Latar belakang
Kebudayaan merupakan segala sesuatu yang diciptakan oleh umat manusia dan
sebagai keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan
belajar beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu. (koentjaraningrat).
Kebudayaan itu meleket dengan diri manusia, artinya manusia yang menciptakan
kebudayaan. Sejak zaman dahulu hingga sekarang.
Allah mengangkat seorang Rasul dari jenis manusia, karena yang akan menjadi
sasaran bimbinganya adalah umat manusia. Misinya yaitu memberikan bimbingan
kepada umat manusia agar dalam mengembangkan kebudayaanya tidak melepaskan
diri dari nilai-nilai ketuhanan. Sebagaimana sabdanya yang berarti: “Sesungguhnya
aku diutus Allah untuk menyempurnakan akhlak”. Dalam mengawali tugasnya nabi
meletakan dasar-dasar kebudayaan Islam yang kemudian berkembang menjadi
peradaban Islam. Dakwah Islam terjadi dalam proses yang panjang dan rumit karena
terjadi asimilasi budaya-budaya setempat dengan nilai-nilai Islam yang kemudian
menghasilkan kebudayaan Islam. Kebudayaan ini berkembang menjadi suatu
peradaban yang diakui kebenaranya secara universal.
Secara etimologi, masjid adalah tempat untuk sujud. Secara terminologi, masjid
diartikan sebagai tempat khusus untuk melakukan aktivitas ibadah dalam arti luas
(Muhaimin dan Abdul Mujib, 1993:295).
Pada umumnya, masjid dipahami oleh masyarakat sebagai tempat ibadah khusus,
seperti sholat. Padahal, masjid di jaman Nabi Muhammad saw berfungsi sebagai
pusat peradaban. Oleh sebab itu, masjid oleh umat Islam dijadikan sebagai simbol
persatuan umat. Sejak Nabi Muhammad saw mendirikan masjid pertama kali, fungsi
masjid masih orisinil kokoh sebagai pusat peribadatan dan peradaban.
Menurut Athiyah al-Abrasyi, umat Islam telah memanfaatkan masjid untuk tempat
ibadah dan sebagai lembaga pendidikan dan pengetahuan Islam dan pendidikan
keagamaan, di mana dipelajari kaidah-kaidah Islam, hukum-hukum agama, sebagai
tempat pengadilan, sebagai tempat pertemuan bagi pemimpin-pemimpin militer,
dan bahkan sebagai istana tempat menerima duta asing. Pendek kata masjid
dijadikan sebagai pusat kerohanian dan sosial politik. (Athiyah al-Abrasyi, 1984:58).
Namun, kondisi masjid-masjid saat ini sudah sangat berbeda. Fungsi masjid mulai
menyempit, orang banyak menggunakan masjid hanya untuk ibadah-ibadah ritual
semata. Fungsi masjid dapat lebih efektif jika di dalamnya disediakan fasilitas-
fasilitas yang diperlukan, seperti :
Fauziah, Fatikhah. Makalah tentang Kebudayaan Islam. Diakses pada 29 Mei 2021.
Dari
https://www.google.com/amp/s/fatikhahfauziahh92.wordpress.com/2012/05/23/m
akalah-tentang-kebudayaan-islam/amp/.
Mujib, Muhammad. Nilai-nilai Islam dalam Budaya Indonesia. Diakses 29 Mei 2021.
Dari
https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/santricakang/5ec85be
f097f363cd521e8e5/nilai-nilai-islam-dalam-budaya-indonesia.
2.4 Masjid sebagai Pusat Peradaban Islam
Dalam bahasa Arab, masjid berarti tempat sujud atau tempat ibadah.Dalam perjalanansejar
ah Islam, masjid bukan sekadar tempat untuk menunaikan ibadah shalat (terutama shalat be
rjamaah), namun juga berperan lebih fenomenal dan krusial dalam menunjang kehidupanm
asyarakat. Islam mengajarkan pendirian masjid harus memberikan manfaat luas, terdalamda
n lengkap mengingat seluruh permukaan bumi adalah masjid namun Masjid padaumumnya
hanya dipahami oleh masyarakat sebagai tempat ibadah khusus seperti shalat, padahal masj
id mestinya berfungsi lebih luas dari pada sekedar sebagai tempat shalat. Sejakawal berdirin
ya masjid belum bergeser dari fungsi utamanya, yaitu sebagai peribadatan.Pada umumnya,d
isamping tempat shalat. Masjid pada zaman Nabi dijadikan sebagai pusat peradaban Islam.
Nabi Muhammad SAW mensucikan jiwa kaum muslimin,membina
sikap dasar kaum muslimin terhadap orang yang berbeda agama atau ras,hingga upaya
–
upaya meningkatkan kesejahteraan umat justru melaui Masjid. Masjid dijadikan symbolkes
atuan dan persatuan umat Islam. Selama sekitar 700 tahun sejak Nabi Muhammadmendirika
n masjid pertama,,fungsi masjid masih sebagai pusat peribadatan umat islam.Belajar dari sej
arah Islam, seharusnya eksistensi masjid pada masa kini harus lebihmampu memberi makna
terdalam, terluas dan terlengkap bagi kehidupan masyarakat Muslim.Karena itu, pengemba
ngan dan pengayaan ulang atau revitalisasi fungsi masjid sebagai pusat berbagai kegiatan so
sial-keagamaan, pendidikan, politik, kesehatan dan sebagainya kinimenjadi lebih diperlukan.
Tujuannya untuk menciptakan manfaat dan dampak masjid yangmaksimal serta berkesinam
bungan dalam mengembangkan peradaban dunia Islam yang maju,ramah, mandiri, damai d
an modern.
2.4 Nilai-nilai Islam dalam budaya Indonesia
Islam masuk ke indonesia lengkap dengan budayanya. Karena islam masuk dan berkembang
dari negri Arab, maka islam yang masuk ke Indonesia tidak terlepas dari budayaArabnya. Pa
da awal-awal masuknya dakwah islam ke Indoesia dirasakan sangat sulitmembedakan mana
ajaran islam dan mana budaya barat. Masyarakat awam menyamakanantara perilaku yang d
itampilkan oleh orang Arab dengan perilaku ajaran islam. Seolah-olahapa yang dilakukan ora
ng Arab tersebut mencerminkan ajaran islam, bahkan hingga kini budaya Arab masih meleka
t pada tradisi masyarakat Indonesia. Dalam perkembangan
dakwah islam di Indonesia para da’i mendakwahkan
ajaran islam melalui bahasa budaya,sebagaimana dilakukan oleh para wali di tanah Jawa. Ka
rena kehebatan para wali Allahdalam mengemas ajaran islam dengan budaya setempat sehi
ngga masyarakat tidak sadar bahwa nilai-nilai islam telah masuk dan menjadi teradisi dalam
kehidupan sehari-hri mereka.Lebih jauh lagi bahwa nilai-nilai islam sudah menjadi bagian ya
ng tidak dapat dipisahkandari kebudayaan mereka.Seperti dalam upacara-upacara, adab da
n penggunaan bahasa sehari-hari. Bahasa
Arab/ Al Qur’an sudah
banyak masuk dalam bahasa daerah bahkan kedalam bahasaIndonesia baku. Semua itu tan
pa disadari bahwa apa yang dilakukannya merupakan bagiandari ajaran Islam.
Artinya: “Dan Sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat
-ayat Kami,(dan Kami perintahkan kepadanya): "Keluarkanlah kaummu dari gelap gulita kep
ada cahayaterang benderang dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah". sesunguhnya
pada yangdemikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi Setiap orang penyabar
dan banyak
bersyukur” (Ibrahim:5).
Artinya: Abdullah bin Umar mengatakan bahwa kaum Jahiliyah biasa berpuasa pada hariHari
Asyura (10Muharram) dan Rasulullah SAW beserta kaum Muslimin pun mempuasainyasebel
um difardukan puasa Ramadhan. Ketika puasa Ramadhan difardukan, Rasulullah SAW bersa
bda: “Sesungguhnya Asyura itu satu di antara Hari
-Hari Allah. Siapa mau berpuasasilahkan, bagi yang tidak mau p
un tidak mengapa”. (HR Muslim).
Banyak tradisi masyarakat indonesia yang bernuansa islami, biasanya tradisi tersebutdilaksa
nakan untuk memperingati hari besar umat islam, seperti misalnya perayaan sekatenyang di
selenggarakan untuk menyambut maulid nabi, ada juga perayaan yang dimaksudkanuntuk
memperingati perjuangan penyebaran ajaran islam seperti perayaan tabuik di Pariaman( Su
matera Barat ) yang diselenggarakan pada tanggal 10 muharam