Anda di halaman 1dari 3

PEMBAHASAN

PENGERTIAN
Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan mengintegrasikan arti dan
tujuan hidup seseorang dengan diri sendiri, orang lain, seni, musik, literatur, alam dan
kekuatan yang lebih besar dari dirinya (Nanda, 2005)

Definisi lain mengatakan bahwa distres spiritual adalah gangguan dalam prinsip hidup yang
meliputi seluruh kehidupan seseorang dan diintegrasikan biologis dan psikososial (Varcarolis,
2000).
Dengan kata lain kita dapat katakan bahwa distres spiritual adalah kegagalan individu dalam
menemukan arti kehidupannya.
2.2 PENYEBAB
Menurut Vacarolis (2000) penyebab distres spiritual adalah
sebagai berikut :
 Pengkajian Fisik  Abuse
 Pengkajian Psikologis  Status mental, mungkin adanya depresi,
marah, kecemasan, ketakutan, makna nyeri, kehilangan kontrol,
harga diri rendah, dan pemikiran yang bertentangan (Otis-Green,
2002).
 Pengkajian Sosial Budaya  dukungan sosial dalam memahami
keyakinan klien (Spencer, 1998).
KARAKTERISTIK
Karakteristik Distres Spritual menurut Nanda (2005) meliputi
empat hubungan dasar yaitu :
A. Hubungan dengan diri
1. Ungkapan kekurangan
 Harapan
 Arti dan tujuan hidup
 Perdamaian/ketenangan
 Penerimaan
 Cinta
 Memaafkan diri sendiri
 Keberanian
2. Marah
3. Kesalahan
4. Koping yang buruk
B. Hubungan dengan orang lain
1. Menolak berhubungan dengan tokoh agama
2. Menolak interaksi dengan tujuan dan keluarga
3. Mengungkapkan terpisah dari sistem pendukung
4. Mengungkapkan pengasingan diri
C. Hubungan dengan seni, musik, literatur, dan alam
1. Ketidakmampuan untuk mengungkapkan kreativitas
(bernyanyi, mendengarkan musik, menulis)
2. Tidak tertarik dengan alam
3. Tidak tertarik dengan bacaan keagamaan
D. Hubungan dengan kekuatan yang lebih besar dari dirinya
1. Ketidakmampuan untuk berdo’a
2. Ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan
keagamaan
3. Mengungkapkan terbuang oleh atau karena kemarahan Tuhan
4. Meminta untuk bertemu dengan tokoh agama
5. Tiba-tiba berubah praktik agama
6. Ketidakmampuan untuk introspeksi
7. Mengungkapkan hidup tanpa harpaan, menderita

PATOFISIOLOGI

Patofisiologi distress spiritual tidak bisa dilepaskan dari stress


dan struktur serta fungsi otak.
Stress adalah realitas kehidupan manusia sehari-hari. Setiap
orang tidak dapat dapat menghindari stres, namun setiap orang
diharpakan melakukan penyesuaian terhadap perubahan akibat stres.
Ketika kita mengalami stres, otak kita akan berespon untuk terjadi.
Konsep ini sesuai dengan yang disampikan oleh Cannon, W.B. dalam
Davis M, dan kawan-kawan (1988) yang menguraikan respon
“melawan atau melarikan diri” sebagai suatu rangkaian perubahan
biokimia didalam otak yang menyiapkan seseorang menghadapi
ancaman yaitu stres.
Stres akan menyebabkan korteks serebri mengirimkan tanda
bahaya ke hipotalamus. Hipotalamus kemudian akan menstimuli saraf
simpatis untuk melakukan perubahan. Sinyal dari hipotalamus ini
kemudian ditangkap oleh sistem limbik dimana salah satu bagian
pentingnya adalah amigdala yang bertangung jawab terhadap status
emosional seseorang. Gangguan pada sistem limbik menyebabkan
perubahan emosional, perilaku dan kepribadian. Gejalanya adalah
perubahan status mental, masalah ingatan, kecemasan dan
perubahan kepribadian termasuk halusinasi (Kaplan et all, 1996),
depresi, nyeri dan lama gagguan (Blesch et al, 1991).
Kegagalan otak untuk melakukan fungsi kompensasi terhadap
stresor akan menyebabkan seseorang mengalami perilaku maladaptif
dan sering dihubungkan dengan munculnya gangguan jiwa. Kegagalan
fungsi kompensasi dapat ditandai dengan munculnya gangguan pada
perilaku sehari-hari baik secara fisik, psikologis, sosial termasuk
spiritual.
Gangguan pada dimensi spritual atau distres spritual dapat
dihubungkan dengan timbulnya depresi.
Tidak diketahui secara pasti bagaimana mekanisme
patofisiologi terjadinya depresi. Namun ada beberapa faktor yang
berperan terhadap terjadinya depresi antara lain faktor genetik,
lingkungan dan neurobiologi.
Perilaku ini yang diperkirakan dapat mempengaruhi
kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan spiritualnya
sehingga terjadi distres spritiual karena pada kasus depresi seseorang
telah kehilangan motivasi dalam memenuhi kebutuhannya termasuk
kebutuhan spiritual

Anda mungkin juga menyukai