Anda di halaman 1dari 12

Makalah

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Terstruktur
Dalam Mata Kuliah Filsafat Pendidikan
BK 4C

Nama Kelompok:
1. Nadia Novrianti 2619092
2. Imade Silvia Ningsih 2619094

Dosen:
Ade Febrianti

JURUSAN PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
BUKITTINGGI
2021/2022
Kata pengantar

Puji syukur ucapkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta karunia-Nya kepada
kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan lancar yang berjudul
“KAP dalam berbagai-bagai hubungan”.Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena masih
dalam tahap pembelajaran Untuk itu penulis menerima kritikan dan saran yang bersifat
membangun demi perbaikan makalah selanjutnya yang lebih sempurna. Demikian penulisan
makalah ini, atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Masalah

Manusia diciptakan Allah SWT begitu mulia, karena selain bentuk yang sempurna manusia
juga dibekali piranti-piranti berupa akal, fitrah, qolbu, dan nafsu sehingga ia mampu
mentransformasikan segala anugerah itu untuk dapat mengaktualisasikan diri dalam mencapai
kesempurnaan sebagai khalifah di muka bumi. Untuk dapat mencapai itu semua manusia butuh
proses atau kegiatan yang ilmiah yaitu pendidikan.
Pendidikan merupakan bentuk usaha sadar dan terencana yang berfungsi untuk
mengembangkan potensi yang ada pada manusia agar bisa digunakan untuk kesempurnaan
hidupnya dimasa depan nanti. Jika dilihat dalam perspektif Islam adalah untuk membentuk
manusia menjadi manusia seutuhnya (insan kamil) dan menciptakan bentuk masyarakat yang
ideal dimasa depan. Dari istilah insan kamil ini maka segala aspek dalam pendidikan haruslah
sesuai dengan idealitas Islam.
Setiap kegiatan yang akan dilakukan apa lagi untuk mencapai sesuatu dari yang dilakukan
tersebut memerlukan suatu perencanaan atau pengorganisasian yang dilaksanakan secara
sistematis dan terstruktur. Demikian juga dalam suatu pendidikan baik jenis dan jenjangnya
pasti memerlukan suatu program yang terencana dan sistematis sehingga dapat menghantarkan
pada tujuan yang diinginkan, yang proses perencanaan ini dalam istilah pendidikan disebut
dengan kurikulum.
Dalam kurikulum, tidak hanya dijabarkan serangkaian ilmu pengetahuan yang harus diajarkan
oleh pendidik kepada anak didiik, tetapi juga segalah kegiatan yang bersifat kependidikan yang
dipandang perlu karena mempunyai pengaruh terhadap anak didik dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan islam. Disamping itu, kurikulum juga hendaknya dapat dijadikan ukuran
kwalitas proses dan keluaran pendidikan sehingga dalam kurikulum sekolah telah tergambar
berbagai pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diharapkan dimiliki setiap
lulusan sekolah.[1]
Salah satu tugas dari filsafat pendidikan islam adalah memberikan arah bagi tercapainya tujuan
pendidikan islam. Tujuan pendidikan islam yang akan dicapai harus direncanakan atau di
programkan melalui kurikulum. Oleh karena itu kurikulum merupakan faktor yang sangat
penting dalam proses pendidikan pada lembaga pendidikan islam. Dengan demikian akan
menjadi jelas dan terencana tentang bagaimana dan apa yang harus diterapkan dalam proses
belajar mengajar.
Dari uraian di atas, maka fokus pembahasan makalah ini adalah “ Bagaimana kurikulum dalam
perspektif filsafat pendidikan islam “?

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian dan azaz kurikulum
2. Komponen dan karakteristik kurikulum pendidikan
3. Organisasi dan pengembangan kurikulum pendidikan
C. Tujuan Makalah
1. Mengetahui pengertian dan asas Kurikulum
2. Mengetahui komponen dan karakteristik kurikulum pendidikan
3. Mengetahui organisasi dan pengembangan kurikulum pendidikan
Bab II
PEMBAHASAN

A. pengertian dan asas kurikulum


Menurut undang-undang sistem pendidikan nasional (UUSPN) nomor 20 tahun 2003
disebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di
sekolah. Dalam pengertia ini, kurikulum mengandung tiga hal pokok, yaitu tujuan, isi
dan bahan ajar serta cara pembelajaran, baik yang berupa srategi pembelajaran maupun
evaluasinya. Komponen –komponen tersebut, pada hakikatnya adalah struktur progam
sebagai progam pendidikan yang meliputi sejumlah mata pelajran, pengalaman belajar
atau kegiatan belajar, progam belajr siswa dan hasil yang diharapkan dari siswa.
Kurikulum sebagai progam pendidikan dapat dilihat dari lingkup yang luas dan lingkup
yang terbatas. Dalam lingkup luas, kurikulum adalah kurikulum yang terdapat pada
masing-masing lembaga pendidikan sekolah, misalnya: kurikulum sd, kurikulum
madrasah ibtida’yah, kurikulum smp, kurikulum madrasah tsanawiyah dan sebagainya.
Kurikulum pada level sekolah mencakup tujuan progam pendidikan, isi, materi progam,
strategi pelaksanaan progam, sarana yang dibutuhkan untuk melaksanakan progam dan
evaluasi progam. Sedangkan dalam lingkup terbatas, kurikulum itu adalah yang
berhubungan studi atau mata pelajaran itu terwujudkan dalam bentuk standar isi beserta
perangkatnya. Kurikulum sebagai progam pendidikan yang paling sederhana dan
tebatas adalah perencanaan pembelajaran (instruction design) atau satuan pelajaran.
Progam ini pada hakekatnya adalah kurikulum untuk satu unit pengalaman belajar
siswa yang berlangsung dalam proses belajar mengajar.

B. ASAS-ASAS KURIKULUM
Asas Filosofis
Asas filosofis dalam penyusunan kurikulum, berarti dalam penyusunan kurikulum
hendaknya berdasar dan terarah pada falsafah bangsa yang dianut. Falsafah atau filsafat
berasal dari bahasa Yunani yaitu philosopis, philo, philos, philen yang berarti cinta,
pecinta, mencintai, sedang Sophia berarti kebijaksanaan, kearifan, nikmat, hakikat, dan
kebenaran.
Dalam hal ini prinsip-prinsip ajaran filsafat yang dianut oleh suatu bangsa seperti
pancasila, kapitalisme, sosialisme, komunisme dan sebagainya dapat digolongkan
sebagai falsafah dalam arti (produk) sebagai pandangan hidup atau falsafah dalam arti
praktis. Dalam penyusunan kurikulum di Indonesia yang harus diacu adalah filsafat
pendidikan Pancasila. Filsafat pendidikan dijadikan dasar dan terarah, sedang
pelaksanaannya melalui pendidikan
Pandangan hidup bangsa Indonesia berdasar pada Pancasila dan dengan sendirinya
segala kegiatan yang dilakuan baik oleh berbagai lembaga maupun perorangan,
harapannya tidak boleh bertentangan dengan asas pancasila, termasuk dalam kegiatan
penyusunan kurikulum. Asas filosofis dalam pengembangan kurikulum pada
hakikatnya adalah menentukan tujuan umum pendidikan. Sekolah bertujuan mendidik
anak agar menjadi manusia yang “baik”. Faktor “baik” tidak hanya ditentukan oleh
nilai-nilai, cita-cita, atau filsafat yang dianut sebuah negara, tetapi juga oleh guru, orang
tua, masyarakat, bahkan dunia.
Kurikulum mempunyai hubungan yang erat dengan filsafat suatu bangsa, terutama
dalam menentukan manusia yang dicita-citakan sebagai tujuan yang harus dicapai
melalui pendidikan formal. Kurikulum yang dikembangkan harus mampu menjamin
terwujudnya tujuan pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. [2
Jadi, asas filosofis berkenaan dengan tujuan pendidikan yang sesuai dengan filsafat
negara. Perbedaan filsafat suatu negara menimbulkan implikasi yang berbeda di dalam
merumuskan tujuan pendidikan, menentukan bahan pelajaran dan tata cara
mengajarkan, serta menentukan cara-cara evaluasi yang ditempuh. Apabila pemerintah
bertukar, tujuan pendidikan akan berubah sama sekali. Di Indonesia, penyusunan,
pengembangan, dan pelaksanaan kurikulum harus memperhatikan Pancasila, Undang-
Undang Dasar 1945, dan Garis-Garis Besar Haluan Negara sebagai landasan filosofis
negara. Mengapa filsafat sangat diperlukan dalam dunia pendidikan? Menurut Nasution
(2008: 28), filsafat besar manfaatnya bagi kurikulum, yakni: Filsafat pendidikan
menentukan arah kemana anak- anak harus dibimbing. [3]
Sekolah ialah suatu lembaga yang didirikan oleh masyarakat untuk mendidik anak
menjadi manusia dan warga negara yang dicita- citakan oleh masyarakat itu. Jadi,
filsafat menentukan tujuan pendidikan. Dengan adanya tujuan pendidikan ada
gambaran yang jelas tentang hasil pendidikan yang harus dicapai, manusia yang
bagaimana yang harus dibentuk. Filsafat juga menentukan cara dan proses yang harus
dijalankan untuk mencapai tujuan itu. Filsafat memberikan kebulatan kepada usaha
pendidikan, sehingga tidak lepas-lepas. Dengan demikian terdapat kontinuitas dalam
perkembangan anak. Tujuan pendidikan memberikan petunjuk apa yang harus dinilai
dan sampai mana tujuan itu telah tercapai. Tujuan pendidikan memberi motivasi dalam
proses belajar-mengajar, bila jelas diketahui apa yang ingin dicapai. [4]

C. . Asas Psikologi
Asas psikologi berarti kegiatan yang mengacu pada hal-hal yang bersifat psikologi.
Pendidikan pada hakekatnya adalah suatu pelayanan yang diperuntukkan pada siswa,
oleh karena dalam psikologi juga dibahas aspek psikis yang terdapat pada [5]Manusia
sebagai makhluk yang bersifat unitas multiplex yang terdiri atas sembilan aspek
psikologi yang kompleks. Aspek-aspek tersebut dikembangkan dengan perantara
berbagai mata pelajaran yang tercantum dalam kurikulum sebagai berikut
Aspek ketakwaan : dikembangkan dengan kelompok bidang pendidikan keagamaan.
Aspek cipta : dikembangkan dengan kelompok bidang studi ekstrakurikuler, sosial,
bahasa, dan filsafat.
Aspek rasa : dikembangkan dengan kelompok bidang studi seni
Aspek karsa : dikembangkan dengan kelompok bidang studi etika, budi pekerti, Agama,
dan PPKN.
Aspek karya (kreatif) : Dikembangkan melalu kegiatan penelitian, independen studi,
dan pengembangan bakat.
Aspek karya : Dikembangkn dengan berbagai mata pelajaran keterampilan.
Aspek kesehatan : Dikembangkan dengan kelompok bidang studi kesehatan, olahraga.
Aspek sosial : Dikembangkan melalui kegiatan praktek lapangan, gotong royong, kerja
bakti, KKN, PPL, dan sebagainya.
Aspek karya : Dikembangkan melalui pembinan bakat, wirausaha dan kerja mandiri.

D. Asas Sosial Budaya/Asas Sosiologi


Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki berbagai gejala sosial hubungan
antar individu dengan individu, antar golongan, lembaga sosial yang disebut juga ilmu
masyarakat. Dunia sekitar merupakan lingkungan hidup bagi manusia. Masyarakat
merupakan kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama hingga mereka
mengatur diri mereka sendiri dan menganggap sebagai suatu kesatuan sosial. Sekolah
adalah institusi sosial yang didirikan dan ditujukan untuk memenuhi kepentingan dan
kebutuhan asyarakat. Maka kurikulum sekolah dalam penyusunan dan pelaksanaan
banyak dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial yang berkembang dan selalu
berubah di dalam masyarakat. [6]

E. Asas Organisatoris
Asas ini berkenaan dengan masalah bagaimana bahan pelajaran akan disajikan.
Apakah dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah-pisah, ataukah diusahakan adanya
hubungan antara pelajaran yang diberikan, misalnya dalam bentuk broad field atau
bidang studi seperti IPA, IPS, Bahasa, dan lain-lain. Ataukah diusahakan hubungan
secara lebih mendalam dengan menghapuskan segala batas-batas mata pelajaran (dalam
bentuk kurikulum terpadu).
Penganut ilmu jiwa asosiasi akan memilih bentuk organisasi kurikulum yang berpusat
pada mata pelajaran, sedangkan penganut ilmu jiwa Gestalt akan cenderung memilih
kurikulum terpadu. 8 Ilmu jiwa asosiasi yang berpendirian bahwa keseluruhan sama
dengan jumlah bagian-bagiannya, cenderung memilih kurikulum yang berpusat pada
mata pelajaran, yang dengan sendirinya akan terpisah-pisah. Sebaliknya, ilmu jiwa
Gestalt lebih mengutamakan keseluruhan karena keseluruhan itu bermakna dan lebih
relevan dengan kebutuhan anak dan masyarakat.

F. Komponen dan karakteristik kurikulum pendidikan


6 Maret 2020 22:48 |Diperbarui: 10 April 2020 19:13. Filsafat Pendidikan
mempunyai 3 komponen dasar yang perlu anda ketahui, antara lain Ontologi
Pendidikan, Epistemologi Pendidikan, Aksiologi Pendidikan.
Ke-3 Komponen tersebut sangat berperan penting saat anda mempelajari Filsafat
Pendidikan. Di bawah ini merupakan penjelasan tentang 3 komponen dasar Filsafat
Pendidikan :
Yang pertama, Ontologi Pendidikan : Ontologi berasal dari bahasa yunani yang terdiri
dari Ontos yang berarti "Hakikat" dan Logos yang berarti "Pengetahuan/ilmu". Dalam
materi ontologi disini bisa diartikan mengempiriskan atau bisa dijelaskan berdasarkan
pengalaman.
Pendidikan dalam hakikatnya tidak terbatas yaitu dapat dilakukan
dimanapun,kapanpun dan dalam kondisi apapun. Ontologi disini selalu berkaitan
dengan asal usul pendidikan tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa ontologi yaitu ilmu
yang selalu berkaitan dengan hakikat pendidikan dan asal usul pendidikan nya.
Yang kedua, Epistemologi Pendidikan : secara umum dapat diartikan, Ilmu yang
berkaitan dengan cara atau usaha dalam memperoleh pengetahuan. kemudian, dalam
filsafatnya itu sendiri dapat diartikan sebagai usaha mencari tahu sesuatu.
Maksud dari mencari tahu disini adalah bagaimana cara kita untuk mengosongkan
pikiran dalam mempelajari dari ahlinya. Manusia itu berbeda berdasarkan pengalaman
nya dan ilmu pengetahuan yang dia peroleh. Epistemologi disini dilihat dari sisi
historisnya atau dapat diartikan tentang sejarahnya bagaimana.
Kemudian, dilihat juga dari perkembangan pendidikannya seperti apa. Epistemologi
disini mengutamakan fakta bukan asumsi. jadi, harus memakai metode
observasi/wawancara seperti bertanya langsung kepada orangnya (Face to Face), Agar
mendapatkan solusi yang tepat sasaran.
Yang ketiga, Aksiologi Pendidikan : Ilmu yang membahas tentang nilai nilai.
maksudnya yaitu, ilmu yang mempelajari tentang nilai-nilai yang ada dalam pendidikan
tersebut, nilai juga ada dalam masyarakat. nilai disini harus bisa disesuaikan dan tidak
boleh dipaksakan. Aksiologi lebih mengutamankan manfaatnya dalam pendidikan
tersebut.

G. Karakteristik kurikulum pendidikan


1) Orientasi
Keberhasilan utama dari kurikulum pendidikan vokasi, bukan saja diukur dari
pencapaian hasil belajar berupa kelulusan, tetapi pada kemampuan para lulusan kelak
di dunia kerja. Asumsi tersebut dilandasi oleh pemikiran bahwa sifat pendidikan vokasi
yang merupakan pendidikan untuk penyiapan tenaga kerja, maka dengan sendirinya
orientasi pendidikan vokasi tertuju pada output atau lulusan.
2) Justifikasi
Kurikulum pendidikan vokasi didasarkan pada identifikasi kebutuhan berbagai jenis
pekerjaan yang ada di lapangan. Inilah yang menjadi alasan mengapa pendidikan vokasi
perlu ”diselenggarakan”. Justifikasi/alasan keberadaan pendidikan vokasi didasari oleh
asumsi adanya kebutuhan tenaga kerja di lapangan. Oleh karena itu, yang dimaksud
justifikasi di sini adalah justifikasi untuk eksistensi. Pendidikan vokasi ”tidak layak
ada” jika di lapangan tidak dibutuhkan tenaga kerja yang akan dididik di sekolah
tersebut.
3) Fokus
Fokus kurikulum pendidikan vokasi tidak hanya pada aspek skill/psikomotorik seperti
yang dipahami sebagian masyarakat, akan tetapi kurikulum membantu siswa untuk
mengembangkan diri dalam seluruh aspek yaitu pengetahuan, keterampilan, sikap, dan
nilai yang tujuan akhirnya untuk memberikan kontribusi untuk keberhasilan sebagai
”pekerja” atau dengan kata lain siswa dididik untuk memiliki kemampuan yang
komprehensif dan simultan sehingga mampu menjadi pekerja yang ”produktif”.
4) Kriteria keberhasilan di sekolah dan luar sekolah (dual criteria)
Berlainan dengan pendidikan umum, kriteria untuk menentukan keberhasilan suatu
lembaga pendidikan vokasi pada dasarnya menerapkan ukuran ganda, yaitu
keberhasilan siswa di sekolah (in-school success) dan keberhasilan di luar sekolah (out-
of-school success). Kriteria yang pertama meliputi aspek keberhasilan siswa dalam
menempuh proses pembelajaran di kelas, sedang kriteria keberhasilan yang kedua
diindikasikan oleh keberhasilan performance lulusan setelah berada di dunia kerja.
5) Hubungan antara sekolah, masyarakat dan keterlibatan pemerintah
Hubungan antara sekolah dan masyarakat lebih khususnya dengan dunia industri
merupakan karakteristik yang sangat penting dalam konteks pendidikan vokasi. Peran
masyarakat dan pemerintah dalam hal ini sama pentingnya. Masyarakat dan pemerintah
memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan pendidikan vokasi. Perwujudan
hubungan timbal balik yang menunjang ini mencakup adanya dewan penasehat
kurikulum kejuruan (curriculum advisory committee), kesediaan dunia usaha
menampung siswa pendidikan vokasi dalam program kerjasama yang memungkinkan
kesempatan pengalaman lapangan, informasi kecenderungan ketenagakerjaan yang
selalu dijabarkan ke dalam perencanaan dan implementasi program pendidikan.
6) Kepekaan
Kurikulum pendidikan vokasi memiliki karakteristik lain yaitu kepekaan atau daya suai
yang tinggi terhadap perkembangan masyarakat pada umumnya dan dunia kerja pada
khususnya, hal ini dimungkinkan karena komitmen pendidikan vokasi yang tinggi
untuk selalu berorientasi kepada dunia kerja. Perkembangan ilmu dan teknologi, pasang
surutnya suatu bidang pekerjaan, inovasi dan penemuan-penemuan terbaru dalam
bidang produksi dan jasa, semuanya itu sangat besar pengaruhnya terhadap
kecenderungan pendidikan vokasi. Tidak terkecuali adalah mobilitas kerja baik vertikal
maupun horisontal sebagai akibat perkembangan sosial kemasyarakatan yang
semuanya harus diantisipasi secara cermat guna menjamin relevansi yang tinggi antara
isi pendidikan vokasi dan kebutuhan dunia kerja.
7) Sarana prasarana dan pembiayaan
Dalam implementasi kurikulum di pendidikan vokasi, ketersediaan sarana prasarana
merupakan sesuatu yang sangat penting. Kelengkapan sarana prasarana akan dapat
membantu mewujudkan situasi atau pengalaman belajar yang dapat mencerminkan
situasi dunia kerja secara lebih realistis dan edukatif. Bengkel dan laboratorium adalah
kelengkapan yang umum menyertai keberadaan/eksistensi pendidikan vokasi, selain
pengalaman lapangan yang biasanya tercantum dalam kerangka kurikulumnya. Dalam
konteks ini, sering dipertanyakan apakah investasi yang besar di pendidikan vokasi
cukup efisien dibandingkan dengan hasilnya.

H. Organisasi dan pengembangan Kurikulum pendidikan


Beragamnya pandangan yang mendasari pengembangan kurikulum memunculkan
terjadinya keragaman dalam mengorgansiasikan kurikulum. Setidaknya terdapat enam
ragam pengorganisasian kurikulum, yaitu:
Mata pelajaran terpisah (isolated subject); kurikulum terdiri dari sejumlah mata
pelajaran yang terpisah-pisah, yang diajarkan sendiri-sendiri tanpa ada hubungan
dengan mata pelajaran lainnya. Masing-masing diberikan pada waktu tertentu dan tidak
mempertimbangkan minat, kebutuhan, dan kemampuan peserta didik, semua materi
diberikan sama
Mata pelajaran berkorelasi; korelasi diadakan sebagai upaya untuk mengurangi
kelemahan-kelemahan sebagai akibat pemisahan mata pelajaran. Prosedur yang
ditempuh adalah menyampaikan pokok-pokok yang saling berkorelasi guna
memudahkan peserta didik memahami pelajaran tertentu.
BidangBidang studi (broad field); yaitu organisasi kurikulum yang berupa
pengumpulan beberapa mata pelajaran yang sejenis serta memiliki ciri-ciri yang sama
dan dikorelasikan (difungsikan) dalam satu bidang pengajaran. Salah satu mata
pelajaran dapat dijadikan “core subject”, dan mata pelajaran lainnya dikorelasikan
dengan core tersebut.
ProgramProgram yang berpusat pada anak (child centered), yaitu program kurikulum
yang menitikberatkan pada kegiatan-kegiatan peserta didik, bukan pada mata pelajaran.
Inti Masalah (core program), yaitu suatu program yang berupa unit-unit masalah,
dimana masalah-masalah diambil dari suatu mata pelajaran tertentu, dan mata pelajaran
lainnya diberikan melalui kegiatan-kegiatan belajar dalam upaya memecahkan
masalahnya. Mata pelajaran-mata pelajaran yang menjadi pisau analisisnya diberikan
secara terintegrasi.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
Bahwa kurikulum adalah landasan yang digunakan pendidik untuk membimbing
peserta didik kearah tujuan pengetahuan, keterampilan dan sikap.mental, baik
dilakukan di dalam kelas maupun di luar kelberiku

Asas –asas kurikulum,meliputi:


• Asas Filosofis.
• Asas Sosiologis.
• Asas Organisatoris.
• Asas Psikologis.
DAFTAR PUSTAKA

Nugiyantoro, Burhan, ,Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah .Sebuah Pengantar


Teoritis Dan Pelaksanaan , BPFE ,Yogyakarta: 1980

Al-Rasy Nata,Abudin. Filsafat Pendidikan Islam 1. Logos Wacana Ilmu, Jakarta: 1997.
Suharto,Toto, Filsafat Pendidikan Islam, Ar-Ruz Media, Yogyakarta: 2006
Idin dan Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam : Pendekatan Histories, Teoritis, dan Praktis,
Ciputat Press, Ciputat : 2005
Arifin, H.M. T.th, Filsafat Pendidikan Islam, cet.ke-4, Bumi Aksara Jakarta
Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, Kencana, Jakarta : 2005

Uman Cholil, Ikhtisar Ilmu Pendidikan Islam, Surabaya: Duta Aksara,1998


Muhaimin & Mujib Abdul, Pemikiran Pendidikan Islam : Kajian Filosofis dan Kerangkah
Dasar Oprasionalnya cet.ke 1, Trigenda Karya, Bandung: 1993

Anda mungkin juga menyukai