DISUSUN OLEH :
Jenis metode KB pasca persalinan terbagi menjadi dua yaitu non hormonal
dan hormonal. jenis kontrasepsi non hormonal yaitu MAL, kondom, AKDR dan
kontrasepsi mantap (tubektomi dan vasektomi) sedangkan jenis kontrasepsi
hormonal terbagi dua yaitu progestin (pil, injeksi dan implan) dan kombinasi (pil dan
injeksi). Menurut BKKBN dan Kemenkes R.I. (2012).
b. Non kontrasepsi
a. Definisi
b. Efektifitas
Efektifitas MAL sangat tinggi sekitar 98 % apabila digunakan secara
benar dan memenuhi persyaratan sebagai berikut : digunakan selama enam
bulan pertama setelah melahirkan sebelum mendapat haid pasca
melahirkan dan menyusui secara eklusif (tanpa memberikan makanan atau
minuman tambahan).
c. Cara kerja
Cara kerja dari MAL adalah menunda atau menekan terjadinya ovulasi.
Pada saat laktasi bbatau menyusui, hormon yang berperan adalah prolaktin
dan oksitoksin. semakin sering menyusui, maka kadar prolaktin meningkat
dan hormon gonadotrophin melepaskan hormon penghambat (inhibitor).
Hormon penghambat akan mengurangi kadar mengurangi kadar estrogen
sehingga tidak terjadi ovulasi.
d. Indikasi
Kondom ada yang ujungnya biasa, ada pula yang ujungnya berputing
mengeluarkan udara yaang ada, agar tersedia tempat bagi mani yang akan
dikeluarkan gulungan kondom, sebelum persetubuhan lalu dipasang pada
waktu zakar sedang tegang. Sesudah mani keluar, mani tertampung diujung
kondom dan sewaktu zakar ditarik keluar, jagalah jangan sampai ada cairan
yang tumpah. Peganglah kondom pada waktu menarik zakar keluar. Buanglah
kondom setelah sekali pakai. (Prawirohardjo, Sarwono.2008)
c) Cara Kerja
Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur
dengan cara mengemas sperma dijung selubung karet yang dipasang
pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah kedalam saluran
reproduksi perempuan.
Mencegah penularan mikroorganisme Q (MS termasuk HIV / AIDS )
dari satu pasangan ke pasangan yang lain (khusus kondom yang terbuat
dari lateks dan vilin)
d) Indikasi Pemakaian Kondom
6 minggu sesudah vasektomi C samapai mani tidak mengandung
spermatozoa lagi, yang seperti dketahui dengan pemeriksaan
laboratorium.
Sementara menunggu pemeriksaan AKDR.
Sementara sedang menunggu haid untuk pemakaian pil yang diminum.
Apabila kelupaan minum pil dalam jangka waktu lebih dari 36 jam.
Apabila diduga ada penyakit kelamin sementaramenunggu diagnosis
yang pasti.
Bersamaan dengan pemakaian spermiside.
Dalam keadaan darurat, bila tidak ada kontrasepsi yang tersedia atau
yang dipakai.
Sebagai cara yang dipilih oleh pasangan-pasangan tertentu.
e) Kontraindikasi
1. Absolut
Pria dengan ereksi yang tidak baik.
Riwayat syok septik.
Tidak bertannggung jawab secara seksual.
Interupsi seksual foreplay menghalangi minat seksual.
Alergi terhadap karet atau lurikan pada patner seks.
2. Relatif
Interupsi seksual foreplay yang mengganggu ekspresi seksual.
f) Efektivitas
Kondom cukup efektif bila dipakai secara benar pada setiap kali
berhubungan seksual. Pada beberapa pasangan, pemakaian kondom tidak
efektif karena tidak dipakai secara konsisten. Secara ilmiah didapatkan hanya
sedikit angka kegagalan kondom yaitu 2 -12 kehamilan per 100 perempuan
pertahun.
g) Keterbatasan
Efektifitas tidak terlalu tinggi
Cara pemakaian sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi
Agak mengganggu hungan seksual (mngurangi sentuhan langsung)
Pada beberapa klien bisa menyebabkan kesulitan untuk mempertahankan
ereksi
Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual
Beberapa klien malu untuk membeli kondom ditempat umum
Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan masalah dalam hal
limbah
h) Keuntungan
Mencegah kehamilan
Memberi pelindungan terhadap penyakit-penyakit akibat hubungan seksual
(PMS)
Dapat diandalkan, Relatif murah
Sederhana, ringan dan disposible
Tidak memerlukan pemeriksaan medis, supervisi atau pollow-up
Reversible
Pria ikut serta aktif dalam program KB
i) Efek Samping Dan Cara Penanggulangannya
1) Adanya rasa nyeri dan panas akibat : alergi terhadap karet kondom
(jarang didapati) dan lecet-lecet pada kemaluan pria akibat pemakaian
tergesa-gesa / kurangnya pelicin.
Pengobatan :
a. Bila sebab alergi, hentikan pemakaian kondom, ganti dengan cara
lain
b. Bila akibat kurang licinnya kondom, dianjurkan untuk memakai
kondom yang mempunyai zat pelicin. Pemakainan kondom jangan
terburu-buru
2) Kondom tidak terlihat terpasang pada kemaluan pria dan wanita merasa
terdapat sesuatu dalam liang senggama. Bila terlalu lama dibiarkan
kadang-kadang laing sengama wanita berbau busuk. Akibat air mani yang
membahu karena adanya benda asing didalamnya dan terjadi infeksi
Penganggulangan dan pengobatan :
a. Keluarkan kondom dari liang senggama wanita dan bersihkan liang
sengama wanita dengan antiseptik. Bila terdapat infeksi beri
antibiotik
3) Kondom rusak atau diperkirakan bocor (sebelum digunakan)
Penanganan:
a. Buang dan pakai kondom baru atau pakai spermasida digabung
kondom
b. Kondom bocor atau dicurigai ada curahan divaagina saat
berhubungan
Penanganan :
a. Jika dicurigai ada kebocoran pertimbangkan pemberian Morning
After pill (kontasepsi darurat : postinol atau mikroginon)
5. FemCap
Alat ini sejenis cervical cap yang terbuat dari karet silikon non-alergi .
Alat ini dapat masuk kedalam serviks dan memiliki tepi yang luas (seperti topi
pelaut) yang menciptakan alur diantara kubah dan topi tersebut. Topi
penutup melekatkan FemCap jauh lebih kecil, tetapi kesulitan untuk
melepasnya jauh lebih besar kendati alat ini memiliki tali pengikat untuk
melepasnya. Memasukan dan mencabut FemCap selama hubungan seksual
juga menjadi sebuah permasalah dan risiko kehamilan pun lebih besar .
6. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) atau IUD
a). Definisi
IUD adalah alat kecil terdiri dari bahan plastik yang lentur yang
dimasukkan ke dalam rongga rahim, yang harus diganti jika sudah digunakan
selama periode tertentu. IUD merupakan panjang. dimasukkan ke dalam
rahim yang bentuknya bermacam-macam terbuat dari plastik, plastik
yang dililit tembaga. Cara kerja Yaitu menghambat kemampuan sperma
untuk masuk ke tubba fallopi dan mempengaruhi fertilitasi sebelum
ovum mencapai kavum uteri.
b). Indikasi
Usia reproduksi (25 – 49 tahun).
Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang.
Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi.
Setelah Abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
Resiko rendah dan IMS (infeksi menular seksual)
Tidak menghendaki metode hormonal.
c). Kontraindikasi
Sedang hamil atau kemungkinan hamil
Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui (sampai dapat di
evaluasi).
Sedang menderita infeksi alat genital (Vaginitis servisitif).
Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm dan tumor jinak rahim.
d). Efek samping
Terjadi perdarahan yang lebih banyak dan lebih lama pada masa
menstruasi.
Keluar bercak-bercak darah (Spotting) setelah lama 2 hari
pemasangan.
Kram atau nyeri selama menstruasi.
Keputihan.
2.4 KONTRASEPSI HORMONAL
Kontrasepsi hormonal merupakan salah satu metode kontrasepsi yang
paling efektif dan reversibel untuk mencegah terjadinya konsepsi (Baziad 2008).
Kontrasepsi hormonal merupakan kontrasepsi dimana estrogen dan
progesteron memberikan umpan balik terhadap kelenjar hipofisis melalui
hipotalamus sehingga terjadi hambatan terhadap folikel dan proses ovulasi
(Manuaba, 2010).
2.4.1 Mekanisme Kerja Kontrasepsi Hormonal
Hormon estrogen dan progesteron memberikan umpan balik, terhadap
kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi hambatan terhadap
perkembangan folikel dan proses ovulasi. Melalui hipotalamus dan hipofisis,
estrogen dapat menghambat pengeluaran Folicle Stimulating Hormone (FSH)
sehingga perkembanagan dan kematangan Folicle De Graaf tidak terjadi.
Disamping itu progesteron dapat menghambat pengeluaran Hormone
Luteinizing (LH). Estrogen mempercepat peristaltik tuba sehingga hasil konsepsi
mencapai uterus endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi
(Manuaba, 2010). Selama siklus tanpa kehamilan, kadar estrogen dan
progesterone bervariasi dari hari ke hari. Bila salah satu hormon mencapai
puncaknya, suatu mekanisme umpan balik (feedback) menyebabkan mula-mula
hipotalamus kemudian kelenjar hypophyse mengirimkan isyarat-isyarat kepada
ovarium untuk mengurangi sekresi dari hormon tersebut dan menambah sekresi
dari hormon lainnya. Bila terjadi kehamilan, maka estrogen dan progesteron
akan tetap dibuat bahkan dalam jumlah lebih banyak tetapi tanpa adanya
puncak-puncak siklus, sehingga akan mencegah ovulasi selanjutnya. Estrogen
bekerja secara primer untuk membantu pengaturan hormon realising factors of
hipotalamus, membantu pertumbuhan dan pematangan dari ovum di dalam
ovarium dan merangsang perkembangan endometrium. Progesteron bekerja
secara primer menekan atau depresi dan melawan isyarat-isyarat dari
hipotalamus dan mencegah pelepasan ovum yang terlalu dini atau prematur dari
ovarium, serta juga merangsang perkembangan dari endometrium (Hartanto,
2002). Adapun efek samping akibat kelebihan hormon estrogen, efek samping
yang sering terjadi yaitu rasa mual, retensi cairan, sakit kepala, nyeri pada
payudara, dan fluor albus atau keputihan. Rasa mual kadang-kadang disertai
muntah, diare, dan rasa perut kembung. Retensi cairan disebabkan oleh
kurangnya pengeluaran air dan natrium, dan dapat meningkatkan berat badan.
Sakit kepala disebabkan oleh retensi cairan. Kepada penderita pemberian garam
perlu dikurangi dan dapat diberikan diuretik. kadang efek samping demikian
mengganggu akseptor, sehingga hendak menghentikan kontrasepsi hormonal
tersebut. Dalam kondisi tersebut, akseptor dianjurkan untuk melanjutkan
kontrasepsi hormonal dengan kandungan hormon estrogen yang lebih rendah.
Selain efek samping kelebihan hormon estrogen, hormon progesteron juga
memiliki efek samping jika dalam dosis yang berlebihan dapat menyebabkan
perdarahan tidak teratur, bertambahnya nafsu makan disertai bertambahnya berat
badan, acne (jerawat), alopsia, kadang-kadang payudara mengecil, fluor albus
(keputihan), hipomenorea. Fluor albus yang kadang-kadang ditemukan pada
kontrasepsi hormonal dengan progesteron dalam dosis tinggi, disebabkan oleh
meningkatnya infeksi dengan candida albicans (Wiknjosastro, 2007).
Komponen estrogen menyebabkan mudah tersinggung, tegang, retensi air, dan
garam, berat badan bertambah, menimbulkan nyeri kepala, perdarahan banyak
saat menstruasi, meningkatkan pengeluaran leukorhea, dan menimbulkan
perlunakan serviks. Komponen progesteron menyebabkan payudara tegang,
acne (jerawat), kulit dan rambut kering, menstruasi berkurang, kaki dan tangan
sering kram (Manuaba, 2010).
2.4.2. Macam –Macam Alat Kontrasepsi Hormonal
1. Kontrasepsi Pil
a. Definisi
Pil oral akan menggantikan produksi normal estrogen dan
progesteron oleh ovarium. Pil oral akan menekan hormon ovarium
selama siklus haid yang normal, sehingga juga menekan
releasingfactors di otak dan akhirnya mencegah ovulasi. Pemberian Pil
Oral bukan hanya untuk mencegah ovulasi, tetapi juga menimbulkan
gejala-gejala pseudo pregnancy (kehamilan palsu) seperti mual,
muntah, payudara membesar, dan terasa nyeri (Hartanto, 2002).
b. Efektivitas
Efektivitas pada penggunaan yang sempurna adalah 99,5- 99,9%
dan 97% (Handayani, 2010).
c. Jenis KB Pil menurut Sulistyawati (2013) yaitu:
Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengamdung hormon aktif estrogen atau progestin, dalam dosisi
yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif, jumlah dan porsi
hormonnya konstan setiap hari.
Bifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormon aktif estrogen, progestin, dengan dua dosis berbeda 7 tablet
tanpa hormon aktif, dosis hormon bervariasi.
Trifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormon aktif estrogen atau progestin, dengan tiga dosis yang
berbeda 7 tablet tanpa hormon aktif, dosis hormon bervariasi setiap
hari.
d. Cara kerja KB Pil menurut Saifuddin (2010) yaitu:
Menekan ovulasi
Mencegah implantasi
Mengentalkan lendir serviks
Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi ovum akan
terganggu.
Keuntungan KB Pil menurut Handayani (2010) yaitu:
a) Tidak mengganggu hubungan seksual
b) Siklus haid menjadi teratur (mencegah anemia)
c) Dapat digunakam sebagai metode jangka panjang
d) Dapat digunakan pada masa remaja hingga menopause
e) Mudah dihentikan setiap saat
f) Kesuburan cepat kembali setelah penggunaan pil dihentikan
g) Membantu mencegah: kehamilan ektopik, kanker ovarium,
kanker endometrium, kista ovarium, acne, disminorhea.
e. Keterbatasan KB Pil menurut Sinclair (2010) yaitu:
Amenorhea
Perdarahan haid yang berat
Perdarahan diantara siklus haid
Depresi
Kenaikan berat badan
Mual dan muntah
Perubahan libido
Hipertensi
Jerawat
Nyeri tekan payudara
Pusing
Sakit kepala
Kesemutan dan baal bilateral ringan
Mencetuskan moniliasis
Pelumasan yang tidak mencukupi
Perubahan lemak
Disminorea
Kerusakan toleransi glukosa
Hipertrofi atau ekropi serviks
Perubahan visual
Infeksi pernafasan
Peningkatan episode sistitis
Perubahan fibroid uterus.
2. Kontrasepsi Suntik
a. Efektivitas kontrasepsi Suntik.
Menurut Sulistyawati (2013), kedua jenis kontrasepsi suntik
mempunyai efektivitas yang tinggi, dengan 30% kehamilan per 100
perempuan per tahun, jika penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai
jadwal yang telah ditentukan. DMPA maupun NET EN sangat efektif
sebagai metode kontrasepsi. Kurang dari 1 per 100 wanita akan mengalami
kehamilan dalam 1 tahun pemakaian DMPA dan 2 per 100 wanita per tahun
pemakain NET EN (Hartanto, 2002).
b. Jenis kontrasepsi Suntik
Menurut Sulistyawati (2013), terdapat dua jenis kontrasepsi suntikan
yang hanya mengandung progestin, yaitu :
a). Depo Mendroksi Progesteron (DMPA), mengandung 150 mg DMPA
yang diberikan setiap tiga bulan dengan cara di suntik intramuscular (di
daerah pantat).
b). Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), mengandung 200 mg
Noretindron Enantat, diberikan setiap dua bulan dengan cara di suntik
intramuscular (di daerah pantat atau bokong).
c. Cara kerja kontrasepsi Suntik menurut Sulistyawati (2013) yaitu:
a). Mencegah ovulasi
b). Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi
sperma
c). Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi
d). Menghambat transportasi gamet oleh tuba falloppii.
d. Keuntungan kontrasepsi Suntik
Keuntungan pengguna KB suntik yaitu sangat efektif, pencegah
kehamilan jangka panjang, tidak berpengaruh pada hubungan seksual, tidak
mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit
jantung dan gangguan pembekuan darah, tidak mempengaruhi ASI, efek
samping sangat kecil, klien tidak perlu menyimpan obat suntik, dapat
digunakan oleh perempuan usia lebih 35 tahun sampai perimenopause,
membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik,
menurunkan kejadian tumor jinak payudara, dan mencegah beberapa
penyebab penyakit radang panggul (Sulistyawati, 2013).
e. Keterbatasan
Adapun keterbatasan dari kontrasepsi Suntik menurut Sulistyawati
(2013) yaitu:
a). Gangguan haid
b). Leukorhea atau Keputihan
c). Galaktorea
d). Jerawat
f). Rambut Rontok
g). Perubahan Berat Badan
3. Kontrasepsi Implant
a) Profil kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
1. Efektif 5 tahun untuk norplant, 3 tahun untuk Jedena, Indoplant,
atau Implan.
Nyaman
Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi
Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan
Kesuburan segera kembali setelah implan dicabut
Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan bercak,
dan amenorea
Aman dipakai pada masa laktasi.
b). Jenis kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
Norplant: terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang
3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 3,6 mg
levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
Implanon: terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira
40 mm, dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3- Keto-desogestrel
dan lama kerjanya 3 tahun.
Jadena dan indoplant: terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg.
Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.
c). Cara kerja kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
Lendir serviks menjadi kental
Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi
implantasi
Mengurangi transportasi sperma
Menekan ovulasi.
d). Keuntungan kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
Daya guna tinggi
Perlindungan jangka panjang
Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
Tidak mengganggu dari kegiatan senggama
Tidak mengganggu ASI
Klien hanya kembali jika ada keluhan
Dapat dicabut sesuai dengan kebutuhan
Mengurangi nyeri haid
Mengurangi jumlah darah haid
Mengurangi dan memperbaiki anemia
Melindungi terjadinya kanker endometrium
Melindungi angka kejadian kelainan jinak payudara
Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul
Menurunkan kejadian endometriosis.
e). Keterbatasan kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu: Pada
kebanyakan pasien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa
perdarahan bercak (spooting), hipermenorea atau meningkatnya jumlah
darah haid, serta amenorhea.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI DENGAN ALAT KONTRASEPSI
1. PENGKAJIAN
A. Identitas
Meliputi nama, alamat, pekerjaan, jenis kelamin, umur, agama, dll.
B. Wawancara
1. Jumlah anak yang direncanakan
2. Adakah masalah dalam kehamilan yang lalu seperti mual-mual dan
lain-lain ?
3. Apakah ibu pernah menggunakan alat kontrasepsi sebelumnya?
4. Adakah keluhan dalam penggunaan kontrasepsi: mual, pendarahan,
nyeri saat berhubungan, infeksi atau haid tidak teratur dan sebagainya
5. Riwayat social: adakah pantangan yang berkaitan dengan budaya
/kultur, kebiasaan merokok
6. Harapan pada jenis kelamin anak tertentu
7. Riwayat menstruasi, KB hormonal biasanya menyebabkan gangguan
siklus haid seperti amenore, spotting, metroragia,
C. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum: adakah tanda-tanda ibu sedang sakit yang tampak
dari anemia, kelemahan, berat badan/tinggi badan,
b. Tanda – tanda vital : Tekanan Darah biasanya tinggi, Efek dari
hormonal, Nadi cepat, Napas terkadang sesak, suhu terkadang tinggi
karena respon tubuh terhadap pemasangan AKDR.
c. Muka periksa adanya oedema, jerawat, hyperpigmentasi (efek
hormonal).
d. Kardiovaskuler : Palpitasi.
e. Dada : pernapasan kadang sesak.
f. Payudara : hyperpigmentasi
g. Abdomen : nyeri, mules, muntah-muntah, mual (efek AKDR)
h. Vagina : Periksa adakah blood show, keluar darah pervaginam,
varises, ukuran uterus yang mengalami kelainan
i. Ekstremitas : Adakah edema, varises pada ekstrimitas, bekas insisi
post pemasangan implant pada tangan atas.
D. Pemeriksaan Penunjang
Hampir tidak ada pemeriksaan penunjang kecuali ada riwayat perdarahan, maka
diperiksa:
a. Hb, biasanya < 10gr/dl
b. Trombosit (biasanya normal / turun bila perdarahan hebat)
c. Leukosit (biasanya sedikit meningkat >10000/mm3)
4. Pemeriksaan Psikososial
a. Pastikan keinginan KB dari klien dan suami tanpa paksaan
b. Adakah keyakinan / pandangan terkait dengan penggunaan kontrasepsi
c. Adakah ketakutan dengan prosedur pemasangan alat kontrasepsi
d. Status kesehatan ibu, sosial budayanya terkait dengan hal ini tingkat penghasilan,
pengetahuan dan jarak dengan tempat pelayanan kesehatan untuk kontrol lainnya.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Pengertian dari KB yaitu tindakan yang membantu individu atau
pasngan untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval
kelahiran, mengontrol kartu keturunan dalam hubungan dengan umur pasanngan
suami istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga(Hartanto, 2003). Dalam
pelaksanaan program KB biasanya digunakan alat kontrasepsi yang digunakan
untuk mengatur /mengendalikan pertumbuhan penduduk khususnya di Indonesia.
Pengertian dari kontrasepsi adalah cara untuk mencegah terjadinya konsepsi yaitu
bertemunya sel sperme dan ovum. Dalam pelayanan KB ada berbagaimacam cara
untuk mencegah konsepsi salah satunya dengan menggunakan AKDR. Dalam
penggunaan AKDR juga terdapat manfaat, keuntungan serta kerugian dari
penggunaan AKDR tersebut. Masalah yang timbul dari penggunaan AKDR
tersebut juga diharapkan bisa teratasi dengan beberapa cara antara lain dengan
memperhatikan cara pemakaian yang benar, efek samping serta konseling bagi
pengguna oleh tenaga kesehatan.
4.2 SARAN
1. Bagi pengguna alat kontrasepsi AKDR Pengguna hendaknya mengetahui
terlebih dahulu alat kontrasepsi yang akan di pakai dengan cara bertanya hal
yang ingin diketahui ke tenaga kesehatan.
2. Bagi tenaga kesehatan
a. Sebagai tenaga kesehatan hendakna meningkatkan keterampilannya
memasang AKDR yang baik dan sesuai prosedur.
b. Sebelum memasang AKDR pada klien jangan lupa untuk melakukan
infomconsent pada klien.
DAFTAR PUSTAKA
Hanafi Hartanto.2007.Keluarga Berencana dan Kontrasepsi.Jakarta : YBPSP
http://makravela.blogspot.co.id/2016/05/kontrasepsi-mantap.html diakses tanggal 28
agustus 2016