BAB 11
BUDIDAYA RUMPUT LAUT
tanaman yang terlalu besar. Akan tetapi ternyata tanaman barupun tidak dapat
tumbuh dengan baik. Rupanya di lokasi penanaman tersebut musim sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan. Kerusakan tanaman karena patah atau kesa-
lahan pengikatan, karena pukulan ombak atau penyakit, ternyata cukup berarti
dan berpengaruh terhadap produksi rumput laut. Sehingga pada proses penanam-
an dan pemeliharaan rumput laut sebaiknya dilakukan dengan teliti untuk meng-
hindari rendahnya hasil panen.
Pada bab sebelumnya (Bab 10) telah disinggung mengenai pertumbuhan rumput
laut. Pertumbuhan rumput laut dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Bila angka pertumbuhan g sudah diketahui maka produksi atau panen dapat
diramalkan dengan mensubstitusi rumus tersebut menjadi :
Budidaya rumput laut dapat dilakukan di laut untuk jenis Eucheuma ataupun di
tambak untuk jenis Gracilaria. Persiapan sarana dan prasarana budidaya rumput
laut diawali dengan penentuan lokasi budidaya, penentuan metode budidaya yang
akan digunakan, penentuan jenis rumput laut yang akan dibudidayakan sesuai
lokasi dan metode yang digunakan serta pemenuhan peralatan budidaya, serta
penyediaan bibit rumput laut yang akan ditanam sesuai dengan jumlah yang
dibutuhkan.
Keterangan gambar:
1 2 1. Tali raffia untuk mengikat bibit
rumput laut
2. Tali ris, percabangan tali ris
3 utama
5
3. Tal ris utama (PE 8 mm)
4 4. Paku
6 5. Palu
7 6. Pisau
7. Tali pancang
Gambar 11.1. Peralatan yang diperlukan untuk penanaman rumput laut (Tiroba &
Larifu, 2007).
Peralatan budidaya diantaranya adalah tali untuk media, tali untuk mengikat bibit
rumput laut, bahan pembuat media (seperti bambu), jangkar dan pisau (Gambar
11.1). Setelah semua kebutuhan tersebut terpenuhi, maka kegiatan budidaya
rumput laut dengan teknik budidaya di laut siap dilaksanakan. Operasional
persiapan tanam rumput laut yang dilakukan di laut lepas meliputi pembuatan
petakan atau rakit yang akan digunakan sesuai metode tanam yang dipilih
(Gambar 11.2).
yang telah siap dapat dilakukan pengikatan bibit rumput laut pada masing-masing
titik jaring, bibit yang ditanam berbobot 100 – 150 g.
Persiapan yang harus diperhatikan pada budidaya rumput laut di daerah tambak
antara lain :
Dalam melakukan usaha budidaya ikan, masalah konstruksi petakan tambak se-
baiknya harus disesuaikan dengan teknologi yang akan diterapkan. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam kegiatan perbaikan konstruksi tambak budidaya rumput
laut terpadu/polikultur (rumput laut dengan udang/bandeng) antara lain:
3) Pematang
Pematang utama/tanggul utama merupakan bangunan keliling tambak yang
gunanya untuk menahan air serta melindungi unit tambak dari bahaya banjir,
erosi dan air pasang. Oleh karena itu dalam konstruksinya pematang/tanggul
harus dibangun benar-benar kuat, bebas dari bocoran dan aman dari
kemungkinan longsor.
4) Pintu air
Dalam petakan tambak pintu air merupakan pengendali dan pengatur air
dalam operasional budidaya. Oleh karena itu dalam budidaya di tambak
jumlah pintu air tergantung tingkat teknologi yang diterapkan. Di petakan
tambak biasanya pintu air terdiri atas dua macam yaitu pintu air pemasukan
dan pembuangan.
5) Saluran air
Di dalam petakan tambak terdapat saluran air yang berfungsi untuk mema-
sukan air setiap saat secara mudah, baik untuk mengalirkan air dari laut
ataupun air tawar dari sungai/irigasi.
Pada perairan terumbu karang dengan dasar perairan yang terdiri dari pasir
bercampur pecahan karang dan kedalaman waktu surut antara 30 – 60 cm dapat
diterapkan penanaman rumput laut dengan metode lepas dasar. Dengan metode
lepas dasar thallus tanaman diikat pada seutas tali yang direntangkan dalam air
dengan bantuan tiang pancang atau patok. Patok dari bambu atau kayu sepanjang
1 m ditancapkan sampai kira-kira 0,5 m. Beberapa potong thallus tanaman dengan
berat sekitar 100 g diikat dengan tali rafia. Tali ris adalah seutas tali dari bahan
polyetilen multifilament bergaris tengah 4 mm dan panjang 3 m. Jarak tiap ikat
tanaman tali ris 20 cm dan mengisi tali ris sepanjang 2,4 m atau sebanyak 12 ikat
tanaman. Jarak ikatan tanaman pertama dan terakhir dengan ujung tali ris
sepanjang 30 cm berguna untuk mengikatkannya pada tali ris utama. Di lokasi
budidaya ditancapkan barisan tiang pancang. Jarak tiap tiang pancang dalam
barisan 0,5 – 1 m dan jarak tiap baris 2,5 m. Pancang-pancang yang berjarak 0,5 –
1 m dihubungkan dengan tali ris utama dari bahan polyethylene multifilament
bergaris tengah 8 mm. Tali ris yang telah berisi tanaman direntangkan di laut
dengan mengikatkannya pada tali ris utama. Satu unit usaha budidaya Eucheuma
dengan metode lepas dasar ditentukan seluas 10 x 10 m2. Metode lepas dasar ini
mendekati keadaan rumput laut alami, memberikan pertumbuhan antara 3 – 6 %
per hari dari kualitas produk yang lebih baik (kandungan karagenan dan kekuatan
gel lebih tinggi).
Pada perairan dengan kedalaman lebih dari 60 cm waktu air surut dapat
diterapkan penanaman dengan metode rakit. Rakit dibuat dari bambu berukuran
2,5 x 5 m2. 1 unit usaha budidaya Eucheuma dengan metode rakit ditentukan
sebanyak 10 rakit yang dirangkai dengan formasi 2 x 5 rakit. Metode rakit
memberikan laju pertumbuhan lebih tinggi antara 5 – 8 % per hari akan tetapi
dengan kualitas produk yang lebih rendah. Metode rakit digunakan bila tidak
terdapat perairan yang tidak memenuhi persyaratan untuk metode lepas dasar,
atau dengan tujuan untuk perbanyakan bibit tanaman.
Pada perairan dengan kedalaman sekitar 5 m dan dasar perairan terdiri dari pasir
atau pasir berlumpur dapat dicoba metode tali gantung. Pada kenyataannya tidak
mudah perairan yang memenuhi persyaratan untuk metode lepas dasar yang
merupakan hamparan rataan terumbu yang luas dengan kedalaman 30 cm waktu
air surut. Pada perairan yang dalamnya sekitar 5 m didirikan bangunan dari kayu
atau bambu berukuran 5 x 5 m dan tingginya sedikit di atas garis pasang tertinggi.
Lima belas utas tali yang panjangnya kurang dari ketinggian bangunan
direntangkan tergantung pada dua potong kayu atau bambu berdiameter 5 cm.
Kayu atau bambu pertama diletakkan pada bangunan dan kayu atau bambu kedua
terbenam ke dalam air hampir mencapai dasar dan diberi pemberat. Rumput laut
diikatkan pada tali dengan jarak 30 cm. Pada sebuah bangunan terdapat 15
gantungan kayu atau sebanyak 225 utas tali gantung. Metode tali gantung dapat
memanfaatkan perairan yang agak dalam secara efisien.
Kegiatan tanam harus dilakukan dengan hati-hati agar tanaman dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik. Kegiatan tanam adalah dimasukkannya bibit tanaman
ke dalam air di lokasi budidaya, baik dengan metode lepas dasar, rakit maupun tali
gantung. Pada metode lepas dasar penanaman dilakukan dengan mengikat tali ris
yang sudah berisi ikatan rumput tanaman pada tali ris utama. Penanaman dapat
pula dilakukan dengan megikatkan rumput tanaman pada tali ris yang sudah
terentang di lokasi budidaya akan tetapi pekerjaan demikian dibatasi oleh keadaan
pasang. Pada metode rakit, penanaman dilakukan dengan menurunkan rakit yang
sudah berisi tanaman ke air di lokasi budidaya atau mengikatkan tali ris yang
berisi tanaman pada rakit yang sudah terpasang di laut. Pada metode tali gantung,
penanaman dilakukan dengan menggantungkan rangka gantungan yang sudah
berisi tanaman pada konstruksi yang sudah tersedia.
Penanaman bibit dilakukan segera saat bibit masih segar. Sebelumnya bibit
rumput laut dipotong-potong dan diikat dengan menggunakan tali rafia. Hal ini
dimaksudkan agar tidak berhamburan dan mudah penanamannya. Juneidi (2004)
menjelaskan bahwa cara mengikatkan bibit rumput laut pada tali nilon di beberapa
daerah tidak sama. Masing-masing daerah memiliki kebiasaan sendiri dalam
mengikatkan bibit pada tali nilon. Beberapa teknik mengikat bibit pada tali nilon,
antara lain:
1. Membuka pilinan tali nilon dan memasukkan tali rafia 20 cm yang dilipat dua,
kemudian ujung tali rafia dimasukkan ke dalam lipatan rafia, dan ditarik ken-
cang. Bibit rumput laut diikatkan dengan cara menempatkan bibit di antara
lipatan dan mengikatnya dengan simpul hidup.
2. Membuka pilinan tali nilon dan memasukkan tali rafia ke dalam pilinan dan
membuatnya terikat. Kemudian tali rafia dilingkarkan dan buatlah terikat
kencang pada tali nilon.
Pengikatan rumpun bibit tanaman dengan tali rafia yang terdiri beberapa thallus
dengan berat ±100 g harus cukup kuat, sehingga tidak mudah lepas akan tetapi
tidak menyebabkan putusnya thallus. Pengikatan setiap ikat rumpun bibit pada tali
ris harus kuat agar tidak mudah lepas atau bergeser, bibit juga sebaiknya diikat
dengan posisi seimbang dan tidak bertumpuk atau terlalu banyak (Gambar 11.4).
Hal ini bertujuan untuk menjaga ikatan bibit agar tidak mudah patah dan rusak.
Pengikatan bibit yang terlalu banyak dan bertumpuk juga dapat mempengaruhi
penerimaan cahaya sehingga nantinya akan menghambat proses fotosintesis.
(a) (b)
Gambar 11.4. Pengikatan bibit rumput laut (a) bibit langsung dimasukkan diantara
pilinan tali (b) bibit diikat dengan tali rafia dengan posisi seimbang.
Pengikatan bibit rumput laut pada media tanam pada penanaman yang dilakukan
di perairan dengan kedalaman > 2 meter sebaiknya dilakukan didaratan sehingga
bibit dapat langsung diikatkan pada rakit atau jaring yang akan digunakan.
Sedangkan pada penanaman di dasar perairan dengan perairan yang dangkal
penanaman bibit rumput laut dapat dilaksanakan langsung dilokasi budidaya
(Gambar 11.5).
Rakit dan jaring yang telah ditanami bibit rumput laut di darat dapat dimasukkan
atau dibawa ke lokasi penanaman rumput laut yang telah ditentukan. Penanaman
rumput laut ke lokasi budidaya pada rakit dan jaring yang telah siap ditarik dengan
bantuan kapal. Setelah tiba di lokasi yang budidaya maka dilakukan penurunan
jangkar yang dapat terbuat dari batu atau besi yang diikatkan pada tali yang
terhubung dengan konstruksi rakit atau jaring. Jangkar biasanya digunakan pada
budidaya rumput laut yang dilakukan pada laut yang memiliki kedalaman lebih dari
3 m, atau kedalaman yang tidak memungkinkannya dilakukan pemancangan
dengan kayu atau besi di dasar perairan dengan penyelaman. Bila dapat
dilakukan penyelaman untuk menancapkan tiang pancang didasar perairan maka
penggunaan jangkar dapat diganti dengan tiang pancang. Penggunaan tiang
pancang biasanya digunakan pada perairan yang relative dangkal.
(a) (b)
Gambar 11.6. Penanaman bibit rumput laut (a) penurunan rakit ke laut, (b) bibit
yang akan ditanam dengan metode monoline di bawa ke lokasi
budidaya.
Penanaman harus dilakukan pada keadaan laut dan cuaca yang memungkinkan
untuk bekerja dengan mudah. Pada metode lepas dasar penanaman dilakukan
pada saat air surut. Pada metode rakit penanaman dilakukan ketika laut tidak
berombak besar (tinggi gelombang kurang dari 0,5 m). Penanaman harus dilaku-
kan pada saat tanaman masih segar segera setelah selesai pengikatan bibit agar
diperoleh pertumbuhan yang maksimal.
Menurunnya daya tahan bahan menyebabkan patahnya patok, rakit atau putusnya
tali ris atau ris utama. Dalam rangka pemeliharaan maka harus dilakukan
pengawasan setiap hari dan perbaikan terhadap bagian-bagian yang rusak segera
dilakukan. Tertundanya perbaikan menye-babkan kerugian lebih besar karena
makin banyaknya tanaman yang hilang. Pada budidaya Gracilaria di tambak
diperlukan perawatan pintu-pintu saluran air agar pergantian air dapat dengan
mudah dilakukan.
6) Hama rumput laut yang harus diwaspadai antara lain adalah : (a). Larva bulu
babi (Tripneustes sp.) bersifat planktonik yang melayang-layang di dalam
air, lalu menempel pada tanaman. (b). Teripang (Holothuria sp.) mula-mula
menempel dan menetap pada rumput laut, lalu membesar dan dapat
memakan rumput laut dengan menyisipkan ujung cabang rumput laut ke
dalam mulut.
Walaupun hama tersebut pengaruhnya kecil menyerang pada areal budidaya yang
cukup luas, namun tetap perlu diwaspadai. Untuk menghindarinya, bisa dilakukan
pemasangan jaring pada keliling areal tanaman.
Hama rumput laut dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yakni hama mikro
dan makro (Sudjiharno, 2001). Hama mikro berukuran kurang dari 2cm dan hidup
menempel pada tahlus rumput laut seperti larva bulu babi (Tripneustes) dan larva
teripang (Holothuria sp.) Hama makro yang dijumpai pada tanaman rumput laut
antara lain ikan beronang (Siganus sp.), bintang laut (Protoneustes nodulus), bulu
babi (Diadema dan Tripneustes sp.) dan penyu hijau (Chelonia midas).
Mollusca dan ikan berpengaruh terhadap persporaan alga. Kelompok grazer yang
dominan pada daerah pantai berbatu adalah limpet, bulu babi, siput Lithorena.
Dipihak lain ikan herbivore melalui grazing dan browsing (pemakan rumput laut)
dapat merusak thalii dan dengan sendirinya mempertahankan hidup digenangan
pasang dengan populasi grazer Lithorina littoreai yang besar karena grazer ini
senang memakan Enteromorpha intestinalis mengurangi jumlah spora yang
dikeluarkan rumput laut (P3O-LIPI, 1987).
Upaya yang dilakukan untuk menanggulangi hama tersebut adalah dengan cara
memperbaiki/memodifikasi teknik budidaya dengan metode lepas dasar/metode
rakit apung dengan menerapkan pola penanaman yang serentak pada lokasi yang
luas serta melindungi areal budidaya dengan memasang pagar dari jari jaring.
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 11.8. Hama yang sering ditemukan pada budidaya rumput laut (a) ikan
beronang (b) penyu hija, (c) Lithorina littoreai dan (d) limpet
Darmayanti et al., (2001) menjelaskan bahwa dari sampel rumput laut yang
diambil dari budidaya Kappaphycus alvarezii, baik yang sakit atau yang sehat
ditemukan bakteri kelompok vibrio dari jenis Aeromonas sp. Kemudian pada hal
yang sama mendapatkan jenis Vibrio sp, Aeromonas sp, dan Pseudomonas sp
(rumput laut yang sehat) di pantai Takalar, Sulawesi. Largo et al., (1995) dala
Direktorat Pembinaan SMK (2008) 308
Agribisnis Rumput Laut
(b)
(a)
(c) (d)
Gambar 11.9. Hama mikro pada rumput laut (a) Sphacelaria sp (b) Neosiphonia
sp (c) Zoocanthid dan (d) kumpulan telur hewan laut atau
Bryozoans
Sedangkan penyakit yang sering dijumpai pada budidaya rumput laut adalah
penyakit bakterial, jamur dan “ice-ice”/white spot. Penyakit bakterial yang
(a) (b)
Gambar 11.10. Penyakit pada rumput laut (a) infeksi bakteri dan (b) infeksi jamur
Penyakit pada rumput laut ini terjadi di daerah-daerah dengan kecerahan tinggi
dan dikenal sebagai ice-ice dengan gejala timbulnya bercak-bercak pada bagian
thallus, lama kelamaan akan kehilangan warna sampai menjadi putih dan terputus.
Kondisi ini disebabkan karena adanya perubahan lingkungan yang ekstrim dan
tidak dapat ditolerir, sehingga tanaman menjadi lemah (tidak sehat). Bila keadaan
ini terus berlanjut, maka akan mengakibatkan kegagalan panen. Bercak putih (ice-
ice) merupakan penyakit yang timbul pada musim laut tenang dan arus lemah
diikuti dengan musim panas yang dapat merusak areal tanaman sampai mencapai
60-80% dan lamanya 1-2 bulan (Sulistijo, 2002)
kulit luar atau epidermisnya terkelupas pada yang terinfeksi sehingga terlihat
jaringan dalam/medulla pada thalli. Terinfeksinya pada thalli dimulai dari bagian
tertentu antara lain :
a. Infeksi bermula dari bagian luka pada pangkal stek akibat dari pemetikan/
pemotongan
b. Infeksi dimulai dari bagian yang luka pada bekas gigitan predator ikan
c. Infeksi dimulai dari bagian yang luka karena gesekan/terlalu erat mengikat
rumpun rumput laut
d. Infeksi akibat tertularnya bagian batang yang sehat oleh bagian batang yang
terinfeksi dari satu rumpun atau berasal dari rumpun yang lain.
Dari beberapa hasil penelitian tentang penyakit ice-ice, maka gagalnya musim
panen di duga dapat disebabkan karena;
a. Nelayan tidak menghentikan sementara kegiatan budidayanya pada saat
penyakit mewabah
b. Banyaknya predator ikan herbivore yang ukurannya relative kecil (5-10 cm)
seperti ikan marga Siganus sp dan Pomacentris sp pada saat rumput laut
mengalami stress. Ikan-ikan tersebut memakan tunas-tunas yang tumbuh
pada thalli serta memakan bagian thalli dan kerugian yang diakibatkan tidak
cukup berarti, namun pada bagian yang luka pada musim yang tidak
menguntungkan mudah terinfeksi oleh bakteri ice-ice.
Penyakit ini dapat ditanggulangi dengan cara menurunkan posisi tanaman lebih
dalam dari posisi semula untuk mengurangi penetrasi sinar matahari. Cara lain
juga dapat dilakukan dengan pemberian pupuk nitrogen, akan tetapi upaya terse-
but masih perlu dikaji lebih lanjut.
Semangun (1996) menjelaskan penyakit tumbuhan bila ditinjau dari sudut biologi
adalah sebagai penyimpangan dari sifat normal yang menyebabkan bagian tubuh
tidak dapat melakukan kegiatan fisiologi yang biasa, sementara dari sudut
ekonomi penyakit adalah ketidakmampuan tumbuhan untuk memberikan hasil
yang cukup, baik kuantitas maupun kualitas. Jasad renik (mikroba) tidak langsung
menjadi penyebab suatu penyakit, tapi keadaan luar telah melemahkan tumbuhan
terlebih dahulu, sehingga jasad dapat masuk atau juga oleh penyebab-penyebab
yang bekerja terus menerus dalam waktu yang lama. Penyakit hanya akan terjadi
jika pathogen yang virulen, dan lingkungan yang sesuai. Penyakit tidak akan
terjadi jika pathogen yang virulen bertemu dengan bagian tubuh yang rentan,
tetapi lingkungan tidak mendukung. Lingkungan seperti kelembaban, suhu, sinar
matahari dan unsur hara sangat mempengaruhi proses tersebut.
RANGKUMAN
dayakan sesuai lokasi dan metode yang digunakan serta pemenuhan peralatan
budidaya, serta penyediaan bibit rumput laut yang akan ditanam sesuai dengan
jumlah yang dibutuhkan. Persiapan penanaman budidaya rumput laut yang
dilakukan ditambak adalah dengan persiapan lahan budidaya seperti persiapan
konstruksi dan petak tambak, serta pengolahan tanah dan media tanam. Pada
penanaman rumput laut perlu dilakukan penyesuaian metode budidaya yang
digunakan dengan lokasi budidaya untuk menghasilkan produksi rumput laut yang
optimal. Hama rumput laut dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yakni
hama mikro dan makro (Sudjiharno, 2001). Hama mikro berukuran kurang dari
2cm dan hidup menempel pada tahlus rumput laut seprtilarva bulu babi
(Tripneustes) dan larva teripang (Holothuria sp.) Hama makro yang dijumpai pada
tanaman rumput laut antara lain ikan beronang (Siganus sp.), bintang laut
(Protoneustes nodulus), bulu babi (Diadema dan Tripneustes sp.) dan penyu hijau
(Chelonia midas). Sedangkan penyakit rumput laut yang sering dijumpai pada
budidaya rumput laut adalah penyakit bakterial, jamur dan “ice-ice”/white spot.
Penyakit bakterial yang disebabkan oleh Macrocystis pyrifera dan Micrococcus
umumnya menyerap pada budidaya Laminaria sedangkan penyakit jamur yang
disebabkan oleh Hydra thalassiiae menyerang bagian gelembung udara rumput
laut Sargassum sp. Penyakit “ice-ice” (sebagian orang menyebutnya sebagai
white spot) merupakan kendala utama budidaya rumput laut Eucheuma yang
terutama disebabkan oleh perubahan lingkungan seperti arus, suhu dan
kecerahan.
APLIKASI KONSEP
PEMECAHAN MASALAH
Upaya apa yang dapat dilakukan bila pada suatu areal budidaya rumput laut
menunjukkan gejala terserangnya penyakit ice-ice, diskusikan dengan teman
anda.
PENGAYAAN
1. Pada perhitungan estimasi produksi nilai apa saja yang perlu diketahui…
a. Jumlah bibit, cara penanaman, bahan yang digunakan
KUNCI JAWABAN
1. C
2. C
3. A
4. A
5. B
6. B
7. C
8. A
9. B
10. D