Anda di halaman 1dari 6

BAB V

FLUKTUASI MUKA AIR LAUT

Menurut Triatmodjo (1999) elevasi muka air merupakan parameter sangat


penting di dalam perencanaan bangunan pantai. Muka air laut berfluktuasi dengan periode
yang lebih besar dari periode gelombang angin Fluktuasi muka air laut yang
disebabkan oleh proses alam diantaranya adalah:
a.Tsunami
b.Kenaikan muka air karena gelombang (wave set up)
c.Kenaikan muka air karena angin (wind set up)
d.Pemanasan global
e.Pasang surut

5.1 Pengertian Pasang Surut

Definisi pasang surut adalah suatu gerakan naik – turunnya permukaan air laut,
dimana amplitudo dan fasenya berhubungan langsung terhadap gaya geofisika yang
periodik, yakni gaya yang ditimbulkan oleh gerak reguler benda –benda angkasa,
terutama bulan – bumi – matahari.
Pasang surut adalah fluktuasi muka air laut sebagai fungsi waktu karena adanya gaya tarik
benda-benda langit yaitu matahari dan bulan terhadap massa air laut di bumi. Tinggi pasang surut
adalah amplitudo total dari variasi muka air tertinggi (puncak air pasang) dan muka air terendah
(lembah air surut) yang berurutan. Periode pasang surut adalah waktu yang diperlukan dari posisi
muka air pada muka air rerata ke posisi yang sama berikutnya. Dalam Triatmodjo (1996),

5.2 Pengukuran Pasang Surut

Elevasi muka air laut selalu berubah setiap saat, maka diperlukan suatu elevasi yang
ditetapkan berdasar data pasang surut, yang dapat digunakan sebagai pedoman di dalam
perencanaan suatu pelabuhan. Beberapa elevasi tersebut adalah sebagai berikut :
1. MHHWL : Mean Highest High Water Level, tinggi rata-rata dari air tinggi
yang terjadi pada pasang surut purnama atau bulan mati (spring tides).
2. MLLWL : Mean Lowest Low Water Level, tinggi rata-rata dari air rendah yang
terjadi pada pasang surut pasang surut purnama atau bulan mati (spring tides).
3. MHWL : Mean High Water Level, tinggi rata-rata dari air tinggi selama periode 19,6
tahun.
4. MLWL : Mean Low Water Level, tinggi air rata-rata dari air rendah selama 18,6
tahun.
5. MSL : Mean Sea Level, tinggi rata-rata dari muka air laut pada setiap tahap pasang
surut selama periode 18,6 tahun, biasanya ditentukan dari pembacaan jam-jaman.
6. HWL : High Water Level (High Tide), elevasi maksimum yang dicapai oleh tiap
air
pasang.

7. HHWL : Highest High Water Level, air tertinggi pada saat pasang surut purnama
atau bulan mati (spring tides).
8. LWL : Low Water Level (Low Tide), elevasi minimum yang dicapai oleh tiap air
surut.

9. LLWL : Lowest Low Water Level, air terendah pada saat pasang surut bulan
purnama atau bulan mati (spring tides).

Beberapa definisi muka air tersebut banyak digunakan dalam perencanaan bangunan pantai
dan pelabuhan seperti kedalaman kolam pelabuhan dan kedalaman alur pelayaran diperhitungkan
terhadap keadaan surut terendah (LLWL), draft kapal serta kelonggaran bawah. Elevasi lantai
dermaga, elevasi puncak pemecah gelombang diperhitungkan terhadap keadaan pasang yang
tinggi (MHWL), disamping faktorfaktor yang lain seperti kenaikan air (water set up). Di dalam
perencanaan pelabuhan diperlukan data pengamatan pasang surut minimal 15 hari yang digunakan
untuk menentukan elevasi muka air rencana. Berikut ini contoh kurva pasang surut.

Contoh dalam mementukan Pasang Surut Pada Jembatan Suramadu :


Pengukuran Pasut ini dimaksudkan untuk mendapatkan data elevasi titik-titik yang ada di
permukaan bumi maupun titik-titik yang ada di atas laut, baik di sisi Surabaya dan di sisi Madura.
Metode Pasut ini dikombinasikan dengan pengukuran sipat datar untuk mendapatkan data bagi
pelaksanaan pembangunan Jembatan Suramadu. Pada pengukuran Pasut ini adalah untuk
menentukan jenis/tipe Pasut dan ketinggian muka air laut rata-rata (MSL=Mean Sea Level)
sebagai titik referensi (titik nol) untuk pengukuran elevasi. Pasut terjadi akibat gerakan bulan
mengelilingi
bumi,
Pengukuran Pasut pada Jembatan Suramadu memakai periode 15 hari (15 piantan) yang
dilakukan mulai dari tanggal 8 - 23 Agustus 2003 dengan lokasi di kedua sisi, yaitu di Desa
Tambak Wedi, Kecamatan Kenjeran Surabaya (X=696.658 m, Y=9.203.380 m) dan di Desa
Sekar Bunguh, Kecamatan Labang, Madura (X=696.697 m,Y=9.208.115 m).
Pelaksanaan pengukuran Pasut dilakukan dengan memasang Tide Pole (rambu pasut) di
tempat yang selalu terendam air laut, baik pada saat air laut pasang tertinggi dan pada saat air laut
surut terendah dan diamati pada Tide Pole tersebut, dicatat data ketinggian air laut setiap jam
selama 15 hari. Mengingat lokasi pengamatan di Surabaya dan di Madura mempunyai topografi
yang berbeda maka untuk sisi Surabaya, dengan lokasi yang lebih dangkal, dipasang 4 Tide Pole
sedangkan di sisi Madura dengan lokasi lebih dalam dipasang 3 Tide Pole, tujuannya adalah untuk
mentransfer data pengamatan pasut dan untuk memenuhi kondisi pasang tertinggi/surut terendah.
Melihat sifat air laut yang dinamis membentuk gelombang sinusoida, maka pembacaan pada Tide
Pole menggunakan kesepakatan: "Bacaan angka rambu tertinggi pada saat datangnya penggunaan
gelombang berurutan 3 kali dan cekungan gelombang 3 kali dirata-rata". Ilustrasi cara pembacaan
Tide Pole seperti pada gambar-1 berikut

Sisi Surabaya

Kedudukan air surut (LWL) berada pada 0.990 meter di bawah muka air laut rata-rata
(MSL). Kedudukan air pasang(LWL) berada pada 1.300 meter di atas muka air laut rata-
rata (MSL)

Sisi Madura

Kedudukan air surut (LWL) berada pada 0.990 meter di bawah muka air laut rata-rata
(MSL) Kedudukan air pasang(LWL) berada pada 0.980 meter di atas muka air laut rata-
rata (MSL).

5.3 Tipe Pasang surut

Pasang laut adalah naik atau turunnya posisi permukaan perairan laut yang terjadi disebabkan
oleh pengaruh gravitasi dari fase bulan dan matahari. terdapat tiga sumber gaya yang saling
berinteraksi : laut, matahari, dan fase bulan. Pasang laut penyebab perubahan kedalaman air serta
arus pusaran menyebabkan disebut arus pasang surut, sehingga perkiraan kejadian yang
dibutuhkan dalam navigasi pantai.
Wilayah pantai yang terbenam sewaktu pasang naik dan terpapar pasang tinggi dan terpapar
selama pasang surut, disebut zona pasangs. Pasang laut adalah periode antara puncak atau lembah
ke puncak atau mil gelombang berikutnya. periode yang sangat panjang pasang surut bervariasi
antara 12 jam 25 menit hingga 24 jam 50 menit. Adapun Tipe Pasang Air Laut yaitu :
a. Pasang surut harian ganda (Semi Diurnal Tide),
yaitu pasang yang memiliki sifat dalam satu hari terjadi dua kali pasang dan juga
dua kali surut dengan tinggi yang hampir sama dan pasang surut terjadi berurutan
secara teratur. Periode pasang surut rata-rata adalah 12 jam 24 menit. Pasang
surut jenis ini terdapat di Selat Malaka sampai Laut Andaman.

b. Pasang surut harian tunggal (Diurnal Tide),


yaitu tipe pasang surut yang apabila dalam satu hari terjadi satu kali pasang dan satu
kali surut. Periode pasang surut adalah 24 jam 50 menit. Pasang surut tipe ini terjadi di
perairan Selat Karimata.
c. Pasang surut campuran condong ke harian ganda (Mixed Tide Prevailling
Semidiurnal)
yaitu pasang surut yang dalam sehari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut, tetapi
tinggi dan periodenya berbeda. Pasang surut jenis ini banyak terdapat di parairan
Indonesia Timur.
d. Pasang surut campuran condong ke harian tunggal (Mixed Tide Prevealling
Diurnal),
yaitu dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut, tetapi kadang
untuk sementara waktu terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dengan tinggi dan
periode yang sangat berbeda. Pasang surut jenis ini terdapat di Selat Kalimantan dan
Pantai Utara Jawa Barat.

Gambar 1. a. Tipe Pasang Surut Diurnal b. Tipe Pasang Surut Semi diurnal c. Tipe Pasang Surut Mixed Tides
Prevailing Diurnal d. Tipe Pasang Surut Mixed Tides Prevailing Semi Diurnal
5.4 Analisis data pasang surut

Untuk dapat mengetahui keakuratan / kesesuaian dalam mengidentifikasi tipe pasang surut
maka dilakukan analisis data pasang surut dengan metode admiralty. Data pembanding didapatkan
dari data pasang surut dari UHSLC (University of Hawaii Sea Level Center). Panjang data pasang
surut yang digunakan adalah data selama 15 hari.
Dalam penelitian ini datapasang surut akan diolah dengan metode Admiralty sehingga
didapatkan konstanta pasang surut. Hasil Konstanta pasang surut yang didapatkan akan digunakan
untuk menentukan tipe pasang surut. Metode admiralty adalah metode perhitungan pasang surut
yang digunakan untuk menghitung dua konstanta harmonik yaitu amplitudo dan keterlambatan
phasa. Proses perhitungan metode Admiralty dihitung dengan bantuan tabel, Dimana untuk waktu
pengamatan yang tidak ditabelkan harus dilakukan pendekatan dan interpolasi dengan bantuan
tabel. Proses perhitungan analisa harmonik metode Admiralty dilakukan pengembangan
perhitungan sistem formula dengan bantuan perangkat lunak Excel, yang akan menghasilkan
harga beberapa parameter yang ditabelkan sehingga perhitungan pada metode ini akan menjadi
efisien dan memiliki keakuratan yang tinggi serta fleksibel untuk waktu kapanpun (Mahatmawati,
2009).
Hasil akhir perhitungan metode admiralty adalah berupa konstanta-konstanta pasang surut
yang akan digunakn untuk menghitung nilai bilangan Formzahl (F). Nilai F ditentukan dengan
rumus sebagai berikut :
O 1+ K 1
F=
M 2 + S2
Dimana :
F : merupakan bilangan formzahl,
O1 : amplitude komponen pasang surut tunggal utama yang disebabkan oleh
gaya tarik bulan,
K1 : adalah amplitudo komponen pasang surut tunggal utama yang
disebabkan
oleh gaya tarik matahari,
M2 : amplitudo komponen pasang surut ganda utama yang disebabkan oleh
Gaya tarik bulan,
S2 : amplitudo komponen pasang surut ganda utama yang disebabkan oleh
gaya tarik matahari (Fadilah, 2013).
Nilai Formzahl digunakan untuk mengkalsifikasikan tipe pasang surut suatu lokasi. Dari hasil
pengolahan data dengan metode Admiralty kemuadian didapatkan bilangan Konstanta Pasang
surut yang selanjutnya akan digunakan untuk menghitung nilai Formzahl. keakuratan identifikasi
tipe pasang surut Perangkat Lunak Coastalicious ini nantinya akan ditentukan oleh akurat / sesuai
tidaknya data worldtides dalam mengidentifikasi tipe pasang surut di suatu lokasi. Data dari
Worldtides yang akurat dalam mengidentifikasi Pasang surut akan sangat berpengaruh terhadap
hasil identifikasi tipe pasang surut Perangkat Lunak Coastalicious karena Perangkat ini
menggunakan Database Pasang surut Worldtides.

Konstanta – konstanta Pasang surut dari hasil analisis yang didapatkan yang selanjutnya akan
digunakan untuk menghitung bilangan Formzahl. Bilangan Formzahl merupakan bilangan yang
digunakan untuk mengklasifikasikan tipe pasang surut. Konstanta pasang surut yang sudah
didapatkan,selnjutnya dimasukan kedalam rumus bilangan Formzahl untuk bilangan formzahl.
Menurut Rampengan (2013), dalam menentukan tipe pasang surut besarnya bilangan
Formzahl diklasifikasikan Sebagai Berikut;
Pasang ganda, jika F ≤ ¼,
Pasang campuran (dominan harian ganda), jika ¼ < F ≤ 1 ½
Pasang campuran (dominan harian tunggal), jika 1 ½ < F ≤ 3
Pasang tunggal, jika F > 3.

Anda mungkin juga menyukai