Kasus Seminar - Klmpok 5
Kasus Seminar - Klmpok 5
KELOMPOK V
MANADO 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
ASMA BRONKIAL
A. Definisi
Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran napas yang disebabkan
oleh reaksi hiperresponsif sel imun tubuh seperti sel mast, eosinofil, dan
limfosit-T terhadap stimulus tertentu dan menimbulkan gejala dyspnea,
wheezing, dan batuk akibat obstruksi jalan napas yang bersifat reversibel
dan terjadi secara episodik berulang (Brunner & Suddarth, 2016).
Asma bronkial adalah penyakit kronis pada saluran udara, mekanisme yang
mendasari utamanya adalah inflamasi bronkial, hiper-responsivitas dan
perbaikan dinding bronkial. Perubahan struktural pada saluran bronkial
menyebabkan peningkatan hiperesponsif bronkial dan asma bronkial yang
semakin parah (Palgan & Bartuzi, 2015).
Asma bronkhial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten,
reversible dimana trakeobronkial berespon secara hiperaktif terhadap
stimuli tertentu. Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri
meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan
dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan
derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari
pengobatan (The American Thoracic Society).
B. Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi
timbulnya serangan asma bronkhial.
1. Faktor predisposisi
a. Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita
dengan penyakit alerg biasanya mempunyai keluarga dekat juga
menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini,
penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika
terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran
pernafasannya juga bisa diturunkan.
2. Faktor presipitasi
a. Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan
polusi
2) Ingestan, yang masuk melalui mulut
ex: makanan dan obat-obatan
3) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
ex: perhiasan, logam dan jam tangan
b. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan
faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan
berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim
kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin
serbuk bunga dan debu.
c. Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma,
selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada.
Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita
asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat
untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya
belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
d. Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan
asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang
yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes,
polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
e. Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika
melakukan aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat
paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena
aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
C. Tanda dan Gejala
Pada penderita yang sedang biasanya bebas serangan tidak ditemukan gejala
klinis, tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam,
gelisah, duduk dengan menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu
pernafasan bekerja dengan keras.
Gejala klasik dari asma bronkial ini adalah:
- sesak nafas
- mengi (whezing)
- batuk
- pada sebagian penderita ada yang merasa nyeri di dada.
Gejala-gejala tersebut tidak selalu dijumpai bersamaan.
Pada serangan asma yang lebih berat, gejala-gejala yang timbul makin
banyak, antara lain:
- silent chest
- sianosis
- gangguan kesadaran
- hyperinflasi dada
- tachicardi dan pernafasan cepat dangkal
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
- Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari
Kristal eosinopil.
- Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan)
dari cabang bronkus.
- Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
- Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya
bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang
terdapat mucus plug.
b. Pemeriksaan darah
- Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula
terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
- Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
- Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas
15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.
- Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari
Ig E pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari
serangan.
2. Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu
serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni
radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta
diafragma yang menurun.
Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah
sebagai berikut:
- Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan
bertambah.
- Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran
radiolusen akan semakin bertambah.
- Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada
paru
- Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
- Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan
pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran
radiolusen pada paru-paru.
3. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang
dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
4. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi
menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada
empisema paru yaitu :
- Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis
deviasi dan clock wise rotation.
- Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni
terdapatnya RBB (Right bundle branch block).
- Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia,
SVES, dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.
5. Scanning paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa
redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-
paru.
6. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang
paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon
pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan
sebelum dan sesudah pamberian bronkodilator aerosol (inhaler atau
nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak
lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak adanya respon
aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidak saja
penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai
berat obstruksi dan efek pengobatan. Banyak penderita tanpa keluhan
tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.
E. Penatalaksanaan Medis
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara.
2. Mengenal dan menghindari fakto-faktor yang dapat mencetuskan
serangan asma
3. Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya
mengenai penyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang
perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan
penngobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau
perawat yang merawatnnya.
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:
1. Pengobatan non farmakologik:
- Memberikan penyuluhan
- Menghindari faktor pencetus
- Pemberian cairan
- Fisiotherapy
- Beri O2 bila perlu.
2. Pengobatan farmakologik :
- Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi
dalam 2 golongan:
a. Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin)
Nama obat :
- Orsiprenalin (Alupent)
- Fenoterol (berotec)
- Terbutalin (bricasma)
Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk
tablet, sirup, suntikan dan semprotan. Yang berupa
semprotan: MDI (Metered dose inhaler). Ada juga yang
berbentuk bubuk halus yang dihirup (Ventolin Diskhaler dan
Bricasma Turbuhaler) atau cairan broncodilator (Alupent,
Berotec, brivasma serts Ventolin) yang oleh alat khusus
diubah menjadi aerosol (partikel-partikel yang sangat halus)
untuk selanjutnya dihirup.
b. Santin (teofilin)
Nama obat :
- Aminofilin (Amicam supp)
- Aminofilin (Euphilin Retard)
- Teofilin (Amilex)
Efek dari teofilin sama dengan obat golongan
simpatomimetik, tetapi cara kerjanya berbeda. Sehingga bila
kedua obat ini dikombinasikan efeknya saling memperkuat.
Cara pemakaian : Bentuk suntikan teofillin / aminofilin
dipakai pada serangan asma akut, dan disuntikan perlahan-
lahan langsung ke pembuluh darah. Karena sering
merangsang lambung bentuk tablet atau sirupnya sebaiknya
diminum sesudah makan. Itulah sebabnya penderita yang
mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila
minum obat ini. Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria
yang cara pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus.
Supositoria ini digunakan jika penderita karena sesuatu hal
tidak dapat minum teofilin (misalnya muntah atau
lambungnya kering).
- Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah
serangan asma. Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi
terutama anakanak. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama
obat anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat setelah
pemakaian satu bulan.
- Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin.
Biasanya diberikan dengan dosis dua kali 1mg / hari.
Keuntungnan obat ini adalah dapat diberika secara oral.
F. Pathway
Obstruksi saluran
Alveoli tertutup
wheezing nafas
(bronchospasme)
Mk : Bersihan Hipoksemi
Mk : Gangguan
jalan nafas tidak Pertukaran Gas
efektif
jalan nafas
Asidosis
metabolik
Peningkatan kerja
pernafasan Status Asmatikus
MK : Pola Nafas
Peningkatan
kebutuhan oksigen Tidak Efektif
Hiperventilasi
Retensi CO2
Asidosis respiratorik
G. Pengkajian
Pengkajian Primer:
a. Airway
Pada pasien dengan status asma dapat ditemukan adanya penumpukan
sputum/sekret pada jalan napas yang menyebabkan penyumbatan pada
jalan napas sehingga hal ini memperlihatkan kondisi pasien yang sesak
dikarenakan kebutuhan akan oksigen semakin sedikit yang dapat
diperoleh.
b. Breathing
Perpanjangan ekspirasi dan perpendekan periode inspirasi, dypsnea,
takypnea, taktil fremitus menurun pada palpasi, suara tambahan ronkhi,
hiperresonan pada perkusi. Frekuensi napas dapat ditemukan lebih
25x/menit.
c. Circulation
Adanya peningkatan denyut nadi. Yang kita dapatkan pada pengkajian
sirkulasi ini adalah adanya hipotensi, diaforesis, sianosis, gelisah,
fatique, perubahan tingkat kesadaran, pulsus paradoxus > 10 mm.
d. Disability
Dapat ditemukan adanya penurunan kesadaran atau masih dapat
berespon hanya dapat mengeluarkan kalimat yang terbata-bata dan tidak
mampu menyelesaikan satu kalimat akibat usaha napas yang dilakukan
sehingga dapat menimbulakan kelelahan.
Pengkajian Sekunder:
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien asma adalah sebagai berikut:
a. Riwayat kesehatan yang lalu:
- Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru
sebelumnya.
- Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor
lingkungan.
- Kaji riwayat pekerjaan pasien.
b. Aktivitas
- Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernapas.
- Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan
melakukan aktivitas sehari-hari.
- Tidur dalam posisi duduk tinggi.
c. Pernapasan
- Dipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau
latihan.
- Napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang ditempat
tidur.
- Menggunakan obat bantu pernapasan, misalnya: meninggikan
bahu, melebarkan hidung.
- Adanya bunyi napas mengi.
- Adanya batuk berulang.
d. Sirkulasi
- Adanya peningkatan tekanan darah.
- Adanya peningkatan frekuensi jantung.
- Warna kulit atau membran mukosa normal/ abu-abu/ sianosis.
- Kemerahan atau berkeringat.
e. Integritas ego
- Ansietas
- Ketakutan
- Peka rangsangan
- Gelisah
f. Asupan nutrisi
- Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan.
- Penurunan berat badan karena anoreksia.
g. Hubungan sosal
- Keterbatasan mobilitas fisik.
- Susah bicara atau bicara terbata-bata.
- Adanya ketergantungan pada orang lain.
h. Seksualitas
- Penurunan libido
H. Diagnosa
Diagnosa yang mungkin muncul dalam kasus asma adalah :
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
b. Intoleransi aktivitas
c. Nyeri akut
d. Pola nafas tidak efektif
e. Gangguan pertukaran gas
f. Defisit nutrisi
G. Rencana Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi (SIKI)
No
Keperawatan Hasil (SLKI)
1 Bersihan jalan SLKI : bersihan jalan SIKI: Bersihan jalan
nafas tidak efektif jalan nafas tidak efekt nafas tidak efektif
berhubungan Luaran Utama Intervensi Utama
dengan benda Label : Bersihan Label: Manajemen
asing dalam jalan jalan nafas jalan nafas
nafas ditandai setelah dilakukan Observasi:
dengan sputum intervensi selama 1) Monitor pola nafas
yang berlebihan. ..x..24jam, diharapkan (frekuensi,
bersihan jalan nafas kedalaman, usaha
meningkat dengan nafas)
kriteria hasil: 2) Monitor bunyi
- batuk efektif nafas tambahan
meningkat (mis. Gurgling,
- produksi sputum mengi wheezing,
menurun ronkhi kering)
- mengi, wheezing 3) Monitor sputum
menurun (jumlah warna
- meconium meurun aroma)
- Dispneaa meurun Terapeutik:
- ortopnea menurun 1) Pertahankan
- sulit bicara menurun kepatenan jalan
nafas dengan head
tilt chin lift
(jawthrust jika
curiga trauma
servical)
2) Posisikan
semifowler/fowlee
3) Berikan minum
hangat
4) Lakukan
fisioterapi dada,
jika perlu
5) Lakukan
penghisapan lender
kurang dari 15
detik
6) Lakukan
hiperoksigenasi
sebelum
penghisapan
endotrakeal
7) Keluarkan
sumbatan benda
padat dengan
forsep mcgill
8) Berikan oksigen
bila perlu
Edukasi:
1) njurkan asupan
2000ml perhari,
jika tidak
kontraindikasi
2) Ajarkan teknik
batuk efektif
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(1st ed). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesian
(1). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteri Hasil Keperawatan (1st ed). Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
LAPORAN KASUS
Identitas
Nama : Ny. P
Umur : 68 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat :-
Diagnosa medis : Asma Bronkial
Tgl/Jam pengkajian :
2. Primary Survey
Airway : tidak terdapat adanya sumbatan (sekret ataupun
darah), lidah tidak jatuh ke belakang, pasien kesulitan
bernapas, batuk-batuk, pasien kesulitan bersuara, tedengar
wheezing.
3. Secondary Survey
EKG/Exposure : tidak terdapat luka pada tubuh pasien, pasien
diaforesis
Fluid dan Farenheit: -
Get Vital Sign : TD: 110/70 mmhg, RR: 36x/menit, N: 96x/menit
History:
Keluhan utama: sesak napas
Riwayat Kesehatan Sekarang:
Pasien datang ke IGD dengan keluhan sesak napas sejak
pagi karena udara yang dingin, 2 jam yang lalu pasien
mendadak merasa sesak napas, semakin lama napas terasa
semakin sesak, napas cepat dan dangkal, kemudian pasien
dibawa ke rumah sakit.
RPD/RPK:
Pasien sebelumnya 1 bulan yang lalu asmanya kambuh,
tidak terlalu parah dan sembuh dengan obat yang di beli dari
apotek saat asma terlihat mulai kambuh. Pasien sebelumnya
7 tahun yang lalu pernah dirawat di rumah sakit dengan
penyakit yang sama tetapi tidak separah saat ini. Keluarga
pasien mempunyai riwayat asma yaitu ibu pasien.
Riwayat alergi:
Pasien tidak memiliki alergi terhadap obat, makanan dan
debu, tetapi pasien memiliki alergi terhadap cuaca tepatnya
cuaca dingin.
Riwayat medikasi:
Pasien biasa membeli dan mengkonsumsi obat asma yang
dibeli di apotek saat asma terlihat mulai kambuh
Head to Toe
Kepala : rambut dan kulit kepala tampak bersih tidak
terdapat hematoma
Mata : Alis dan kedua mata tampak simetris, bulu mata
simetris, sklera mata tidak ikterik, konjungtiva
merah muda.
Hidung : Terletak ditenga wajah, lubang hidung simetris,
tampak pernapasan cuping hidung
Mulut : Tidak ada lesi, warna bibir pucat
Leher : Tidak ada massa, pembengkakkan, atau kaku pada
leher. Tidak teraba massa atau pembesaran kelenjar
limfe, terlihat adanya penggunaan otot bantu
pernapasan (sternokleidomastoid)
Dada : bentuk dada normal simetris kiri dan kanan
Perut : bentuk konkaf, tidak tampak pembesaran hepar,
tidaak ada distensi abdomen, tidak teraba massa
Kelamin : -
Lengan atas/ : bentuk simetris, tidak ada edema
bawah
Anus :-
Kulit : pasien tampak diaforesis
Psikososial : pasien mengatakan cemas tentang kondisinya saat
ini, pasien gelisah, terlihat tidak tenang, dan mengulang
kata-kata
Px Penunjang : -
4. Klasifikasi data
Data Subjektif Data Objektif
- Pasien mengeluh sesak - Pasien kesulitan bernapas
napas
- Terdengar wheezing
- Pasien mengatakan cemas
tentang kondisinya saat ini - Napas cepat dan dangkal
- Terlihat adanya
penggunaan otot bantu
pernapasan
(sternokleidomastoid)
- Diaforesis
- TTV
TD: 110/70 mmhg,
RR: 36x/menit,
N: 96x/m
5. Analisis data
Data Analisis penyebab Diagnosa
Keperawatan
DS: Spasme jalan napas Bersihan jalan napas
- Klien mengeluh tidak efektif
sesak napas
DO:
- Pasien kesulitan
bernapas
- Terdengar
wheezing
- Pasien gelisah
- RR: 36x/menit
DS: Sindrom hipoventilasi Pola napas tidak
- Klien mengeluh efektif
sesak napas
DO:
- Napas cepat dan
dangkal
- Irama napas tidak
teratur
- Napas cuping
hidung
- Terlihat adanya
penggunaan otot
bantu pernapasan
(sternokleidomast
oid)
- RR: 36x/menit
6. Diagnosa Keperawatan
1) Bersihan jalan napas tidak efektif b/d spame jalan napas
2) Pola napas tidak efektif b/d sindrom hipoventilasi
3) Ansietas b/d ancaman terhadap kematian
7. Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Rencana tindakan
Keperawatan kriteria hasil
1 Bersihan jalan napas Setelah Manajemen asma
tidak efektif b/d spasme dilakukan Observasi
jalan napas d/d intervensi 1) Monitor frekuensi
DS: keperawatan dan kedalaman
- Klien mengeluh selama 1 x 60 napas
sesak napas menit maka 2) Monitor tanda dan
Bersihan Jalan gejala hipoksia
DO: Napas (mis. Gelisah,
- Pasien kesulitan Meningkat agitasi, penurunan
bernapas dengan kriteria kesadaran)
- Terdengar wheezing hasil: Terapeutik
- Pasien gelisah - Wheezing 1) Berikan posisi
- RR: 36x/menit menurun semi fowler 30-
- Dispneu 45°C
menurun 2) Pasang oksimetri
- Gelisah nadi
menurun 3) Berikan oksigen 6-
- Frekuensi 15 L via sungkup
membaik untuk
(16- memepertahankan
20x/menit) SpO2 > 90%
4) Ambil sampel
darah untuk
pemeriksaan
hitung darah
lengkap dan AGD
Edukasi
1) Anjurkan
meminimalkan
ansietas yang dapat
meningkatkan
kebutuhan oksigen
2) Anjurkan bernapas
lambat dan dalam
3) Ajarkan teknik
pursued-lip
breathing
4) Ajarkan
mengidentifikasi
dan menghindari
pemicu (suhu
lingkungan
ekstrem)
Kolaborasi
1) Kolaborasi
pemvberian
bronkodilator