Anda di halaman 1dari 4

Proposal Penelitian

Nama: Lasi Alfridon Bani


Nim: 1813010014
Judul: Gambaran Kondisi Pasang Surut dan Kecepatan Arus Air Laut Untuk Penataan
Budidaya Tambak Ikan Bandeng (Chanos chanos) Di Desa Fahiluka Kabupaten Malaka
BAB I
PENDAHULUAN
I.I LATAR BELAKANG
Malaka adalah salah satu dari 22 Kabupaten atau Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Kabupaten ini adalah pemekaran dari Kabupaten Belu sejak tanggal 11 Januari 2013, berdasarkan
Trujillo dan hurman, 2008).Tamanat Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2013 yang mengatakan tentang
pembentukan Kabupaten Malaka di Provinsi Nusa Tenggara Timur dan yang terletak di bagian
daratan Timor. Berdasarkan letak Geografisnya Kabupaten Malaka bertempat di daratan Timor,
Provinsi NTT, dan berada di bagian paling timur. Secara geopolitik, Kabupaten Malaka memiliki
posisi strategis karena berbatasan langsung dengan Negara Republik Demokratik Timor Leste
(RDTL). Perbatasan darat dari Kabupaten Malaka adalah berbatasan dengan Negara Timor Leste dan
perbatasan laut yaitu dengan Negara Australia. Kabupaten ini baru dibentuk pada tahun 2013, dan jika
dilihat dari karakteristik wilayahnya Kabupaten ini masih dikatakan atau dikategorikan sebagai daerah
terpencil dan tertinggal di bagian perkembangan pembangunannya. Terdapat beberapa wilayah di
Kabupaten Malaka yang letaknya di pedalaman, dan masih dikatakan sangat terpencil dan
pembangunannya hampir semua belum terjangkau. Hal ini dikarenakan ada beberapa wilayah yang
terdapat di pegunungan sangat menghambat pelaksanaan pembangunan. Jumlah garis Pantai di
Kabupaten Malaka adalah sepanjang 82,94 Km yang membentang mulai dari Kecamatan Kobalima
Timur sampai Kecamatan Wewiku ada terdapat 5(lima) Kecamatan yang berbatasan dengan laut dan
terdapat 25 desa pesisir.
Hampir sebagian masyarakat di Kabupaten Malaka Hidup bergantung pada potensi laut. Dengan Luas
kawasan ikan tangkap 614, 416 km, luas kawasan perikanan budidaya : air tawar 15, 57 ha, air payau
24,28 ha. Jadi luas Perikanan Budidaya seluruhnya 24,43 ha. Dalam Oseanografi, pemahamam
mengenai arus menjadi sangat penting. Dengan mengerti pola aliran arus, analisis mengenai dampak
lingkungan yang disebabkan limbah pencemaran, pembangungan atau perencanaan struktur pantai
(pelabuhan), navigasi, perencanaan strukur laut lepas pantai (di lepas pantai), keperluan berlayar dan
perikanan dapat dibangun atau dirancang dengan baik. Arus, gelombang, dan pasang surut merupakan
parameter penting dinamika perairan yang memberikan pengaruh terhadap perubahan wilayah pesisir
dan laut (Dijkstra, 2008). Menurut (Trujillo dan Thurman, 2008) mengatakan bahwa Arus, gelombang
dan pasut ini aktif dalam mempengaruhi proses - proses biologi, fisika dan kimia dalam ruang dan
waktu yang terjadi di pantai dan laut.

I.2 Rumusan Masalah


Dari penelitian ini didapatkan rumusan masalah sebagai berikut;

 Apakah kondisi pasang surut pada perairan diDesa Fahiluka layak untuk penataan budidaya
tambak ikan bandeng (Chanos chanos)
 Apakah kondisi arus air pada perairan diDesa Fahiluka layak untuk penataan budidaya
tambak ikan bandeng (Chanos chanos)
I.3 Tujuan
Tujuan yang didapat dari penelitian ini adalah

 Untuk mengetahui apakah kondisi pasang surut pada perairan diDesa Fahiluka layak
dijadikan tempat penataan budidaya tambak ikan bandeng (Chanos chanos)
 Untuk mengetahui apakah kondisi arus air pada perairan diDesa Fahiluka layak dijadikan
tempat penataan budidaya tambak ikan bandeng (chanos chanos)
I.4 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai sumber informasi dan pengetahuan tentang kondisi pasang
surut dan arus air laut diDesa Fahiluka dalam penataan budidaya tambak ikan bandeng (Chanos
chanos)
I.5 Hipotesis
H1: Diduga kondisi pasang surut pada perairan diDesa Fahiluka layak dalam penataan budidaya
tambak ikan bandeng (Chanos chanos)
H2: Diduga kondisi arus air laut pada perairan diDesa Fahiluka layak dalam penataan budidaya
tambak ikan bandeng (Chanos chanos)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. I Ikan Bandeng (Chanos chanos)
Klasifikasi dan Morfologi
2.1.1. Klasifikasi Bandeng (C. chanos)
Klasifikasi Bandeng (C. chanos) menurut Nelson (2006)
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Craniata
Superkelas : Gnathostomata
Kelas : Actinopterygii
Subkelas : Neopterygii
Superordo : Ostariophysi
Ordo : Gonorynchiformes
Subordo : Chanoidei
Famili : Chanidae
Subfamili : Chaninae
Genus : Chanos
Spesies : Chanos chanos
Bandeng (C. chanos) merupakan ikan yang termasuk ke dalam famili
Chanidae dan merupakan jenis yang masih tersisa dalam famili tersebut (Nelson,
2006). Bandeng merupakan ikan dengan tingkat toleransi salinitas yang tinggi
(euryhaline) sehingga dapat hidup di perairan payau maupun di lautan lepas
(Priyono et al., 2011) dan dapat tumbuh hingga mencapai 2 meter dengan berat 14
kg. Bandeng pada umumnya akan melepaskan telurnya pada perairan laut dangkal,
dimana setelah menetas nener Bandeng akan hidup di laut selama kurang lebih 2
hingga 3 minggu. Selanjutnya pada fase remaja (juvenile) Bandeng akan melakukan
migrasi menuju perairan payau (sekitar hutan mangrove) bahkan danau dan akan kembali menuju laut
setelah matang secara seksual dan bereproduksi (Priyono et
al., 2011).
Bandeng merupakan ikan yang kaya dengan nutrisi yang sangat tinggi
seperti kandungan protein yang mencapai 24% (Hafiludin, 2015). Tingginya
kandungan nutrisi yang dimiliki Bandeng menjadikan Bandeng sebagai pakan
populer di wilayah Asia Tenggara (Fauzi, 2013). Hal ini mendorong meningkatnya
jumlah petani tambak yang membudidayakan Bandeng. Penyebaran budidaya
Bandeng di Indonesia sudah sangat luas dimana hampir di setiap provinsi dapat
ditemukan pembudidayaan Bandeng.
2.1.3. Habitat Bandeng
Bandeng merupakan ikan yang memiliki penyebaran di laut tropik Indo
Pasifik namun lebih dominan di daerah Asia (Priyono et al., 2011). Bandeng
dewasa pada umumnya hidup pada perairan laut dengan dengan kedalaman 1
hingga 30 meter dan berkarang. Nener Bandeng yang baru menetas pada umumnya
akan hidup pada perairan laut dangkal selama 2 hingga 3 minggu kemudian
bermigrasi ke hutan mangrove, muara sungai, hingga danau ketika remaja sebelum
kembali ke laut dengan kedalaman 10-30 meter ketika dewasa untuk berkembang
biak.

Anda mungkin juga menyukai