OLEH :
NURMA
A1C120002
A. Latar Belakang
Pengalaman kehilangan dan duka cita adalah hal yang esensial dan normal dalam kehidupan
manusia membiarkan pergi melepaskan dan terus melangkah terus terjadi ketika individu menjalani
tahap pertumbuhan dan perkembangan normal dengan mengucapkan selamat tinggal kepada tempat
orang, impian dan benda-benda yang disayangi. Kehilangan memungkinkan individu berupa dan
terus berkembang serta memenuhi potensi diri. Kehilangan dapat direncanakan diharapkan atau
terjadi tiba-tiba dan proses berduka yang mengikutinya jarang terjadi dengan nyaman atau
menyenangkan. Walaupun tidak nyaman kehilangan kadang-kadang bermanfaat dan namun
kehilangan juga dapat menghancurkan individu.
Oleh karena itu, memenuhi kebutuhan spiritual individu yang berduka merupakan aspek Asuhan
Keperawatan yang sangat penting. Respon emosional dan spiritual klien saling terkait ketika klien
menghadapi penderitiaan dengan kesadaran akan kemampuan mengkaji penderitaan klien, perawat
dapat meningkatkan rasa sejahtera. Memberi klien kesempatan untuk menceritakan penderitaanya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan pembagian dari kehilangan dan duka cita ?
2. Bagaimana proses pembuatan Asuhan keperawatan Jiwa pada pasien dengan kehilangan dan duka
cita ?
C. Tujuan Penyusunan
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Jiwa pada semester V, dan diharapkan bagi
mahasiswa agar mampu memahami tentang gangguan atas kehilangan dan duka cita dan dapat
membuat asuhan keperawatan pada pasien dengan kehilangan dan duka cita.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan kehilangan dan berduka
b. Mampu menentukan masalah keperawatan pada klien dengan kehilangan dan berduka
c. Mampu merencanakan asuhan keperawatan pada klien dengan kehilangan dan berduka
d. Mampu melaksanakan tindakan sesuai perencanaan keperawatan pada klien dengan
kehilangan dan berduka
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan kehilangan dan berduka
BAB II
PEMBAHASAN
5. Respon Fisiologis
a. Sakit kepala, insomnia
b. Gangguan nafsu makan
c. Berat badan turun
d. Tidak bertenaga
e. Palpitasi, gangguan pencernaan
f. Perubahan sistem imune dan endokrin
6. Respon Emosional
a. Merasa sedih, cemas
b. Kebencian
c. Merasa bersalah
d. Perasaan mati rasa
e. Emosi yang berubah-ubah
f. Penderitaan dan kesepian yang berat
g. Keinginan yang kuat untuk mengembalikan ikatan dengan individu atau benda yang hilang
h. Depresi, apati, putus asa selama fase disorganisasi dan keputusasaan
i. Saat fase reorganisasi, muncul rasa mandiri dan percaya diri
7. Respon Kognitif
a. Gangguan asumsi dan keyakinan
b. Mempertanyakan dan berupaya menemukan makna kehilangan
c. Berupaya mempertahankan keberadaan orang yang meninggal
d. Percaya pada kehidupan akhirat dan seolah-olah orang yang meninggal adalah pembimbing.
8. Perilaku
Individu dalam proses berduka sering menunjukkan perilaku seperti :
a. Menangis tidak terkontrol
b. Sangat gelisah; perilaku mencari
c. Iritabilitas dan sikap bermusuhan
d. Mencari dan menghindari tempat dan aktivitas yang dilakukan bersama orang yang telah
meninggal.
e. Menyimpan benda berharga orang yang telah meninggal padahal ingin membuangnya
f. Kemungkinan menyalahgunakan obat atau alkohol
g. Kemungkinan melakukan gestur, upaya bunuh diri atau pembunuhan
h. Mencari aktivitas dan refleksi personal selama fase reorganisasi
B. Analisa Data
1. Data subjektif:
a. Merasa sedih
b. Merasa putus asa dan kesepian
c. Kesulitan mengekspresikan perasaan
d. Konsentrasi menurun
2. Data objektif:
a. Menangis
b. Mengingkari kehilangan
c. Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain
d. Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan
e. Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat aktivitas
C. Diagnosa keperawatan
Lynda Carpenito (1995), dalam Nursing Diagnostic Application to Clinicsl Pratice, menjelaskan
tiga diagnosis keperawatan untuk proses berduka yang berdasarkan pada pada tipe kehilangan.
D. Intervensi
Intervensi untuk klien yang berduka
1. Kaji persepsi klien dan makna kehilangannya. Izinkan penyangkalan yang adaptif.
2. Dorong atau bantu klien untuk mendapatkan dan menerima dukungan.
3. Dorong klien untuk mengkaji pola koping pada situasi kehilangan masa lalu saat ini.
4. Dorong klien untuk meninjau kekuatan dan kemampuan personal.
5. Dorong klien untuk merawat dirinya sendiri.
6. Tawarkan makanan kepada klien tanpa memaksanya untuk makan.
7. Gunakan komunikasi yang efektif.
a. Tawarkan kehadiran dan berikan pertanyaan terbuka
b. Dorong penjelasan
c. Ungkapkan hasil observasi
d. Gunakan refleksi
e. Cari validasi persepsi
f. Berikan informasi
g. Nyatakan keraguan
h. Gunakan teknik menfokuskan
i. Berupaya menerjemahkan dalam bentuk perasaan atau menyatakan hal yang tersirat
8. Bina hubungan dan pertahankan keterampilan interpersonal seperti :
a. Kehadiran yang penuh perhatian
b. Menghormati proses berduka klien yang unik
c. Menghormati keyakinan personal klien
d. Menunjukan sikap dapat dipercaya, jujur, dapat diandalkan, konsisten
e. Inventori diri secara periodik akan sikap dan masalah yang berhubungan dengan kehilangan
Prinsip Intervensi Keperawatan pada Pasien dengan Respon Kehilangan
1. Bina dan jalin hubungan saling percaya
2. Diskusikan dengan klien dalam mempersepsikan suatu kejadian yang menyakitkan dengan
pemberian makna positif dan mengambil hikmahnya
3. Identifikasi kemungkinan faktor yang menghambat proses berduka
4. Kurangi atau hilangkan faktor penghambat proses berduka
5. Beri dukungan terhadap repon kehilangan pasien
6. Tingkatkan rasa kebersamaan antara anggota keluarga
7. Ajarkan teknik logotherapy dan psychoreligious therapy
8. Tentukan kondisi pasien sesuai dengan fase berikut :
a. Fase Pengingkaran
1) Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
2) Dorong pasien untuk berbagi rasa, menunjukkan sikap menerima, ikhlas dan memberikan
jawaban yang jujur terhadap pertanyaan pasien tentang sakit, pengobatan dan kematian.
b. Fase marah
Beri dukungan pada pasien untuk mengungkapkan rasa marahnya secara verbal tanpa
melawan dengan kemarahan.
c. Fase tawar menawar
Bantu pasien untuk mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan takutnya.
d. Fase depresi
1) Identifikasi tingkat depresi dan resiko merusak diri pasien.
2) Bantu pasien mengurangi rasa bersalah.
e. Fase penerimaan
f. Bantu pasien untuk menerima kehilangan yang tidak bisa dihindari.
Prinsip Intervensi Keperawatan pada Anak dengan Respon Kehilangan
1. Beri dorongan kepada keluarga untuk menerima kenyataan serta menjaga anak selama masa
berduka.
2. Gali konsep anak tentang kematian, serta membetulkan konsepnya yang salah.
3. Bantu anak melalui proses berkabung dengan memperhatikan perilaku yang diperhatikan oleh
orang lain.
4. Ikutsertakan anak dalam upacara pemakaman atau pergi ke rumah duka.
Prinsip Intervensi Keperawatan pada Orangtua dengan Respon Kehilangan (Kematian Anak)
1. Bantu untuk diakan sarana ibadah, termasuk pemuka agama.
2. Menganjurkan pasien untuk memegang/ melihat jenasah anaknya.
3. Menyiapkan perangkat kenangan.
4. Menganjurkan pasien untuk mengikuti program lanjutan bila diperlukan.
5. Menjelaskan kepada pasien/ keluarga ciri-ciri respon yang patologis serta tempat mereka minta
bantuan bila diperlukan.
E. Evaluasi
1. Klien mampu mengungkapkan perasaannya secara spontan
2. Klien menunjukkan tanda-tanda penerimaan terhadap kehilangan
3. Klien dapat membina hubungan yang baik dengan orang lain
4. Klien mempunyai koping yang efektif dalam menghadapi masalah akibat kehilangan
5. Klien mampu minum obat dengan cara yang benar
BAB III
TINJAUAN KASUS
KASUS
Ibu M, usia 24 tahun mempunyai seorang suami yang menjual keliling sebagai tulang punggung
keluarga. Seminggu yang lalu, suami Ibu M meninggal karena kecelakaan. Sejak kejadian tersebut, Ibu M
sering melamun dan selalu mengatakan bagaimana dia bisa hidup tanpa suaminya. Selain itu, Ibu M juga
tidak mau berinteraksi dengan orang lain dan merasa gelisah sehingga susah tidur.
Umur : 30 Tahun
Pendidikan : SMA
Kondisi Kesehatan
No Nama L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Sehat Risiko Masalah/ Psikososial/ Gangguan Pengobatan
Penyakit Kronis Jiwa
1 Ny.M P 24 SMP IRT Kehilangan - -
Thn
2 An.N P 3 Thn - - - - -
3 An.R L 5 Bln - - - - -
INFORMASI UMUM
KELUHAN UTAMA
Ny.M mengatakan cemas bagaimana dia hidup tanpa suaminya.
Perilaku Perilaku
Tenang Menarik diri √
Ramah Bingung √
Pasif Disorientasi
Waspada √ Ketakutan √
Merasa membenarkan lingkungan Hiperventilasi
Kooperatif Halusinasi/ delusi
Gangguan perhatian Depersonalisasi √
Gelisah √ Obsesi
Sulit berkonsentrasi Kompulsi
Waspada berlebihan Keluhan somatik
Tremor Hiperaktivitas
Bicara cepat Lainnya:
Masalah Keperawatan: Ansietas berat berhubungan dengan keadaan di masa yang akan datang
setelah kehilangan suaminya
KELUARGA
1. Genogram
Ny.M
2. Tipe keluarga
nuclear family diad family
extended family √ single parent family
3. Pengambilan keputusan
kepala keluarga istri
orang tua √ bersama-sama
4. Hubungan klien dengan kepala keluarga
kepala keluarga √ istri
orang tua anak
lain-lain, sebutkan:
5. Kebiasaan yang dilakukan bersama keluarga
Makan bersama, Sering jalan dihari libur
6. Kegiatan yang dilakukan keluarga dalam masyarakat
Klien sering mengikuti kegiatan masyarakat, meskipun klien seorang ibu rumah tangga
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah
RIWAYAT SOSIAL
1. Pola sosial
a. Teman/ orang terdekat
Orang yang terdekat dengan klien adalah ibunya
b. Peran serta dalam kelompok
Sebelum suami Ny. M meninggal Ny. M Selalu mengikuti Kegiatan masyarakat
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Setelah suami Ny. M meninggal Ny.M tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain
2. Obat-obatan yang dikonsumsi
a. Adakah obat herbal/ obat lain yang dikonsumsi diluar resep
Tidak ada
b. Obat-obatan yang dikonsumsi klien saat ini
Tidak ada
c. Apakah klien menggunakan obat-obatan dan alkohol untuk mengatasi masalahnya
Tidak ada
Masalah Keperawatan: Kerusakan Komunikasi Sosial
Halusinasi Jelaskan
Pendengaran
Penglihatan
Perabaan
Pengecapan
Penghidu
Lain-lain:
7. Kognitif
a. Orientasi realita
Waktu : pengkajian dilakukan pada tanggal 30 oktober 2020 jam 16.00
Tempat : pengkajia dilakukan melalu via whatsapp
Orang : pengkajian dilakukan pada Ny.M dan keluarga
Situasi : klien tampak terpukul atas kematian suaminya, selalu merenung dan menangis
sambil melihat foto suaminya, klien juga hanya berdiam diri dirumah jarang mau
bertemu dengan orang lain semenjak suaminya meninggal, Ny.M hanya mau
bertemu dengan keluarga dan orang terdekat.
b. Memori
Gangguan Jelaskan
gangguan daya ingat jangka √ Klien tidak mengalami gangguan daya
panjang ingat jangka panjang, saat di tanya dulu
menikah umur berapa ? klien menjawab
umur 20 tahun
gangguan daya ingat jangka √ Klien tidak mengalami gangguan daya
pendek ingat jangka pendek, saat di tanya
suaminya kapan meninggal ? klien
menjawab seminggu yang lalu
gangguan daya ingat saat ini √ Klien tidak mengalami ganggaun ingat
saat ini
paramnesia, sebutkan
hipermnesia, sebutkan
amnesia, sebutkan
3. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Tingkatan Jelaskan
mudah beralih √ Klien akan mudah berdalih pandangan
apabila merasa tidak nyaman, malas
diganggu dan mengantuk
tidak mampu berkonsentrasi √ Klien mampu berkonsentrasi
tidak mampu berhitung √ Klien mampu berhitung sederhana, saat
sederhana anaknya minta uang 2000 klien mampu
memberinya
B. ANALISA DATA
Pohon masalah
MK 2 : MK 1:
Isolasi sosial Kehilangan
Disfungsional
Defisit Aktifitas &
Pengingkaran
kehilangan
MK 3 :
Ansietas Kehilangan dan duka cita
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Kehilangan Disfungsional berhubungan dengan koping individu tidak efektif terhadap respon
kehilangan pasangan.
D. RENCANA KEPERAWATAN
N Diagnosa Perencanaan Rasional
Tujuan Kriteria Hasil Tindakan Keperawatan
o Keperawatan
1 Kehilangan Setelah 1. Ny. M dapat 1. bina hubungan saling 1. Hubungan saling
Disfungsional dialakukan mengerti arti percaya antara Ny. M, percaya, dapat
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Ibu M, usia 24 tahun mempunyai seorang suami yang menjual keliling sebagai tulang
punggung keluarga. Seminggu yang lalu, suami Ibu M meninggal karena kecelakaan.
Sejak kejadian tersebut, Ibu M sering melamun dan selalu mengatakan bagaimana dia
bisa hidup tanpa suaminya. Selain itu, Ibu M juga tidak mau berinteraksi dengan orang
lain dan merasa gelisah sehingga susah tidur.
2. Diagnosa Keperawatan
Kehilangan Disfungsional berhubungan dengan koping individu tidak efektif terhadap
respon kehilangan pasangan
3. Tujuan Khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat dan klien dapat
merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan perawat
b. Klien mampu mengungkapkan pikiran dan perasaannya
c. Klien merasa lebih tenang
4. Tindakan Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan cara mengucapkan salam
terapeutik, memperkenalkan diri perawat sambil berjabat tangan dengan klien
b. Dorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Dengarkan setiap
perkataan klien. Beri respon, tetapi tidak bersifat menghakimi
c. Ajarkan klien teknik relaksasi
B. STRATEGI PELAKSANAAN
1. Tahap orientasi
a. Salam terapeutik:
“Assalamu’alaikum, selamat pagi Ibu M. Saya Nurma, Ibu bisa memanggil saya
perawat Nurma dan saya yang akan merawat Ibu. Nama Ibu siapa? Ibu senangnya
dipanggil apa?”
b. Evaluasi / validasi:
“Baiklah, bagaimana keadaan Ibu M hari ini?”
c. Kontrak:
1) Topik :
“Kalau begitu, bagaimana jika kita berbincang-bincang sebentar tentang keadaan
ibu?
2) Waktu:
Saya rasa 30 menit cukup Bu. Ibu bersedia?”
3) Tempat:
“Ibu mau kita berbincang-bincang dimana? Di sini saja? Baiklah.”
2. Tahap kerja
a. “Baiklah Ibu M, bisa Ibu jelaskan kepada saya bagaimana perasaan Ibu M saat ini?”
b. “Saya mengerti Ibu sangat sulit menerima kenyataan ini. Tapi kondisi sebenarnya
memang suami Ibu telah meninggal. Sabar ya, Bu ”
c. “Saya tidak bermaksud untuk tidak mendukung Ibu. Tapi coba Ibu pikir, jika Ibu
pulang ke rumah nanti, Ibu tidak akan bertemu dengan suami Ibu karena beliau
memang sudah meninggal. Itu sudah menjadi kehendak Tuhan, Bu. Ibu harus
berusaha menerima kenyataan ini.”
d. “Ibu, hidup matinya seseorang semua sudah diatur oleh Tuhan. Meninggalnya suami Ibu
juga merupakan kehendak-Nya sebagai Maha Pemilik Hidup. Tidak ada satu orang pun
yang dapat mencegahnya, termasuk saya ataupun Ibu sendiri.”
e. “Ibu sudah bisa memahaminya?”
f. “Ibu tidak perlu cemas. Umur Ibu masih muda, Ibu bisa mencoba mencari pekerjaan
untuk memenuhi kebutuhan keluarga Ibu. Saya percaya Ibu mempunyai keahlian
yang bisa digunakan. Ibu juga tidak akan hidup sendiri. Ibu masih punya saudara-
saudara, anak-anak dan orang lain yang sayang dan peduli sama Ibu.”
g. “Untuk mengurangi rasa cemas Ibu, sekarang Ibu ikuti teknik relaksasi yang saya
lakukan. Coba sekarang Ibu tarik napas yang dalam, tahan sebentar, kemudian
hembuskan perlahanlahan.”
h. “Ya, bagus sekali Bu, seperti itu.”
3. Tahap terminasi
a. Evaluasi:
1) (subjektif): “Bagaimana perasaan Ibu sekarang? Apa Ibu sudah mulai memahami
kondisi yang sebenarnya terjadi?”
2) (objektif) : “Kalau begitu, coba Ibu jelaskan lagi, hal-hal yang Ibu dapatkan dari
perbincangan kita tadi dan coba Ibu ulangi teknik relaksasi yang telah kita
lakukan.”
b. Tindak Lanjut :
“Ya, bagus sekali Bu. Nah, setiap kali Ibu merasa cemas, Ibu dapat melakukan teknik
tersebut. Dan setiap kali Ibu merasa Ibu tidak terima dengan kenyataan ini, Ibu dapat
mengingat kembali perbincangan kita hari ini.
c. Kontrak yang akan datang:
”Sudah 30 menit ya, Bu. Saya rasa perbincangan kita kali ini sudah cukup. Besok
sekitar jam 09.00 saya akan telepon kembali untuk membicarakan tentang hobi Ibu.
Mungkin besok kita bisa berbincang-bincang di taman depan ya Bu.” “Apa ada yang
ingin Ibu tanyakan? Baiklah, kalau tidak ada, saya tutp dulu ya Bu.
Assalamu’alaikum