Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS PADA Ny.

M DENGAN MASALAH PSIKOSOSIAL


KEHILANGAN DAN BERDUKA DI WILAYAH KOTA BAUBAU KELURAHAN BATARAGURU KECAMATAN
WOLIO KOTA BAUBAU TAHUN 2020

OLEH :

NURMA
A1C120002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengalaman kehilangan dan duka cita adalah hal yang esensial dan normal dalam kehidupan
manusia membiarkan pergi melepaskan dan terus melangkah terus terjadi ketika individu menjalani
tahap pertumbuhan dan perkembangan normal dengan mengucapkan selamat tinggal kepada tempat
orang, impian dan benda-benda yang disayangi. Kehilangan memungkinkan individu berupa dan
terus berkembang serta memenuhi potensi diri. Kehilangan dapat direncanakan diharapkan atau
terjadi tiba-tiba dan proses berduka yang mengikutinya jarang terjadi dengan nyaman atau
menyenangkan. Walaupun tidak nyaman kehilangan kadang-kadang bermanfaat dan namun
kehilangan juga dapat menghancurkan individu.
Oleh karena itu, memenuhi kebutuhan spiritual individu yang berduka merupakan aspek Asuhan
Keperawatan yang sangat penting. Respon emosional dan spiritual klien saling terkait ketika klien
menghadapi penderitiaan dengan kesadaran akan kemampuan mengkaji penderitaan klien, perawat
dapat meningkatkan rasa sejahtera. Memberi klien kesempatan untuk menceritakan penderitaanya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan pembagian dari kehilangan dan duka cita ?
2. Bagaimana proses pembuatan Asuhan keperawatan Jiwa pada pasien dengan kehilangan dan duka
cita ?

C. Tujuan Penyusunan
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Jiwa pada semester V, dan diharapkan bagi
mahasiswa agar mampu memahami tentang gangguan atas kehilangan dan duka cita dan dapat
membuat asuhan keperawatan pada pasien dengan kehilangan dan duka cita.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan kehilangan dan berduka
b. Mampu menentukan masalah keperawatan pada klien dengan kehilangan dan berduka
c. Mampu merencanakan asuhan keperawatan pada klien dengan kehilangan dan berduka
d.  Mampu melaksanakan tindakan sesuai perencanaan keperawatan pada klien dengan
kehilangan dan berduka
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan kehilangan dan berduka
BAB II
PEMBAHASAN

KONSEP DASAR DAN TEORI

A. Pengertian Kehilangan (Loss)


Menurut Iyus yosep dalam buku keperawatan jiwa 2007, Kehilangan adalah suatu keadaan
Individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi
sebagian atau keseluruhan.
Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu selama rentang
kehidupan, sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya
kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kehilangan merupakan suatu keadaan
gangguan jiwa yang biasa terjadi pada orang- orang yang menghadapi suatu keadaan yang berubah
dari keadaan semula (keadaan yang sebelumya ada menjadi tidak ada).
B. Pengertian Berduka Cita (Grieving)
Grieving adalah reaksi emosional dari kehilangan dan terjadi bersamaan dengan kehilangan baik
karena perpisahan, perceraian maupun kematian.
Bereavement adalah keadaan berduka yang ditunjukan selama individu melewati rekasi
C. Bentuk-Bentuk Kehilangan
1. Kehilangan orang yang berarti.
2. Kehilangan kesejahteraan.
3. Kehilangan milik pribadi.
D. Sifat Kehilangan
1. Tiba – tiba (Tidak dapat diramalkan)
Kehilangan secara tiba-tiba dan tidak diharapkan dapat mengarah pada pemulihan dukacita yang
lambat. Kematian karena tindak kekerasan, bunuh diri, pembunuhan atau pelalaian diri akan sulit
diterima.
2. Berangsur – angsur (Dapat Diramalkan)
3. Penyakit yang sangat menyulitkan, berkepanjangan, dan menyebabkan yang ditinggalkan
mengalami keletihan emosional (Rando:1984).
E. Tipe Kehilangan
1. Actual Loss
Kehilangan yang dapat dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, sama dengan individu yang
mengalami kehilangan. Contoh : kehilangan anggota badan, uang, pekerjaan, anggota keluarga.
2. Perceived Loss ( Psikologis )
Kehilangan Sesuatu yang dirasakan oleh individu bersangkutan namun tidak dapat dirasakan /
dilihat oleh orang lain. Contoh : Kehilanga masa remaja, lingkungan yang berharga.
3. Anticipatory Loss
Perasaan kehilangan terjadi sebelum kehilangan terjadi. Individu memperlihatkan perilaku
kehilangan dan berduka untuk suatu kehilangan yang akan berlangsung. Sering terjadi pada
keluarga dengan klien (anggota) menderita sakit terminal.
F. Lima Kategori Kehilangan
1. Kehilangan objek eksternal.
Kehilangan benda eksternal mencakup segala kepemilikan yang telah menjadi usang berpinda
tempat, dicuri, atau rusak karena bencana alam. Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang
terhadap benda yang hilang bergantung pada nilai yang dimiliki orng tersebut terhadap nilai yang
dimilikinya, dan kegunaan dari benda tersebut.
2. Kehilangan lingkungan yang telah dikenal
Kehilangan yang berkaitan dengan perpisahan dari lingkungan yang telah dikenal mencakup
lingkungan yang telah dikenal Selama periode tertentu atau kepindahan secara permanen.
Contohnya pindah ke kota baru atau perawatan diruma sakit.
3. Kehilangan orang terdekat
Orang terdekat mencakup orangtua, pasangan, anak-anak, saudara sekandung, guru, teman,
tetangga, dan rekan kerja. Artis atau atlet terkenal mumgkin menjadi orang terdekat bagi orang
muda. Riset membuktikan bahwa banyak orang menganggap hewan peliharaan sebagai orang
terdekat. Kehilangan dapat terjadi akibat perpisahan atau kematian.
4. Kehilangan aspek diri
Kehilangan aspek dalam diri dapat mencakup bagian tubuh, fungsi fisiologis, atau psikologis.
Orang tersebut tidak hanya mengalami kedukaan akibat kehilangan tetapi juga dapat mengalami
perubahan permanen dalam citra tubuh dan konsep diri.
5. Kehilangan hidup
Kehilangan dirasakan oleh orang yang menghadapi detik-detik dimana orang tersebut akan
meninggal.
G. Tahapan Proses Kehilangan Dan Berduka
Menurut Kubler Ross ( 1969 ) terdapat 5 tahapan proses kehilangan:
1. Denial ( Mengingkari )
a. Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak percaya atau menolak
kenyataan bahwa kehilangan itu terjadi, dengan mengatakan “Tidak, saya tidak percaya bahwa
itu terjadi”, ”itu tidak mungkin”.
b. Bagi individu atau keluarga yang mengalami penyakit terminal, akan terus menerus mencari
informasi tambahan.
c. Reaksi fisik yang terjadi pada fase pengingkaran adalah letih, lemah, pucat, mual, diare,
gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis gelisah, tidak tahu harus berbuat apa.
2. Anger ( Marah )
a. Fase ini dimulai dengan timbulnya kesadaran akan kenyataan terjadinya kehilangan.
b. Individu menunjukkan perasaan yang meningkat yang sering diproyeksikan kepada orang
yang ada di lingkungannya, orang tertentu atau ditujukan kepada dirinya sendiri.
c. Tidak jarang ia menunjukkan perilaku agresif, bicara kasar, menolak pengobatan , dan
menuduh dokter dan perawat yang tidak becus.
d. Respon fisik yang sering terjadi pada fase ini antara lain, muka merah, nadi cepat, gelisah,
susah tidur, tangan mengepal.
3. Bergaining ( Tawar Menawar )
a. Fase ini merupakan fase tawar menawar dengan memohon kemurahan Tuhan.
b. Respon ini sering dinyatakan dengan kata-kata ”kalau saja kejadian itu bisa ditunda maka saya
akan sering berdoa”.
c. Apabila proses berduka ini dialami oleh keluarga maka pernyataannya sebagai berikut sering
dijumpai ”kalau yang sakit bukan anak saya”.
d. Cenderung menyelesaikan urusan yang bersifat pribadi, membuat surat warisan, mengunjungi
keluarga dsb.
4. Depression ( Bersedih yang mendalam)
a. Klien dihadapkan pada kenyataan bahwa ia akan mati dan hal itu tidak bias di tolak.
b. Individu pada fase ini sering menunjukkan sikap antara lain menarik diri, tidak mudah bicara,
kadang-kadang bersikap sebagai pasien yang sangat baik dan menurut, atau dengan ungkapan
yang menyatakan keputusasaan, perasaan tidak berharga.
c. Gejala fisik yang sering diperlihatkan adalah menolak makanan, ,susah tidur, letih, dorongan
libido menurun.
5. Acceptance (menerima)
a. Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan.
b. Menerima kenyataan kehilangan, berpartisipasi aktif, klien merasa damai dan tenang, serta
menyiapkan dirinya menerima kematian.
c. Klien tampak sering berdoa, duduk diam dengan satu focus pandang, kadang klien ingin
ditemani keluarga / perawat.
d. Fase menerima ini biasanya dinyatakan dengan kata-kata seperti ”saya betul-betul menyayangi
baju saya yang hilang tapi baju baru saya manis juga”, atau “Sekarang saya telah siap untuk
pergi dengan tenang setelah saya tahu semuanya baik”.
Menurut Lambert and Lambert ( 1985 ) 3 fase :
1. Repudiation ( Penolakan )
2. Recognition ( Pengenalan )
3. Reconciliation (Pemulihan /reorganisasi )
Menurut Stuart and Sunden ( 1991 ) 3 fase :
1. Closed Awareness
Klien dan keluarga tidak menyadari akan kemunkinan dan tidak mengerti mengapa klien sakit dan
mereka merasa seolah-olah klien bias sembuh.
2. Mutual Pretence
Klien dan keluarga mengetahui bahwa prognosa penyakit klien adalah penyakit terminal, namun
berupaya untuk tidak menyinggung atau membicarakan hal tersebut secara terbuka.
3. Open Awarenes
Klien dan keluarga menyadari dan mengetahui akan adanya kematian dan merasa perlu untuk
mendiskusikannya.
H. Prespektif Agama Terhadap Kehilangan
Dilihat dari perpektif agama hal-hal yang harus diperhatikan oleh individu untuk mengatasi
kehilangan yang dialaminya adalah sabar, berserah diri, menerima dan mengembalikannya pada Allah
SWT.
I. Contoh Stressor dan Bentuk Kehilangan di Indonesia
No Jenis Stressor Jenis Kehilangan
1 Gempa dan Tsunami Rumah, orang yang berarti, pekerjaan, bagian
di Aceh tubuh.
2 Lumpur Lapindo Rumah, tetangga yang baik
3 Gempa di Yogjakarta Rumah, makna rumah yang lama, orang yang
berarti, bagian tubuh, pekerjaan.
4 Jatuhnya pesawat Orang yang berarti, bagian tubuh
Adam Air
5 Tenggelamnya Kapal Orang yang berarti
Levina
6 Sampah longsor Orang yang berarti
7 Banjir banding Harta benda, orang tercinta, lingkungan yang
baik, kesehatan.
8 PHK di IPTN Pekerjaan, status, harga diri
9 Banjir Jakarta Harta benda, orang tercinta, lingkungan yang
baik, kesehatan.

TEORI ASKEP PADA KLIEN DENGAN KEHILANGAN DAN BERDUKA


A. Pengkajian
Pengkajian meliputi upaya mengamati dan mendengarkan isi duka cita klien: apa yang dipikirkan,
dikatakan, dirasakan, dan diperhatikan melalui perilaku.
Beberapa percakapan yang merupakan bagian pengkajian agar mengetahui apa yang mereka pikir dan
rasakan adalah :
- Persepsi yang adekuat tentang kehilangan
- Dukungan yang adekuat ketika berduka akibat kehilangan
- Perilaku koping yang adekuat selama proses
1. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi yang mempengaruhi rentang respon kehilangan adalah:
1. Faktor Genetic : Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di dalam keluarga yang
mempunyai riwayat depresi akan sulit mengembangkan sikap optimis dalam menghadapi
suatu permasalahan termasuk dalam menghadapi perasaan kehilangan.
2. Kesehatan Jasmani : Individu dengan keadaan fisik sehat, pola hidup yang teratur,
cenderung mempunyai kemampuan mengatasi stress yang lebih tinggi dibandingkan dengan
individu yang mengalami gangguan fisik
3. Kesehatan Mental : Individu yang mengalami gangguan jiwa terutama yang mempunyai
riwayat depresi yang ditandai dengan perasaan tidak berdaya pesimis, selalu dibayangi oleh
masa depan yang suram, biasanya sangat peka dalam menghadapi situasi kehilangan.
4. Pengalaman Kehilangan di Masa Lalu : Kehilangan atau perpisahan dengan orang yang
berarti pada masa kana-kanak akan mempengaruhi individu dalam mengatasi perasaan
kehilangan pada masa dewasa (Stuart-Sundeen, 1991).
5. Struktur Kepribadian
Individu dengan konsep yang negatif, perasaan rendah diri akan menyebabkan rasa percaya
diri yang rendah yang tidak objektif terhadap stress yang dihadapi.
2. Faktor presipitasi
Ada beberapa stressor yang dapat menimbulkan perasaan kehilangan. Kehilangan kasih sayang
secara nyata ataupun imajinasi individu seperti: kehilangan sifat bio-psiko-sosial antara lain
meliputi;
a. Kehilangan kesehatan
b. Kehilangan fungsi seksualitas
c. Kehilangan peran dalam keluarga
d. Kehilangan posisi di masyarakat
e. Kehilangan harta benda atau orang yang dicintai
f. Kehilangan kewarganegaraan
3. Mekanisme koping
Koping yang sering dipakai individu dengan kehilangan respon antara lain: Denial, Represi,
Intelektualisasi, Regresi, Disosiasi, Supresi dan Proyeksi yang digunakan untuk menghindari
intensitas stress yang dirasakan sangat menyakitkan. Regresi dan disosiasi sering ditemukan pada
pasien depresi yang dalam. Dalam keadaan patologis mekanisme koping tersebut sering dipakai
secara berlebihan dan tidak tepat.
4. Respon Spiritual
a. Kecewa dan marah terhadap Tuhan
b. Penderitaan karena ditinggalkan atau merasa ditinggalkan
c. Tidak memilki harapan; kehilangan makna

5. Respon Fisiologis
a. Sakit kepala, insomnia
b. Gangguan nafsu makan
c. Berat badan turun
d. Tidak bertenaga
e. Palpitasi, gangguan pencernaan
f. Perubahan sistem imune dan endokrin
6. Respon Emosional
a. Merasa sedih, cemas
b. Kebencian
c. Merasa bersalah
d. Perasaan mati rasa
e. Emosi yang berubah-ubah
f. Penderitaan dan kesepian yang berat
g. Keinginan yang kuat untuk mengembalikan ikatan dengan individu atau benda yang hilang
h. Depresi, apati, putus asa selama fase disorganisasi dan keputusasaan
i. Saat fase reorganisasi, muncul rasa mandiri dan percaya diri
7. Respon Kognitif
a. Gangguan asumsi dan keyakinan
b. Mempertanyakan dan berupaya menemukan makna kehilangan
c. Berupaya mempertahankan keberadaan orang yang meninggal
d. Percaya pada kehidupan akhirat dan seolah-olah orang yang meninggal adalah pembimbing.
8. Perilaku
Individu dalam proses berduka sering menunjukkan perilaku seperti :
a. Menangis tidak terkontrol
b. Sangat gelisah; perilaku mencari
c. Iritabilitas dan sikap bermusuhan
d. Mencari dan menghindari tempat dan aktivitas yang dilakukan bersama orang yang telah
meninggal.
e. Menyimpan benda berharga orang yang telah meninggal padahal ingin membuangnya
f. Kemungkinan menyalahgunakan obat atau alkohol
g. Kemungkinan melakukan gestur, upaya bunuh diri atau pembunuhan
h. Mencari aktivitas dan refleksi personal selama fase reorganisasi
B. Analisa Data
1. Data subjektif:
a. Merasa sedih
b. Merasa putus asa dan kesepian
c. Kesulitan mengekspresikan perasaan
d. Konsentrasi menurun
2. Data objektif:
a. Menangis
b. Mengingkari kehilangan
c. Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain
d. Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan
e. Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat aktivitas
C. Diagnosa keperawatan
Lynda Carpenito (1995), dalam Nursing Diagnostic Application to Clinicsl Pratice, menjelaskan
tiga diagnosis keperawatan untuk proses berduka yang berdasarkan pada pada tipe kehilangan.
D. Intervensi
Intervensi untuk klien yang berduka
1. Kaji persepsi klien dan makna kehilangannya. Izinkan penyangkalan yang adaptif.
2. Dorong atau bantu klien untuk mendapatkan dan menerima dukungan.
3. Dorong klien untuk mengkaji pola koping pada situasi kehilangan masa lalu saat ini.
4. Dorong klien untuk meninjau kekuatan dan kemampuan personal.
5. Dorong klien untuk merawat dirinya sendiri.
6. Tawarkan makanan kepada klien tanpa memaksanya untuk makan.
7. Gunakan komunikasi yang efektif.
a. Tawarkan kehadiran dan berikan pertanyaan terbuka
b. Dorong penjelasan
c. Ungkapkan hasil observasi
d. Gunakan refleksi
e. Cari validasi persepsi
f. Berikan informasi
g. Nyatakan keraguan
h. Gunakan teknik menfokuskan
i. Berupaya menerjemahkan dalam bentuk perasaan atau menyatakan hal yang tersirat
8. Bina hubungan dan pertahankan keterampilan interpersonal seperti :
a. Kehadiran yang penuh perhatian
b. Menghormati proses berduka klien yang unik
c. Menghormati keyakinan personal klien
d. Menunjukan sikap dapat dipercaya, jujur, dapat diandalkan, konsisten
e. Inventori diri secara periodik akan sikap dan masalah yang berhubungan dengan kehilangan
Prinsip Intervensi  Keperawatan pada Pasien dengan Respon Kehilangan
1. Bina dan jalin hubungan saling percaya
2. Diskusikan dengan klien dalam mempersepsikan suatu kejadian yang menyakitkan dengan
pemberian makna positif dan mengambil hikmahnya
3. Identifikasi kemungkinan faktor yang menghambat proses berduka
4. Kurangi atau hilangkan faktor penghambat proses berduka
5. Beri dukungan terhadap repon kehilangan pasien
6. Tingkatkan rasa kebersamaan antara anggota keluarga
7. Ajarkan teknik logotherapy dan psychoreligious therapy
8. Tentukan kondisi pasien sesuai dengan fase berikut :
a. Fase Pengingkaran
1) Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
2) Dorong pasien untuk berbagi rasa, menunjukkan sikap menerima, ikhlas dan memberikan
jawaban yang jujur terhadap pertanyaan pasien tentang sakit, pengobatan dan kematian.
b. Fase marah
Beri dukungan pada pasien untuk mengungkapkan rasa marahnya secara verbal tanpa
melawan dengan kemarahan.
c. Fase tawar menawar
Bantu pasien untuk mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan takutnya.
d. Fase depresi
1) Identifikasi tingkat depresi dan resiko merusak diri pasien.
2) Bantu pasien mengurangi rasa bersalah.
e. Fase penerimaan
f. Bantu pasien untuk menerima kehilangan yang tidak bisa dihindari.
Prinsip Intervensi Keperawatan pada Anak dengan Respon Kehilangan
1. Beri dorongan kepada keluarga untuk menerima kenyataan serta menjaga anak selama masa
berduka.
2. Gali konsep anak tentang kematian, serta membetulkan konsepnya yang salah.
3. Bantu anak melalui proses berkabung dengan memperhatikan perilaku yang diperhatikan oleh
orang lain.
4. Ikutsertakan anak dalam upacara pemakaman atau pergi ke rumah duka.
Prinsip Intervensi Keperawatan pada Orangtua dengan Respon Kehilangan (Kematian Anak)
1. Bantu untuk diakan sarana ibadah, termasuk pemuka agama.
2. Menganjurkan pasien untuk memegang/ melihat jenasah anaknya.
3. Menyiapkan perangkat kenangan.
4. Menganjurkan pasien untuk mengikuti program lanjutan bila diperlukan.
5. Menjelaskan kepada pasien/ keluarga ciri-ciri respon yang patologis serta tempat mereka minta
bantuan bila diperlukan.
E. Evaluasi
1. Klien mampu mengungkapkan perasaannya secara spontan
2. Klien menunjukkan tanda-tanda penerimaan terhadap kehilangan
3. Klien dapat membina hubungan yang baik dengan orang lain
4. Klien mempunyai koping yang efektif dalam menghadapi masalah akibat kehilangan
5. Klien mampu minum obat dengan cara yang benar
BAB III
TINJAUAN KASUS
KASUS

Ibu M, usia 24 tahun mempunyai seorang suami yang menjual keliling sebagai tulang punggung
keluarga. Seminggu yang lalu, suami Ibu M meninggal karena kecelakaan. Sejak kejadian tersebut, Ibu M
sering melamun dan selalu mengatakan bagaimana dia bisa hidup tanpa suaminya. Selain itu, Ibu M juga
tidak mau berinteraksi dengan orang lain dan merasa gelisah sehingga susah tidur.

Nama KK : Tn. S (almarhum)

Umur : 30 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Status Perkawinan : Kawin

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta (penjual keliling)

Alamat : Jl. Bataraguru, Kel. Bataraguru

DATA KEADAAN KELUARGA

Kondisi Kesehatan
No Nama L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Sehat Risiko Masalah/ Psikososial/ Gangguan Pengobatan
Penyakit Kronis Jiwa
1 Ny.M P 24 SMP IRT Kehilangan - -
Thn
2 An.N P 3 Thn - - - - -
3 An.R L 5 Bln - - - - -

PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA


MASALAH PSIKOSOSIAL
A. PENGKAJIAN

INFORMASI UMUM

Inisial klien : Ny. M


Usia : 24 (tahun)
Jenis kelamin : √ perempuan  laki-laki
Suku : Buton
Bahasa dominan : Bahasa Indonesia
Status perkawinan :  belum menikah menikah √ janda/ duda
Alamat :Jl. Bataraguru, Kel. Bataraguru
Tanggal masuk :-
Tanggal pengkajian : 30 oktober 2020
Ruang rawat :-
Nomor rekam medik : -
Diagnosa medis :-
Riwayat alergi :-
Diet :-

KELUHAN UTAMA
Ny.M mengatakan cemas bagaimana dia hidup tanpa suaminya.

PENAMPILAN UMUM DAN PERILAKU MOTOR


1. Fisik :
Berat badan : 48
Tinggi badan : 160
Tanda-tanda vital : TD __________ P___________ Nd_______ T ____________
Riwayat pengobatan fisik : Klien tidak ada riwayat pengobatan
Hasil pemeriksaan laboratorium/ visum/ dll : tidak ada
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah
2. Tingkat ansietas
Tingkat ansietas (lingkari tingkat ansietas dan chek list perilaku yang ditampilkan)
Ringan  Sedang  Berat√ Panik

Perilaku  Perilaku 
Tenang Menarik diri √
Ramah Bingung √
Pasif Disorientasi
Waspada √ Ketakutan √
Merasa membenarkan lingkungan Hiperventilasi
Kooperatif Halusinasi/ delusi
Gangguan perhatian Depersonalisasi √
Gelisah √ Obsesi
Sulit berkonsentrasi Kompulsi
Waspada berlebihan Keluhan somatik
Tremor Hiperaktivitas
Bicara cepat Lainnya:

Masalah Keperawatan: Ansietas berat berhubungan dengan keadaan di masa yang akan datang
setelah kehilangan suaminya

KELUARGA
1. Genogram

Ny.M

2. Tipe keluarga
 nuclear family  diad family
 extended family √ single parent family
3. Pengambilan keputusan
 kepala keluarga  istri
 orang tua √ bersama-sama
4. Hubungan klien dengan kepala keluarga
 kepala keluarga √ istri
 orang tua  anak
 lain-lain, sebutkan:
5. Kebiasaan yang dilakukan bersama keluarga
Makan bersama, Sering jalan dihari libur
6. Kegiatan yang dilakukan keluarga dalam masyarakat
Klien sering mengikuti kegiatan masyarakat, meskipun klien seorang ibu rumah tangga
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah
RIWAYAT SOSIAL
1. Pola sosial
a. Teman/ orang terdekat
Orang yang terdekat dengan klien adalah ibunya
b. Peran serta dalam kelompok
Sebelum suami Ny. M meninggal Ny. M Selalu mengikuti Kegiatan masyarakat
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Setelah suami Ny. M meninggal Ny.M tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain
2. Obat-obatan yang dikonsumsi
a. Adakah obat herbal/ obat lain yang dikonsumsi diluar resep
Tidak ada
b. Obat-obatan yang dikonsumsi klien saat ini
Tidak ada
c. Apakah klien menggunakan obat-obatan dan alkohol untuk mengatasi masalahnya
Tidak ada
Masalah Keperawatan: Kerusakan Komunikasi Sosial

STATUS MENTAL DAN EMOSI


1. Penampilan
a. Cacat fisik
klien tampak tidak ada kelainan atau cacat fisik
b. Kontak mata
Ketika Ny.M ditanya sudah makan ? Kontak mata klien tidak fokus dan pertanyaan harus diulang
kembali.
c. Pakaian
penamipilan klien cukup rapi, penggunaan pakaian sesuai dan tampak bersih, klien ganti pakaian
2x sehari
d. Perawatan diri
Pola nutrisi, klien mengatakan makan 2 samapai 3 kali sehari makan habis 3 sampai 5 sendok
makan setiap makan. Makanan disajikan dan disiapkan oleh ibunya, pola eliminasi klien : klien
magatakan BAB sehari sekali dan BAK 5-sampai 6 kali sehari, pola istirahat dan tidur : klien
mengatakan sulit tidur karena suasana hatinya yang sedih dan terkadang membayangkan dirinya
dengan suaminya.
Masalah Keperawatan: gangguan pola tidur
2. Tingkah Laku
Tingkah Laku  Jelaskan
Resah
Agitasi
Letargi
Sikap
Ekspresi wajah √ Tidak ada perubahan roman muka pada saat stimulus
yang menyenankan atau menyedihkan saat diajak
bercanda klien hanya diam, wajahnya tampak datar
Lain-lain

Masalah Keperawatan: tidak ada masalah


3. Pola komunikasi
Pola Komunikasi  Pola Komunikasi 
Jelas Aphasia
Koheren Perseverasi
Bicara kotor Rumination
Inkoheren Tangensial
Neologisme Banyak bicara/ dominan
Asosiasi longgar Bicara lambat √

Flight of ideas Sukar berbicara:


Lainnya:

Masalah Keperawatan: tidak ada masalah


4. Mood dan Afek
Perilaku  Jelaskan
Senang
Sedih √ Saat di kaji klien tampak menangis
dan terlihat lemas
Patah hati
Putus asa √ Klien merasa putus asa karena
suaminya meninggal
Gembira
Euporia
Curiga
Lesu √ pasien hanya berdiam diri di kamar
dan jarang beraktifitas.
Marah/ Bermusuhan
Lain-lain:

Masalah Keperawatan: kehilangan disfungsional


5. Proses Pikir
Perilaku 
Jelas
Logis
Mudah diikuti
Relevan
Bingung √
Bloking √
Delusi
Arus cepat
Asosiasi lambat
Curiga
Memori jangka pendek Hilang Utuh √
Memori jangka panjang Hilang Utuh √
Masalah Keperawatan: kerusakan komunikasi
6. Persepsi
Perilaku  Jelaskan
Halusinasi
Ilusi
Depersonalisasi √ Klien hanya mengurung diri dirumah dan tidak
bersosialisasi dengan orang lain
Derealisasi

Halusinasi  Jelaskan
Pendengaran
Penglihatan
Perabaan
Pengecapan
Penghidu
Lain-lain:

Masalah Keperawatan: tidak ada masalah

7. Kognitif
a. Orientasi realita
Waktu : pengkajian dilakukan pada tanggal 30 oktober 2020 jam 16.00
Tempat : pengkajia dilakukan melalu via whatsapp
Orang : pengkajian dilakukan pada Ny.M dan keluarga
Situasi : klien tampak terpukul atas kematian suaminya, selalu merenung dan menangis
sambil melihat foto suaminya, klien juga hanya berdiam diri dirumah jarang mau
bertemu dengan orang lain semenjak suaminya meninggal, Ny.M hanya mau
bertemu dengan keluarga dan orang terdekat.
b. Memori
Gangguan  Jelaskan
gangguan daya ingat jangka √ Klien tidak mengalami gangguan daya
panjang ingat jangka panjang, saat di tanya dulu
menikah umur berapa ? klien menjawab
umur 20 tahun
gangguan daya ingat jangka √ Klien tidak mengalami gangguan daya
pendek ingat jangka pendek, saat di tanya
suaminya kapan meninggal ? klien
menjawab seminggu yang lalu
gangguan daya ingat saat ini √ Klien tidak mengalami ganggaun ingat
saat ini
paramnesia, sebutkan

hipermnesia, sebutkan
amnesia, sebutkan
3. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Tingkatan  Jelaskan
mudah beralih √ Klien akan mudah berdalih pandangan
apabila merasa tidak nyaman, malas
diganggu dan mengantuk
tidak mampu berkonsentrasi √ Klien mampu berkonsentrasi
tidak mampu berhitung √ Klien mampu berhitung sederhana, saat
sederhana anaknya minta uang 2000 klien mampu
memberinya

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah

IDE-IDE BUNUH DIRI


Ide-ide merusak diri sendiri/ orang lain
Ya Tidak √
Klien mengatakan tidak ada pikiran untuk bunuh diri,
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah

KULTURAL DAN SPIRITUAL


1. Agama yang dianut
a. Bagaimana kebutuhan klien terhadap spiritual dan pelaksanaannya?
Klien menganut agama islam dan klien juga menjalankan ibadahnya dengan tekun
b. Apakah klien mengalami gangguan dalam menjalankan kegiatan spiritualnya setelah mengalami
kekerasan atau penganiayaan?
Klien meyakini bahwa keadaan yang dialaminya sekarang adalah kehendaknya.
c. Adakah pengaruh spiritual terhadap koping individu
Mekanisme koping klien maladaptif, hal ini terlihat karena klien lebih sering menyendiri, diam
dikamar hanya sesekali bersama anaknya namun hanya sebentar
2. Budaya yang diikuti
a. Apakah ada budaya klien yang mempengaruhi terjadinya masalah

b. Tingkat perkembangan saat ini


Masalah Keperawatan :

B. ANALISA DATA

No Data Masalah TTD


1 DS: Kehilangan Disfungsional
- Ny.M merasa cemas bagaimana dia
hidup tanpa suaminya
- Ny.M sulit tidur karena suasana hatinya
yang sedih dan terkadang
membayangkan dirinya dengan
suaminya
- Ny.M merasa putus asa karena
suaminya meninggal
- Ny.M hanya berdiam diri dikamar dan
jarang beraktivitas
DO :
- Klien tampak terpukul
- Klien tampak waspada
- Ketakutan
- Depersonalisasi
- Gelisah
- Kontak mata kurang
- Ekspresi wajah tampak datar
- Bicara lambr
- Tampak menangis dan terlihat lemas
- Bingung
- Bloking

Pohon masalah

MK 2 : MK 1:
Isolasi sosial Kehilangan
Disfungsional
Defisit Aktifitas &
Pengingkaran
kehilangan

Koping Individu tak efektif

MK 3 :
Ansietas Kehilangan dan duka cita

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Kehilangan Disfungsional berhubungan dengan koping individu tidak efektif terhadap respon
kehilangan pasangan.
D. RENCANA KEPERAWATAN
N Diagnosa Perencanaan Rasional
Tujuan Kriteria Hasil Tindakan Keperawatan
o Keperawatan
1 Kehilangan Setelah 1. Ny. M dapat 1. bina hubungan saling 1. Hubungan saling
Disfungsional dialakukan mengerti arti percaya antara Ny. M, percaya, dapat

berhubungan tindakan sakit dan keluarga, dengan sikap memudahkan dalam


jujur, menerima, ikhlas, dan tindakan seterusnya.
dengan koping keperawatan kematian
empati
individu tidak selama 1 x 24 2. Ny. M dapat
2. Tunjukan perhatian pada 2. Sebagai wujud
efektif jam, Ny. M mengungkapka
Ny. M baik melalui kata- perhatian kita
terhadap dapat n perasaaanya
kata maupun dengan sikap.
respon menyelaesaikan 3. Ny. M dapat 3. Tanyakan kepada 3. Untuk mengetahui
kehilangan masa berkabung mengurangi Ny.M   pengalamannya pengalaman
pasangan dengan tuntas. rasa bersalah tentang kematian. kehilangan dan
melalui proses berduka klien
berkabung. sebelumnya
4. Jelaskan pada Ny. M bahwa 4. Untuk meyakinkan
suaminya meninggal bukan Ny.M bahwa
tidur. suaminya telah
meninggal
5. Minta kepada keluarga/ 5. Agar Ny.M tidak
orang yang berarti agar merasa sendirian
menemani Ny.M selama setelah kepergian
masa berduka bila perlu suaminya.
mengijinkan untuk tinggal
bersama mereka.
6. Dorong Ny.M untuk 6. Untuk mengetahui
mengungkapkan ungkapan perasaan
perasaannya dengan dari klien.
menanyakan apa yang
dipikirkan selama suaminya
masih hidup sampai
sekarang.
7. Jelaskan pada Ny.M bahwa 7. Agar Ny. M tidak
suaminya meninggal bukan merasa bersalah atas
karena akibat dia. kematian suaminya
8. Jelaskan kepada Ny. M 8. Agar Ny. M tidak
bahwa orang yang sudah terus menangis dan
meninggal tidak perlu bersedih
ditangisi
E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
N Diagnosa Hari/ Implementasi Evaluasi
o Keperawatan Tanggal
1. Kehilangan Jumat/ 30-10- 1. Membina hubungan saling S : Pasien mengatakan bahwa
Disfungsional 2020 percaya antara Ny. M, keluarga, kematian sudah kehendak tuhan
berhubungan dengan sikap jujur, menerima, O:
ikhlas, dan empati
dengan koping  Pasien tampak lebih tenang
2. Menunjukan perhatian pada Ny.
individu tidak  Pasien tanpak tidak menangis
M baik melalui kata-kata
efektif A : masalah teratasi
maupun dengan sikap.
terhadap
3. Menanyakan kepada Ny. P : Intervensi dihentikan
respon M   pengalamannya tentang
kehilangan kematian.
pasangan 4. Menjelaskan pada Ny. M bahwa
suaminya meninggal bukan tidur.
5. Meminta kepada keluarga/
orang yang berarti agar
menemani Ny.M selama masa
berduka bila perlu mengijinkan
untuk tinggal bersama mereka.
6. Mendorong Ny.M untuk
mengungkapkan perasaannya
dengan menanyakan apa yang
dipikirkan selama suaminya
masih hidup sampai sekarang.
7. Menjelaskan pada Ny.M bahwa
suaminya meninggal bukan
karena akibat dia.
8. Menejelaskan kepada Ny. M
bahwa orang yang sudah
meninggal tidak perlu ditangisi
STRATEGI PELAKSANAAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN KEHILANGAN DAN BERDUKA
(SP 1)

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Ibu M, usia 24 tahun mempunyai seorang suami yang menjual keliling sebagai tulang
punggung keluarga. Seminggu yang lalu, suami Ibu M meninggal karena kecelakaan.
Sejak kejadian tersebut, Ibu M sering melamun dan selalu mengatakan bagaimana dia
bisa hidup tanpa suaminya. Selain itu, Ibu M juga tidak mau berinteraksi dengan orang
lain dan merasa gelisah sehingga susah tidur.
2. Diagnosa Keperawatan
Kehilangan Disfungsional berhubungan dengan koping individu tidak efektif terhadap
respon kehilangan pasangan
3. Tujuan Khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat dan klien dapat
merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan perawat
b. Klien mampu mengungkapkan pikiran dan perasaannya
c. Klien merasa lebih tenang
4. Tindakan Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan cara mengucapkan salam
terapeutik, memperkenalkan diri perawat sambil berjabat tangan dengan klien
b. Dorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Dengarkan setiap
perkataan klien. Beri respon, tetapi tidak bersifat menghakimi
c. Ajarkan klien teknik relaksasi
B. STRATEGI PELAKSANAAN
1. Tahap orientasi
a. Salam terapeutik:
“Assalamu’alaikum, selamat pagi Ibu M. Saya Nurma, Ibu bisa memanggil saya
perawat Nurma dan saya yang akan merawat Ibu. Nama Ibu siapa? Ibu senangnya
dipanggil apa?”
b. Evaluasi / validasi:
“Baiklah, bagaimana keadaan Ibu M hari ini?”
c. Kontrak:
1) Topik :
“Kalau begitu, bagaimana jika kita berbincang-bincang sebentar tentang keadaan
ibu?
2) Waktu:
Saya rasa 30 menit cukup Bu. Ibu bersedia?”
3) Tempat:
“Ibu mau kita berbincang-bincang dimana? Di sini saja? Baiklah.”
2. Tahap kerja
a. “Baiklah Ibu M, bisa Ibu jelaskan kepada saya bagaimana perasaan Ibu M saat ini?”
b. “Saya mengerti Ibu sangat sulit menerima kenyataan ini. Tapi kondisi sebenarnya
memang suami Ibu telah meninggal. Sabar ya, Bu ”
c. “Saya tidak bermaksud untuk tidak mendukung Ibu. Tapi coba Ibu pikir, jika Ibu
pulang ke rumah nanti, Ibu tidak akan bertemu dengan suami Ibu karena beliau
memang sudah meninggal. Itu sudah menjadi kehendak Tuhan, Bu. Ibu harus
berusaha menerima kenyataan ini.”
d. “Ibu, hidup matinya seseorang semua sudah diatur oleh Tuhan. Meninggalnya suami Ibu
juga merupakan kehendak-Nya sebagai Maha Pemilik Hidup. Tidak ada satu orang pun
yang dapat mencegahnya, termasuk saya ataupun Ibu sendiri.”
e. “Ibu sudah bisa memahaminya?”
f. “Ibu tidak perlu cemas. Umur Ibu masih muda, Ibu bisa mencoba mencari pekerjaan
untuk memenuhi kebutuhan keluarga Ibu. Saya percaya Ibu mempunyai keahlian
yang bisa digunakan. Ibu juga tidak akan hidup sendiri. Ibu masih punya saudara-
saudara, anak-anak dan orang lain yang sayang dan peduli sama Ibu.”
g. “Untuk mengurangi rasa cemas Ibu, sekarang Ibu ikuti teknik relaksasi yang saya
lakukan. Coba sekarang Ibu tarik napas yang dalam, tahan sebentar, kemudian
hembuskan perlahanlahan.”
h. “Ya, bagus sekali Bu, seperti itu.”
3. Tahap terminasi
a. Evaluasi:
1) (subjektif): “Bagaimana perasaan Ibu sekarang? Apa Ibu sudah mulai memahami
kondisi yang sebenarnya terjadi?”
2) (objektif) : “Kalau begitu, coba Ibu jelaskan lagi, hal-hal yang Ibu dapatkan dari
perbincangan kita tadi dan coba Ibu ulangi teknik relaksasi yang telah kita
lakukan.”
b. Tindak Lanjut :
“Ya, bagus sekali Bu. Nah, setiap kali Ibu merasa cemas, Ibu dapat melakukan teknik
tersebut. Dan setiap kali Ibu merasa Ibu tidak terima dengan kenyataan ini, Ibu dapat
mengingat kembali perbincangan kita hari ini.
c. Kontrak yang akan datang:
”Sudah 30 menit ya, Bu. Saya rasa perbincangan kita kali ini sudah cukup. Besok
sekitar jam 09.00 saya akan telepon kembali untuk membicarakan tentang hobi Ibu.
Mungkin besok kita bisa berbincang-bincang di taman depan ya Bu.” “Apa ada yang
ingin Ibu tanyakan? Baiklah, kalau tidak ada, saya tutp dulu ya Bu.
Assalamu’alaikum

Anda mungkin juga menyukai