Nama Kelompok:
1. Nadia Novrianti 2619092
2. Imade Silvia Ningsih 2619094
Dosen:
Ade Febrianti
Puji syukur ucapkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta karunia-Nya kepada
kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan lancar yang berjudul
“KAP dalam berbagai-bagai hubungan”.Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena masih
dalam tahap pembelajaran Untuk itu penulis menerima kritikan dan saran yang bersifat
membangun demi perbaikan makalah selanjutnya yang lebih sempurna. Demikian penulisan
makalah ini, atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Masalah
Manusia diciptakan Allah SWT begitu mulia, karena selain bentuk yang sempurna manusia
juga dibekali piranti-piranti berupa akal, fitrah, qolbu, dan nafsu sehingga ia mampu
mentransformasikan segala anugerah itu untuk dapat mengaktualisasikan diri dalam mencapai
kesempurnaan sebagai khalifah di muka bumi. Untuk dapat mencapai itu semua manusia butuh
proses atau kegiatan yang ilmiah yaitu pendidikan.
Pendidikan merupakan bentuk usaha sadar dan terencana yang berfungsi untuk
mengembangkan potensi yang ada pada manusia agar bisa digunakan untuk kesempurnaan
hidupnya dimasa depan nanti. Jika dilihat dalam perspektif Islam adalah untuk membentuk
manusia menjadi manusia seutuhnya (insan kamil) dan menciptakan bentuk masyarakat yang
ideal dimasa depan. Dari istilah insan kamil ini maka segala aspek dalam pendidikan haruslah
sesuai dengan idealitas Islam.
Setiap kegiatan yang akan dilakukan apa lagi untuk mencapai sesuatu dari yang dilakukan
tersebut memerlukan suatu perencanaan atau pengorganisasian yang dilaksanakan secara
sistematis dan terstruktur. Demikian juga dalam suatu pendidikan baik jenis dan jenjangnya
pasti memerlukan suatu program yang terencana dan sistematis sehingga dapat menghantarkan
pada tujuan yang diinginkan, yang proses perencanaan ini dalam istilah pendidikan disebut
dengan kurikulum.
Dalam kurikulum, tidak hanya dijabarkan serangkaian ilmu pengetahuan yang harus diajarkan
oleh pendidik kepada anak didiik, tetapi juga segalah kegiatan yang bersifat kependidikan yang
dipandang perlu karena mempunyai pengaruh terhadap anak didik dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan islam. Disamping itu, kurikulum juga hendaknya dapat dijadikan ukuran
kwalitas proses dan keluaran pendidikan sehingga dalam kurikulum sekolah telah tergambar
berbagai pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diharapkan dimiliki setiap
lulusan sekolah.[1]
Salah satu tugas dari filsafat pendidikan islam adalah memberikan arah bagi tercapainya tujuan
pendidikan islam. Tujuan pendidikan islam yang akan dicapai harus direncanakan atau di
programkan melalui kurikulum. Oleh karena itu kurikulum merupakan faktor yang sangat
penting dalam proses pendidikan pada lembaga pendidikan islam. Dengan demikian akan
menjadi jelas dan terencana tentang bagaimana dan apa yang harus diterapkan dalam proses
belajar mengajar.
Dari uraian di atas, maka fokus pembahasan makalah ini adalah “ Bagaimana kurikulum dalam
perspektif filsafat pendidikan islam “?
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian dan azaz kurikulum
2. Komponen dan karakteristik kurikulum pendidikan
3. Organisasi dan pengembangan kurikulum pendidikan
C. Tujuan Makalah
1. Mengetahui pengertian dan asas Kurikulum
2. Mengetahui komponen dan karakteristik kurikulum pendidikan
3. Mengetahui organisasi dan pengembangan kurikulum pendidikan
Bab II
PEMBAHASAN
B. ASAS-ASAS KURIKULUM
Asas Filosofis
Asas filosofis dalam penyusunan kurikulum, berarti dalam penyusunan kurikulum
hendaknya berdasar dan terarah pada falsafah bangsa yang dianut. Falsafah atau filsafat
berasal dari bahasa Yunani yaitu philosopis, philo, philos, philen yang berarti cinta,
pecinta, mencintai, sedang Sophia berarti kebijaksanaan, kearifan, nikmat, hakikat, dan
kebenaran.
Dalam hal ini prinsip-prinsip ajaran filsafat yang dianut oleh suatu bangsa seperti
pancasila, kapitalisme, sosialisme, komunisme dan sebagainya dapat digolongkan
sebagai falsafah dalam arti (produk) sebagai pandangan hidup atau falsafah dalam arti
praktis. Dalam penyusunan kurikulum di Indonesia yang harus diacu adalah filsafat
pendidikan Pancasila. Filsafat pendidikan dijadikan dasar dan terarah, sedang
pelaksanaannya melalui pendidikan
Pandangan hidup bangsa Indonesia berdasar pada Pancasila dan dengan sendirinya
segala kegiatan yang dilakuan baik oleh berbagai lembaga maupun perorangan,
harapannya tidak boleh bertentangan dengan asas pancasila, termasuk dalam kegiatan
penyusunan kurikulum. Asas filosofis dalam pengembangan kurikulum pada
hakikatnya adalah menentukan tujuan umum pendidikan. Sekolah bertujuan mendidik
anak agar menjadi manusia yang “baik”. Faktor “baik” tidak hanya ditentukan oleh
nilai-nilai, cita-cita, atau filsafat yang dianut sebuah negara, tetapi juga oleh guru, orang
tua, masyarakat, bahkan dunia.
Kurikulum mempunyai hubungan yang erat dengan filsafat suatu bangsa, terutama
dalam menentukan manusia yang dicita-citakan sebagai tujuan yang harus dicapai
melalui pendidikan formal. Kurikulum yang dikembangkan harus mampu menjamin
terwujudnya tujuan pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. [2
Jadi, asas filosofis berkenaan dengan tujuan pendidikan yang sesuai dengan filsafat
negara. Perbedaan filsafat suatu negara menimbulkan implikasi yang berbeda di dalam
merumuskan tujuan pendidikan, menentukan bahan pelajaran dan tata cara
mengajarkan, serta menentukan cara-cara evaluasi yang ditempuh. Apabila pemerintah
bertukar, tujuan pendidikan akan berubah sama sekali. Di Indonesia, penyusunan,
pengembangan, dan pelaksanaan kurikulum harus memperhatikan Pancasila, Undang-
Undang Dasar 1945, dan Garis-Garis Besar Haluan Negara sebagai landasan filosofis
negara. Mengapa filsafat sangat diperlukan dalam dunia pendidikan? Menurut Nasution
(2008: 28), filsafat besar manfaatnya bagi kurikulum, yakni: Filsafat pendidikan
menentukan arah kemana anak- anak harus dibimbing. [3]
Sekolah ialah suatu lembaga yang didirikan oleh masyarakat untuk mendidik anak
menjadi manusia dan warga negara yang dicita- citakan oleh masyarakat itu. Jadi,
filsafat menentukan tujuan pendidikan. Dengan adanya tujuan pendidikan ada
gambaran yang jelas tentang hasil pendidikan yang harus dicapai, manusia yang
bagaimana yang harus dibentuk. Filsafat juga menentukan cara dan proses yang harus
dijalankan untuk mencapai tujuan itu. Filsafat memberikan kebulatan kepada usaha
pendidikan, sehingga tidak lepas-lepas. Dengan demikian terdapat kontinuitas dalam
perkembangan anak. Tujuan pendidikan memberikan petunjuk apa yang harus dinilai
dan sampai mana tujuan itu telah tercapai. Tujuan pendidikan memberi motivasi dalam
proses belajar-mengajar, bila jelas diketahui apa yang ingin dicapai. [4]
C. . Asas Psikologi
Asas psikologi berarti kegiatan yang mengacu pada hal-hal yang bersifat psikologi.
Pendidikan pada hakekatnya adalah suatu pelayanan yang diperuntukkan pada siswa,
oleh karena dalam psikologi juga dibahas aspek psikis yang terdapat pada [5]Manusia
sebagai makhluk yang bersifat unitas multiplex yang terdiri atas sembilan aspek
psikologi yang kompleks. Aspek-aspek tersebut dikembangkan dengan perantara
berbagai mata pelajaran yang tercantum dalam kurikulum sebagai berikut
Aspek ketakwaan : dikembangkan dengan kelompok bidang pendidikan keagamaan.
Aspek cipta : dikembangkan dengan kelompok bidang studi ekstrakurikuler, sosial,
bahasa, dan filsafat.
Aspek rasa : dikembangkan dengan kelompok bidang studi seni
Aspek karsa : dikembangkan dengan kelompok bidang studi etika, budi pekerti, Agama,
dan PPKN.
Aspek karya (kreatif) : Dikembangkan melalu kegiatan penelitian, independen studi,
dan pengembangan bakat.
Aspek karya : Dikembangkn dengan berbagai mata pelajaran keterampilan.
Aspek kesehatan : Dikembangkan dengan kelompok bidang studi kesehatan, olahraga.
Aspek sosial : Dikembangkan melalui kegiatan praktek lapangan, gotong royong, kerja
bakti, KKN, PPL, dan sebagainya.
Aspek karya : Dikembangkan melalui pembinan bakat, wirausaha dan kerja mandiri.
E. Asas Organisatoris
Asas ini berkenaan dengan masalah bagaimana bahan pelajaran akan disajikan.
Apakah dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah-pisah, ataukah diusahakan adanya
hubungan antara pelajaran yang diberikan, misalnya dalam bentuk broad field atau
bidang studi seperti IPA, IPS, Bahasa, dan lain-lain. Ataukah diusahakan hubungan
secara lebih mendalam dengan menghapuskan segala batas-batas mata pelajaran (dalam
bentuk kurikulum terpadu).
Penganut ilmu jiwa asosiasi akan memilih bentuk organisasi kurikulum yang berpusat
pada mata pelajaran, sedangkan penganut ilmu jiwa Gestalt akan cenderung memilih
kurikulum terpadu. 8 Ilmu jiwa asosiasi yang berpendirian bahwa keseluruhan sama
dengan jumlah bagian-bagiannya, cenderung memilih kurikulum yang berpusat pada
mata pelajaran, yang dengan sendirinya akan terpisah-pisah. Sebaliknya, ilmu jiwa
Gestalt lebih mengutamakan keseluruhan karena keseluruhan itu bermakna dan lebih
relevan dengan kebutuhan anak dan masyarakat.
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
Bahwa kurikulum adalah landasan yang digunakan pendidik untuk membimbing
peserta didik kearah tujuan pengetahuan, keterampilan dan sikap.mental, baik
dilakukan di dalam kelas maupun di luar kelberiku
Al-Rasy Nata,Abudin. Filsafat Pendidikan Islam 1. Logos Wacana Ilmu, Jakarta: 1997.
Suharto,Toto, Filsafat Pendidikan Islam, Ar-Ruz Media, Yogyakarta: 2006
Idin dan Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam : Pendekatan Histories, Teoritis, dan Praktis,
Ciputat Press, Ciputat : 2005
Arifin, H.M. T.th, Filsafat Pendidikan Islam, cet.ke-4, Bumi Aksara Jakarta
Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, Kencana, Jakarta : 2005