sekolah Dasar
KRIS Jakarta Pusat, namun kemudian pindah ke Sekolah Dasar
Matraman Perwari, Jakarta Pusat.
Layaknya anak seorang kyai, Gus Dur juga mengenyam pendidikan
pesantren. Tahun 1954 ia dikirim ke Yogyakarta untuk mengaji ilmu
bersama KH. Ali Maksum di Ponpes Krapyak.20 Gus Dur menghabiskan
waktu di Yogya sampai akhir tahun 1957 ketika dia lulus dari SMEP
(SMP). Setelah itu ia menimba ilmu agama di Pesantren Tegalrejo,
Magelang, Jawa Tengah bersama Kyai Chudori. Selanjutnya ia pindah ke
Pesantren Tambak Beras, Jombang. Gus Dur bekerja sambil melanjutkan
pendidikannya sebagai seorang santri senior.21
18
Greg Barton, Biografi Gus Dur : Authorized Bhiographi of Abdurrahman Wahid
( Yogyakarta : LKiS Yogyakarta ) 2003, halaman 26.
19
Sulaiman Effendi, Kiprah dan Pemikiran Politik Tokoh-Tokoh Bangsa ( Jogjakarta :
IRCiSoD ) 2014, halaman 139.
20
Sulaiman Effendi, Ibid, halaman 140.
21
Al-Zastrow, Gus Dur, Siapa Sih Sampeyan? Tafsir Teoritik atas Tindakan dan
Pernyataan Gus Dur ( Jakarta : Penerbit Erlangga ) 1999, halaman 18.
Atas beasiswa yang ia dapat dari Kementrian Agama tahun 1963,
Gus Dur melanjutkan pendidikan di Al-Azhar, Kairo, Mesir. Namun
karena merasa tidak puas, ia pindah ke Universitas Baghdad, Irak. Tak
puas sampai disitu, ia melanjutkan ke Universitas Leiden, Belanda, lalu
karena merasa kecewa ia memutuskan pergi ke Jerman dan Perancis. Gus
Dur kembali lagi ke Indonesia pada tahun 1971. Disinilah karier
politiknya dimulai. Gus Dur aktif menyuarakan pemikirannya melalui
berbagai media sosial, menulis, mengisi diskusi dan seminar-seminar.
Beberapa kali ia terpilih menjadi ketua PBNU, sampai akhirnya terpilih
menjadi presiden RI pada 20 Oktober 1999.22
B. Pluralisme Agama di Indonesia
Kemajemukan adalah suatu realita dalam masyarakat yang tidak
dapat dihindari, terutama di negara Indonesia. Salah satu bentuk
kemajemukan di Indonesia adalah pada aspek keagamaan, dimana
Indonesia merupakan negara yang mengakui 6 bentuk agama (Islam,
Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Kong Hu Chu). Keberagaman agama
ini merupakan implementasi dari Pancasila dan UUD 1945 juga
semboyan negara yaitu Bhineka Tunggal Ika.
Namun ternyata, berbagai fakta historis mengungkapkan bahwa
agama seringkali menjadi motif utama penggerak beberapa konflik
berkepanjangan. Era pasca orde baru di Indonesia adalah masa yang
ditandai dengan menguatnya paham dan sikap yang mengarah pada
radikalisme agama. Radikalisme agama erat kaitannya dengan kurang
pahamnya masyarakat dalam memaknai kebebasan serta tidak siap untuk
menerima berbagai macam perbedaan. Untuk membahas masalah
radikalisme agama, maka dalam hal ini pemikiran dan gagasan Gus Dur
mengenai konsep pluralisme agama menjadi sangat relevan untuk dikaji.
Pluralisme agama (Religious Pluralism) adalah istilah khusus
dalam kajian agama. Istilah pluralisme agama telah menjadi pembahasan
panjang. Pluralisme agama adalah sebuah konsep yang mempunyai

22
Sulaiman Effendi, Op.Cit, halaman 140-142.
makna yang luas, berkaitan dengan penerimaan terhadap agama-agama
yang berbeda, dan dipergunakan dalam cara yang berlain-lainan pula.23
Pluralitas agama di Indonesia kerap menimbulkan pro dan kontra. Dalam
hal pluralism Gus Dur lebih menekankan pandangan keterbukaan untuk
menemukan kebenaran di mana pun juga. Pluralisme yang ditekankan
Gus Dur adalah pluralisme dalam bertindak dan berpikir yang melahirkan
toleransi.24 Toleransi adalah sikap yang sangat perlu diterapkan di
Indonesia sebagai negara dengan kemajemukan ras, agama, suku, budaya,
bahasa dll.
C. Konsep Pluralisme Agama Gus Dur
Abdurrahman Wahid atau yang lebih akrab disapa Gus Dur adalah
Presiden RI ke 4 sekaligus tokoh pluralisme Indonesia yang sangat
fenomenal. Gagasannya mengenai konsep pluralisme telah menginspirasi
banyak kalangan. Kiprahnya dalam bidang kemansiaan, sosial, politik,
dan agama sudah tidak dapat diragukan lagi.25
Pluralisme dipahami sebagai suatu prinsip yang dikaitkan dengan
logika untuk melihat sesuatu yang banyak, beragam, dan bermacam-
macam.26 Tentu saja dalam kehidupan masyarakat majemuk seperti
Indonesia dengan berbagai macam agama, budaya, suku, bahasa, ini
merupakan suatu gagasan yang bagus. Pluralisme hadir sebagai
penyelamat untuk menghindari adanya perpecahan dalam suatu bangsa.
Hadirnya Gus Dur telah membawa banyak kesegaran lewat
gagasan-gagasan dan pemikiran-pemikirannya yang unik. Dunia
pesantren telah membekalinya dengan segudang ilmu keagamaan
membuatnya tak hanya menjadi tokoh ulama namun juga menjadi tokoh
lintas agama yang mampu berbaur dengan segala perbedaan dalam

23
Fathonah Dzakrie, Meluruskan Pemahaman Pluralisme dan Pluralisme Agama di
Indonesia, Al-Adyan, Volume IX Nomor 1, Januari-Juni 2014, halaman 82.
24
Fathonah Dzakrie, Ibid, halaman 86.
25
Sulaiman Effendi, Kiprah dan Pemikiran Politik Tokoh-Tokoh Bangsa ( Jogjakarta :
IRCiSoD ) 2014, halaman 138.
26
Firdaus M Yunus, Agama dan Pluralisme, Jurnal Ilmiah Islam Futura, Volume 3,
Nomor 2, Februari 2014, halaman 215.
agama-agama di Indonesia. Selain itu, dalam kancah intelektual, Gus Dur
adalah seorang pemikir yang sangat disegani.27
Menurut Gus Dur, pluralisme merupakan suatu keharusan bagi
masyarakat Indonesia yang majemuk ini.28 Kemajemukan dalam
masyarakat heterogen seperti Indonesia ini merupakan suatu kenyataan
yang akan membawa masyarakat menuju pluralitas. Namun demikian,
tidak dapat dipungkiri bahwasannya pluralitas juga mengandung bibit
perpecahan, maka dari itu dalam masyarakat diperlukan sikap toleransi,
kesetaraan dan keterbukaan. Dalam hal ini pluralisme diperlukan untuk
menciptakan kerukunan dan menekan terjadinya konflik.
Pluralisme atau kemajemukan merupakan tantangan bagi semua
agama khususnya Islam.29 Narasi-narasi mengenai pluralisme merupakan
pembahasan yang kerap diperbincangkan. Pluralisme bukanlah suatu hal
baru dalam agama Islam, karena secara historis agama Islam tidak dapat
dipisahkan dengan agama-agama lain. Terdapat 3 pemahaman tentang
pluralisme ditinjau dari analisis teologi maupun sejarah islam, yaitu :30
1. Dalam sejarah Islam, pluralitas lebih dari mengakui pluralitas
keragaman dan perbedaan tetapi juga merangkai keragaman dan
perbedaan untuk tujuan social yang lebih tinggi yaitu membangun
peradaban.
2. Pluralisme lebih dari toleransi, terdapat mutual understanding
yang membuat satu sama lain saling mengisi toleransi itu dengan
hal yang lebih konstruktif untuk membangun peradaban.
3. Pluralisme bukan relativisme, begitu juga toleransi menolak
paham relativisme, tapi yang ditekankan adalah bahwa perbedaan
itu merupakan potensi besar sebagai komtmen bersama
membangun toleransi yang aktif.

27
Sulaiman Effendi, Op.Cit, halaman 143.
28
Budhy Munawar-Rachman, Membela Kebebasan Beragama : Percakapan tentang
Sekularisme, Liberalisme dan Pluralisme, ( Jakarta : Democracy Project) 2011, halaman 183.
29
Budhy Munawar-Rachman, Ibid, halaman 676.
30
Ibid, halaman 696-697.
Pluralisme merupakan sebuah khasanah sekaligus sunatullah dan
ini haruslah disadari semua umat manusia bahwa dalam menjalani
kehidupan ini tidak akan pernah terlepas dari interaksi dengan orang lain
yang berbeda agama atau keyakinan. Pluralisme agama seringkali
diperbincangkan karena menimbulkan pro-kontra yang terus bergulir.
Pluralisme agama di Indonesia memiliki daya tarik tersendiri karena tidak
terlepas dari perdebatan-perdebatan panjang mengenai isu-isu pemikiran
modern dalam Islam. Maka dari itu pluralisme agama haruslah menjadi
sesuatu yang dapat diterima.
Abdurrahman Wahid, adalah sosok yang harus dipertimbangkan
dalam hal menginisiasi dan mensosialisasikan ide pluralisme agama.
Beliau menjadi tokoh pelindung atas berbagai ketidakadilan dalam kiprah
dan perjuangannya membela hak minoritas dari berbagai ketimpangan
social lainnya di negri ini.31
Pluralisme agama dalam pandangan Gus Dur menekankan pada
pandangan keterbukaan untuk menemukan kebenaran dan harus
diaktualisasikan dalam tindakan dan pikiran karena hal inilah yang akan
melahirkan sikap toleransi. Dalam hal ini, Gus Dur memanglah tokoh
yang dapat diterima oleh semua kalangan agama, hal ini karena
kedekatannya dengan umat agama lain yang terjalin dengan sangat baik.
Di mata Gus Dur, pluralisme adalah sebuah pandangan yang
menghargai dan mengakui adanya keragaman identitas, seperti suku,
agama, budaya, ras, dll. Menurutnya pluralisme bukanlah sesuatu gagasan
untuk menyamakan semua agama seperti yang banyak dituduhkan, karena
sejatinya setiap agama tentu memiliki perbedaan dan keunikannya
tersendiri.32 Pluralisme tidak seharusnya menjadi sumber konflik dan
permusuhan, tetapi seharusnya menjadi sarana bagi manusia dan bangsa
untuk memahami perbedaan sebagai anugerah Tuhan supaya dapat

31
Surya Adi Sahfutra, Gagasan Pluralisme Agama Gus Dur untuk Kesetaraan dan
Kerunukan, Jurnal Religi, Volume X Nomor 1, Januari 2014, halaman 95.
32
Taufani, Pemikiran Pluralisme Gus Dur, Jurnal Tabligh, Volume 19 Nomor 2,
Desember 2018, halaman 202.
menumbuhkan sikap toleransi dan harmoni di tengah kehidupan di tengah
perbedaan dan keberagaman.
KESIMPULAN
Penerapan politik apartheid di Afrika Selatan telah mengakibatkan
adanya perjuangan agar tercipta suatu kesetaraan melalui perjuangan persamaan
hak antara kaum minoritas kulit putih dan orang-orang kulit hitam serta berjuang
untuk melakukan penghapusan politik apartheid. Nelson Mandela hadir sebagai
tokoh yang gigih memperjuangkan kesetaraan dan keadilan bagi orang kulit hitam
di Afrika Selatan. Melalui berbagai bentuk perjuangan dengan organisasi,
pembentukan badan hukum, serta perlawanan terhadap dominasi minoritas kulit
putih selama bertahun-tahun akhirnya membuahkan keberhasilan bagi rakyat
Afrika Selatan. Sampai pada akhirnya Nelson Mandela terpilih menjadi presiden
pertama berkulit hitam di Afrika Selatan. Maka setelah melakukan proses
perjuangan yang cukup panjang dan lama tersebut rakyat Afrika Selatan telah
memasuki babak baru dalam pemerintahan di negara tersebut.
Lain halnya di Afrika Selatan, di Indonesia yang dikenal sebagai negara
dengan 6 keagamaan seringkali memunculkan percikan-percikan konflik antar
agama. Maka di Indonesia muncul sebuah konsep pluralisme agama dengan
tokoh penggagas terkenalnya yaitu Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang juga
pernah menjabat sebagai Presiden RI ke-4. Pluralisme agama yang dimaksud
bukan berarti menyamakan semua agama-agama juga bukan untuk membeda-
bedakan. Konsep kesetaraan yang ditekankan di sini adalah bahwa pluralisme
adalah sebuah pandangan yang menghargai dan mengakui adanya keragaman
identitas, seperti suku, agama, budaya, ras, dll. Pluralisme tidak seharusnya
menjadi sumber konflik dan permusuhan, tetapi seharusnya menjadi sarana bagi
manusia dan bangsa untuk memahami perbedaan sebagai anugerah Tuhan supaya
dapat menumbuhkan sikap toleransi dan harmoni di tengah kehidupan di tengah
perbedaan dan keberagaman.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Zastrow. 1999. Gus Dur, Siapa Sih Sampeyan? Tafsir Teoritik atas Tindakan
dan Pernyataan Gus Dur ( Jakarta : Penerbit Erlangga ).
Barton, Greg. 2003. Biografi Gus Dur : Authorized Bhiographi of Abdurrahman
Wahid ( Yogyakarta : LKiS Yogyakarta ).
Basri, Hasan.2006. Afrika Selatan Catatan sebuah Perjalanan di Bumi Nelson
Mandela ( Bandung : Humaniora ).
Budiman, Agus.2013. Politik Apartheid di Afrika Selatan. Jurnal Artefak. Volume
1 Nomor 1. Januari 2013.
Dzakrie, Fathonah. 2014. Meluruskan Pemahaman Pluralisme dan Pluralisme
Agama di Indonesia. Al-Adyan. Volume IX Nomor 1. Januari-Juni 2014.
Effendi, Sulaiman.2014. Kiprah dan Pemikiran Politik Tokoh-Tokoh Bangsa
( Jogjakarta : IRCiSoD ).
Haba, Odilia Elvira. 2007. Skripsi : “Politik Apartheid di Afrika Selatan Tahun
1948-1990” ( Yogyakarta : USD ).
Hikam, AS.2010. Gus Dur Menjawab Perubahan Zaman : Warisan Pemikiran
KH Abdurrahman Wahid ( Jakarta : KOMPAS ).
Mandela, Nelson. 1993. Langkah Menuju Kebebasan : Surat-Surat dari Bawah
Tanah. Terj. A Rahman Zainudin ( Jakarta : Yayasan OBOR Indonesia ).
Nelson Mandela Biography, tersedia di
https://pdfs.semanticscholar.org/2a9c/bdd61cb17c07896a8a6cb5a201d2a5
295159.pdf , diakses pada 8 Januari 2020.
Pradhitama, Victory. Menggali Keadilan untuk Masa Lalu : Belajar Afrika
Selatan, diakses dari https://media.neliti.com/media/publications/132582-
ID-menggali-keadilan-untuk-masa-lalu-belaja.pdf pada 21 Desember
2019.
Rachman, Budhy Munawar-.2011. Membela Kebebasan Beragama : Percakapan
tentang Sekularisme, Liberalisme dan Pluralisme ( Jakarta : Democracy
Project).
Sahfutra, Surya Adi. Gagasan Pluralisme Agama Gus Dur untuk Kesetaraan dan
Kerunukan. Jurnal Religi. Volume X Nomor 1. Januari 2014.
Sampson, Anthony. 2015. Nelson Mandela : The Autorised Biography, Terj. Reni
Indardini ( Yogyakarta : PT Bentang Pustaka ).
Soeratman, Darsiti. 2016. Sejarah Afrika ( Yogyakarta : Ombak ).
Susanti, Eka. 2011. Skripsi: “Perjuangan Nelson Mandela dalam Menentang
Politik Apartheid di Afrika Selatan” ( Yogyakarta : USD ).
Taufani. 2018. Pemikiran Pluralisme Gus Dur. Jurnal Tabligh. Volume 19 Nomor
2. Desember 2018.
Yunus, Firdaus M. 2014. Agama dan Pluralisme. Jurnal Ilmiah Islam Futura.
Volume 3 Nomor 2. Februari 2014.

Anda mungkin juga menyukai