Anda di halaman 1dari 4

Pengaturan Kawasan Peruntukan Industri dan Kawasan Industri

Kawasan Peruntukan Industri Kawasan Industri


(Rancangan Permen Perindustrian ttg Kriteria Teknis Kawasan Permen Perindustrian No. 40 Tahun 2016 tentang Pedoman Teknis Rancangan Permen Perindustrian tentang Standar Kawasan
Peruntukan Industri) Pembangunan Kawasan Industri Industri dan Akreditasi Kawasan
Pedoman ini akan menjadi acuan bagi para pemangku kepentingan
terutama Pemerintah Daerah dalam menentukan KPI. Bentangan lahan
yang diperuntukkan bagi kegiatan Industri ini akan ditetapkan dalam
RTRW dan RDTR dengan mempertimbangkan arahan dalam pedoman
teknis.
A. Peran Pemerintah Daerah dalam Penetapan KPI
1) mengidentifikasi lokasi KPI;
2) menjamin daya dukung dan daya tampung lingkungan
berdasarkan peruntukannya;
3) memastikan kesesuaian dengan rencana tata ruang; dan
4) memetakan dan indentifikasi lahan yang sudah dimiliki Industri
Peran Pemerintah
serta Industri eksisting yang sudah beroperasi sebelum
Daerah dalam
peraturan daerah mengenai RTRW ditetapkan, namun
Penetapan dan
lokasinya belum termasuk dalam KPI.
Pengembangan KPI
B. Peran Pemerintah Daerah dalam Pengembangan KPI
1) menjamin penyediaan infrastruktur Industri bersama
Pemerintah dan/atau badan usaha;
2) menjamin keselarasan penetapan KPI di dalam rencana tata
ruang provinsi/kabupaten/kota;
3) mengembangan KPI sesuai dengan karakteristik dan potensi
wilayah;
4) menerbitkan perizinan sesuai dengan kewenangannya;
5) meningkatkan peluang investasi dalam rangka peningkatan
pendapatan daerah; dan
6) menjaga kestabilan harga lahan di lokasi rencana KPI.
Hal-hal yang perlu diperhatikan Pemerintah Daerah

Kawasan Peruntukan Industri Kawasan Industri


1) Efek Berganda KPI 1) Efek Berganda dari pembangunan KI
 Kegiatan Industri merupakan salah satu sumber bangkitan pergerakan yang besar di Pembangunan Kawasan Industri akan menciptakan efek berganda
suatu wilayah. Sebagai konsekuensinya, kegiatan ini akan mendorong munculnya bagi lingkungan sekitarnya
kegiatan-kegiatan lain di sekitarnya.  Aspek pengaruh terhadap bangkitan lalu lintas
 Adanya efek berganda di berbagai sektor yang muncul dari kegiatan Industri ini,  Aspek ketersediaan tenaga kerja dalam kaitannya dengan kebutuhan berbagai
memerlukan kesiapan Pemerintah Daerah untuk dapat mengantisipasi. fasilitas sosial
 Pemerintah Daerah perlu merencanakan dan mengarahkan kegiatan-kegiatan di dalam Pembangunan suatu Kawasan Industri (misalnya dengan luas 100
dan di sekitar KPI yang dapat dilakukan dengan menyusun Rencana Rinci Tata Ruang di Ha) akan membangkitkan pergerakan lalu lintas yang cukup besar, baik
sekitar KPI. bangkitan karena lalu lintas kendaraan penumpang yang mengangkut
 Selain terkait dengan bangkitan pergerakan, perencanaan ini juga terkait dengan tenaga kerja maupun kendaraan trailer pengangkut barang (impor dan
ketersediaan tenaga kerja, kebutuhan lahan, dan kebutuhan infrastruktur penunjangnya. ekspor)
2) Ilustrasi 2) Ilustrasi
a. Prediksi Jumlah Tenaga Kerja a. Prediksi Jumlah Tenaga Kerja
Diasumsikan rata-rata per hektar lahan di KPI menyerap 100 (seratus) tenaga kerja, Diasumsikan rata-rata per hektar lahan di Kawasan Industri menyerap 100
maka jika luas lahan 100 ha akan terdapat 10.000 (sepuluh ribu) tenaga kerja dengan tenaga kerja maka dengan luas 100 ha akan terdapat 10.000 tenaga kerja
komposisi sebagai berikut: dengan komposisi sebagai berikut:
(1) penduduk lokal, sebesar 3% (tiga persen) atau 300 (tiga ratus) jiwa; (1) manajer sebesar 3% atau 300 orang,
(2) penduduk pendatang yang menetap di sekitar KPI, sebesar 50% (lima pulub (2) staf 20% atau 2.000 orang, dan
persen) atau 5.000 (lima ribu) jiwa; (3) buruh 7.700 orang yang terdiri dari penduduk lokal 500 dan 7.200 adalah
(3) penduduk dari luar KPI yang merupakan commuter harian, sebesar 47% (empat buruh pendatang
puluh tujuh persen) atau 4.700 (empat ribu tujuh ratus) jiwa; dan
(4) berdasarkan perhitungan di atas, berarti akan terdapat 9.700 (sembilan ribu tujuh
ratus) pendatang di KPI, baik yang menetap maupun commuter harian.
b. Prediksi Bangkitan Pergerakan Orang dan Barang b. Prediksi Jumlah Infrastruktur dan Sarana Penunjang yang Dibutuhkan
(1) Berdasarkan prediksi jumlah tenaga kerja di atas, jumlah penduduk dari luar KPI (1) Dari asumsi penduduk di atas maka lalu lintas (traffic) perjalanan
yang merupakan commuter harian sebanyak 4.700 jiwa yang menggunakan interregional yang bangkit antara lain:
kendaraan pribadi, kendaraan umum/bus. Dari jumlah tersebut, terdapat komposisi (a) manajer dengan penggunaan kendaraan pribadi sebesar 300
sebagai berikut: kendaraan pribadi = 300 smp/hari;
a) manajer sebesar ±3% atau 140 (seratus empat puluh) orang; dan (b) staf dengan menggunakan bus (kapasitas 40 orang) sebesar 2000/40
b) buruh ±97% atau 4.560 (empat ribu lima ratus enam puluh) orang. = 50 bus = 50x3 smp = 150 smp/hari; dan
(2) Besaran lalu lintas perjalanan diasumsikan sebagai berikut: (c) Total bangkitan angkutan pekerja sebesar 300 + 150 = 450 smp/hari.
a) manajer dengan penggunaan kendaraan pribadi sebesar 140 kendaraan (2) Angkutan barang yang terjadi berupa:
pribadi = 140 smp/hari; impor sebesar 100 x 3 TEU’s = 300 TEU’s per bulan = 1.200
b) buruh dengan penggunaan bus (kapasitas 40 orang) sebesar 4.560/40 = 114 smp/bulan = 40 smp/hari
bus = 114 x 3 smp = 342 smp/hari; dan ekspor 100 x 3,5 TEU’s = 350 TEU’s /bulan = 57 smp/hari
c) total bangkitan angkutan pekerja sebesar = 140+342 = 482 smp/hari. sehingga total angkutan barang mendekati 100 smp/hari.
(3) Angkutan barang yang terjadi berupa: (3) Total bangkitan angkutan pekerja dan barang menjadi 450 + 100 = 550
a) impor sebesar 100 x 3 TEU’s = 300 TEU’s/bulan = 1.200 smp/bulan = 40 smp/hari.
smp/hari; Jika dikembalikan kepada efek bangkitan dari per hektar Kawasan Industri
b) ekspor 100 x 3,5 TEU’s = 350 TEU’s/bulan = 57 smp/hari; dan adalah 5,5 smp/hari/hektar. Meskipun bangkitan tiap hektar Kawasan Industri
c) total angkutan barang = 40 + 57 = 97 smp/hari. terlihat tidak terlalu besar tetapi ada tuntutan untuk penyediaan jalan dengan
(4) Total bangkitan angkutan pekerja dan barang menjadi 482+97 = 579 smp/hari atau kualitas baik karena jalan yang disediakan akan dilalui oleh angkutan berat. Di
5,8 smp/hari/ha. samping itu, guna menghindari timbulnya masalah kemacetan pada jalur akses
Kawasan Industri, perencanaan jaringan jalan akses perlu mempertimbangkan
Bangkitan tiap hektar KPI terlihat tidak terlalu besar, tetapi penyediaan jalan dengan bangkitan traffic yang ditimbulkan oleh Kawasan Industri atau kegiatan lain
kualitas baik tetap penting dilakukan mengingat jalan tersebut akan dilalui oleh angkutan yang akan tumbuh di sekitarnya.
berat. Di samping itu, perencanaan jaringan jalan perlu mempertimbangkan bangkitan lalu
lintas yang ditimbulkan oleh KPI dan kegiatan lain yang akan tumbuh di sekitarnya agar
tidak terjadi kemacetan.
c. Prediksi Jumlah Kebutuhan Lahan c. Prediksi Jumlah Kebutuhan Lahan yang Dibutuhkan
(1) Asumsi yang digunakan sebagai perhitungan fasilitas umum dan sosial
(1) Jumlah kebutuhan lahan didasarkan pada jumlah penduduk pendatang yang adalah jumlah tenaga kerja pendatang sebesar 7.200 orang.
menetap di KPI, yaitu sebesar 5.000 (lima ribu) jiwa. (2) Jumlah kebutuhan lahan perumahan
(a) Jumlah kebutuhan perumahan yang dibutuhkan sebesar 4800 rumah.
(2) Diasumsikan bahwa setiap 1,5 (satu setengah) buruh membentuk 1 (satu) Kepala Diasumsikan tiap 1,5 buruh membutuhkan 1 rumah.
Keluarga (KK). Berdasarkan asumsi tersebut, maka jumlah KK pendatang sebesar (b) Jumlah kebutuhan lahan untuk perumahan sebesar 720.000 m 2 atau
3.333 (tiga ribu tiga ratus tiga puluh tiga) KK. 72 ha. Diasumsikan tiap unit rumah membutuhkan lahan 150 m2
(c) Jumlah lahan untuk fasilitas umum dan sosial sebesar 18 ha.
(3) Jumlah kebutuhan lahan perumahan: Diasumsikan tambahan kebutuhan lahan untuk fasilitas umum dan
sosial adalah 25% dari lahan perumahan,
a) dengan asumsi tiap KK membutuhkan 1 rumah, maka jumlah kebutuhan
(d) Total kebutuhan lahan untuk perumahan dan fasilitas umum dan
perumahan sebesar 3.333 (tiga ribu tiga ratus tiga puluh tiga) rumah.
sosial menjadi 90 ha.
b) dengan asumsi tiap unit rumah membutuhkan lahan 150 m 2, maka jumlah (e) Jumlah lahan untuk kegiatan penunjang
kebutuhan lahan untuk perumahan sebesar 500.000 m2 atau 50 ha. Pengembangan tiap hektar Kawasan Industri membutuhkan lahan
untuk kegiatan penunjang dengan luas yang hampir sama, atau
(4) Asumsi tambahan kebutuhan lahan untuk fasilitas umum adalah 25% (dua puluh dengan perkataan lain setiap hektar kawasan industri akan
lima persen) dari lahan perumahan. Dengan demikian, jumlah lahan untuk fasilitas membutuhkan areal pengembangan seluas 2 ha
umum sebesar 12,5 ha.

(5) Total kebutuhan lahan untuk perumahan dan fasilitas umum sebesar 62,5 ha.

Penetapan 100 ha KPI membutuhkan lahan untuk kegiatan penunjang seluas 62,5 ha.
Dengan kata lain, dalam 1 ha KPI dibutuhkan total lahan 1,625 ha, yang mencakup lahan
KPI dan kegiatan penunjang

d. Prediksi Jumlah Infrastruktur dan Sarana Penunjang yang Dibutuhkan d. Prediksi Jumlah Infrastruktur Penunjang dan Sarana Penunjang yang
Dibutuhkan
(1) jika diasumsikan 1 (satu) KK terdiri dari 4 (empat) orang, maka akan terdapat Dalam perhitungan kebutuhan fasilitas sosial digunakan asumsi bahwa setiap
tambahan jumlah penduduk pendatang sebesar 13.333 (tiga belas ribu tiga ratus 1,5 buruh membentuk 1 KK maka jumlah KK sebesar 4.800 KK. Jika 1 KK terdiri
tiga puluh tiga) orang. dari 4 orang maka jumlah penduduk yang bertambah adalah 19.200 orang,
(2) penduduk tersebut akan membutuhkan fasilitas lingkungan seperti fasilitas sehingga akan dibutuhkan lingkungan permukiman dengan fasilitas pendidikan
pendidikan, kesehatan, perdagangan, peribadatan, rekreasi, dan lain sebagainya. dasar dan menengah untuk masing-masing SD, SMP dan SMA/SMK atau yang
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan SNI 03-1733-1989 tentang Tata sederajat sebanyak 3-4 buah, 1 Puskesmas, serta fasilitas umum dan sosial
cara Perencanaan Kawasan Perumahan Kota, akan dibutuhkan SMP dan SMA lainnya seperti fasilitas rekreasi, peribadatan, perbelanjaan, dan sebagainya.
masing-masing 2 (dua) sampai 3 (tiga) buah, 2 (dua) sampai 3 (tiga) tempat praktik
dokter, 2 (dua) pertokoan, 5 (lima) masjid warga, dan fasilitas rekreasi

Lebih lanjut, Pemerintah Daerah juga perlu mempertimbangkan aspek sosial budaya di
dalam dan sekitar KPI. Hal ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi tingkat pendidikan,
ketenagakerjaan, kesehatan, dan sosial budaya masyarakat sekitar

Selain asumsi efek berganda yang akan terjadi di atas, hal lain yang perlu
diperhitungkan oleh pihak pemerintah daerah dalam pemberian izin lokasi Kawasan
Industri adalah ketersediaan saluran pembuangan air limbah Kawasan Industri yang
telah diolah ke badan penerima akhir (sungai, rawa, danau, laut).
Apabila saluran pembuangan tersebut juga diperuntukkan sebagai pembuangan dari
Kawasan Industri atau kegiatan lain yang diperkirakan akan tumbuh di hulunya, dalam
rangka menghindari terjadinya luapan air/banjir maka dimensi saluran pembuangan
harus memperhitungkan debit air yang akan dialirkan oleh kegiatan lain di sekitarnya.
Dari uraian diatas, maka persoalan di luar Kawasan Industri dapat berupa:
 Potensi peningkatan volume lalu lintas,
 Kebutuhan perumahan,
 Kebutuhan fasilitas umum dan sosial, serta
 Infrastruktur pendukung Kawasan Industri.
Oleh karena itu, diperlukan kesiapan pemerintah daerah untuk mengantisipasi dampak
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai