Anda di halaman 1dari 12

BEDAH BUKU

MASALAH KEBIDANAN DI KOMUNITAS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas

Dosen Pengampu : Irma Mulyani, S.S.T., M.Tr.Keb.

Disusun Oleh :

Kelompok 2

Keuis Nuriah 2119054

Sri Utami Sunarya 2119055

Isni Tassyifa Maryanti 2119057

Lusi Rismawati 2119058

Nurul Aulya 2119059

Rina Agustina 2119060

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

FAKULTAS KEBIDANAN

INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI

BANDUNG

2021
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I

MASALAH KEBIDANAN DI KOMUNITAS

1.1. Masalah Kebidanan Di Komunitas

Masalah kerusakan lingkungan hidup manusia di muka


bumi secara umum diketahui dan berdampak merugikan kesehatan
ibu dan bayi sehingga mengakibatkan kematian.Masalah kebidanan
komunitas terdiri dari kematian ibu dan bayi, kehamilan remaja,
unsafe abortion, berat badan lahir rendah (BBLR), tingkat
kesuburan, asuhan antenatal (antenatal care, ANC) yang kurang
dikomunitas, pertolongan persalinan non-kesehatan, sindrom pra-
menstruasi, perilaku dan sosial budaya yang berpengaruh pada
pelayanan kebidanan komunitas.Penting bagi bidan memberi
pelayanan yang komprehensif dan menyeluruh kepada semua
lapisan masyarakat.Bidan dapat mengetahui kebutuhan pelayanan
kebidanan. (Kebidanan Komunitas. 2009 Hal. 30)

Menurut McCharty dan Maine (1992) dalam kerangka


konsepnya mengemukakan bahwa peran determinan sebagai
landasan yang melatarbelakangi dan menjadi penyebab langsung
dan tidak langsung dari identifikasi kematian ibu dan bayi,
kehamilan remaja, unsafe abortion, BBLR, dan tingkat kesiburan
yang ada di komunitas.Faktor determinan tersebut adalah sebagai
berikut. (Kebidanan Komunitas. 2009 Hal. 30)

1. Determinan proksi/hasil.
1) Kejadian kehamilan.
2) Komplikasi kehamilan dan persalinan (perdarahan, infeksi,
eklamsia, partus macet, ruptur uteri).

3) Kematian, kecacatan

2. Determinan konsektual.
a. Status wanita dalam keluarga dan masyarakat (pendidikan,
pekerjaan, penghasilan, keberdayaan).
b. Status keluarga dan masyarakat (penghasilan, kepemilikan,
pendidikan, dan pekerjaan anggota rumah tangga).
Status masyarakat (kesejahteraan, sumber daya [dokter, klinik]).
(Kebidanan Komunitas. 2009 Hal. 31)

1.1.1. Kematian Maternal Dan Perinatal

Sejak kehamilan pertama manusia, mengarahkan diri pada


keterampilan menolong persalinan. Di Indonesia dikenal penolong
persalinan paraji atau dukun beranak.Salah satu bentuk kepedulian
dunia tentang tingginya angka kematian ibu di seluruh dunia
melalui WHO dan UNICEF (1978) melaksanakan pertemuan dan
mencanangkan primary health care dan health for all year 2000.
Diperkirakan terjadi kematian sekitar 560.000-585.000 orang
setiap tahunnya dengan tekanan terbesar di negara berkembang.
Sebagian besar kematian maternal masih dapat dihindari jika
pertolongan pertama dapat dilakukan dengan memuaskan.
Kematian maternal merupakan masalah yang kompleks karena
berkaitan dengan penyebab antara penyebab tidak langsung.
Penyebab kematian antara lain sebagai berikut.(Kebidanan
Komunitas. 2009 Hal. 31)

1. Kesanggupan memberi pelayanan gawat-darurat.


2. Keadaan gizi ibu hamil laktasi yang berkaitan dengan status
sosial ekonomi.
3. Kebodohan dan kemiskinan sehingga masih tetap berorientasi
pada pelayanan tradisioanl.
4. Penerimaan gerakan kekuarga berencana kurang nyata
menurunkan angka kematian ibu (AKI) atau angka kematian
perinatal (AKP)
5. Masalah perilaku sehingga terjadi kehamian yang tidak
dikehendaki dan melakukan terminasi yang tidak adekat.
(Kebidanan Komunitas. 2009 Hal. 32)

Penyebab kematian tidak langsung, yaitu sebagai berikut :

1. Rendahnya status perempuan Indonesia.


2. Wanita melaksanakan pekerjaan yang berat sekalipun sedang
hamil tua karena ikut menunjang kebutuhan sosial ekonomi
kelurga.
3. Budaya komunal, ketika dalam kondisi kritis masih
diperlakukan persetujuan kepala keluarga, kepala desa, orang
yang disegani, sehingga terlambat untuk mengambil
keputusan. (Kebidanan Komunitas. 2009 Hal. 32)
Obstetri sosial menetapkan arahnya pada upaya promotif
dan preventif dalam bidang obstetri sehingga lebih mengkhusukan
pada upaya meniadakan sebanyak mungkin penyebab kematian
antara tidak langsung dan langsung. Penyebab kematian perinatal
sebagian besar berkaitan dengan kematian maternal, di antaranya
trias kematian perinatal, yaitu trauma persalinan, infeksi dan
perdarahan, asfiksia saat persalinan, persalinan prematur.Tingginya
angka kematian perinatal dianggap tolak ukur kemampuan
melakukan pelayanan kesehatan yang bermutu dan menyeluruh.
(Kebidanan Komunitas. 2009 Hal. 32)

(Sumber: Kebidanan Komunitas. 2009. Hal. 32)

kematian yang terjadi pada ibu selama masa kehamilan atau


dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tanpa melihat usia
dan lokasi kehamilan, oleh setiap penyebab yang berhubungan
dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya tetapi
bukan oleh kecelakaan atau incidental (faktor kebetulan). AKI
tersebut sudah jauh menurun, namun masih jauh dari target yang
diharapkan. Sedangkan untuk target SDGs AKI yaitu sebesar
70/100.000 KH. Angka kematian ibu dikatakan masih tinggi karena
:

1. Jumlah kematian ibu yang meninggal mulai saat hamil hingga 6


minggu setelah persalinan per 100.000 persalinan tinggi.
2. Angka kematian ibu tinggi adalah angka kematian yang
melebihi dari angka target nasional.
3. Tingginya angka kematian, berarti rendahnya standar kesehatan
dan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan, dan
mencerminkan besarnya masalah kesehatan (lusiana, 2017).
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi saat setelah bayi lahir
sampai bayi belum berusia tepat 1 tahun. Berdasarkan perhitungan BPS
tahun 2007 sebesar 27/1000 kelahiran hidup. Adapun target AKB pada
SDG’s 2030 sebesar 12/1000 kelahiran hidup. Penyebab kematian bayi
meliputi :

1. Gangguan perinatal (34,7%)


2. Sistem pernapasan (27,6 %)
3. Diare (9,4%)
4. Sistim pencernaan (4,3%)
5. Tetanus (3,4%)

1.1.2. Unsafe Abortion

Di Indonesia diperkirakan 2-2,5 juta kasus aborsi terjadi setiap


tahunnya Sebagian besar masih dilakukan tidak tersembunyi sehingga
menimbulkan berbagai bentuk komplikasi ringan sampai meninggal dunia.
Meskipun UU Kesehatan No. 23 tahun ditetapkan, dapat memenuhi
syaratnya. Pelaksanaan gugur kandung yang lebih liberal akan
meningkatkan sumber daya manusia karena setiap keluarga dapat
merencanakan kehamilan pada saat yang optimal. Akibat beratnya syarat
yang harus dipenuhi dari UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992, masyarakat
yang memerlukan istilah kehamilan akhirya mencari jalan pintas dengan
bantuan dukun yang berisiko tidak bersih dan tidak aman.Pertolongan
istilah kehamilan yang dilakukan secara ilegal dengan terbatas dan
komplikasi yang sangat besar (yaitu, perdarahan-infeksi-trauma) dan
menimbulkan mortalitas yang tinggi.Terminasi kehamilan yang tidak
dikehendaki merupakan fakta yang tidak dapat dihindari sebagai akibat
perubahan perilaku seksual, khususnya remaja sehingga memastikan
manajemen yang rasional dan dapat diterima. (Kebidanan Komunitas.
2009 Hal. 37)

Upaya promotif dan preventif pada remaja dengan pendidik- an


seks yang sehat, termasuk kehamilan kehamilan, menyediakan metode KB
khusus untuk remaja, memberi penjelasan tentang KB daru- rat, dan
menyediakan sarana terminasi kehamilan. Penyediaan kehamilan
kehamilan kehamilan hak asasi manusia karena penentuan nasib
kandungan hak perempuan. Tempat yang memenuhi syarat kehamilan
kehamilan sesuai dengan UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992 hanya rumah
sakit pemerintah sehingga pelaksanaan istilah kehamilan berjalan bersih
dan aman serta tujuan fungsi dan kesehatan reproduksi remaja
dipertahankan.(Kebidanan Komunitas. 2009 Hal. 37)
Pengguguran kandungan yang dilakukan dengan tindakan yang
tidak steril serta tidak aman, secara medis. Peran bidan dalam menangani
unsafe abortion adalah memberikan penyuluhan pada klien tentang efek-
efek yang ditimbulkan dari tindakan unsafe abortion. Jika terminasi
kehamilan dilakukan secara illegal maka akan mengakibatkan perdarahan,
trauma, infeksi dengan mortalitasnya 1/3 AKI serta adanya kerusakan
fungsi alat reproduksi. Dampak jangka panjang dari terminasi kehamilan
yang illegal adalah PID/penyakit radang panggul yang menahun,
infertilitas dan kehamilan ektopik terganggu/KET (Lusiana, 2017).

1.1.3. Infeksi Menular Seksual

Infeksi menular seksual merupakan salah satu dari tiga tipe infeksi
saluran reproduksi (ISR), yaitu infeksi dan penyakit menular seksual,
infeksi-infeksi endogen vagina dan infeksi-infeksi yang berhubungan
dengan saluran reproduksi. Infeksi menular seksual berhubungan dengan
keadaan akut, kronik dan kondisi-kondisi lainyang berhubungan dengan
kehamilan, seperti Gonore, Chlamidia, Sifilis, Herpes kelamin,
Trichomoniasis, HIV/AIDS. Bidan harus dapat memberikan asuhan
kepada masyarakat terkait dengan infeksi menular seksual, dan perlu
memperhatikan semua jenis infeksi saluran reproduksi, sehingga dapat
mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal (Insani, 2017).

Perubahan perilaku seksual remaja meņuju liberalisasi tanpa batas


akan meningkatkan kejadian penyakit hubungan seks. Penyakit hubungan
seks tanpa pengobatan yang tuntas dapat menyebabkan infeksi radang
panggul dan mengenai genetalia bagian atas.Penyakit infeksi radang
panggul tanpa pengobatan adekuat dapat berlangsung akut dan besar
kemungkinan memerlukan tindakan radikal untuk mengangkat sumber
infeksinya.Sebagai berlangsung secara menahun dengan menimbulkan
kerusakan fungsi utamanya, yaitu prokreasi.Setiap kejadian (infeksi)
pertama penyakit radang panggul, dapat menyebabkan perlekatan yang
berat sehinggal dapat terjadi gangguan fungsi tuba falopi sebagai tempat
transportasi ovum spermatozoa dan hasil konsepsi. (Kebidanan
Komunitas. 2009 Hal. 35)

1. Masalah-masalah lain yang berhubungan dengan sosial budaya


masyarakat adalah:
1) Kurangnya pengetahuan, salah satunya di bidang kesehatan.
2) Adat istiadat yang dianut/berlaku di wilayah setempat.
3) Kurangnya peran serta masyarakat.
4) Perilaku masyarakat yang kurang terhadap kesehatan.
5) Kebiasaan-kebiasaan/kepercayaan negatif yang berlaku negatif dan
positif. Sosial budaya yang ada di masyarakat memberi 2 pengaruh
pada masyarakat tersebut yaitu pengaruh negatif dan positif.

2. Sosial budaya masyarakat yang bersifat positif antara lain:


1) Rasa kekeluargaan dan semangat gotong royong.
2) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan.
Rasa tolong menolong/perasaan senasib sepenanggungan.
3. Sosial budaya masyarakat yang bersifat negatif antara lain:
1) Membuang sampah sembarangan sehingga timbul daerah kumuh.
2) Penyalahgunaan obat-obatan.
3) Industri-industri yang tidak memperhatikan pembuangan limbah
yang baik.
4) Wanita pekerja yang tidak dapat merawat anaknya dengan baik.

1.1.4. Kehamilan Remaja


mengakibatkan perubahan prilaku remaja yang makin menerima
hubungan seksual sebagai cerminan fungsi rekreasi. Akibatnya, terjadi
peningkatan kehamilan yang tidak dikehendaki atau terjadi penyakit
menular seksual. Berikut ini adalah dampak kehamilan remaja. (Lusiana,
2017).

1. Faktor psikologis yang belum matur


1) Alat reproduksinya masih belum siap menerima kehamilan
sehingga dapat menimbulkan berbagai bentuk komplikasi.
2) Remaja berusia muda yang sedang menuntut ilmu akan mengalami
putus sekolah sementara atau seterusnya, dan dapat kehilangan
pekerjaan yang baru dirintisnya.
3) Perasaan tertekan karena mendapat cercaan dari keluarga, teman,
atau lingkungan masyarakat.
4) Tersisih dari pergaulan karena dianggap belum mampu membawa
diri.
5) Mungkin kehamilannya disertai kecanduan obat-obatan, merokok,
minuman keras.
2. Faktor fisik
1) Mungkin kehamilan ini tidak diketahui siapa ayah sebenarnya.
2) Kehamilan dapat disertai penyakit menular seksual sehingga
memerlukan pemeriksaan ekstra yang lebih lengkap.
3) Tumbuh kembang janin dalam rahim yang belum matur dapat
menimbulkan abortus, persalinan premature, dapat terjadi
komplikasi penyakit yang telah lama dideritanya.
4) Saat persalinan sering memerlukan tindakan medis operatif.
5) Hasil janin mengalami kelainan kongenital atau BBLR.
6) Kematian maternal dan perinatal pada kehamilan remaja lebih
tinggi dibandingkan dengan usia reproduksi sehat. Fungsi seksual,
yaitu untuk prokreasi (mendapatkan keturunan), rekreasi (untuk
kenikmatan), relasi (hubungn kekeluargaan), dan bersifat institusi
(kewajiban suami untuk istrinya). Hubungan seksual remaja
merupakan masalah besar dalam disiplin ilmu kedokteran
(andrologi, seksologi, penyakit kulit dan kelamin, kebidanan, dan
kandungan).

3. Berdasarkan pertimbangan tersebut langkah yang dapat diambil


antara lain:
1) Membiarkan tumbuh kembang janin sampai lahir, sekelipun tanpa
ayah yang jelas dan selanjutnya menjadi tanggung jawab Negara.
Pasangan dinikahkan sehingga bayi yang lahir mempunyai
keluarga yang sah.
2) Di lingkungan Negara yang dapat menerima kehadiran bayi tanpa
ayah, pihak perempuan memeliharanya sebagai anak secara lazim.
3) Dapat dilakukan terminasi kehamilan dengan berbagai teknik
sehingga keselamatan remaja dapat terjamin untuk menyongsong
kehidupan normal sebagaimana mestinya. Undang-undang
kesehatan yang mengatur gugur kandungan secara legal, yaitu
nomor 23 tahun 1992.

1.1.5. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)


Istilah premature telah diganti menjadi berat badan lahir rendah
(BBLR) oleh WHO sejak 1960, hal ini karena tidak semua bayi dengan
berat badan <2500 gram adalah bayi premature. Pada kongres European
Perinatal Medicine II di London (1970) dibuat keseragaman definisi, yaitu
sebagai berikut :
1. Bayi kurang bulan: bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37
minggu (259) hari.
2. Bayi cukup bulan: bayi dengan masa kehamilan mulai 37-42
minggu (259-293 hari).
3. Bayi lebih bulan: bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu
atau lebih (>294 hari) BBLR adalah bayi baru lahir yang berat
badannya kurang dari 2500 gram. Menurut Depkes RI (1996), bayi
berat lahir rendah ialah bayi yang lahir dengan berat 2500 gram
atau kurang tanpa memperhatikan usia kehamilan.

Bayi lebih bulan Menurut Saifuddin (2001), Bayi Berat Lahir


Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir
kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram). Menurut Depkes
RI (1996), bayi berat lahir rendah bayi yang lahir dengan berat 2500
gram atau kurang tanpa memerhatikan kehamilan kehamilan.
(Kebidanan Komunitas. 2009 Hal. 38)

Dari pengertian tersebut, BBLR dapat dibagi menjadi dua


golongan, yaitu prematuritas murni dan dismaturitas. Disebut
Prematuritas murni jika masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan
berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasinya,
biasa pula disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan
(NKB-SMK). Dismaturitas ialah bayi lahir dengan berat badan kurang
dari berat badan seharusnya untuk masa gestasinya. Artinya, bayi
mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi
yang kecil untuk masa kehamilannya. (Alatas dan Hasan, 1985).
(Kebidanan Komunitas. 2009 Hal. 38)

Menurut Rustam (1998), diagnosis dan gejala klinik dibagi dua,


yaitu sebagai berikut :

1. Sebelum bayi lahir. Pada anamnesis sering dijumpai adanya


riwayat abortus, partus prematurus, lahir mati, pembesaran uterus
tidak sesuai dengan kehamilan kehamilan, pergerakan janin yang
pertama terjadi lebih lambat, pertambahan berat badan ibu sangat
lambat tidak seperti seharusnya, sering dijumpai kehamilan
dengan oligohidramnion, hiperemesis gravidarum, dan
perdarahan antepartum.
2. Setelah bayi lahir.
1) Sebuah. Bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterin.
Secara klasiktampak seperti bayi yang kelaparan. Tanda-
tanda bayi ini adalah tengkorak kepala keras, gerakan bayi
terbatas, verniks kaseosa sedikit atau tidak ada, kulit tipis,
kerang, berlipat-lipat, mudah diangkat.
2) Bayi prematur. Verniks kaseosa ada, jaringan lemak bawah
ku- lit sedikit, menangis lemah, tonus otot hipotoni, kulit
tipis, kulit merah dan transparan. (Kebidanan Komunitas.
2009 Hal. 38)
Menurut Prawirohardjo (1999), karakter dari BBLR dibagi dua :

1. Bayi prematur. Berat lahir sama dengan atau kurang dari


2500 gram, panjang badan kurang atau sama dengan 45 cm,
lingkaran dada kurang dari 30 cm, lingkaran kepala kurang
dari 33 cm, kehamilan kehamilan kurang dari 37 minggu.
Kepala relatif lebih besar dari badannya, kulit tipis,
transparan, lanugo banyak, subkutan lemak kurang, sering
tampak peristaltik ususnya, tangisnya lemah dan jarang,
pernapasan tidak teratur dan sering terjadi apnea.
2. Bayi dismatur. Ada perubahan ukuran panjang, berat dan
lingkar kepala dan organ-organ. (Kebidanan Komunitas.
2009 Hal. 39)

Penanganan bayi berat lahir rendah meliputi hal-hal berikut :

1. Pertahankan suhu dengan ketat. Bayi berat lahir rendah mudah


mengalami hipotermia. Oleh karena itu, suhu tubuhnya harus
dipertahankan dengan ketat.
2. Mencegah infeksi dengan ketat. Dalam penanganan bayi berat la-
hir rendah harus memerhatikan prinsip-prinsip pencegahan karena
sangat rentan. Salah satu cara pencegahan infeksi, yaitu de-ngan
cuci tangan sebelum memegang bayi.
3. Pengawasan nutrisi dan ASI. Refleks menelan pada bayi dengan
berat lahir rendah belum sempurna. Oleh karena itu, pemberian
nutrisi harus dilakukan dengan hati-hati.
4. Penimbangan ketat.Penimbangan berat badan harus dilakukan
dengan ketat karena peningkatan berat badan merupakan salah satu
status gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh
(Saifuddin, 2001). (Kebidanan Komunitas. 2009 Hal. 39)

Anda mungkin juga menyukai