Skizofrenia
Pembimbing:
dr.Willy Steven, Sp.KJ
Penyusun:
Billy Tandra Julianto
112019204
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat
yang diberikannya, sehingga referat ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya dan sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan. Dalam menyusun referat ini, penulis banyak
menghadapi kesulitan-kesulitan baik dari penelitian sumber data maupun penyusunan kata
yang tepat. Namun, karena beberapa bantuan dari beberapa sumber, maka penulis dapat
menghadapi berbagai kesulitan yang ada sehingga referat ini dapat diselesaikan dengan baik.
Demikian kata pengantar ini saya buat sedemikian rupa. Mohon maaf apabila ada kesalahan
kata dan Terima Kasih.
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR...................................................................................................... 2
DAFTAR ISI..................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang................................................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 4
Definisi Skizofrenia............................................................................................. 5
Epidemiologi........................................................................................................ 5
Etiologi................................................................................................................. 6
Kriteria Diagnostik Skizofrenia........................................................................... 7
Pola Perjalanan Penyakit...................................................................................... 10
Patofisiologi......................................................................................................... 12
Penatalaksanaan.................................................................................................... 14
DAFTAR PUSAKA.......................................................................................................... 17
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Skizofrenia merupakan gangguan mental yang sangat berat. Gangguan ini ditandai
dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi, gangguan
kognitif, dan persepsi, dan gejala-gejala lainnya. Gejala skizofrenia ini akan menyebabkan
pasien skizofrenia mengalami penurunan fungsi ataupun ketidakmampuan dalam menjalani
hidupnya, sangat terhambat produktivitasnya dan nyaris terputus relasinya dengan orang lain.
Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering. Hampir 1% penduduk
di dunia menderita skizofrenia selama hidup mereka. Gejala skizofrenia biasanya muncul
pada usia remaja akhir atau dewasa muda. Onset pada laki-laki biasanya antara 15-25 tahun
dan pada perempuan antara 25-35 tahun. Prognosis biasanya lebih buruk pada laki-laki bila
dibandingkan dengan perempuan. Onset setelah umur 40 tahun jarang terjadi.
Prevelensi penderita skizofrenia di Indonesia adalah 0,3 – 1 persen dan biasanya
timbul pada usia sekitar 18 – 45 tahun, namun ada juga yang berusia lebih dini. Skizofrenia
adalah gangguan mental yang cukup luas dialami di Indonesia, dimana sekitar 99% pasien
rumah sakit jiwa di Indonesia adalah penderita Skizofrenia. Skizofrenia ini tidak hanya
menimbulkan penderitaan bagi penderitanya, tetapi juga bagi orang-orang terdekatnya.
Biasanya keluargalah yang terkena dampak hadirnya Skizofrenia di keluarga mereka.
Sehingga pengetahuan tentang skizofrenia dan pengenalan tentang gejala-gejala munculnya
skiofrenia oleh keluarga dan lingkungan sosialnya akan sangat membantu dalam pemberian
penanganan pasien penderita skizofrenia lebih dini sehingga akan mencegah berkembangnya
gangguan mental yang sangat berat ini.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Skizofrenia
Berdasarkan PPDGJ III, skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan variasi
penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau
“deteriorating”) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan
pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya. 3
Skizofrenia pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang funda mental dan
karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh efek yang tidak wajar (inappropriate) atau
tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual biasanya tetap
terpelihara, walaupun deficit kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.3
Epidemiologi
5
tahun. Insiden skizofrenia lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan dan lebih besar di
daerah urban dibandingkan daerah rural.5
Etiologi Skizofrenia
1. Faktor Genetik
Menurut Maramis, faktor keturunan juga menentukan timbulnya skizofrenia. Hal ini
telah dibuktikan dengan penelitian tentang keluarga-keluarga penderita skizofrenia
terutama anak-anak kembar satu telur. Angka kesakitan bagi saudara tiri ialah 0,9 - 1,8%;
bagi saudara kandung 7 – 15%; bagi anak dengan salah satu orangtua yang menderita
skizofrenia 7 – 16%; bila kedua orangtua menderita skizofrenia 40 – 68%; bagi kembar
dua telur (heterozigot) 2 -15%; bagi kembar satu telur (monozigot) 61 – 86%.
Skizofrenia melibatkan lebih dari satu gen, sebuah fenomena yang disebut
quantitative trait loci. Skizofrenia yang paling sering kita lihat mungkin disebabkan oleh
beberapa gen yang berlokasi di tempat-tempat yang berbeda di seluruh kromosom. Ini
juga mengklarifikasikan mengapa ada gradasi tingkat keparahan pada orang-orang yang
mengalami gangguan ini (dari ringan sampai berat) dan mengapa risiko untuk mengalami
6
skizofrenia semakin tinggi dengan semakin banyaknya jumlah anggota keluarga yang
memiliki penyakit ini.6
2.Faktor Biokimia
Faktor psikososial meliputi adanya kerawanan herediter yang semakin lama semakin
kuat, adanya trauma yang bersifat kejiwaan, adanya hubungan orang tua-anak yang
patogenik, serta interaksi yang patogenik dalam keluarga. Banyak penelitian yang
mempelajari bagaimana interaksi dalam keluarga mempengaruhi penderita skizofrenia.
Sebagai contoh, istilah schizophregenic mother kadang-kadang digunakan untuk
mendeskripsikan tentang ibu yang memiliki sifat dingin, dominan, dan penolak, yang
diperkirakan menjadi penyebab skizofrenia pada anak- anaknya. Keluarga pada masa
kanak-kanak memegang peranan penting dalam pembentukan kepribadian. Orangtua
terkadang bertindak terlalu banyak untuk anak dan tidak memberi kesempatan anak untuk
berkembang, ada kalanya orangtua bertindak terlalu sedikit dan tidak merangsang anak,
atau tidak memberi bimbingan dan anjuran yang dibutuhkannya.6
1. Thought echo yaitu isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitas
berbeda atau thought insertion or withdrawal yaitu isi pikiran yang asing dari luar
masuk kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu
diluar dirinya (withdrawal) dan tought broadcasting yaitu isi pikiran tersiar keluar
sehingga orang lain mengetahuinya.
7
2. Waham atau Delusinasi
2) Delusion of influen yaitu waham tentang dirinya sendiri dipengaruhi oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar
3. Halusinasi Auditorik
3) Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah bagian tubuh.
4. Waham-waham menetap jenis lain yang menurut budaya dianggap tidak wajar dan
mustahil seperti waham bisa mengendalikan cuaca. Atau paling sedikit dua gejala
dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas.
5. Halusinasi yang menetap dari setiap panca indara baik disertai waham yang
mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas
atau ide-ide berlebihan yang menetap atau terjadi setiap hari selama bermingu-minggu
atau berbulan-bulansecara terus menerus.
6. Arus fikiran yang terputus (break) atau mengalami sisipan (interpolasi) yang berakibat
inkoherensi atau pembicaraan tidak relevan atau neologisme.
7. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh, gelisah (excitement) sikap tubuh tertentu
(posturing) atau fleksibilitas serea, negattivisme, mutisme dan stupor.
8
8. Gejala-gejala negative seperti apatis, bicara jarang serta respon emosional yang
menumpul atau tidak wajar, biasanya mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan
social dan menurunnya kinerja social, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut
tidak disebabkan oleh depresi atau neuroleptika.Adanya gejala-gejala kas tersebut
diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku
untuk setiap fase non psikotik prodormal). Harus ada suatu perubahan yang konsisten
dan bermakna dalam muttu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku
pribadi, bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat
sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri dan penarikan diri secara social.
Selain itu ahli membagi skizofrenia menjadi dua bagian yaitu gejala positif
dan gejala negative.
1) Disorganisasi pikiran dan bicara : penderita bisa menceritakan keadaan sedih denngan
mimic muka yang gembira atau sebaliknya.
2) Waham : penderita merasa dirinya seorang pahlawan atau orang besar dan bertindak
seperti pahlawan atau orang besar.
3) Halusinasi : melihat, mendengar atau merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada.
4) Agitasi atau mengamuk : hal ini sering membuat penderita dikurung atau dipasung.
2) Menarik diri dari pergaulan social : penderita merasa senang jika tidak menjalani
kehidupan social.
Teori ini digunakan untuk memudahkan keluarga mengenal gejala- gejala yang
diialami oleh klien skizofrenia, sehingga dapat melakukan penanganan.
9
Pola Perjalanan Penyakit
a. Skizofrenia paranoid
b. Skizofrenia Hebefrenik
c. Skizofrenia katatonik
10
Memenuhi criteria umum untuk diagnosis skizofrenia, tidak memenuhi untuk
kriterianskizofrenia paranoid, hebefrenik dan katatonik, tidak memenuhi criteria untuk
skizofrenia residual atau depresi pasca skizofrenia.
f. Skizofrenia residual
Untuk suatu diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut ini harus dipenuhi :
2) Sedikitnya ada riwayat pisode psikotik yang jelas di masa lampau yang memenuhi
criteria diagnostic untuk skizofrenia.
3) Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan
frekkuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang dan
telah timbul sindrom negative skizofrenia.
4) Tidak dapat demensia atau penyakit otak organic lain, depresi kronis, atau
insttitusionalisasi yang dapat menjelaskan hendaya negative tersebut.
g. Skizofrenia simpleks
Skizofrenia simpleks adalah suatu diagnosis yang sulit dibuat secara meyakinkan,
karena tergantung pada pemestian perkembangan yang berjalan perlahan, profresif dari gejala
negative yang kas dari skizofrenia residual tanpa riwayat halusi nasi, waham atau manifestasi
lain tentang adanya suatu episode psikotik sebelumnya dan disertai perubahan perilaku yang
11
bermakna yang bermanifestasi sebagai kkehilangan minat yang mencolok, kemalasan dan
penarikan diri secara social.
Patofisiologi Skizofrenia
Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, “shizein” yang berarti “terpisah” atau
“pecah”, dan “phren” yang artinya “jiwa. Skizofrenia adalah sekelompok gangguan psikotik
dengan gangguan dasar pada kepribadian, distorsi perasaan pikir, waham yang tidak wajar,
gangguan persepsi, afek (perasaan) yang upnormal. Meskipun demikian kesadaran yang
jernih, kapasitas intelektual biasanya tidak terganggu, mengalami ketidakmampuan berat
dalam menilai kenyataan (pekerjaan, sosial, dan waktu senggang).8
12
Gambar 2.1 Mekanisme Terjadinya Gejala Positif dan Gejala Negatif pada Gangguan
Psikotik8
Adapun jalur dopaminergik syaraf yang terdiri dari beberapa jalur, yaitu:
1. Jalur nigrostriatal: dari substantia migra ke bassal ganglia (fungsi gerakan, EPS).
2. Jalur mesolimbik: dari tekmental area menuju ke limbik (memori, sikap, kesadaran,
proses stimulus).
3. Jalur mesocortical: dari tekmental area menuju frontal cortex (kognisi, fungsi sosial,
komunikasi, respon terhdapa stres).
4. Jalur tuberoinfendibular: dari hipotamalus ke kelenjar tituitary (pelepasan prolaktin).
13
Pemeraiksaan CT scan dan MRI pada penderita Skizofrenia menunjukan atropi lobus
frontalis yang menimbulkan gejala negatif dan kelainan pada hippocampus yang
menyebabkan gangguan memori.8
Penatalaksanaan
14
Penatalaksanaan pada pasien skizofrenia dapat berupa terapi biologis, dan terapi
psikososial.6
1. Terapi Biologis
Pada penatalaksanaan terapi biologis terdapat tiga bagian yaitu terapi dengan
menggunakan obat antipsikosis, terapi elektrokonvulsif, dan pembedahan bagian otak. Terapi
dengan penggunaan obat antipsikosis dapat meredakan gejala-gejala skizofrenia. Obat yang
digunakan adalah chlorpromazine (thorazine) dan fluphenazine decanoate (prolixin). Kedua
obat tersebut termasuk kelompok obat phenothiazines, reserpine (serpasil), dan haloperidol
(haldol). Obat ini disebut obat penenang utama. Obat tersebut dapat menimbulkan rasa
kantuk dan kelesuan, tetapi tidak mengakibatkan tidur yang lelap, sekalipun dalam dosis yang
sangat tinggi (orang tersebut dapat dengan mudah terbangun). Obat ini cukup tepat bagi
penderita skizofrenia yang tampaknya tidak dapat menyaring stimulus yang tidak relevan.
Pada terapi biologis lainnya seperti pembedahan bagian otak (prefrontal lobotomy),
yaitu proses operasi primitif dengan cara membuang “stone of madness” atau disebut dengan
batu gila yang dianggap menjadi penyebab perilaku yang terganggu. Cara ini cukup berhasil
dalam proses penyembuhan yang dilakukannya, khususnya pada penderita yang berperilaku
kasar. Akan tetapi, pada tahun 1950-an cara ini ditinggalkan karena menyebabkan penderita
kehilangan kemampuan kognitifnya, otak tumpul, tidak bergairah, bahkan meninggal.
15
2.Terapi Psikososial
Terapi kelompok merupakan salah satu jenis terapi humanistik. Pada terapi ini,
beberapa klien berkumpul dan saling berkomunikasi dan terapist berperan sebagai fasilitator
dan sebagai pemberi arah di dalamnya. Para peserta terapi saling memberikan feedback
tentang pikiran dan perasaan yang dialami. Peserta diposisikan pada situasi sosial yang
mendorong peserta untuk berkomunikasi, sehingga dapat memperkaya pengalaman peserta
dalam kemampuan berkomunikasi.
Pada terapi keluarga merupakan suatu bentuk khusus dari terapi kelompok. Terapi ini
digunakan untuk penderita yang telah keluar dari rumah sakit jiwa dan tinggal bersama
keluarganya. Keluarga berusaha untuk menghindari ungkapan-ungkapan emosi yang bisa
mengakibatkan penyakit penderita kambuh kembali. Dalam hal ini, keluarga diberi informasi
tentang cara-cara untuk mengekspresikan perasaan-perasaan, baik yang positif maupun yang
negatif secara konstruktif dan jelas, dan untuk memecahkan setiap persoalan secara bersama-
sama. Keluarga diberi pengetahuan tentang keadaan penderita dan cara-cara untuk
menghadapinya. Dari beberapa penelitian, ternyata campur tangan keluarga sangat membantu
dalam proses penyembuhan, atau sekurang- kurangnya mencegah kambuhnya penyakit
penderita, dibandingkan dengan terapi-terapi secara individual.
16
Daftar Pustaka
5. Kaplan, H.I & Saddock, B.J. Sinopsis Psikiatri. 8th ed. Jakarta: Bina Rupa Aksara;
2005.
6. Durand, V. M, Barlow, D.H. (2007). Essentials of Abnormal Psychology. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
7. Hawari D (2003). Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa : Skizofrenia. Jakarta :
FKUI
8. Fitri Fauziah & Julianty Widuri. 2007. Psikologi Abnormal Klinis Dewasa.
Universitas Indonesia (UI-Press): Jakarta.
11. Nevid, Jeffrey S, dkk. 2005. Psikologi Abnormal edisi kelimaJilid 1. Jakarta: Erlangga.
12. McGrath, J., Saha, S., Chant, D. & Welham, J., 2008. Schizophrenia: A Concise
Overview of Incidence, Prevalence, and Mortality. Oxford Journal, 30(1)
17