BAB 7
EKOLOGI RUMPUT LAUT
E lingkungannya dan yang lainnya. Berasal dari kata Yunani oikos ("habitat")
dan logos ("ilmu"). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik
interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan
lingkungannya. Dalam ekologi, kita mempelajari makhluk hidup sebagai kesatuan
atau sistem dengan lingkungannya. Pembahasan ekologi tidak lepas dari
pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor
abiotik dan biotik. Faktor biotik antara lain suhu, air, kelembapan, cahaya, dan
topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia,
hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-
tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem
yang saling mempengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan
kesatuan.
Menurut Dahuri et al., (2001), rumput laut memperoleh makanan langsung dari air
laut, nutrient dihantarkan melalui upwelling, turbulensi dan masukan dari daratan.
Pertumbuhan dan perkembangan rumput laut sangat dipengaruhi oleh kondisi
ekologi tempatnya tumbuh, baik dari jenis alga merah, alga hijau maupun alga
coklat. Beberapa faktor ekologi yang berperan dalam pertumbuhan rumput laut
antara lain
7.1.1. Cahaya
Cahaya merupakan salah satu factor pembatas pada kehidupan rumput laut, hal
ini disebabkan karena sangat berpengaruh terhadap proses fotosintesa rumput
laut. Cahaya akan semakin berkurang intensitasnya dengan semakin besarnya
kedalaman perairan. Oleh karena itu rumput laut sebagai salah satu produsen di
perairan umumnya banyak dijumpai pada kedalaman tertentu dimana masih ada
sinar matahari, yaitu berkisar antara 0-250 m, lebih dari 250 m sinar matahari
sudah tidak efisien lagi sehingga proses fotointesis terhambat.
Sinar matahari diperlukan oleh makhluk hidup, namun ada kalanya kurang
menguntungkan karena dapat membatasi komunitas organisme di pantai berbatu.
Sinar matahari mengandung sinar ultraviolet dapat membahayakan jaringan hidup,
hal ini dikaitkan dengan kualitas spektrum cahaya.
Kualitas dan kuantitas cahaya sangat berpengaruh terhadap produksi spora dan
pertumbuhan rumput laut. Persporaan Gelidium dapat dirangsang oleh cahaya
hijau. Kebutuhan cahaya dari rumput laut merah agak lebih rendah bila
(a) (b)
(c)
Gambar 7.1. Pertumbuhan rumput laut optimal dengan cahaya matahari optimal
membantu berperan dalam fotosintesis (a) rumput laut yang
dibudidayakan dengan pencahayaan yang optimal (b) perairan yang
cukup mendapat cahaya matahari (c) proses fotosintesis yang
berlangsung pada rumput laut
Dengan semakin tinggi daya tembus cahaya matahari, maka lapisan eufotik
sebagai tempat terjadinya proses fotosintesis bisa maksimal. Air yang keruh
Indriani dan Sumiarsih (2001) juga menyebutkan bahwa sinar matahari diperlukan
sekali dalam proses fotosintesis rumput laut. Banyaknya sinar matahari yang
masuk ke dalam air berhubungan erat dengan kecerahan air laut. Kejernihan air
dipengaruhi oleh partikel-partikel yang terkandung di air dan senyawa-senyawa
kimia di perairan serta kedalaman laut.
Kebutuhan intensitas cahaya matahari marga Sargassum lebih tinggi dari pada
marga algae merah lainnya. Boney (1965) menyatakan pertumbuhan Sargassum
mebutuhkan intensitas cahaya matahari berkisar 6500 – 7500 lux. Alga Sargassum
tumbuh berumpun dengan untaian cabang-cabang. Panjang thalli utama
mencapai 1 – 3 m dan tiap-tiap percabangan terdapat gelembung udara berbentuk
bulat yang disebut “bladder,” berguna untuk menopang cabang-cabang thalli
terapung ke arah permukaan air untuk mendapatkan intensitas cahaya matahari.
7.1.2. Suhu
Suhu udara mempunyai kisaran yang dapat melebihi batas letal, sehingga rumput
laut di pantai berbatu dapat mati baik karena kedinginan ataupun kepanasan.
Suhu mempunyai pengaruh tidak langsung, dimana rumput laut dapat mati karena
kehabisan air, kehabisan air dapat diperecepat dengan meningkatnya suhu.
Suhu perairan mempengaruhi laju fotosintesis. Nilai suhu perairan yang optimal
untuk laju fotosintesis berbeda pada setiap jenis. Secara prinsip suhu yang tinggi
dapat menyebabkan protein mengalami denaturasi, serta dapat merusak enzim
dan membran sel yang bersifat labil terhadap suhu yang tinggi. Pada suhu yang
rendah, protein dan lemak membran dapat mengalami kerusakan sebagai akibat
terbentuknya kristal di dalam sel.
Terkait dengan itu, maka suhu sangat mempengaruhi beberapa hal yang terkait
dengan kehidupan rumput laut, seperti kehilangan hidup, pertumbuhan dan per-
kembangan, reproduksi, fotosintesis dan respirasi (Luning, 1990).
Suhu air dipengaruhi oleh radiasi cahaya matahari, suhu udara, cuaca dan lokasi.
Radiasi matahari merupakan faktor utama yang mempengaruhi naik turunnya
suhu air. Air mempunyai kapasitas yang besar untuk menyimpan panas sehingga
suhunya relatif konstan dibandingkan dengan suhu udara (Subandriyo, 1996).
Gambar 7.2. Pengaruh cahaya matahari yang dirubah menjadi energy panas
melalui proses fotosintesis di suatu ekosistem
Rumput laut akan tumbuh subur pada daerah yang sesuai dengan suhu di laut. Di
daerah tropis rumput laut dapat tumbuh pada kisaran suhu 20ºC. Untuk jenis
Hypnea spp, hidup optimal pada suhu 28ºC, sedangkan jenis Gracillaria spp
tumbuh optimal pada suhu 20-28ºC (Luning, 1990).
7.1.3. Salinitas
Distribusi salinitas sangat ditentukan oleh keberadaan aliran air tawar yang masuk
ke lokasi, baik yang berasal dari sungai ataupun buangan dari daerah aliran
sungai, dimana air tawar akan mengalir ke arah laut dan berada pada lapisan
permukaan, sedangkan pada lapisan bawah salinitas lebih tinggi akibat perge-
rakan pasang surut ke arah daratan. Hal ini akan menyebabkan terjadinya 2
lapisan massa air dengan salinitas yang berbeda pada suatu saat (lapisan
halocline) dan umumnya terjadi di daerah estuaria.
turun. Pada keadaan tertentu penurunan salinitas ini akan melewati batas toleransi
dan karena kebanyakan organisme intertidal menunjukkan toleransi yang terbatas
terhadap turunnya salinitas rumput laut dapat mati. Kedua, ada hubungannya
dengan genangan pasang surut yaitu daerah yang menampung air ketika air surut
daerah ini dapat digenangi oleh air tawar dari sungai yang mengalir masuk hingga
menurunkan salinitas atau dapat memperlihatkan kenaikan salinitas jika terjadi
penguapan sangat tinggi pada siang hari (Nybakken, 1992).
Secara umum salinitas air laut mencapai 35‰ pertumbuhan rumput laut
maksimum terdapat pada kisaran salinitas 15-38‰ dengan salinitas air laut
mencapai 35‰. Pertumbuhan rumput laut maksimum terdapat pada kisaran
salinitas 15-38‰ dengan salinistas optimum 25‰. Jenis Gracilaria hidup baik
dalam kisaran salinitas 15-22‰ sedangkan jenis Fucus vesiculosus toleran pada
salinitas 8-34‰. Penyebaran rumput laut disuatu daerah juga ditentukan oleh
pencampuran air tawar dari sungai (Luning, 1990).
Rumput laut dapat melimpah di salinitas yang tinggi, tetapi ada pula yang
melimpah pada salinitas yang rendah karena pengaruh masukan air tawar.
Semakin ke timur perairan Indonesia, keanekaragaman rumput laut semakin tinggi
karena struktur dan kondisi karangnya semakin baik, kejernihan air yang tinggi,
bebas dari sedimentasi dan salinitas yang tinggi yaitu 30‰ (Mubarak et al., 1990).
Marga Gracilaria hidup pada kisaran kondisi lingkungan yang lebih lebar dari pada
Eucheuma, selain di ekosistem terumbu karang ia dapat pula hidup di ekosistem
estuaria, ia dapat menempel pada lumpur, pasir dan karang atau kulit kerang, ia
dapat hidup pada air yang stagnan gerakan air yang moderat, salinitas antara 15-
34‰, karena itu dapat dibudidayakan di laut ataupun di tambak. Marga Gelidium
memerlukan kondisi lingkungan yang kisarannya sempit, membutuhkan gerakan
air yang sangat kuat dan menempel pada substrat yang sangat keras karena itu
banyak ditemukan di pantai Samudra Hindia, jenis ini belum dibudidayakan
(Muba-rak et al., 1990).
Kenyataan bahwa gelombang kebanyakan berjalan pada jarak yang luas, sehing-
ga mereka bergerak makin jauh dari tempat asalnya dan tidak lagi dipengaruhi
langsung oleh angin. Sifat-sifat gelombang dalam hal ini besar kecilnya dan
kecuraman dipengaruhi oleh kecepatan angin saat angin sedang bertiup dan jarak
tanpa rintangan saat angin sedang bertiup (fetch). Untuk mengetahui gelombang
di lautan digunakan skala beafort (Hutabarat, 1988).
Bentuk gelombang akan berubah dan akhirnya pecah begitu mereka sampai di
pantai. Pecahnya gelombang ini sering disertai dengan gerakan air maju ke depan
yang berkekuatan sangat besar dan dapat merusak kontruksi budiaya. Bila sebuah
gelombang pecah, airnya akan dilemparkan jauh ke depan sampai mencapai
daerah pantai sebagai sebuah arus. Kebanyakan rumput laut mampu mentole-
ransi aksi gelombang yang besar dan terekspos pada daerah intertidal berbatu
dan substrat yang padat.
Gelombang yang datang menuju pantai dapat menimbulkan arus pantai (near-
shore current) yang berpengaruh terhadap proses sedimentasi dan abrasi pantai.
Pola arus pantai ditentukan terutama oleh besarnya sudut yang dibentuk antara
gelombang yang datang dengan garis pantai. Jika sudut datang itu cukup besar,
maka akan terbentuk arus menyusuri pantai (longshore current) dan jika sudut
datang itu kecil maka akan terbentuk arus meretas pantai (rip current).
Arus laut (sea current) adalah gerakan massa air laut dari satu tempat ke tempat
lain baik secara vertikal (gerak ke atas) maupun secara horizontal (gerakan ke
samping). Contoh gerakan itu seperti gaya coriolis, yaitu gaya yang membelok
arah arus dari tenaga rotasi bumi. Pembelokan itu akan mengarah ke kanan di
belahan bumi utara dan mengarah ke kiri di belahan bumi selatan. Gaya ini yang
mengakibatkan adanya aliran gyre yang searah jarum jam (ke kanan) pada
belahan bumi utara dan berlawanan dengan arah jarum jam di belahan bumi
selatan. Perubahan arah arus dari pengaruh angin ke pengaruh gaya coriolis
dikenal dengan nama spiral ekman.
Menurut letaknya arus dibedakan menjadi dua yaitu arus atas dan arus bawah.
Arus atas adalah arus yang bergerak di permukaan laut. Sedangkan arus bawah
adalah arus yang bergerak di bawah permukaan laut. Faktor pembangkit arus
permukaan disebabkan oleh adanya angin yang bertiup diatasnya. Tenaga angin
memberikan pengaruh terhadap arus permukaan (atas) sekitar 2% dari kecepatan
angin itu sendiri. Kecepatan arus ini akan berkurang sesuai dengan makin
bertambahnya kedalaman perairan sampai pada akhirnya angin tidak berpengaruh
pada kedalaman 200 meter.
Oleh karena dibangkitkan angin, arah arus laut permukaan (atas) mengikuti arah
angin yang ada. Khususnya di Asia Tenggara karena arah angin musim sangat
kentara perubahannya antara musim barat dan musim timur maka arus laut
permukaan juga banyak dipengaruhinya. Arus musim barat ditandai oleh adanya
aliran air dari arah utara melalui laut Cina bagian atas, laut Jawa, dan laut Flores.
Adapun pada musim timur sebaliknya mengalir dari arah selatan.
Selain pergerakan arah arus mendatar, angin dapat menimbulkan arus air vertikal
yang dikenal dengan upwelling dan sinking di daerah-daerah tertentu. Proses
upwelling adalah suatu proses massa air yang didorong ke atas dari kedalaman
sekitar 100 sampai 200 meter. Angin yang mendorong lapisan air permukaan
mengakibatkan kekosongan di bagian atas, akibatnya air yang berasal dari bawah
menggantikan kekosongan yang berada di atas. Oleh karena air yang dari
kedalaman lapisan belum berhubungan dengan atmosfer, maka kandugan
oksigennya rendah dan suhunya lebih dingin dibandingkan dengan suhu air
permukaan lainnya.
planktonik sehingga gerakan dan sebarannya dipengaruhi oleh pola dan sifat
gerakan air.
Alga yang tumbuh diperairan yang selalu berombak dan berarus kuat akan
mempunyai sifat persporaan yang berbeda dengan alga yang tumbuh diperairan
tenang. Alga yang tumbuh pada perairan yang selalu berombak dan berarus kuat
umumnya bersifat cepat tenggelam dan memiliki kemampuan daya tempel yang
cepat dan kuat pada substrat. Sebaliknya, hal ini terdapat pada alga di perairan
tenang. Fungsi gerakan air penting pula dalam memperbaiki kondisi pertukaran
zat hara dan menghindarkan pengendapan dalam menunjang pertumbuhan (P3O-
LIPI, 1987).
7.1.5. Substrat,
Tipe dan sifat substratum dan dasar perairan merupakan faktor penting dalam
pemilihan lokasi. Keadaan substratum ini merupakan refleksi dari keadaan
oseanografi perairan karang dan dapat pula digunakan untuk menentukan derajat
kemudahan dalam pembangunan konstruksi budidaya. Area yang sangat ber-
karang umumnya sangat terbuka terhadap ombak (wave exposed), sedangkan
tipe substratum yang terdiri dari fine sand atau silt umumnya terlindung dari segala
macam gerak air. Kedua macam substratum ini tidak tepat untuk dipilih (Mubarak
et al., 1990). Klasifikasi kurang sedimen dan tipe sedimen disajikan pada Tabel
7.1.
banyak terpenuhi seperti kedalaman, pencahayaan, substrat dan gerakan air (Kadi
dan Atmaja, 1988). Doty (1987) menyebutkan Eucheuma denticulatum, Eucheuma
alvarezii dan Eucheuma gelatinae menyukai perairan berterumbu karang yang
jernih dan kaya akan cahaya. Habitat ketiga jenis rumput laut ini menurut
Anonimous (1944) in Doty (1987) dibatasi oleh garis 20° lintang utara dan 20°
lintang selatan.
Gambar 7.3. Hamparan rumput laut alam yang banyak ditemukan di perairan
karang berbatu
Keberadaan nutrien dengan komposisinya dalam air laut walaupun sangat sedikit,
tetapi sangat penting bagi proses ekologi. Pergerakan air sangat mempengaruhi
kebanyakan proses ekologi dan distribusi, terutama sirkulasi nutrien dan oksigen.
Nitrat adalah senyawa nitrogen yang stabil dan merupakan salah satu senyawa
yang penting untuk sintesis protein tumbuhan dan hewan. Senyawa ini dapat
berasal dari limbah domestik sisa tanaman,senyawa organik ataupun limbah
industri. Tersedianya nitrogen dalam bentuk nitrat dapat berasal dari limbah per-
tanian, hasil perubahan amoniak, tinja manusia dan hewan atau dapat juga
berasal dari proses alami seperti petir .
Makanan rumput laut berupa nutrient yang terkandung pada air laut tempat
hidupnya. Akibat peristiwa upwelling dan turbulensi, nutrient tersebut menjadi
tersedia di perairan. Sekitar 10% dari produktifitas bersih rumput laut memasuki
jaring-jaring makanan dalam bentuk grazing, sisanya 90% memasuki rantai
makanan dalam bentuk detritus atau bahan organik terlarut (Nybakken, 1988).
Ketersediaan zat hara tidak menjadi factor penghambat untuk pertumbuhan
tanaman. Keberadaannya di laut masih cukup, bahkan masih berlebih untuk
kebutuhan rumput laut (Indriani dan Sumiarsih, 2001). Zat hara untuk rumput laut
diperoleh dari air disekelilingnya. Penyerapan zat hara dilakukan oleh seluruh
bagian thallus rumput laut. Selama ini ketersediaan zat hara di laut tidak menjadi
masalah, hal ini dikarenakan adanya sirkulasi yang baik, run off dari darat dan
gerakan air. Nutrient pada perairan tidak pernah menjadi faktor pembatas bagi
pertumbuhan rumput laut karena jumlahnya yang sangat melimpah. Melihat hal ini
maka dalam upaya budidaya kita tidak perlu menyediakan zat hara (Indriani dan
Sumiarsih, 2001).
Ketersediaan nutrient atau zat hara pada peraiaran sangat penting bagi kehidupan
rumput laut. Rumput laut memerlukan zat hara dalam proses fotosintesis sebagai
salah satu bahan dasar untuk menyusun energi guna memenuhi kebutuhan
metabolis-menya. Ada empat elemen penting yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
rumput laut yaitu oksigen, karbon, nitrogen dan fosfor dengan perbandingan 212 :
106 : 15 : 1 pada air laut (Dawes, 1981).
Pada tumbuhan alga, zat besi berperan sebagai penyusun sitokrom dan klorofil,
serta berperan sebagai sistem enzim, dan transfer electron pada proses
fotosintesis, kadar zat besi yang berlebihan sangat menghambat fiksasi unsur
lainnya (Effendi, 2000). Zat besi juga berperan dalam oksidasi reduksi pada
proses fotosintesis dan respirasi, selain sebagai beberapa kofaktor enzim pada
tumbuhan (Agustina, 2004).
Kelimpahan dan kesuburan stadia reproduksi alga dapat dipengaruhi oleh kondisi
kandungan nitrat dan fosfat. Unsur nitrogen dan fosfat sangat diperlukan rumput
laut untuk pertumbuhannya. Umumnya unsur fosfat yang dapat diserap rumput
laut dalam bentuk ortho-fosfat sedangkan nitrogen di perairan diserap dalam
bentuk nitrat. Kisaran nitrat yang baik di lautan bagi kehidupan organisme adalah
0,001-5 mg/l (Luning, 1990).
Air laut mengandung sejumlah gas-gas terlarut di dalamnya. Semua gas-gas yang
terdapat di atmosfir dapat dijumpai di dalam air laut, walaupun dalam perban-
dingan jumlah yang tidak sama seperti yang ada di udara.
Gas oksigen terlarut sangat penting, karena gas ini sangat dibutuhkan oleh
organisme air. Oksigen terlarut umumnya banyak dijumpai di lapisan permukaan,
oleh karena gas oksigen berasal dari udara di dekatnya melakukan pelarutan
(difusi) ke dalam air laut. Fitoplankton juga membantu menambah jumlah kadar
oksigen terlarut pada lapisan permukaan di waktu siang hari. Penambahan ini
disebabkan oleh terlepasnya gas oksigen sebagai hasil dari fotosintesis.
Walaupun produktifitas ekosistem rumput laut cukup besar namun hewan yang
memakan tumbuhan ini secara langsung relatif sedikit, diperkirakan hanya 10%
dari produksi bersih yang memasuki jaring makanan pada ekosistem rumput laut
melalui grazing, sedangkan 90% lagi memasuki rantai makanan dalam bentuk
detritus atau bahkan organik terlarut (Nybakken, 1992).
Mollusca dan ikan berpengaruh terhadap persporaan alga. Kelompok grazer yang
dominan pada daerah pantai berbatu adalah limpet, bulu babi, siput Lithorena.
Dipihak lain ikan herbivore melalui grazing dan browsing (pemakan rumput laut)
dapat merusak thalii dan dengan sendirinya mempertahankan hidup digenangan
pasang dengan populasi grazer Lithorina littoreai yang besar karena grazer ini
senang memakan Enteromorpha intestinalis mengurangi jumlah spora yang
dikeluarkan rumput laut (P3O-LIPI, 1987).
RANGKUMAN
Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk
hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Sebaran jenis-
jenis rumput laut ditentukan oleh kecocokan habitatnya, yang umumnya terdapat
pada rataan terumbu karang. Rumput laut hidup sebagai fitobentos dengan
menancapkan dirinya pada substrat lumpur, pasir, karang, batu dan kayu, ada
pula yang hidup melekat pada tanaman lain yang bersifat efitik. Sebaran rumput
laut juga dipengaruhi oleh factor fisika, kimia dan biologi perairan.
APLIKASI KONSEP
Lakukan kunjungan bersama teman ke daerah pesisir atau tepi laut, amati sebaran
rumput laut yang terdapat di daerah tersebut beserta karakter perairannya. Lalu
ambil beberapa sampel rumput laut dan identifikasi bersama kelompok anda.
PEMECAHAN MASALAH
PENGAYAAN
KUNCI JAWABAN
1. D
2. D
3. B
4. A
5. C
6. A
7. C
8. B
9. B
10. D