Anda di halaman 1dari 4

REZA HILMI FADHLURRAHMAN

D111191047
TEKNIK PERTAMBANGAN A

TUGAS FINAL KERAKTERISASI BAHAN TAMABANG

PROSES ANALISIS BATUBARA

1. Proses sampling
Sampling didefinisikan sebagai proses pengumpulam suatu set primary
increment dari suatu sampling unit dengan suatu cara sehingga pengukuran contoh
analisis atau pengujian tidak signifikan untuk smapling unit tersebut. Ada beberapa
jenis sampling batubara, yaitu:
a. Sampling manual, yaitu sampling yang dilakukan dengan cara manual
menggunakan tenaga manusia.
1) Stop belt sampling
Metode pengumpulan increment yang terbaik ialah dengan
memberhentikan belt conveyer, kemudian memasang sampling
frame di atas belt. Semua material yang berada di antara sisi-
sisi frame diambil
2) Sampling dari arus jatuhan (falling stream)
Metode berikutnya yang disukai untuk manial sampling ilah dari
arus jatuhan pada titik perpindahan belt, aliran keluar dari belt
feeder, atau dari screen deck.
3) Sampling dari permukaan belt yang bergerak
Sampling ini dilakukan di atas belt conveyer secara manual.
Namiun metode ini memiliki persharatan, yaitu kecepatnnya
kurang dari 1,5m/s, tebalnya batubar pada belt harus kurang
dari 0.3m
4) Sampling dari arus pembongkaran yang terpotong-potong
Sampling ini dilakukan pada saat dumping di atas tongkang dari
pembongkaran batubara di atas kapal. Tingkat resiko sampling
ini tergolong tinggi.
5) Stationary sampling (batubara dalam keadaan diam)
Metode ini termasuk sampling dari stockpile, dari bagian atas
truk atau tongkang. Pada metode ini, persyaratan dasar yang
menyatakan bahwa semua partikel hendaknya mempunyai
kesempatan yang sama untuk terambil menjadi bagian dari
contoh tidak terpenuhi, oleh karena itu, metode ini hendaknya
dihindari sejauh mungkin.
b. Mechanical sampling
Metode ini sampling dilakukan dengan bantuan peralatan mekanis
yang dijalan kan baim secara manual maupun otomatis. Baik dengan
setting mass maupun time basis. Ada bbeberapa metode mechanical
sampling, yaitu: cross belt cutter, falling strean cutter, mechanical
auger untuk stationary sampling
2. Preparasi Sampel Batubara
Setelah sampel batubara tiba di laboratorium, seluruh sampel dibuka dari
kemasannya untuk dilakukan preparsi. Pertama-tama ukuran sampel harus direduksi
ukurannya menggunakan alat tekan, tujuan reduksi ukuran sampel dengan alat
tekan agar umpan (feed) dapat dimasukkan ke dalam crusher/peremuk batuan.
Setelah sampel batubara direduksi ukurannya menggunakan alat tekan, selajutnya
umpan batubara (feed) dimasukkan ke dalam mesin peremuk batuan (jaw crusher),
sampel batubara diremuk hingga mencapai ukuran tertentu untuk selanjutnya akan
digerus (grinding) menggunakan alat Ball mill.
Selanjutnya sampel yang telah berukuran halus (fine coal) diayak
menggunakan ayakan sesuai dengan ukuran untuk dianalisis lebih lanjut kemudian
sampel ayakan disimpan dalam botol atau wadah.
3. Ekstarksi Soxhlet
Soxhlet atau lengkapnya disebut ekstraktor soxhlet adalah peralatan
laboratorium yang diciptakan pada tahun 1879 oleh Franz von Soxhlet. Alat ini
awalnya dirancang untuk ekstraksi lipida dari bahan padat. Biasanya, ekstraksi
soxhlet dilakukan jika senyawa yang diinginkan memiliki kelarutan yang terbatas
dalam suatu pelarut, dan ketakmurnian tidak larut dalam pelarut tersebut.
Cara kerja dari alat ini adalah Pelarut dipanaskan untuk merefluks. Uap pelarut
mengalir ke atas melalui lengan distilasi, dan membanjiri bejana yang berisi timbel
berisi bahan padat. Pendingin memastikan bahwa semua uap pelarut mendingin,
dan menetes balik ke dalam bejana yang berisi bahan padat. Bejana yang berisi
bahan padat akan terisi secara perlahan dengan pelarut hangat. Ketika bejana
Soxhlet hampir penuh, bejana akan dikosongkan oleh sifon. Pelarut dialirkan kembali
ke labu distilasi. Timbel memastikan bahwa gerakan cepat pelarut tidak membawa
bahan padat ikut ke labu. Siklus ini dapat diulang berkali-kali, berjam-jam, bahkan
berhari-hari. Setelah ekstraksi, pelarut dihilangkan, biasanya menggunakan
evaporator putar (rotary evaporator), meninggalkan senyawa yang diekstraksi.
Bagian ekstrak padatan yang tidak larut tetap berada di dalam timbel, dan biasanya
dibuang dan dianggap sebagai ampas.
4. Kolom Kromatografi
Kromatografi kolom adalah metode yang digunakan untuk memurnikan bahan
kimia tunggal dari campurannya. Metode ini sering digunakan untuk aplikasi
preparasi pada skala mikrogram hingga kilogram. Keuntungan utama kromatografi
kolom adalah biaya yang rendah dan kemudahan membuang fasa diam yang telah
digunakan. Kemudahan pembuangan fasa diam ini mencegah kontaminasi silang
dan degradasi fasa diam akibat pemakaian ulang atau daur ulang. Dua metode yang
umum digunakan untuk preparasi kolom adalah: metode kering dan metode basah.
Pada metode kering, kolom pertama kali diisi dengan serbuk kering fasa diam,
kemudian kolom dialiri fasa gerak hingga seluruh kolom terbasahi. Mulai titik ini, fasa
diam tidak diperkenankan mengering. Pada metode basah, fasa diam dibasahi
dengan fasa gerak hingga menjadi bubur di luar kolom, dan kemudian dituangkan
perlahan-lahan ke dalam kolom. Pencampuran dan penuangan harus ekstra hati-hati
untuk mencegah munculnya gelembung udara.
5. Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS)
Kromatografi gas-spektrometri massa (GC-MS) adalah metode analisis yang
menggabungkan fitur kromatografi gas dan spektrometri massa untuk
mengidentifikasi zat yang berbeda dalam sampel uji. Aplikasi GC-MS meliputi deteksi
obat, investigasi kebakaran, analisis lingkungan, investigasi bahan peledak, dan
identifikasi sampel yang tidak diketahui, termasuk sampel material yang diperoleh
dari planet Mars selama misi penyelidikan pada awal tahun 1970-an. Selain itu,
dapat mengidentifikasi elemen jejak dalam bahan yang sebelumnya dianggap telah
hancur tanpa dapat diidentifikasi. Seperti kromatografi cair-spektrometri massa, ini
memungkinkan analisis dan deteksi bahkan untuk sejumlah kecil zat.
GC-MS terdiri dari dua blok bangunan utama: kromatograf gas dan
spektrometer massa. Kromatograf gas menggunakan kolom kapiler yang sifatnya
berkaitan dengan pemisahan molekul tergantung pada dimensi kolom (panjang,
diameter, ketebalan lapisan) serta sifat fasa (misalnya 5% fenil polisiloksan).
Perbedaan sifat kimiawi antara molekul yang berbeda dalam campuran dan afinitas
relatifnya terhadap fase diam kolom akan mendorong pemisahan molekul saat
sampel bergerak sepanjang kolom. Spektrometer massa melakukan ini dengan
memecah setiap molekul menjadi fragmen terionisasi dan mendeteksi fragmen ini
menggunakan rasio massa terhadap muatan.
6. Identifikasi Kromatografi
Selama bertahun-tahun kromatografi telah mendapatkan posisi yang patut
ditiru di laboratorium analitik yang melibatkan pemisahan dan penghitungan
campuran senyawa organik. Namun, kromatogram bukanlah tampilan hasil dalam
satuan konsentrasi, melainkan tampilan grafis dalam waktu nyata dari puncak yang
dihasilkan saat komponen terpisah melewati detektor. Kromatogram tidak masuk
akal bagi orang awam karena puncaknya tidak memberikan informasi tentang
identitas komponen campuran maupun informasi tentang jumlah yang ada.
Pertama-tama, Anda perlu memahami apa yang digambarkan oleh kromatogram.
Kromatogram adalah plot dua dimensi dengan sumbu ordinat yang memberikan
konsentrasi dalam hal respons detektor dan absis mewakili waktu. Detektor
memberikan respon sebagai puncak yang tingginya harus bergantung pada
konsentrasi komponen tertentu.

Anda mungkin juga menyukai