Anda di halaman 1dari 18

Agribisnis Rumput Laut

BAB 7
EKOLOGI RUMPUT LAUT

kologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan

E lingkungannya dan yang lainnya. Berasal dari kata Yunani oikos ("habitat")
dan logos ("ilmu"). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik
interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan
lingkungannya. Dalam ekologi, kita mempelajari makhluk hidup sebagai kesatuan
atau sistem dengan lingkungannya. Pembahasan ekologi tidak lepas dari
pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor
abiotik dan biotik. Faktor biotik antara lain suhu, air, kelembapan, cahaya, dan
topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia,
hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-
tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem
yang saling mempengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan
kesatuan.

Sebaran jenis-jenis rumput laut ditentukan oleh kecocokan habitatnya, yang


umumnya terdapat pada rataan terumbu karang. Rumput laut menempel pada
substrat benda keras berupa pasir, karang, pecahan karang mati atau kulit kerang,
sesuai dengan lingkungan terumbu karang, karena habitat umumnya pada
terumbu karang maka sebaran jenis rumput laut mengikuti pola sebaran terumbu
karang. Rumput laut hidup sebagai fitobentos dengan menancapkan dirinya pada
substrat lumpur, pasir, karang, batu dan kayu, ada pula yang hidup melekat pada
tanaman lain yang bersifat efitik.

Faktor-faktor oseanografi (fisika, kimia dan dinamikanya) dan bermacam - macam


substrat sangatlah menentukan pertumbuhan rumput laut (Soegiarto et al., 1978).
Menurut Mubarak et al., (1990) susunan kimia dari pantai berbatu karang tidak
mempengaruhi kehidupan rumput laut, hanya semata-mata sebagai tempat
menempel (melekat) saja, namun sifat fisika substratnya seperti tingkat kekerasan
dan kehalusan dari substrat tersebut, memegang peranan penting dalam
penyebaran rumput laut.

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 222


Agribisnis Rumput Laut

Menurut Dahuri et al., (2001), rumput laut memperoleh makanan langsung dari air
laut, nutrient dihantarkan melalui upwelling, turbulensi dan masukan dari daratan.
Pertumbuhan dan perkembangan rumput laut sangat dipengaruhi oleh kondisi
ekologi tempatnya tumbuh, baik dari jenis alga merah, alga hijau maupun alga
coklat. Beberapa faktor ekologi yang berperan dalam pertumbuhan rumput laut
antara lain

7.1. Faktor Fisika Perairan

7.1.1. Cahaya

Cahaya merupakan salah satu factor pembatas pada kehidupan rumput laut, hal
ini disebabkan karena sangat berpengaruh terhadap proses fotosintesa rumput
laut. Cahaya akan semakin berkurang intensitasnya dengan semakin besarnya
kedalaman perairan. Oleh karena itu rumput laut sebagai salah satu produsen di
perairan umumnya banyak dijumpai pada kedalaman tertentu dimana masih ada
sinar matahari, yaitu berkisar antara 0-250 m, lebih dari 250 m sinar matahari
sudah tidak efisien lagi sehingga proses fotointesis terhambat.

Sinar matahari diperlukan oleh makhluk hidup, namun ada kalanya kurang
menguntungkan karena dapat membatasi komunitas organisme di pantai berbatu.
Sinar matahari mengandung sinar ultraviolet dapat membahayakan jaringan hidup,
hal ini dikaitkan dengan kualitas spektrum cahaya.

Rumput laut memerlukan cahaya dengan panjang gelombang terpanjang (merah)


yang diserap oleh air dengan cepat dan cenderung banyak ditemukan di daerah
pantai berbatu yang lebih tinggi, sehingga ketika rumput laut tenggelam (ketika
benar-benar berfotosintesis), mereka tidak boleh berada di tempat yang terlalu
dalam di bawah penetrasi cahaya merah (kira-kira 2 meter), namun karang rumput
laut terdiri dari 3 jenis yaitu alga hijau, merah dan coklat maka spectrum cahaya
yang diserap oleh masing-masing jenis berbeda (Nybakken, 1992). Cole 1988 dan
Moss, 1993 menyatakan bahwa pigmen clorofil menyerap cahaya biru dan merah,
karoten menyerap cahaya biru dan hijau, fikoeritrin menterap warna hijau dan
fikosianin menyerap cahaya kuning. Hal ini terlihat dari warna berbagai jenis
rumput laut yang mampu mnyerap warna tertentu tergantung pigmen yang
dikandungnya.

Kualitas dan kuantitas cahaya sangat berpengaruh terhadap produksi spora dan
pertumbuhan rumput laut. Persporaan Gelidium dapat dirangsang oleh cahaya
hijau. Kebutuhan cahaya dari rumput laut merah agak lebih rendah bila

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 223


Agribisnis Rumput Laut

dibandingkan dengan rumput laut coklat, misalnya persporaan Gracilaria


verrucosa berkembang baik pada intensitas cahaya 400 lux, sedangkan
Ectocarpus tumbuh cepat pada intensitas cahaya antara 6500-7500 lux (P3O-LIPI,
1987).

(a) (b)

(c)
Gambar 7.1. Pertumbuhan rumput laut optimal dengan cahaya matahari optimal
membantu berperan dalam fotosintesis (a) rumput laut yang
dibudidayakan dengan pencahayaan yang optimal (b) perairan yang
cukup mendapat cahaya matahari (c) proses fotosintesis yang
berlangsung pada rumput laut

Dengan semakin tinggi daya tembus cahaya matahari, maka lapisan eufotik
sebagai tempat terjadinya proses fotosintesis bisa maksimal. Air yang keruh

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 224


Agribisnis Rumput Laut

biasanya mengandung lumpur yang dapat menghalangi tembusnya cahaya dalam


air dan dapat menimbun permukaan thallus, sehingga akan menggangu
pertumbuhan dan perkembangannya.

Indriani dan Sumiarsih (2001) juga menyebutkan bahwa sinar matahari diperlukan
sekali dalam proses fotosintesis rumput laut. Banyaknya sinar matahari yang
masuk ke dalam air berhubungan erat dengan kecerahan air laut. Kejernihan air
dipengaruhi oleh partikel-partikel yang terkandung di air dan senyawa-senyawa
kimia di perairan serta kedalaman laut.

Pengukuran kecerahan perairan merupakan parameter untuk menyatakan cahaya


matahari yang dapat menembus kolam perairan. Cahaya matahari yang jatuh ke
permukaan air sebagian akan dipantulkan dan diteruskan ke dalam perairan
(Sumawijaya, 1974). Intensitas cahaya matahari merupakan faktor utama dalam
proses fotosintesis (Sahlan, 1982).

Kebutuhan intensitas cahaya matahari marga Sargassum lebih tinggi dari pada
marga algae merah lainnya. Boney (1965) menyatakan pertumbuhan Sargassum
mebutuhkan intensitas cahaya matahari berkisar 6500 – 7500 lux. Alga Sargassum
tumbuh berumpun dengan untaian cabang-cabang. Panjang thalli utama
mencapai 1 – 3 m dan tiap-tiap percabangan terdapat gelembung udara berbentuk
bulat yang disebut “bladder,” berguna untuk menopang cabang-cabang thalli
terapung ke arah permukaan air untuk mendapatkan intensitas cahaya matahari.

7.1.2. Suhu

Suhu udara mempunyai kisaran yang dapat melebihi batas letal, sehingga rumput
laut di pantai berbatu dapat mati baik karena kedinginan ataupun kepanasan.
Suhu mempunyai pengaruh tidak langsung, dimana rumput laut dapat mati karena
kehabisan air, kehabisan air dapat diperecepat dengan meningkatnya suhu.

Suhu perairan mempengaruhi laju fotosintesis. Nilai suhu perairan yang optimal
untuk laju fotosintesis berbeda pada setiap jenis. Secara prinsip suhu yang tinggi
dapat menyebabkan protein mengalami denaturasi, serta dapat merusak enzim
dan membran sel yang bersifat labil terhadap suhu yang tinggi. Pada suhu yang
rendah, protein dan lemak membran dapat mengalami kerusakan sebagai akibat
terbentuknya kristal di dalam sel.

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 225


Agribisnis Rumput Laut

Terkait dengan itu, maka suhu sangat mempengaruhi beberapa hal yang terkait
dengan kehidupan rumput laut, seperti kehilangan hidup, pertumbuhan dan per-
kembangan, reproduksi, fotosintesis dan respirasi (Luning, 1990).

Suhu air dipengaruhi oleh radiasi cahaya matahari, suhu udara, cuaca dan lokasi.
Radiasi matahari merupakan faktor utama yang mempengaruhi naik turunnya
suhu air. Air mempunyai kapasitas yang besar untuk menyimpan panas sehingga
suhunya relatif konstan dibandingkan dengan suhu udara (Subandriyo, 1996).

Gambar 7.2. Pengaruh cahaya matahari yang dirubah menjadi energy panas
melalui proses fotosintesis di suatu ekosistem

Rumput laut akan tumbuh subur pada daerah yang sesuai dengan suhu di laut. Di
daerah tropis rumput laut dapat tumbuh pada kisaran suhu 20ºC. Untuk jenis
Hypnea spp, hidup optimal pada suhu 28ºC, sedangkan jenis Gracillaria spp
tumbuh optimal pada suhu 20-28ºC (Luning, 1990).

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 226


Agribisnis Rumput Laut

7.1.3. Salinitas

Salinitas merupakan faktor lingkungan yang penting sehingga setiap organisme


laut memiliki toleransi yang berbeda terhadap salinitas untuk kelangsungan
hidupnya. Nontji (1987) menyatakan bahwa salinitas (kadar garam atau kega-
raman) adalah jumlah berat semua garam (dalam gram) yang terlarut dalam satu
liter air, yang biasanya dinyatakan dalam satuan ‰ (permil, gram perliter).

Salinitas perairan untuk organisme laut merupakan faktor lingkungan yang


penting. Setiap organisme laut memiliki toleransi yang berbeda terhadap salinitas
untuk kelangsungan hidupnya. Salinitas berhubungan erat dengan tekanan
osmotik yang mempengaruhi keseimbangan tubuh organisme akuatik. Dinyatakan
pula bahwa semakin tinggi kadar garam (salinitas) maka makin besar pula
tekanan osmotik pada air. Selain itu salinitas juga berhubungan dengan proses
osmoregulasi dalam tubuh organisme.

Distribusi salinitas sangat ditentukan oleh keberadaan aliran air tawar yang masuk
ke lokasi, baik yang berasal dari sungai ataupun buangan dari daerah aliran
sungai, dimana air tawar akan mengalir ke arah laut dan berada pada lapisan
permukaan, sedangkan pada lapisan bawah salinitas lebih tinggi akibat perge-
rakan pasang surut ke arah daratan. Hal ini akan menyebabkan terjadinya 2
lapisan massa air dengan salinitas yang berbeda pada suatu saat (lapisan
halocline) dan umumnya terjadi di daerah estuaria.

Keadaan demikian sangat tidak menguntungkan untuk aktivitas budidaya laut,


khususnya bagi biota laut yang relatif stabil. Distribusi salinitas di suatu lokasi
ditentukan oleh kecepatan air tawar, masuk ke lokasi (the rate of freshwater run
off), bentuk dasar pantai dan bentuk alami mulut sungai (Hutabarat, 1988).

Tinggi rendahnya salinitas dapat menyebabkan perubahan fisik dan morfologis


jenis rumput laut tertentu. Atmadja (1986) menyatakan bahwa musim berpengaruh
pada salinitas air laut. Pada musim hujan salinitas menurun karena mendapat
tambahan air hujan, begitu juga bila mendapat tambahan air tawar dari muara
sungai besar. Sedangkan pada musim kemarau terjadi penguapan yang tinggi
sehingga salinitas air laut dapat meningkat.

Kesuburan alga dapat dipengaruhi oleh kadar garam (salinitas). Perubahan


salinitas yang dapat mempengaruhi rumput laut terjadi di pantai berbatu melalui
dua cara, Pertama, akibat hujan yang lebat, karena pantai berbatu terbuka pada
saat air surut dan kemudian digenangi air akan mengakibatkan salinitas sangat

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 227


Agribisnis Rumput Laut

turun. Pada keadaan tertentu penurunan salinitas ini akan melewati batas toleransi
dan karena kebanyakan organisme intertidal menunjukkan toleransi yang terbatas
terhadap turunnya salinitas rumput laut dapat mati. Kedua, ada hubungannya
dengan genangan pasang surut yaitu daerah yang menampung air ketika air surut
daerah ini dapat digenangi oleh air tawar dari sungai yang mengalir masuk hingga
menurunkan salinitas atau dapat memperlihatkan kenaikan salinitas jika terjadi
penguapan sangat tinggi pada siang hari (Nybakken, 1992).

Secara umum salinitas air laut mencapai 35‰ pertumbuhan rumput laut
maksimum terdapat pada kisaran salinitas 15-38‰ dengan salinitas air laut
mencapai 35‰. Pertumbuhan rumput laut maksimum terdapat pada kisaran
salinitas 15-38‰ dengan salinistas optimum 25‰. Jenis Gracilaria hidup baik
dalam kisaran salinitas 15-22‰ sedangkan jenis Fucus vesiculosus toleran pada
salinitas 8-34‰. Penyebaran rumput laut disuatu daerah juga ditentukan oleh
pencampuran air tawar dari sungai (Luning, 1990).

Rumput laut dapat melimpah di salinitas yang tinggi, tetapi ada pula yang
melimpah pada salinitas yang rendah karena pengaruh masukan air tawar.
Semakin ke timur perairan Indonesia, keanekaragaman rumput laut semakin tinggi
karena struktur dan kondisi karangnya semakin baik, kejernihan air yang tinggi,
bebas dari sedimentasi dan salinitas yang tinggi yaitu 30‰ (Mubarak et al., 1990).

Marga Eucheuma memerlukan persyaratan lingkungan yang moderat,


membutuhkan substrat yang tidak lunak tapi tidak terlalu keras, yaitu pasir dan
pecahan karang, memerlukan gerakan air yang sedang, gerakan air yang kuat
dapat menyebabkan thallusnya patah dan air yang stagnan dapat menyebabkan
kematian, salinitas antara 29-34‰ (Mubarak et al., 1990). Sedangkan Puja et al.,
(2001) menyatakan bahwa Eucheuma adalah alga laut yang bersifat stenohaline,
relatif tidak tahan terhadap perbedaan salinitas yang tinggi. Salinitas yang baik
berkisar antara 28 – 34‰ dengan nilai optimal adalah 33 ‰.

Marga Gracilaria hidup pada kisaran kondisi lingkungan yang lebih lebar dari pada
Eucheuma, selain di ekosistem terumbu karang ia dapat pula hidup di ekosistem
estuaria, ia dapat menempel pada lumpur, pasir dan karang atau kulit kerang, ia
dapat hidup pada air yang stagnan gerakan air yang moderat, salinitas antara 15-
34‰, karena itu dapat dibudidayakan di laut ataupun di tambak. Marga Gelidium
memerlukan kondisi lingkungan yang kisarannya sempit, membutuhkan gerakan
air yang sangat kuat dan menempel pada substrat yang sangat keras karena itu
banyak ditemukan di pantai Samudra Hindia, jenis ini belum dibudidayakan
(Muba-rak et al., 1990).

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 228


Agribisnis Rumput Laut

Marga Sargassum termasuk tumbuhan kosmopolit yang hidup pada rataan


terumbu karang sampai daerah tubir pada rataan terumbu, mampu tumbuh
dengan baik melekat pada substrat keras, sebarannya sangat luas di seluruh
perairan Indonesia (Mubarak et al., 1990).

7.1.4. Gerakan air

Kenyataan bahwa gelombang kebanyakan berjalan pada jarak yang luas, sehing-
ga mereka bergerak makin jauh dari tempat asalnya dan tidak lagi dipengaruhi
langsung oleh angin. Sifat-sifat gelombang dalam hal ini besar kecilnya dan
kecuraman dipengaruhi oleh kecepatan angin saat angin sedang bertiup dan jarak
tanpa rintangan saat angin sedang bertiup (fetch). Untuk mengetahui gelombang
di lautan digunakan skala beafort (Hutabarat, 1988).

Bentuk gelombang akan berubah dan akhirnya pecah begitu mereka sampai di
pantai. Pecahnya gelombang ini sering disertai dengan gerakan air maju ke depan
yang berkekuatan sangat besar dan dapat merusak kontruksi budiaya. Bila sebuah
gelombang pecah, airnya akan dilemparkan jauh ke depan sampai mencapai
daerah pantai sebagai sebuah arus. Kebanyakan rumput laut mampu mentole-
ransi aksi gelombang yang besar dan terekspos pada daerah intertidal berbatu
dan substrat yang padat.

Gelombang yang datang menuju pantai dapat menimbulkan arus pantai (near-
shore current) yang berpengaruh terhadap proses sedimentasi dan abrasi pantai.
Pola arus pantai ditentukan terutama oleh besarnya sudut yang dibentuk antara
gelombang yang datang dengan garis pantai. Jika sudut datang itu cukup besar,
maka akan terbentuk arus menyusuri pantai (longshore current) dan jika sudut
datang itu kecil maka akan terbentuk arus meretas pantai (rip current).

Arus laut (sea current) adalah gerakan massa air laut dari satu tempat ke tempat
lain baik secara vertikal (gerak ke atas) maupun secara horizontal (gerakan ke
samping). Contoh gerakan itu seperti gaya coriolis, yaitu gaya yang membelok
arah arus dari tenaga rotasi bumi. Pembelokan itu akan mengarah ke kanan di
belahan bumi utara dan mengarah ke kiri di belahan bumi selatan. Gaya ini yang
mengakibatkan adanya aliran gyre yang searah jarum jam (ke kanan) pada
belahan bumi utara dan berlawanan dengan arah jarum jam di belahan bumi
selatan. Perubahan arah arus dari pengaruh angin ke pengaruh gaya coriolis
dikenal dengan nama spiral ekman.

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 229


Agribisnis Rumput Laut

Menurut letaknya arus dibedakan menjadi dua yaitu arus atas dan arus bawah.
Arus atas adalah arus yang bergerak di permukaan laut. Sedangkan arus bawah
adalah arus yang bergerak di bawah permukaan laut. Faktor pembangkit arus
permukaan disebabkan oleh adanya angin yang bertiup diatasnya. Tenaga angin
memberikan pengaruh terhadap arus permukaan (atas) sekitar 2% dari kecepatan
angin itu sendiri. Kecepatan arus ini akan berkurang sesuai dengan makin
bertambahnya kedalaman perairan sampai pada akhirnya angin tidak berpengaruh
pada kedalaman 200 meter.

Oleh karena dibangkitkan angin, arah arus laut permukaan (atas) mengikuti arah
angin yang ada. Khususnya di Asia Tenggara karena arah angin musim sangat
kentara perubahannya antara musim barat dan musim timur maka arus laut
permukaan juga banyak dipengaruhinya. Arus musim barat ditandai oleh adanya
aliran air dari arah utara melalui laut Cina bagian atas, laut Jawa, dan laut Flores.
Adapun pada musim timur sebaliknya mengalir dari arah selatan.

Selain pergerakan arah arus mendatar, angin dapat menimbulkan arus air vertikal
yang dikenal dengan upwelling dan sinking di daerah-daerah tertentu. Proses
upwelling adalah suatu proses massa air yang didorong ke atas dari kedalaman
sekitar 100 sampai 200 meter. Angin yang mendorong lapisan air permukaan
mengakibatkan kekosongan di bagian atas, akibatnya air yang berasal dari bawah
menggantikan kekosongan yang berada di atas. Oleh karena air yang dari
kedalaman lapisan belum berhubungan dengan atmosfer, maka kandugan
oksigennya rendah dan suhunya lebih dingin dibandingkan dengan suhu air
permukaan lainnya.

Di pantai berbatu, gerakan ombak mempunyai pengaruh yang besar terhadap


orga-nisme dan komunitas diban-dingkan daerah-daerah laut lainnya. Pengaruh
ini terlihat nyata baik secara langsung maupun tidak langsung. Aktivitas
gelombang mempengaruhi kehidupan pantai secara langsung diantaranya adalah
pengaruh mekaniknya melepaskan dan menghanyutkan rumput laut dari
substratnya (P3O-LIPI, 1987).

Sedangkan pengaruh gerakan ombak secara tidak langsung adalah tetap


menjamin ketersediaan makanan dari air dan juga meningkatkan kandungan
oksigen karena terjadi proses percampuran gas-gas dari atmosfer ke dalam air
sehingga daerah yang diterpa ombak tidak pernah kekurangan oksigen. Gerakan
ombak juga merupakan faktor penyebab sebaran stadia reproduksi dan
persporaan rumput laut terutama penyebaran spora, pelekatan dan
pertumbuhannya. Seperti diketahui bahwa kebanyakan spora alga adalah bersifat

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 230


Agribisnis Rumput Laut

planktonik sehingga gerakan dan sebarannya dipengaruhi oleh pola dan sifat
gerakan air.

Alga yang tumbuh diperairan yang selalu berombak dan berarus kuat akan
mempunyai sifat persporaan yang berbeda dengan alga yang tumbuh diperairan
tenang. Alga yang tumbuh pada perairan yang selalu berombak dan berarus kuat
umumnya bersifat cepat tenggelam dan memiliki kemampuan daya tempel yang
cepat dan kuat pada substrat. Sebaliknya, hal ini terdapat pada alga di perairan
tenang. Fungsi gerakan air penting pula dalam memperbaiki kondisi pertukaran
zat hara dan menghindarkan pengendapan dalam menunjang pertumbuhan (P3O-
LIPI, 1987).

7.1.5. Substrat,

Tipe dan sifat substratum dan dasar perairan merupakan faktor penting dalam
pemilihan lokasi. Keadaan substratum ini merupakan refleksi dari keadaan
oseanografi perairan karang dan dapat pula digunakan untuk menentukan derajat
kemudahan dalam pembangunan konstruksi budidaya. Area yang sangat ber-
karang umumnya sangat terbuka terhadap ombak (wave exposed), sedangkan
tipe substratum yang terdiri dari fine sand atau silt umumnya terlindung dari segala
macam gerak air. Kedua macam substratum ini tidak tepat untuk dipilih (Mubarak
et al., 1990). Klasifikasi kurang sedimen dan tipe sedimen disajikan pada Tabel
7.1.

Tabel 7.1.Klasifikasi sedimen menurut skala Wentworth


Ukuran Sedimen (mm) Tipe Sedimen
>2 Kerikil + Batuan
2 Pasir sangat kasar
1 Pasir kasar
0,5 Pasir agak kasar
0,250 Pasir halus
0,125 Pasir sangat halus
<0,026 Lumpur + Liat
Sumber : Subandriyo (1996)

Eucheuma, rumput laut ekonomis penting kebanyakan terdapat di daerah pasang


surut (intertidal) atau pada daerah yang selalu terendam oleh air (subtidal) dengan
melekat pada substrat dasar perairan yang berupa batu karang mati, batu karang
hidup, batu gamping atau cangkang moluska. Umumnya Eucheuma tumbuh
dengan baik di daerah pantai terumbu karena persyaratan untuk pertumbuhannya
Direktorat Pembinaan SMK (2008) 231
Agribisnis Rumput Laut

banyak terpenuhi seperti kedalaman, pencahayaan, substrat dan gerakan air (Kadi
dan Atmaja, 1988). Doty (1987) menyebutkan Eucheuma denticulatum, Eucheuma
alvarezii dan Eucheuma gelatinae menyukai perairan berterumbu karang yang
jernih dan kaya akan cahaya. Habitat ketiga jenis rumput laut ini menurut
Anonimous (1944) in Doty (1987) dibatasi oleh garis 20° lintang utara dan 20°
lintang selatan.

Gambar 7.3. Hamparan rumput laut alam yang banyak ditemukan di perairan
karang berbatu

Lingkungan tempat tumbuh algae Sargassum terutama di daerah perairan jernih


yang mempunyai substrat dasar batu karang, karang mati, batuan vulkanik dan
benda-benda yang bersifat massive yang berada di dasar perairan. Alga
Sargassum tumbuh dari daerah intertidal, subtidal sampai daerah tubir dengan
ombak besar dan arus deras.

7.2. Faktor Kimia Perairan

7.2.1. Nutrien atau


atau zat hara

Keberadaan nutrien dengan komposisinya dalam air laut walaupun sangat sedikit,
tetapi sangat penting bagi proses ekologi. Pergerakan air sangat mempengaruhi
kebanyakan proses ekologi dan distribusi, terutama sirkulasi nutrien dan oksigen.

Fotosintesis tumbuhan laut, selain menghasilkan oksigen, juga untuk pemben-


tukan protein, enzim, cadangan energi, energi pengangkutan, dan molekul lainnya.

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 232


Agribisnis Rumput Laut

Konsentrasi N dan P dalam perairan sangat sedikit padahal sangat dibutuhkan.


Kandungan nitrat rata-rata di perairan laut sebesar 0,5 ppm dan kandungan fosfat
lebih rendah. Kedua senyawa tersebut bisa melebihi batas pada wilayah permu-
kaan air.

Nitrat adalah senyawa nitrogen yang stabil dan merupakan salah satu senyawa
yang penting untuk sintesis protein tumbuhan dan hewan. Senyawa ini dapat
berasal dari limbah domestik sisa tanaman,senyawa organik ataupun limbah
industri. Tersedianya nitrogen dalam bentuk nitrat dapat berasal dari limbah per-
tanian, hasil perubahan amoniak, tinja manusia dan hewan atau dapat juga
berasal dari proses alami seperti petir .

Makanan rumput laut berupa nutrient yang terkandung pada air laut tempat
hidupnya. Akibat peristiwa upwelling dan turbulensi, nutrient tersebut menjadi
tersedia di perairan. Sekitar 10% dari produktifitas bersih rumput laut memasuki
jaring-jaring makanan dalam bentuk grazing, sisanya 90% memasuki rantai
makanan dalam bentuk detritus atau bahan organik terlarut (Nybakken, 1988).
Ketersediaan zat hara tidak menjadi factor penghambat untuk pertumbuhan
tanaman. Keberadaannya di laut masih cukup, bahkan masih berlebih untuk
kebutuhan rumput laut (Indriani dan Sumiarsih, 2001). Zat hara untuk rumput laut
diperoleh dari air disekelilingnya. Penyerapan zat hara dilakukan oleh seluruh
bagian thallus rumput laut. Selama ini ketersediaan zat hara di laut tidak menjadi
masalah, hal ini dikarenakan adanya sirkulasi yang baik, run off dari darat dan
gerakan air. Nutrient pada perairan tidak pernah menjadi faktor pembatas bagi
pertumbuhan rumput laut karena jumlahnya yang sangat melimpah. Melihat hal ini
maka dalam upaya budidaya kita tidak perlu menyediakan zat hara (Indriani dan
Sumiarsih, 2001).

Ketersediaan nutrient atau zat hara pada peraiaran sangat penting bagi kehidupan
rumput laut. Rumput laut memerlukan zat hara dalam proses fotosintesis sebagai
salah satu bahan dasar untuk menyusun energi guna memenuhi kebutuhan
metabolis-menya. Ada empat elemen penting yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
rumput laut yaitu oksigen, karbon, nitrogen dan fosfor dengan perbandingan 212 :
106 : 15 : 1 pada air laut (Dawes, 1981).

Nitrogen merupakan bagian essensial dari seluruh kehidupan karena berfungsi


sebagai pembentuk protein dalam pembentukan jaringan, sehingga aktifitas yang
utama seperti fotosintesis dan respirasi tidak dapat berlangsung tanpa tersedianya
nitrogen yang cukup (Ranoemihardjo et al., 1988 dalam Prasetya, 2002).
Kekurangan nitrogen menyebabkan tanaman tidak tampak hijau segar, melainkan

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 233


Agribisnis Rumput Laut

tampak agak kekuningan kerena pembentukan klorofil terganggu (Dwidjosaputro,


1992). Chu (1934) dalam Wardoyo (1975) menyatakan bahwa alga, khususnya
fitoplankton dapat tumbuh optimal pada kandungan nitrat sebesar 0,9 – 3,5 mg/L.
Pada konsentrasi di bawah 0,01 atau diatas 4,5 mg/L. Nitrat dapat merupakan
faktor pembatas. Sedangkan Curtis and Daniel (1950) dalam Effendi (2000)
menyatakan bahwa nitrogen dalam bentuk NO3 akan menjadi faktor pembatas jika
kandungannya kurang dari 0,1 mg/L.

Fosfat merupakan unsur metabolik yang sangat penting dan keberadaannya


serigkali mempenga-ruhi produkstifitas perairan umum. Fosfat merupakan salah
satu unsur essensial bagi pembentukan protein dan metabolisme sel organisme.
Menurut Dwidjosaputro (1992) fosfat diperlukan tanaman untuk pembentukan
fosfolipida dan nukleoprotein. Kekurangan zat ini akan menghambat pertumbuhan
dan tanaman akan menjadi hijau tua. Wardoyo (1975) menyatakan bahwa dalam
perairan unsur P terdapat dalam senyawa fosfat yang berada dalam bentuk
anorganik (ortho, meta, dan polifosfat) dan organic dalam tubuh organisme
melayang dan senyawaan organik. Organisme nabati hanya bisa memanfaatkan
fosfat yang terlarut dalam bentuk orthofosfat. Joshimura (1968) dalam Wardoyo
(1975) menyatakan bahwa kandungan fosfat terlarut dalam suatu perairan
merupakan indikator yang data dipakai untuk menentukan tingkat kesuburan
perairan. Sehubungan dengan hal itu, klasifikasi kesuburan perairan dapat
digolongkan berdasarkan konsentrasi dari fosfat yang tertera seperti pada Tabel
7.2 di bawah ini.

Tabel 7.2. Hubungan kandungan fosfat dengan kesuburan perairan.


Kandungan fosfat (mg/L) Kesuburan perairan
0,000 – 0,020 Rendah
0,021 – 0,050 Cukup
0,051 – 0,100 Baik
0,101 – 0,200 Sangat baik
≥ 0,201 Sangat baik sekali
Sumber : Effendi (2000)

Pada tumbuhan alga, zat besi berperan sebagai penyusun sitokrom dan klorofil,
serta berperan sebagai sistem enzim, dan transfer electron pada proses
fotosintesis, kadar zat besi yang berlebihan sangat menghambat fiksasi unsur
lainnya (Effendi, 2000). Zat besi juga berperan dalam oksidasi reduksi pada
proses fotosintesis dan respirasi, selain sebagai beberapa kofaktor enzim pada
tumbuhan (Agustina, 2004).

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 234


Agribisnis Rumput Laut

Kekurangan zat besi dapat menyebabkan warna tanaman menjadi kekuningan


atau pucat (Dwidjosaputro, 1992). Kadar Fe yang menunjang kehidupan rumput
laut adalah > 0,018 mg/L (Azis dalam Pratomo dan Sulistyowati, 2002).
Sedangkan Moore (1991) dalam Effendi (2000) menambahkan bahwa kadar besi
bila melebihi 1,0 mg/L dianggap membahayakan kehidupan organis-me akuatik.
Sehingga kadar besi yang dinilai masih dalam kisaran aman untuk budidaya
rumput laut berkisar antara 0,018 – 1,0 mg/L.

Natrium merupakan mikronutrien yang diperlukan tumbuhan untuk mengaktifkan


enzim nitrat reduktase dalam pemanfaatan nitrat oleh tumbuhan (Graham dan
Wilcoz, 2002), sedangkan Agustina (2004) menyebutkan bahwa natrium juga
berfungsi sebagai pengatur keseimbangan air dalam tumbuhan dan mampu
mengakumulasi asam oksalat. Natrium sangat diperlukan dalam pembangunan
struktur sel-sel rumput laut, juga berperan dalam mekanisme transpor elektron
dalam proses metabolisme yang terjadi antara sel tumbuhan. Kandungan natrium
yang diperlukan rumput laut hanya dalam jumlah yang kecil namun memiliki
peranan yang penting pada pertumbuhannya yaitu sebesar > 0,005 mg/L (Azis
dalam Pratomo dan Sulistyowati, 2002). Ion natrium pada perairan laut bebas
memiliki konsentrasi paling tinggi yaitu mencapai 10.500 mg/L (Subandriyo, 1996).

Kalium diperlukan tanaman dalam jumlah yang kecil, digunakan sebagai


katalisator terutama dalam pengu-bahan protein dan asam amino, namun kalium
merupakan kadar terbesar yang terkandung dalam rumput laut. Kekurangan
kalium dapat menyebabkan terhambatnya fotosintesis dan bertambahnya respirasi
sehingga mengakibatkan pertumbuhan terhambat dan kerapuhan pada tumbuhan
sehingga mudah patah dan rusak (Dwidjosaputro, 1992). Kalium juga dapat
mengaktifkan kerja beberapa enzim, dan merupakan komponen paling penting
dalam mekanisme pengaturan osmotik dalam sel, dan berpengaruh langsung
terhadap tingkat semi permiabilitas membran dan fosforilase dalam kloroplas
(Agustina, 2004). Kandungan kalium di perairan laut sekitar 380 mg/L
(Subandriyo, 1996).

Kelimpahan dan kesuburan stadia reproduksi alga dapat dipengaruhi oleh kondisi
kandungan nitrat dan fosfat. Unsur nitrogen dan fosfat sangat diperlukan rumput
laut untuk pertumbuhannya. Umumnya unsur fosfat yang dapat diserap rumput
laut dalam bentuk ortho-fosfat sedangkan nitrogen di perairan diserap dalam
bentuk nitrat. Kisaran nitrat yang baik di lautan bagi kehidupan organisme adalah
0,001-5 mg/l (Luning, 1990).

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 235


Agribisnis Rumput Laut

7.2.2. Oksigen terlarut

Air laut mengandung sejumlah gas-gas terlarut di dalamnya. Semua gas-gas yang
terdapat di atmosfir dapat dijumpai di dalam air laut, walaupun dalam perban-
dingan jumlah yang tidak sama seperti yang ada di udara.

Gas oksigen terlarut sangat penting, karena gas ini sangat dibutuhkan oleh
organisme air. Oksigen terlarut umumnya banyak dijumpai di lapisan permukaan,
oleh karena gas oksigen berasal dari udara di dekatnya melakukan pelarutan
(difusi) ke dalam air laut. Fitoplankton juga membantu menambah jumlah kadar
oksigen terlarut pada lapisan permukaan di waktu siang hari. Penambahan ini
disebabkan oleh terlepasnya gas oksigen sebagai hasil dari fotosintesis.

7.3. Faktor Biologi Perairan

Walaupun produktifitas ekosistem rumput laut cukup besar namun hewan yang
memakan tumbuhan ini secara langsung relatif sedikit, diperkirakan hanya 10%
dari produksi bersih yang memasuki jaring makanan pada ekosistem rumput laut
melalui grazing, sedangkan 90% lagi memasuki rantai makanan dalam bentuk
detritus atau bahkan organik terlarut (Nybakken, 1992).

Mollusca dan ikan berpengaruh terhadap persporaan alga. Kelompok grazer yang
dominan pada daerah pantai berbatu adalah limpet, bulu babi, siput Lithorena.
Dipihak lain ikan herbivore melalui grazing dan browsing (pemakan rumput laut)
dapat merusak thalii dan dengan sendirinya mempertahankan hidup digenangan
pasang dengan populasi grazer Lithorina littoreai yang besar karena grazer ini
senang memakan Enteromorpha intestinalis mengurangi jumlah spora yang
dikeluarkan rumput laut (P3O-LIPI, 1987).

Keberadaan diatom disekitar ekosistem rumput laut dapat mengganggu kehidupan


organisme hayati ini, terutama saat rumput laut pada stadia mikroalga. Pada
stadia ini diatom dapat memakan bahkan masuk dalam sel rumput laut,
sedangkan saat rumput laut pada stadia dewasa (mikroalga), diatom menempel
dan hidup sebagai parasit pada thalii rumput laut bersama tumbuhan epifit lain.
Kebutuhan minimal diatome akan silikat untuk pertumbuhan adalah 0,5 mg/l (P3O-
LIPI, 1987).

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 236


Agribisnis Rumput Laut

RANGKUMAN

Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk
hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Sebaran jenis-
jenis rumput laut ditentukan oleh kecocokan habitatnya, yang umumnya terdapat
pada rataan terumbu karang. Rumput laut hidup sebagai fitobentos dengan
menancapkan dirinya pada substrat lumpur, pasir, karang, batu dan kayu, ada
pula yang hidup melekat pada tanaman lain yang bersifat efitik. Sebaran rumput
laut juga dipengaruhi oleh factor fisika, kimia dan biologi perairan.

APLIKASI KONSEP

Lakukan kunjungan bersama teman ke daerah pesisir atau tepi laut, amati sebaran
rumput laut yang terdapat di daerah tersebut beserta karakter perairannya. Lalu
ambil beberapa sampel rumput laut dan identifikasi bersama kelompok anda.

PEMECAHAN MASALAH

Diskusikan bersama teman dalam kelompok atau pendamping, berbagai jenis


rumput laut yang ditemukan pada daerah pesisir yang telah anda lakukan
sebelumnya, lalu ceritakan karakter perairan dari masing-masing lokasi tempat
anda menemukan rumput laut tersebut.

PENGAYAAN

1. Ekologi dapat diartikan sebagai…


a. Interaksi antara makhluk hidup dalam berkembang biak
b. Interaksi antara makhluk hidup dalam satu habitat
c. Interaksi antara makhluk hidup dengan makhluk hidup lainnya
d. Interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya
2. Factor fisika perairan yang berperan dalam ekosistem rumput laut antara
lain…
a. Cahaya, suhu, oksigen terlarut
b. Cahaya, salinitas, oksigen terlarut
c. Salinitas, suhu, nutrient
d. Cahaya, salinitas, substrat dasar
3. Pigmen karoten yang terkandung pada rumput laut mampu menyerap
warna dari matahari, yaitu…
a. Biru dan merah
b. Biru dan hijau

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 237


Agribisnis Rumput Laut

c. Hijau dan kuning


d. Merah dan kuning
4. Pengaruh suhu terhadap kehidupan rumput laut secara langsung adalah…
a. Berpengaruh terhadap laju fotosintesis
b. Berpengaruh terhadap laju kristalisasi
c. Berpengaruh terhadap pengeringan sel rumput laut
d. Berpengaruh terhadap penguapan sel
5. Faktor fisika perairan yang berhubungan erat dengan tekanan osmotik
yang mempengaruhi keseimbangan tubuh organisme akuatik, adalah...
a. Suhu
b. Cahaya matahari
c. Salinitas
d. Kedalaman
6. Jenis Gracilaria hidup baik dalam kisaran salinitas…
a. 15 – 22 ‰
b. 10 – 22 ‰
c. 15 – 30 ‰
d. 20 - 30 ‰
7. Menurut letaknya arus dibedakan menjadi dua yaitu arus atas dan arus
bawah, penyebab terjadinya arus permukaan adalah…
a. Pergerakan rotasi bumi
b. Pergerakan aliran arus bawah
c. Angin yang bertiup diatasnya
d. Pergerakan arus vertical atau upwelling
8. Nutrient atau zat hara sangat diperlukan untuk pertumbuhan rumput laut,
proses penyerapan nutrient dilakukan rumput laut pada bagian…
a. Stomata
b. Seluruh bagian thallus
c. Holdfast
d. Tunas muda
9. Zat hara yang sangat diperlukan pada proses fotosintesis rumput laut
adalah nitrogen karena perannya dalam pembentukan…
a. Karbohidrat
b. Protein
c. Vitamin
d. Mineral
10. Kelompok grazer yang dominan ditemukan di daerah pantai berbatu
adalah..
a. Limpet bulu babi dan ikan bawal
b. Siput lithorina dan ikan bawal

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 238


Agribisnis Rumput Laut

c. Siput lithorina dan teripang


d. Leimpet bulu babi dan siput lithorina

KUNCI JAWABAN

1. D
2. D
3. B
4. A
5. C
6. A
7. C
8. B
9. B
10. D

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 239

Anda mungkin juga menyukai