Anda di halaman 1dari 22

Agribisnis Rumput Laut

BAB 11
BUDIDAYA RUMPUT LAUT

umput laut jenis eknomis penting dapat dilakukan di laut lepas

R (Eucheuma) atau dilakukan di tambak (Gracilaria). Persiapan tanam


rumput laut baik yang dilakukan di laut atau pun ditambak sebelumnya
dapat dilakukan perhitungan estimasi usaha sesuai skala usaha yang akan
dilakukan. Penanaman bibit rumput laut Budidaya rumput laut dapat dilakukan
Penanaman rumput laut di lokasi budidaya diawali dengan persiapan sarana dan
prasarana yang juga disertai dengan persiapan lahan pada budidaya rumput laut
yang dilakukan di tambak.

11.1. Estimasi Skala Produksi

Perhitungan estimasi skala produksi dapat dilakukan untuk mengetahui kebutuhan


bibit serta hasil rumput laut yang akan diperoleh pada saat panen. Perhitungan
estimasi produksi dapat dihitung dengan menggunakan angka pertumbuhan rum-
put laut yang dibudidayakan. Dengan melihat angka pertumbuhan dapat diketahui
perbedaan hasil yang akan diperoleh dengan cara penanaman, perlakuan, tempat
dan waktu atau musim yang berbeda.

Trono, (1974) menyarankan agar pengamatan pertumbuhan tanaman percobaan


dilakukan sekurang-kurangnya satu setengah bulan, bahkan bila mungkin dua
sampai tiga bulan. Pengalamannya menunjukkan bahwa bila keadaan perairan
tidak ideal untuk Eucheuma maka tanda-tanda kerusakan mulai timbul paling tidak
sesudah sebulan. Tiga sampai empat minggu pertama biasanya masih menun-
jukkan hasil yang bagus. Tapi sesudah itu tanaman mulai patah-patah karena
adanya suatu penyakit yang disebut “ice-ice”.

Mubarak (1981) dalam penelitiannya menyatakan bahwa angka pertumbuhan baik


sekali yaitu di atas 3 persen per hari pada tiga bulan pertama. Pada bulan
berikutnya terjadi penurunan yang drastis. Semula diperkirakan karena ukuran

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 295


Agribisnis Rumput Laut

tanaman yang terlalu besar. Akan tetapi ternyata tanaman barupun tidak dapat
tumbuh dengan baik. Rupanya di lokasi penanaman tersebut musim sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan. Kerusakan tanaman karena patah atau kesa-
lahan pengikatan, karena pukulan ombak atau penyakit, ternyata cukup berarti
dan berpengaruh terhadap produksi rumput laut. Sehingga pada proses penanam-
an dan pemeliharaan rumput laut sebaiknya dilakukan dengan teliti untuk meng-
hindari rendahnya hasil panen.

Pada bab sebelumnya (Bab 10) telah disinggung mengenai pertumbuhan rumput
laut. Pertumbuhan rumput laut dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

di mana : Wn = berat tanaman sesudah n hari


Wo = berat tanaman mula-mula
g = angka pertumbuhan

Bila angka pertumbuhan g sudah diketahui maka produksi atau panen dapat
diramalkan dengan mensubstitusi rumus tersebut menjadi :

Dimana : n adalah jumlah hari sesudah penanaman kapan panen bisa


dilakukan dengan angka pertumbuhan g diketahui

perbanyakan tanaman yang dikehandaki.

Berdasarkan pengalaman, E. spinosum harus dipanen kalau beratnya sudah


mencapai kira-kira 600 gram. Bila berat mula-mula sekitar 150 gram maka untuk
mencapai ukuran tersebut, tanaman harus tumbuh menjadi 4x lebih besar. Dari
data yang diperoleh dilapangan, rata-rata pertumbuhan tanaman dengan metoda
apung selama perioda 3 minggu adalah 2,3764 persen per hari. Dengan angka
pertumbuhan ini, tanaman akan menjadi 4x lebih besar selama 59 hari. Dengan
demikian panen dapat dilakukan 2 bulan sekali. Metoda lepas dasar memberikan
angka pertumbuhan rata-rata sebesar 1,6628 persen per hari. Tanaman akan
bertambah besar menjadi 4x sesudah ditanam 84 hari, sehingga panen dapat

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 296


Agribisnis Rumput Laut

dilakukan sekitar 3 bulan sekali. Pertumbuhan tanaman pada metoda apung


umumnya lebih baik dari pada metoda lepas dasar.

Doty (1971) mengatakan bahwa pertumbuhan Eucheuma terutama yang ditanam


dekat permukaan dengan kedalaman yang tetap biasanya lambat pada minggu
pertama, kemudian menjadi maksimum untuk 2 atau 3 minggu dan selanjutnya
diikuti oleh penurunan terus menerus untuk 6 sampai 10 minggu sampai akhirnya
thallus mati. Kandungan nitrogen organik dari thallus yang tumbuh persis di bawah
permukaan akan lebih rendah dari biasanya. Bibit tanaman waktu masih hidup
alami di dasar laut tumbuh dalam cahaya yang kurang dari pada di permukaan.
Untuk memperoleh angka pertumbuhan yang tinggi dalam waktu tak terbatas,
diperlukan keseimbangan antara intensitas cahaya, kualitas dan pergerakan air.

11.2. Persiapan Sarana dan


dan Prasarana

11.2.1. Persiapan budidaya rumput laut di laut

Budidaya rumput laut dapat dilakukan di laut untuk jenis Eucheuma ataupun di
tambak untuk jenis Gracilaria. Persiapan sarana dan prasarana budidaya rumput
laut diawali dengan penentuan lokasi budidaya, penentuan metode budidaya yang
akan digunakan, penentuan jenis rumput laut yang akan dibudidayakan sesuai
lokasi dan metode yang digunakan serta pemenuhan peralatan budidaya, serta
penyediaan bibit rumput laut yang akan ditanam sesuai dengan jumlah yang
dibutuhkan.

Keterangan gambar:
1 2 1. Tali raffia untuk mengikat bibit
rumput laut
2. Tali ris, percabangan tali ris
3 utama
5
3. Tal ris utama (PE 8 mm)
4 4. Paku
6 5. Palu
7 6. Pisau
7. Tali pancang

Gambar 11.1. Peralatan yang diperlukan untuk penanaman rumput laut (Tiroba &
Larifu, 2007).

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 297


Agribisnis Rumput Laut

Peralatan budidaya diantaranya adalah tali untuk media, tali untuk mengikat bibit
rumput laut, bahan pembuat media (seperti bambu), jangkar dan pisau (Gambar
11.1). Setelah semua kebutuhan tersebut terpenuhi, maka kegiatan budidaya
rumput laut dengan teknik budidaya di laut siap dilaksanakan. Operasional
persiapan tanam rumput laut yang dilakukan di laut lepas meliputi pembuatan
petakan atau rakit yang akan digunakan sesuai metode tanam yang dipilih
(Gambar 11.2).

Gambar 11.2. Pembuatan rakit untuk penanaman rumput laut

Penanaman Eucheuma biasanya menggunakan metode rakit apung atau tali


tunggal. Pada prinsipnya persiapan sarana budidaya yang menggunakan rakit
dapat dilakukan di darat terlebih dahulu. rakit dapat terbuat dengan menggunakan
rangka kayu atau bambu dengan ukuran 2,5 x 2,5 m atau 2,5 x 5 m sesuai dengan
skala usaha yang akan dilaksanakan. Bambu atau kayu digunakan sebagai
rangka dengan bentuk persegi empat atau empat persegi panjang, di setiap sudut
rangka diberi pelampung utama. Setelah rangka terbentuk maka diikatkan tali ris
pada rangka hingga membentuk jaring-jaring dengan jarak masing-masing 25 – 30
cm. Titik ini nantinya digunakan sebagai titik tanam bibit rumput laut. Pada
beberapa titik sebaiknya diberi pelampung tambahan untuk mengatur jarak rakit
dengan permukaan air. Pengikatan rakit dan jaring sebaiknya dilakukan dengan
kencang karena mengingat nantinya rakit akan diletakkan di laut lepas yang akan
dibebani bibit rumput laut serta diterjang ombak laut. Konstruksi rakit dan jaring

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 298


Agribisnis Rumput Laut

yang telah siap dapat dilakukan pengikatan bibit rumput laut pada masing-masing
titik jaring, bibit yang ditanam berbobot 100 – 150 g.

Bila penanaman menggunakan metode pancang yang dilakukan didasar perairan


dengan monoline maka tiang pancang dapat menggunakan bambu atau kayu
yang ditanam di dasar perairan sedemikian rupa hingga tiang pancang kuat dari
terpaan ombak. Tali monoline yang digunakan sebagai tali ris diikatkan pada dua
tiang pancang dengan jarak 2,5 -5 m, dengan jarak antar unit tiang pancang 1 m.
jarak tali ris dengan dasar perairan biasanya berkisar antara 25 – 30 cm. jarak titik
tanam bibit rumput laut juga sekitar 25 – 30 cm.

Sedangkan bila penanaman rumput laut menggunakan metode tabung jaring,


sebaiknya jaring disusun dan dibuat hingga membentu tabung, jaring dibuat
dengan ukuran mata jaring 1-2 cm, perlu dipastikan tidak ada mata jaring yang
rusak atau sobek. Ukuran jaring dapat bervariasi tergantung kebutuhan dan skala
usaha yang dilakukan. luasan jaring juga perlu diperhitungkan sehingga jumlah
bibit yang dimasukkan ke dalam jaring tidak terlalu banyak sekitrar 100 – 150 g
bibit dan masih tersedia ruang kosong sebagai wadah rumput laut yang tumbuh.
Luasan jaring juga perlu diperhatikan agar tidak menghalangi cahaya matahari
yang masuk sehingga tidak mengganggu proses fotosintesis tanaman rumput
laut.. penyusunan jaring dapat dilakukan dengan bentuk rakit dengan rangka
bambu atau kayu, atau dapat pula dengan metode tali panjang. Jarak antara jaring
± 2 m. jarak ini ditentukan karena pada umumnya penggunaan metode jaring
digunakan pada perairan yang memiliki ombak keras sehingga jaring akan
bergoyang terombang-ambing mengikuti arus, maka perlu ada jarak yang agak
jauh sehingga jaring satu dengan yang lain tidak salimng mengganggu.

11.2.2. Persiapan budidaya


budidaya rumput laut di tambak

Persiapan lahan budidaya di tambak meliputi pemilihan lokasi, pemupukan,


pengisian air tambak, perbaikan pematang, penentuan metode budidaya, penen-
tuan jenis rumput laut dan kelengkapan peralatan. Persiapan lahan diawali dengan
pemberian kapur tohor dengan perbandingan 1 ton/ha, kemudian dilakukan
penjemuran lahan selama 2 hari, pemberian urea 50 kg/ha dan penjemuran
kembali 1 hari. Pengisian air tambak dilakukan dalam 2 tahap, yaitu pertama diisi
air laut 60 cm dan dibiarkan selama 2 hari, dan tahap kedua penambahan air laut
hingga 100 cm. Setelah tambak diisi air laut dengan ketinggian 100 cm, tambak
dibiarkan selama 2 hari untuk memaksimalkan hasil pemupukan. Berikutnya,
tambak siap ditebari bibit rumput laut.

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 299


Agribisnis Rumput Laut

Persiapan yang harus diperhatikan pada budidaya rumput laut di daerah tambak
antara lain :

1) Konstruksi Petak Tambak Dan Saluran


Untuk tambak baru selesai konstruksi, sebelum operasionalnya dimulai, terlebih
dahulu yang harus diperhatikan yaitu pengecekan konstruksi tambak guna
mengetahui kemungkinan adanya kebocoran di pematang dan pintu air, selain
untuk mengetahui juga kemampuan tanggul menahan volume air maksimal.
Beberapa faktor yang sangat mempengaruhi terhadap pertumbuhan rumput laut
ditambak terpadu selama pemeliharannya antara lain ekologi dan konstruksi
tambak. Beberapa syarat tambak pemeliharaan rumput laut Gracilaria sp. terpadu
(polikultur) dengan udang atau bandeng yaitu:
 Lokasi tambak dekat dengan pantai;
 Tersedianya sumber air tawar untuk menurunkan salinitas;
 Areal terlindung angin;
 Perbedaan pasang surut yang cukup sehingga memudahkan pergantian air
tambak;
 Dasar perairan terdiri dari pasir dan lumpur;
 Pergantian air laut dilakukan 30%, setiap tiga hari atau seminggu dua kali.

Dalam melakukan usaha budidaya ikan, masalah konstruksi petakan tambak se-
baiknya harus disesuaikan dengan teknologi yang akan diterapkan. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam kegiatan perbaikan konstruksi tambak budidaya rumput
laut terpadu/polikultur (rumput laut dengan udang/bandeng) antara lain:

2) Bentuk tambak budidaya


a. Luas petakan berkisar 1 ha dan berbentuk persegi panjang;
b. Setiap pematang tambak terdapat gundukan tanah yang memanjang dan
membentuk sekat-sekat berfungsi mencegah mengumpulnya rumput laut
pada salah satu bagian tambak;
c. Dasar tambak tanah berlumpur dan sedikit berpasir;
d. Pintu air dua buah untuk setiap petak, yang berfungsi sebagai pintu pema-
sukan dan pintu pembuangan;
e. Kedalaman air antara 50 - 100 cm;
f. Kontur tanah melandai 5 - 10 cm;

3) Pematang
Pematang utama/tanggul utama merupakan bangunan keliling tambak yang
gunanya untuk menahan air serta melindungi unit tambak dari bahaya banjir,
erosi dan air pasang. Oleh karena itu dalam konstruksinya pematang/tanggul

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 300


Agribisnis Rumput Laut

harus dibangun benar-benar kuat, bebas dari bocoran dan aman dari
kemungkinan longsor.

4) Pintu air
Dalam petakan tambak pintu air merupakan pengendali dan pengatur air
dalam operasional budidaya. Oleh karena itu dalam budidaya di tambak
jumlah pintu air tergantung tingkat teknologi yang diterapkan. Di petakan
tambak biasanya pintu air terdiri atas dua macam yaitu pintu air pemasukan
dan pembuangan.
5) Saluran air
Di dalam petakan tambak terdapat saluran air yang berfungsi untuk mema-
sukan air setiap saat secara mudah, baik untuk mengalirkan air dari laut
ataupun air tawar dari sungai/irigasi.

Tujuan dari pemupukan adalah untuk menyuburkan lahan budidaya dengan


memperkaya kandungan nutrisi dalam tambak. Lokasi tambak yang akan
digunakan untuk budidaya rumput laut harus dekat dengan laut, distribusi air laut
harus lancar, jauh dari rembesan air tawar, pH berkisar antara 7 – 9, kedalaman air
minimal 60 cm dan jauh dari sumber polusi. Pemupukan tambak diawali dengan
pembalikan dasar tambak 10 – 30 cm yang bertujuan untuk membuka pori-pori
tanah sehingga terjadi pertukaran ion dan mengangkat nutrisi

Gambar 11.3. Penanaman rumput laut di tambak (Anonimous, 2006).

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 301


Agribisnis Rumput Laut

11.3. Penanaman Bibit Rumput Laut

Pada perairan terumbu karang dengan dasar perairan yang terdiri dari pasir
bercampur pecahan karang dan kedalaman waktu surut antara 30 – 60 cm dapat
diterapkan penanaman rumput laut dengan metode lepas dasar. Dengan metode
lepas dasar thallus tanaman diikat pada seutas tali yang direntangkan dalam air
dengan bantuan tiang pancang atau patok. Patok dari bambu atau kayu sepanjang
1 m ditancapkan sampai kira-kira 0,5 m. Beberapa potong thallus tanaman dengan
berat sekitar 100 g diikat dengan tali rafia. Tali ris adalah seutas tali dari bahan
polyetilen multifilament bergaris tengah 4 mm dan panjang 3 m. Jarak tiap ikat
tanaman tali ris 20 cm dan mengisi tali ris sepanjang 2,4 m atau sebanyak 12 ikat
tanaman. Jarak ikatan tanaman pertama dan terakhir dengan ujung tali ris
sepanjang 30 cm berguna untuk mengikatkannya pada tali ris utama. Di lokasi
budidaya ditancapkan barisan tiang pancang. Jarak tiap tiang pancang dalam
barisan 0,5 – 1 m dan jarak tiap baris 2,5 m. Pancang-pancang yang berjarak 0,5 –
1 m dihubungkan dengan tali ris utama dari bahan polyethylene multifilament
bergaris tengah 8 mm. Tali ris yang telah berisi tanaman direntangkan di laut
dengan mengikatkannya pada tali ris utama. Satu unit usaha budidaya Eucheuma
dengan metode lepas dasar ditentukan seluas 10 x 10 m2. Metode lepas dasar ini
mendekati keadaan rumput laut alami, memberikan pertumbuhan antara 3 – 6 %
per hari dari kualitas produk yang lebih baik (kandungan karagenan dan kekuatan
gel lebih tinggi).

Pada perairan dengan kedalaman lebih dari 60 cm waktu air surut dapat
diterapkan penanaman dengan metode rakit. Rakit dibuat dari bambu berukuran
2,5 x 5 m2. 1 unit usaha budidaya Eucheuma dengan metode rakit ditentukan
sebanyak 10 rakit yang dirangkai dengan formasi 2 x 5 rakit. Metode rakit
memberikan laju pertumbuhan lebih tinggi antara 5 – 8 % per hari akan tetapi
dengan kualitas produk yang lebih rendah. Metode rakit digunakan bila tidak
terdapat perairan yang tidak memenuhi persyaratan untuk metode lepas dasar,
atau dengan tujuan untuk perbanyakan bibit tanaman.

Pada perairan dengan kedalaman sekitar 5 m dan dasar perairan terdiri dari pasir
atau pasir berlumpur dapat dicoba metode tali gantung. Pada kenyataannya tidak
mudah perairan yang memenuhi persyaratan untuk metode lepas dasar yang
merupakan hamparan rataan terumbu yang luas dengan kedalaman 30 cm waktu
air surut. Pada perairan yang dalamnya sekitar 5 m didirikan bangunan dari kayu
atau bambu berukuran 5 x 5 m dan tingginya sedikit di atas garis pasang tertinggi.
Lima belas utas tali yang panjangnya kurang dari ketinggian bangunan
direntangkan tergantung pada dua potong kayu atau bambu berdiameter 5 cm.

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 302


Agribisnis Rumput Laut

Kayu atau bambu pertama diletakkan pada bangunan dan kayu atau bambu kedua
terbenam ke dalam air hampir mencapai dasar dan diberi pemberat. Rumput laut
diikatkan pada tali dengan jarak 30 cm. Pada sebuah bangunan terdapat 15
gantungan kayu atau sebanyak 225 utas tali gantung. Metode tali gantung dapat
memanfaatkan perairan yang agak dalam secara efisien.

Kegiatan tanam harus dilakukan dengan hati-hati agar tanaman dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik. Kegiatan tanam adalah dimasukkannya bibit tanaman
ke dalam air di lokasi budidaya, baik dengan metode lepas dasar, rakit maupun tali
gantung. Pada metode lepas dasar penanaman dilakukan dengan mengikat tali ris
yang sudah berisi ikatan rumput tanaman pada tali ris utama. Penanaman dapat
pula dilakukan dengan megikatkan rumput tanaman pada tali ris yang sudah
terentang di lokasi budidaya akan tetapi pekerjaan demikian dibatasi oleh keadaan
pasang. Pada metode rakit, penanaman dilakukan dengan menurunkan rakit yang
sudah berisi tanaman ke air di lokasi budidaya atau mengikatkan tali ris yang
berisi tanaman pada rakit yang sudah terpasang di laut. Pada metode tali gantung,
penanaman dilakukan dengan menggantungkan rangka gantungan yang sudah
berisi tanaman pada konstruksi yang sudah tersedia.

Penanaman bibit dilakukan segera saat bibit masih segar. Sebelumnya bibit
rumput laut dipotong-potong dan diikat dengan menggunakan tali rafia. Hal ini
dimaksudkan agar tidak berhamburan dan mudah penanamannya. Juneidi (2004)
menjelaskan bahwa cara mengikatkan bibit rumput laut pada tali nilon di beberapa
daerah tidak sama. Masing-masing daerah memiliki kebiasaan sendiri dalam
mengikatkan bibit pada tali nilon. Beberapa teknik mengikat bibit pada tali nilon,
antara lain:
1. Membuka pilinan tali nilon dan memasukkan tali rafia 20 cm yang dilipat dua,
kemudian ujung tali rafia dimasukkan ke dalam lipatan rafia, dan ditarik ken-
cang. Bibit rumput laut diikatkan dengan cara menempatkan bibit di antara
lipatan dan mengikatnya dengan simpul hidup.
2. Membuka pilinan tali nilon dan memasukkan tali rafia ke dalam pilinan dan
membuatnya terikat. Kemudian tali rafia dilingkarkan dan buatlah terikat
kencang pada tali nilon.

Pengikatan rumpun bibit tanaman dengan tali rafia yang terdiri beberapa thallus
dengan berat ±100 g harus cukup kuat, sehingga tidak mudah lepas akan tetapi
tidak menyebabkan putusnya thallus. Pengikatan setiap ikat rumpun bibit pada tali
ris harus kuat agar tidak mudah lepas atau bergeser, bibit juga sebaiknya diikat
dengan posisi seimbang dan tidak bertumpuk atau terlalu banyak (Gambar 11.4).
Hal ini bertujuan untuk menjaga ikatan bibit agar tidak mudah patah dan rusak.

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 303


Agribisnis Rumput Laut

Pengikatan bibit yang terlalu banyak dan bertumpuk juga dapat mempengaruhi
penerimaan cahaya sehingga nantinya akan menghambat proses fotosintesis.

(a) (b)
Gambar 11.4. Pengikatan bibit rumput laut (a) bibit langsung dimasukkan diantara
pilinan tali (b) bibit diikat dengan tali rafia dengan posisi seimbang.

Pengikatan bibit rumput laut pada media tanam pada penanaman yang dilakukan
di perairan dengan kedalaman > 2 meter sebaiknya dilakukan didaratan sehingga
bibit dapat langsung diikatkan pada rakit atau jaring yang akan digunakan.
Sedangkan pada penanaman di dasar perairan dengan perairan yang dangkal
penanaman bibit rumput laut dapat dilaksanakan langsung dilokasi budidaya
(Gambar 11.5).

Gambar 11.5. Pengikatan bibit rumput laut di daratan

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 304


Agribisnis Rumput Laut

Rakit dan jaring yang telah ditanami bibit rumput laut di darat dapat dimasukkan
atau dibawa ke lokasi penanaman rumput laut yang telah ditentukan. Penanaman
rumput laut ke lokasi budidaya pada rakit dan jaring yang telah siap ditarik dengan
bantuan kapal. Setelah tiba di lokasi yang budidaya maka dilakukan penurunan
jangkar yang dapat terbuat dari batu atau besi yang diikatkan pada tali yang
terhubung dengan konstruksi rakit atau jaring. Jangkar biasanya digunakan pada
budidaya rumput laut yang dilakukan pada laut yang memiliki kedalaman lebih dari
3 m, atau kedalaman yang tidak memungkinkannya dilakukan pemancangan
dengan kayu atau besi di dasar perairan dengan penyelaman. Bila dapat
dilakukan penyelaman untuk menancapkan tiang pancang didasar perairan maka
penggunaan jangkar dapat diganti dengan tiang pancang. Penggunaan tiang
pancang biasanya digunakan pada perairan yang relative dangkal.

(a) (b)
Gambar 11.6. Penanaman bibit rumput laut (a) penurunan rakit ke laut, (b) bibit
yang akan ditanam dengan metode monoline di bawa ke lokasi
budidaya.

Penanaman harus dilakukan pada keadaan laut dan cuaca yang memungkinkan
untuk bekerja dengan mudah. Pada metode lepas dasar penanaman dilakukan
pada saat air surut. Pada metode rakit penanaman dilakukan ketika laut tidak
berombak besar (tinggi gelombang kurang dari 0,5 m). Penanaman harus dilaku-
kan pada saat tanaman masih segar segera setelah selesai pengikatan bibit agar
diperoleh pertumbuhan yang maksimal.

11.4. Pemeliharaan Rumput Laut

Pemeliharaan yang meliputi pengawasan dan perawatan baik konstruksi budidaya


maupun tanaman harus dilakukan terus menerus agar keberhasilan budidaya

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 305


Agribisnis Rumput Laut

maksimal. Konstruksi budidaya harus dipelihara dari kerusakan yang disebabkan


olah alam atau menurunnya daya tahan bahan. Ombak besar dapat menyebabkan
tercabutnya patok, jangkar serta putusnya tali ris dan ris utama.

Perawatan terhadap fasilitas dan rumput lautnya sendiri dilaksanakan dengan


pengamatan secara berkala. Setiap kerusakan yang terjadi karena pengaruh
angin dan ombak, seperti kerusakan konstruksi atau posisi rakit, tali yang kendor
atau putus, segera diperbaiki. Pembersihan terhadap sampah atau berbagai
penempel pada rakit maupun pada rumput laut juga dilaksanakan pada kesem-
patan yang sama, dan bila perlu bibit yang rusak atau terlepas dari ikatannya
diganti dengan yang baru. Pengamatan dan perawatan dilaksanakan dengan
frekuensi antara 2×1 minggu sampai 1× 2 minggu.

Menurunnya daya tahan bahan menyebabkan patahnya patok, rakit atau putusnya
tali ris atau ris utama. Dalam rangka pemeliharaan maka harus dilakukan
pengawasan setiap hari dan perbaikan terhadap bagian-bagian yang rusak segera
dilakukan. Tertundanya perbaikan menye-babkan kerugian lebih besar karena
makin banyaknya tanaman yang hilang. Pada budidaya Gracilaria di tambak
diperlukan perawatan pintu-pintu saluran air agar pergantian air dapat dengan
mudah dilakukan.

Hal-hal yang harus dilakukan dalam perawatan adalah :


1) Bersihkan tanaman dari tumbuhan dan lumpur yang mengganggu, sehingga
tidak menghalangi tanaman dari sinar matahari dan mendapatkan makanan.
2) Jika ada sampah yang menempel, angkat tali perlahan, agar sampah-
sampah yang menyangkut bisa larut kembali.
3) Jika ada tali bentangan yang lepas ikatannya, sudah lapuk atau putus,
segera diperbaiki dengan cara megencangkan ikatan atau mengganti
dengan tali baru.
4) Waspadai penyakit ice-ice, yaitu adanya tanda bercak-bercak putih pada
rumput laut. Jika ada tanda tersebut, tanaman harus dibuang, karena dapat
menularkan penyakit pada tanaman lainnya. Kalau dibiarkan, tanaman akan
kehilangan warna sampai menjadi putih dan akhirnya mudah putus.
5) Untuk menghindari penyakit ice-ice, lakukan monitoring terhadap setiap
tanaman, sehingga jika ada tanaman memutih bisa dilakukan pemotongan.
Cara lain menghindari penyakit ice-ice adalah dengan menurunkan posisi
tanaman lebih dalam untuk mengurangi panetrasi banyaknya sinar matahari,
karena penyakit ini biasanya terjadi pada daerah pertanaman yang terlalu
tinggi dengan permukaan air. Karena itu disarankan agar tanaman berada 1
meter di bawah permukaan air.

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 306


Agribisnis Rumput Laut

6) Hama rumput laut yang harus diwaspadai antara lain adalah : (a). Larva bulu
babi (Tripneustes sp.) bersifat planktonik yang melayang-layang di dalam
air, lalu menempel pada tanaman. (b). Teripang (Holothuria sp.) mula-mula
menempel dan menetap pada rumput laut, lalu membesar dan dapat
memakan rumput laut dengan menyisipkan ujung cabang rumput laut ke
dalam mulut.

Walaupun hama tersebut pengaruhnya kecil menyerang pada areal budidaya yang
cukup luas, namun tetap perlu diwaspadai. Untuk menghindarinya, bisa dilakukan
pemasangan jaring pada keliling areal tanaman.

Gambar 11.7. Pemisahan rumput laut budidaya dengan kompetitor (Anonimous,


2006).

11.5. Pengendalian Hama dan


dan Penyakit Rumput Laut

Hama rumput laut dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yakni hama mikro
dan makro (Sudjiharno, 2001). Hama mikro berukuran kurang dari 2cm dan hidup
menempel pada tahlus rumput laut seperti larva bulu babi (Tripneustes) dan larva
teripang (Holothuria sp.) Hama makro yang dijumpai pada tanaman rumput laut
antara lain ikan beronang (Siganus sp.), bintang laut (Protoneustes nodulus), bulu
babi (Diadema dan Tripneustes sp.) dan penyu hijau (Chelonia midas).

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 307


Agribisnis Rumput Laut

Mollusca dan ikan berpengaruh terhadap persporaan alga. Kelompok grazer yang
dominan pada daerah pantai berbatu adalah limpet, bulu babi, siput Lithorena.
Dipihak lain ikan herbivore melalui grazing dan browsing (pemakan rumput laut)
dapat merusak thalii dan dengan sendirinya mempertahankan hidup digenangan
pasang dengan populasi grazer Lithorina littoreai yang besar karena grazer ini
senang memakan Enteromorpha intestinalis mengurangi jumlah spora yang
dikeluarkan rumput laut (P3O-LIPI, 1987).

Upaya yang dilakukan untuk menanggulangi hama tersebut adalah dengan cara
memperbaiki/memodifikasi teknik budidaya dengan metode lepas dasar/metode
rakit apung dengan menerapkan pola penanaman yang serentak pada lokasi yang
luas serta melindungi areal budidaya dengan memasang pagar dari jari jaring.

(a) (b)

(c) (d)
Gambar 11.8. Hama yang sering ditemukan pada budidaya rumput laut (a) ikan
beronang (b) penyu hija, (c) Lithorina littoreai dan (d) limpet

Darmayanti et al., (2001) menjelaskan bahwa dari sampel rumput laut yang
diambil dari budidaya Kappaphycus alvarezii, baik yang sakit atau yang sehat
ditemukan bakteri kelompok vibrio dari jenis Aeromonas sp. Kemudian pada hal
yang sama mendapatkan jenis Vibrio sp, Aeromonas sp, dan Pseudomonas sp
(rumput laut yang sehat) di pantai Takalar, Sulawesi. Largo et al., (1995) dala
Direktorat Pembinaan SMK (2008) 308
Agribisnis Rumput Laut

penelitian rumput laut pada budidaya marga Kappaphycus maupun Eucheuma di


Filipina menemukan bakteri kelompok vibrio dan Cyatophaga-Flavobakterium
yang lebih dominan. Selain dari kelompok terebut juga menemukan bakteri
Aeromonas pada (Sargassum dan Thalassia). Dari hasil penelitian tersebut ada
suatu kompetisi antar bakteri pada kondisi tertentu di lingkungannya yang dapat
menyebabkan penyakit. Uyenco et al., (1981) mengemukakan bahwa penyakit ice-
ice timbul karena menurunnya substansi pelindung intraseluler pada saat rumput
laut mengalami tekanan lingkungannya. Beberapa peneliti menyebutkan bahwa
timbulnya penyakit pada rumput laut karena adanya perubahan lingkungan yaitu
menurunnya salinitas dan intensitas cahaya. Pada umumnya penyakit ice-ice yang
menyerang pada budidaya Eucheuma striatum di Maluku Tenggara bahwa
munculnya penyakit ice-ice terjadi pada saat awal musim barat (pergantian musim
timur ke barat).

(b)

(a)

(c) (d)
Gambar 11.9. Hama mikro pada rumput laut (a) Sphacelaria sp (b) Neosiphonia
sp (c) Zoocanthid dan (d) kumpulan telur hewan laut atau
Bryozoans

Sedangkan penyakit yang sering dijumpai pada budidaya rumput laut adalah
penyakit bakterial, jamur dan “ice-ice”/white spot. Penyakit bakterial yang

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 309


Agribisnis Rumput Laut

disebabkan oleh Macrocystis pyrifera dan Micrococcus umumnya menyerap pada


budidaya Laminaria sedangkan penyakit jamur yang disebabkan oleh Hydra
thalassiiae menyerang bagian gelembung udara rumput laut Sargassum sp.
Penyakit “ice-ice” (sebagian orang menyebutnya sebagai white spot) merupakan
kendala utama budidaya rumput laut Eucheuma yang terutama disebabkan oleh
perubahan lingkungan seperti arus, suhu dan kecerahan. Kecerahan air yang
sangat tinggi dan rendahnya kelarutan unsur hara Nitrat dalam perairan juga
merupakan penyebab munculnya penyekit tersebut. Beberapa peneliti telah
melaporkan bahwa telah diisolasi beberapa jenis bakteri pada thallus tersebut
dimana bakteri tersebut hanya merupakan penyebab kedua (secondary impact).
Beberapa faktor abiotik yang dilaporkan dapat menjadi penyebab munculnya
penyakit ice-ice pada budidaya Eucheuma di Filipina adalah kurangnya densitas
cahaya, salinitas kurang dari 20 ‰, dan temperatur mencapai 33-35°C (Largo et
al., 1995).

(a) (b)
Gambar 11.10. Penyakit pada rumput laut (a) infeksi bakteri dan (b) infeksi jamur

Penyakit pada rumput laut ini terjadi di daerah-daerah dengan kecerahan tinggi
dan dikenal sebagai ice-ice dengan gejala timbulnya bercak-bercak pada bagian
thallus, lama kelamaan akan kehilangan warna sampai menjadi putih dan terputus.
Kondisi ini disebabkan karena adanya perubahan lingkungan yang ekstrim dan
tidak dapat ditolerir, sehingga tanaman menjadi lemah (tidak sehat). Bila keadaan
ini terus berlanjut, maka akan mengakibatkan kegagalan panen. Bercak putih (ice-
ice) merupakan penyakit yang timbul pada musim laut tenang dan arus lemah
diikuti dengan musim panas yang dapat merusak areal tanaman sampai mencapai
60-80% dan lamanya 1-2 bulan (Sulistijo, 2002)

Amiludin (2007) menerangkan bahwa pada beberapa penelitian yang dilakukan


dengan diawali pengamatan pada area budidaya tampak bahwa hampir seluruh
bagian tanaman yang terinfeksi ice-ice ditandai oleh memutihnya/ memudarnya
warna batang (thalli), berlendir yang diselimuti oleh kotoran seperti tepung putih,
Direktorat Pembinaan SMK (2008) 310
Agribisnis Rumput Laut

kulit luar atau epidermisnya terkelupas pada yang terinfeksi sehingga terlihat
jaringan dalam/medulla pada thalli. Terinfeksinya pada thalli dimulai dari bagian
tertentu antara lain :
a. Infeksi bermula dari bagian luka pada pangkal stek akibat dari pemetikan/
pemotongan
b. Infeksi dimulai dari bagian yang luka pada bekas gigitan predator ikan
c. Infeksi dimulai dari bagian yang luka karena gesekan/terlalu erat mengikat
rumpun rumput laut
d. Infeksi akibat tertularnya bagian batang yang sehat oleh bagian batang yang
terinfeksi dari satu rumpun atau berasal dari rumpun yang lain.

Gambar 11.11. Rumput laut budidaya yang terserang ice-ice

Dari beberapa hasil penelitian tentang penyakit ice-ice, maka gagalnya musim
panen di duga dapat disebabkan karena;
a. Nelayan tidak menghentikan sementara kegiatan budidayanya pada saat
penyakit mewabah
b. Banyaknya predator ikan herbivore yang ukurannya relative kecil (5-10 cm)
seperti ikan marga Siganus sp dan Pomacentris sp pada saat rumput laut
mengalami stress. Ikan-ikan tersebut memakan tunas-tunas yang tumbuh
pada thalli serta memakan bagian thalli dan kerugian yang diakibatkan tidak
cukup berarti, namun pada bagian yang luka pada musim yang tidak
menguntungkan mudah terinfeksi oleh bakteri ice-ice.

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 311


Agribisnis Rumput Laut

c. Sanitasi lingkungan yang tidak bersih (banyak sampah) juga merupakan


salah satu kontribusi melimpahnya bakteri di sekitar budidaya.
d. Tidak adanya antisipasi pergantian musim yang dapat memicu terjangkitnya
penyakit ice-ice.
e. Bibit yang digunakan selama bertahun-tahun tidak diganti dengan bibit yang
segar dari luar daerah, sehingga bakteri dapat mudah beradaptasi dengan
kondisi fisiologis rumput laut

Penyakit ini dapat ditanggulangi dengan cara menurunkan posisi tanaman lebih
dalam dari posisi semula untuk mengurangi penetrasi sinar matahari. Cara lain
juga dapat dilakukan dengan pemberian pupuk nitrogen, akan tetapi upaya terse-
but masih perlu dikaji lebih lanjut.

Perlunya perhatian dalam menghadapi timbulnya penyakit ice-ice dapat melalui


beberapa cara, yaitu hindari budidaya rumput laut satu sampai dua minggu
menjelang musim kemarau (musim dimana penyakit mulai muncul setelahnya
algae filament blooming) dan istirahat selama 1-2 bulan untuk membersihkan tali
atau rakit, setelah itu baru menanam. Kemudian perhatikan juga waktu tanam/
bulan tanam yang ideal yaitu pada akhir musim hujan. Penyegaran bibit dari luar
daerah, artinya bibit lokal jangan digunakan lagi setelah bibit yang diambil dari
hasil panen tiga kali berturut-turut. Perhatikan juga lokasi budidaya, termasuk
didalamnya salinitas, kecerahan/kebersihan, predator, unsur hara, arus dan bebas
dari ombak yang besar. Dalam jangka panjang juga perlu adanya penelitian bibit
unggul secara biomolekuler agar memperoleh tanaman yang cepat tumbuh,
habitusnya besar, mutu fikokoloidnya baik dan tahan terhadap goncangan ling-
kungan maupun penyakit.

Semangun (1996) menjelaskan penyakit tumbuhan bila ditinjau dari sudut biologi
adalah sebagai penyimpangan dari sifat normal yang menyebabkan bagian tubuh
tidak dapat melakukan kegiatan fisiologi yang biasa, sementara dari sudut
ekonomi penyakit adalah ketidakmampuan tumbuhan untuk memberikan hasil
yang cukup, baik kuantitas maupun kualitas. Jasad renik (mikroba) tidak langsung
menjadi penyebab suatu penyakit, tapi keadaan luar telah melemahkan tumbuhan
terlebih dahulu, sehingga jasad dapat masuk atau juga oleh penyebab-penyebab
yang bekerja terus menerus dalam waktu yang lama. Penyakit hanya akan terjadi
jika pathogen yang virulen, dan lingkungan yang sesuai. Penyakit tidak akan
terjadi jika pathogen yang virulen bertemu dengan bagian tubuh yang rentan,
tetapi lingkungan tidak mendukung. Lingkungan seperti kelembaban, suhu, sinar
matahari dan unsur hara sangat mempengaruhi proses tersebut.

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 312


Agribisnis Rumput Laut

11.6. Pengelolaan Lingkungan Budidaya Rumput Laut

Tanaman harus terpelihara terhadap pencemaran, kotoran air, tumbuhan penem-


pel dan hewan-hewan herbivore. Pada budidaya Gracilaria di tambak pengawasan
kualitas air dilakukan pada tambak agar terhindar dari pencemaran yang antara
lain dapat menyebabkan terjadinya ledakan populasi fitoplankton dan merugikan
pertumbuhan tanaman. Pada musim laut tenang gerakan air sangat kurang
sehingga tanaman sering ditempati kotoran atau debu air (silt). Akibatnya
permukaan tanaman tertutup, proses metabolime terganggu sehingga laju partum-
buhan menurun atau terjadi kerusakan yang menyebabkan putusnya thallus. Pada
saat demikian tanaman harus sering dibersihkan dengan menggoyang-goyangkan
di dalam air. Pada bulan-bulan tertentu terjadi ledakan populasi tumbuhan penem-
pel seperti Ulva, Hypnea, Chaetomorpha, Enteromorpha dan lain-lain. Tumbuhan
ini membelit pada tanaman dan konstruksi budidaya sehingga dapat menimbulkan
kerusakan. Untuk menghindari kerusakan yang lebih berat maka tumbuhan
penempel ini dihindarkan dari tanaman dengan cara dikumpulkan dan dibuang di
darat. Hal ini juga menghindarkan bercampurnya tanaman dari jenis rumput laut
lain waktu panen. Hewan-hewan herbivora yang sering memangsa tanaman
rumput laut adalah bulu babi, ikan beronang (Sigallus) dan penyu. Pemeliharaan
dilakukan dengan menyingkirkan hama rumput laut dan memperbaiki tanaman
atau tali ris yang rusak.

Agar pertumbuhan Gracilaria di tambak memberikan hasil yang maksimal diperlu-


kan penggantian air dan pemupukan secara teratur. Penggantian air tambak
sebanyak 60% dilakukan setiap 15 hari sekali waktu bulan baru dan bulan
purnama. Pemupukan dilakukan setiap 15 hari sekali sesaat sesudah penggantian
air. Pupuk yang digunakan adalah campuran urea, TSP dan ZA dengan perban-
dingan 1:1:1 dan jumlahnya 20 kg/ha tiap kali pemupukan. Ada juga petani yang
membuat perbandingan campuran 2:1:1 dengan jumlah 100 kg/ha.

RANGKUMAN

Perhitungan estimasi skala produksi dapat dilakukan untuk mengetahui kebutuhan


bibit serta hasil rumput laut yang akan diperoleh pada saat panen. Perhitungan
estimasi produksi dapat dihitung dengan menggunakan angka pertumbuhan rum-
put laut yang dibudidayakan. Dengan melihat angka pertumbuhan dapat diketahui
perbedaan hasil yang akan diperoleh dengan cara penanaman, perlakuan, tempat
dan waktu atau musim yang berbeda. Persiapan sarana dan prasarana budidaya
rumput laut diawali dengan penentuan lokasi budidaya, penentuan metode
budidaya yang akan digunakan, penentuan jenis rumput laut yang akan dibudi-

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 313


Agribisnis Rumput Laut

dayakan sesuai lokasi dan metode yang digunakan serta pemenuhan peralatan
budidaya, serta penyediaan bibit rumput laut yang akan ditanam sesuai dengan
jumlah yang dibutuhkan. Persiapan penanaman budidaya rumput laut yang
dilakukan ditambak adalah dengan persiapan lahan budidaya seperti persiapan
konstruksi dan petak tambak, serta pengolahan tanah dan media tanam. Pada
penanaman rumput laut perlu dilakukan penyesuaian metode budidaya yang
digunakan dengan lokasi budidaya untuk menghasilkan produksi rumput laut yang
optimal. Hama rumput laut dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yakni
hama mikro dan makro (Sudjiharno, 2001). Hama mikro berukuran kurang dari
2cm dan hidup menempel pada tahlus rumput laut seprtilarva bulu babi
(Tripneustes) dan larva teripang (Holothuria sp.) Hama makro yang dijumpai pada
tanaman rumput laut antara lain ikan beronang (Siganus sp.), bintang laut
(Protoneustes nodulus), bulu babi (Diadema dan Tripneustes sp.) dan penyu hijau
(Chelonia midas). Sedangkan penyakit rumput laut yang sering dijumpai pada
budidaya rumput laut adalah penyakit bakterial, jamur dan “ice-ice”/white spot.
Penyakit bakterial yang disebabkan oleh Macrocystis pyrifera dan Micrococcus
umumnya menyerap pada budidaya Laminaria sedangkan penyakit jamur yang
disebabkan oleh Hydra thalassiiae menyerang bagian gelembung udara rumput
laut Sargassum sp. Penyakit “ice-ice” (sebagian orang menyebutnya sebagai
white spot) merupakan kendala utama budidaya rumput laut Eucheuma yang
terutama disebabkan oleh perubahan lingkungan seperti arus, suhu dan
kecerahan.

APLIKASI KONSEP

Lakukan perhitungan laju pertumbuhan rumput laut yang dibudidayakan dengan


beberapa metode tanam sehingga didapatkan nilai estimasi produksi hasil. Lalu
bandingkan metode apa yang terbaik untuk menghasilkan hasil panen yang
optimal dari perhitungan yang telah dilakukan.

PEMECAHAN MASALAH

Upaya apa yang dapat dilakukan bila pada suatu areal budidaya rumput laut
menunjukkan gejala terserangnya penyakit ice-ice, diskusikan dengan teman
anda.

PENGAYAAN

1. Pada perhitungan estimasi produksi nilai apa saja yang perlu diketahui…
a. Jumlah bibit, cara penanaman, bahan yang digunakan

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 314


Agribisnis Rumput Laut

b. Cara penanaman, bahan yang digunakan, musim


c. Musim, cara penanaman, perlakuan
d. Perlakuan, musim, bahan yang digunakan
2. Lama waktu pemeliharaan juga berpengaruh terhadap hasil rumput laut
yang dihasilkan, lama waktu optimum untuk pemeliharaan Eucheuma
adalah…
a. 2-3 minggu
b. 3-4 minggu
c. 4-6 minggu
d. 6-8 minggu
3. Berikut dibawah ini merupakan beberapa peralatan yang digunakan dalam
penanaman tanam rumput laut dengan metode jaring atau rakit apung,
kecuali…
a. Bendera, tiang kayu, bamboo
b. Bamboo, pelampung, pemberat
c. Pemberat, tali ris, bendera
d. Tali ris, pemberat, pelampung
4. Tujuan pemupukan pada persiapan penanaman rumput laut yang
dilakukan ditambak adalah untuk…
a. Memperkaya kandungan nutrisi dalam tambak
b. Menetralisir tanah dasar tambak
c. Meningkatkan pH tanah dasar tambak
d. Menumbuhkan pakan alami
5. Jarak pengikatan bibit yang optimal pada penanaman bibit rumput laut
yang ditanam dengan metode jarring adalah…
a. 10-20 cm
b. 20-30 cm
c. 30-40 cm
d. 40-50 cm
6. Kegiatan yang biasa dilakukan pada perawatan tanaman rumput laut yang
dibudidayakan antara lain, kecuali…
a. Mengontrol konstruksi tanam dari terpaan ombak
b. Mengambil bagian ujung tanaman yang dibudidayakan
c. Membersihkan tanaman dari lumpur atau kotoran yang menempel
d. Mengontrol kondisi tanaman dari hama dan penyakit
7. Hama yang biasa menyerang tanaman rumput laut terdiri dari hama mikro
dan hama makro, yang termasuk ke dalam golongan hama makro adalah…
a. Larva bulu babi
b. Larva teripang
c. Ikan beronang
d. Larva bintang laut
Direktorat Pembinaan SMK (2008) 315
Agribisnis Rumput Laut

8. Grazer ini senang memakan Enteromorpha intestinalis mengurangi jumlah


spora yang dikeluarkan rumput laut adalah…
a. Lithorina littoreai
b. Tripneustes
c. Protoneustes nodulus
d. Chelonia midas
9. Penyakit jamur yang disebabkan oleh Hydra thalassiiae menyerang
gelembung udara rumput laut jenis…
a. Caulerpa
b. Sargassum sp
c. Eucheuma
d. Halimeda
10. Penyakit ice-ice adalah penyakit yang paling sering ditemukan pada
budidaya rumput laut, penyakit ini dapat disebabkan karena beberapa hal,
kecuali…
a. Waktu penanaman pada musim yang tidak tepat
b. Bibit digunakan secara berulang-ulang pada waktu yang lama
c. Adanya perbahan salinitas dan suhu yang drastic
d. Penggunaan metode tanam yang tidak tepat

KUNCI JAWABAN

1. C
2. C
3. A
4. A
5. B
6. B
7. C
8. A
9. B
10. D

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 316

Anda mungkin juga menyukai