Anda di halaman 1dari 9

BAB II

ISI

2.1 PENGERTIAN

Kepatuhan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah adherence dan compliance
yang artinya mengikuti permintaan. Istilah compliance menyiratkan adanya otoritas dari
dokter dan pasien melaksanakannya dengan terpaksa (Sarafino, 1990). Saat ini istilah
adherence dianggap lebih memuaskan, karena konsep adherence menyiratkan usaha sukarela
oleh seseorang (Rodin & Salovey, dalam Smet, 1994).

Menurut Sarafino (1997) kepatuhan adalah suatu tingkatan perilaku pasien sehingga
menyelesaikan pengobatan yang direkomendasikan oleh praktisioner. Sedangkan WHO
(2003) menyebutkan kepatuhan adalah sejauh mana pasien mengikuti instruksi medis.
Haynes (dalam Clark, 2004) kepatuhan didefinisikan sebagai sejauh mana individu mengikuti
instruksi perawatan yang telah ditentukan untuk mereka.

Sackett (dalam Niven, 2013) mendefinisikan kepatuhan pasien sebagai sejauhmana


perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional kesehatan. Dari
beberapa pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan, kepatuhan adalah sebuah perilaku
yang sesuai dengan instruksi yang telah di rekomendasikan oleh praktisi medis guna
tercapainya tujuan yang dinginkan.

Ada beberapa macam terminologi yang biasa digunakan dalam literatur untuk
mendeskripsikan kepatuhan pasien di antaranya adalah complience, adherence dan
persistence. Complience adalah secara pasif mengikuti saran dan perintah dokter untuk
melakukan terapi tanpa banyak pertanyaan dan sering kali pasien tidak terlalu mengerti terapi
yang sedang dilakukan (Osterberg & Blaschke, 2005).

Adherence adalah sejauh mana pengambilan obat yang diresepkan oleh penyedia
layanan kesehatan. Tingkat kepatuhan (adherence) untuk pasien biasanya dilaporkan sebagai
persentase dari dosis resep obat yang benar-benar diambil oleh pasien selama periode yang
ditentukan (Osterberg & Blaschke, 2005).

Perbedaan antara adherence dengan complience adalah adherence menunjukkan


adanya kerja sama antara pasien dengan penyedia layanan kesehatan dalam menentukan
terapi (CMSA, 2006). Adherence menurut WHO:” suatu perilaku seseorang dalam
menjalankan terapi atau pengobatan, mengikuti pola makan yang dianjurkan, menjalankan
perubahan pola hidup menjadi lebih baik sesuai dengan rekomendasi dari penyedia layanan
kesehatan. Persistence diartikan sebagai kepatuhan yang dilakukan untuk melanjutkan terapi
ke tahap terapi berikutnya (WHO, 2003).

Kepatuhan (Compliance) dalam pengobatan dapat diartikan sebagai perilaku pasien


yang mentaati semua nasehat dan petunjuk yang dianjurkan oleh kalangan tenaga medis.
Pasien yang patuh dipandang sebagai orang yang memperhatikan kesehatannya, dan masalah
ini dianggap sebagai “masalah kontrol” (Smet, 1994). Perilaku kepatuhan sering diartikan
sebagai usaha untuk mengendalikan perilaku, dimana perilaku dikendalikan bisa
menimbulkan resiko kesehatan (Sarafino, 1990).

Secara umum, hal-hal yang perlu dipahami dalam meningkatkan tingkat kepatuhan
adalah bahwa:

a. Pasien memerlukan dukungan, bukan disalahkan.


b. Konsekuensi dari ketidakpatuhan terhadap terapi jangka panjang adalah tidak
tercapainya tujuan terapi dan meningkatnya biaya pelayanan kesehatan.
c. Peningkatan kepatuhan pasien dapat meningkatkan keamanan penggunaan obat.
d. Kepatuhan merupakan faktor penentu yang cukup penting dalam mencapai
efektifitas suatu sistem kesehatan.
e. Memperbaiki kepatuhan dapat merupakan intervensi terbaik dalam penanganan
secara efektif suatu penyakit kronis.
f. Sistem kesehatan harus terus berkembang agar selalu dapat menghadapi berbagai
tantangan baru.
g. Diperlukan pendekatan secara multidisiplin dalam menyelesaikan masalah
ketidakpatuhan.

2.2 Faktor-Faktor Kepatuhan Pengobatan

Menurut Niven (2013) faktor kepatuhan dapat digolongkan menjadi empat bagian
yaitu :

a. Pemahaman tentang instruksi


Tidak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi
yang diberikan padanya. Ley dan Spelman (dalam Niven, 2013) menemukan bahwa
lebih dari 60% yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti
tentang instruksi yang diberikan pada mereka. Hal ini disebabkan oleh kegagalan
profesional kesehatan dalam memberikan informasi yang lengkap, penggunaan
istilah-istilah medis, dan banyak memberikan instruksi yang harus 20 diingat oleh
pasien. Pendekatan praktis untuk mempengaruhi kepatuhan pasien ditemukan oleh
DiNicola dan DiMatteo yaitu:
1. Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan.
2. Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan halhal lain.
3. Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tentang hal-hal yang harus diingat,
maka akan ada efek “keunggulan”, yaitu mereka berusaha mengingat hal-hal
yang pertama kali ditulis.
4. Instruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum (non-medis) dan hal-hal
penting perlu ditekankan.
b. Kualitas interaksi
Kualitas interaksi antara profesional kesehatan dan pasien merupakan
bagian yang penting dalam menentukan derajat kepatuhan. Pentingmya keterampilan
interpersonal dalam memacu kepatuhan terhadap pengobatan secara garis besar
ditemukan oleh DiNicola dan DiMatteo (dalam Niven, 2013) : Riset tentang faktor-
faktor interpersonal yang mempengaruhi kepatuhan terhadap pengobatan
menujukkan pentingnya sensitifitas dokter terhadap komunikasi verbal dan non
verbal pasien dan empati terhadap perasaan pasien, akan menghasilkan suatu
kepatuhan sehingga akan menghasilkan kepuasan. 21
c. Isolasi
sosial dan keluarga Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh
dalammenentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat
jugamenentukan tentang program pengobatan yang dapat mereka terima. Keluarga
juga memberi dukungan dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota
keluarga yang sakit.

d. Keyakinan, sikap dan kepribadian


Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antara pengukuran-
pengukuran kepribadian dan kepatuhan. Mereka menemukan bahwa data kepribadian
secara benar dibedakan antara orang yang patuh dengan orang yang gagal. Orang-
orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang mengalami depresi, kecemasan,
sangat memperhatikan kesehatannya, memiliki kekuatan ego yang lebih lemah dan
yang kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatiannya pada diri sendiri.
Kekuatan ego yang lemah ditandai dengan kekurangan dalam hal pengendalian diri
sendiri dan kurangnya penguasaan terhadap lingkungan. Pemusatan terhadap diri
sendiri dalam lingkungan sosial mengukur tentang bagaimana kenyamanan seseorang
berada dalam situasi sosial. Blumenthal dkk (dalam Niven, 2013) menyatakan bahwa
ciri-ciri kepribadian yang disebutkan di atas itu yang menyebabkan seseorang
cenderung tidak patuh (drop out) dari program pengobatan.

2.3 Aspek-Aspek Kepatuhan Pengobatan Menurut Niven (dalam Safitri, 2013), kepatuhan
pada pasien dalam menjalani pengobatan dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Tingkat pasien dalam menjalani pengobatan sesuai aturan yang terdiri dari:

1) Disiplin dalam minum obat

Meminum obat yang diresepkan dokter secara teratur sesuai dengan aturan
pemakaiannya. Tidak dicampur dengan obat lain tanpa konsultasi terlebih dahulu
dengan dokter yang menanganinya.

2) Diet sesuai dengan anjuran dokter

Diet rendah gula seumur hidup sesuai dengan anjuran dokter dan ahli gizi.
Bila kelebihn berat badan maka adanya usaha untuk menurunkan berat badan
secara bertahap melalui cara yang benar. Kunci diet diabetes melitus adalah
memilih karbohidrat yang aman, mengurangi kandungan makanan dengan lemak
yang tinggi yang dapat meningkatkan kolesterol, meninggalkan makanan manis
dan mengkonsumsi makanan berserat.

3) Mengontrol kadar gula darah

Monitor diabetes menyangkut pengujian yang sistematis dan teratur terhadap


tingkat diabetes oleh pasien sendiri. Ini bisa dilakukan dengan bantuan lembar uji
(test strips) baik untuk urine maupun darah. Tujuan pengujian urine adalah untuk
menditeksi adanya glukosa atau gula darah. Ini memungkinkan pasien untuk
mengetahui apakah gula darah mereka masih dalam jangkauan normal.
b. Tingkat pasien dalam menjalankan tingkahlakunya yang disarankan atau
diperintahkan, terdiri dari :

1) Kontrol kedokter secara teratur

Pada penderita diabetes pemeriksaan darah untuk mengukur kadar gula darah
dianjurkan setiap bulan.

2) Olahraga secara benar dan teratur

Melakukan olahraga secara teratur tetapi jangan berlebihan. Olahraga yang


dilakukansebaiknya mengikuti prinsip FITT (frekuensi, intensitas, tempo dan tipe)
beikut :

a) Frekuensi
Lakukan 3-5 kali seminggu dengan teratur. Lebih baik bila selang sehari
dipakai untuk istirahat memulihkan kembali ketegangan otot.
b) Intensitas
Memilih jenis olah raga yang bersifat ringan hingga sedang yaitu dengan
menghasilkan 60-70 persen detak jantung maksimum.
c) Tempo
Lamanya berolahraga adalah sekitar 30-60 menit.
d) Tipe
Jenis olahraga yang baik bagi penderita diabetes adalah berjalan kaki,
bersepeda dan berenang.Selain dapat mengontrol kadar gula darah, olahraga
juga membantu menurunkan berat badan, memperkuat jantung dan
mengurangi stres.

3) Menjaga kebersihan

Bagi penderita diabetes menjaga kebersihan anggota badan terutama


kebersihan kaki dan tangan memerlukan perhatian khusus. Karena pada penderita
telah terjadi kerusakan pada saraf akibat kadar gula darah, sehingga terjadi
kesemutan, nyeri dan akhirnya mati rasa pada kaki dan tungkai. Hal ini berbahaya
bila terjadi infeksi, penderita tidak akan merasakan lagi, dan infeksi tersebut akan
mudah berkembang ketempat lain. Menjaga kebersihan kaki juga sangat penting
terutama setelah berolahraga, karena kemungkinan besar terjadi gesekan kaki
dengan sepatu yang mengakibatkan lecet pada kaki.

2.4 Indikator Kepatuhan

Federich mengatakan bahwa kepatuhan kepada otoritas terjadi hanya jika perintah
dilegitimasi dalam konteks norma dan nilai-nilai kelompok (dalam Umami, 2010:26). Di
dalam kepatuhan terdapat tiga bentuk perilaku yaitu:

1. Konformitas (conformity). Konformitas adalah suatu jenis pengaruh social di mana


individu mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma sosial yang
ada.
2. Penerimaan (compliance). Penerimaaan adalah kecenderungan orang mau dipengaruhi
oleh komunikasi persuasif dari orang yang berpengatuan luas atau orang yang disukai.
Dan juga merupakan tindakan yang dilakukan dengan senang hati karena percaya
terhadap tekanan atau norma social dalam kelompok atau masyarakat.
3. Ketaatan (obedience). Ketaatan merupakan suatu bentuk perilaku menyerahkan diri
sepenuhnya pada pihak yang memiliki wewenang, bukanterletak pada kemarahan atau
agresi yang meningkat, tetapi lebih pada bentuk hubungan mereka dengan pihak yang
berwenang. Sarwono dan Meinarno (2011:105) juga membagi kepatuhan dalam tiga
bentuk perilaku yaitu:
a. Konformitas (conformity). Yaitu individu mengubah sikap dan tingkahlakunya
agar sesuai dengan cara melakukan tindakan yang sesuai dan diterima dengan
tuntutan sosial.
b. Penerimaan (compliance). Yaitu individu melakukan sesuatu atas permintaan
orang lain yang diakui otoritasnya.
c. Ketaatan (obedience). Yaitu individu melakukan tingkahlaku atas perintah
orang lain. Seseorang mentaati dan mematuhi permintaan orang lain untuk
melakukan tingkahlaku tertentu karena ada unsur power. Dari uraian indikator
kepatuhan beberapa ahli di atas, peneliti memilihbentuk-bentuk perilaku patuh
kepada norma sosial oleh Sarwono dan Meinarno (2011) yaitu konformitas,
compliance (penerimaan) dan obedience (ketaatan) karena indikator diatas
berlaku secara umum.
2.5 Cara-cara Mengurangi Ketidakpatuhan
Dinicola dan Dimatteo (dalam Neil, 2000) mengusulkan rencana untuk mengatasi
ketidakpatuhan pasien antara lain:
a. Mengembangkan tujuan dari kepatuhan itu sendiri, banyak dari pasien yang tidak
patuh yang memiliki tujuan untuk mematuhi nasihat-nasihat pada awalnya. Pemicu
ketidakpatuhan dikarenakan jangka waktu yang cukup lama serta paksaan dari tenaga
kesehatan yang menghasilkan efek negatif pada penderita sehingga awal mula pasien
mempunyai sikap patuh bisa berubah menjadi tidak patuh. Kesadaran diri sangat
dibutuhkan dari diri pasien.
b. Perilaku sehat, hal ini sangat dipengaruhi oleh kebiasaan, sehingga perlu
dikembangkan suatu strategi yang bukan hanya untuk mengubah perilaku, tetapi juga
mempertahankan perubahan tersebut. Kontrol diri, evaluasi diri dan penghargaan
terhadap diri sendiri harus dilakukan dengan kesadaran diri. Modifikasi perilaku harus
dilakukan antara pasien dengan pemberi pelayanan kesehatan agar terciptanya
perilaku sehat.
c. Dukungan sosial, dukungan sosial dari anggota keluarga dan sahabat dalam bentuk
waktu, motivasi dan uang merupakan faktor-faktor penting dalam kepatuhan pasien.
Contoh yang sederhana, tidak memiliki pengasuh, transportasi tidak ada, anggota
keluarga sakit, dapat mengurangi intensitas kepatuhan. Keluarga dan teman dapat
membantu mengurangi ansietas yang disebabkan oleh penyakit tertentu, mereka dapat
menghilangkan godaan pada ketidaktaatan dan mereka seringkali dapat menjadi
kelompok pendukung untuk mencapai kepatuhan.
2.6 Cara-cara Meningkatkan Kepatuhan
Smet (1994) menyebutkan beberapa strategi yang dapat dicoba untuk
meningkatkan kepatuhan, antara lain:
a. Segi Penderita
Usaha yang dapat dilakukan penderita diabetes mellitus untuk meningkatkan
kepatuhan dalam menjalani pengobatan yaitu:
1. Meningkatkan kontrol diri. Penderita harus meningkatkan kontrol dirinya untuk
meningkatkan ketaatannya dalam menjalani pengobatan, karena dengan adanya
kontrol diri yang baik dari penderita akan semakin meningkatkan kepatuhannya
dalam menjalani pengobatan. Kontrol diri dapat dilakukan meliputi kontrol berat
badan, kontrol makan dan emosi.
2. Meningkatkan efikasi diri. Efikasi diri dipercaya muncul sebagai prediktor yang
penting dari kepatuhan. Seseorang yang mempercayai diri mereka sendiri untuk
dapat mematuhi pengobatan yang kompleks akan lebih mudah melakukannya.
3. Mencari informasi tentang pengobatan. Kurangnya pengetahuan atau informasi
berkaitan dengan kepatuhan serta kemauan dari penderita untuk mencari
informasi mengenai penyakitnya dan terapi medisnya, informasi tersebut
biasanya didapat dari berbagai sumber seperti media cetak, elektronik atau
melalui program pendidikan di rumah sakit. Penderita hendaknya benar-benar
memahami tentang penyakitnya dengan cara mencari informasi penyembuhan
penyakitnya tersebut.
4. Meningkatkan monitoring diri. Penderita harus melakukan monitoring diri,
karena dengan monitoring diri penderita dapat lebih mengetahui tentang keadaan
dirinya seperti keadaan gula dalam darahnya, berat badan, dan apapun yang
dirasakannya.
b. Segi Tenaga Medis
Usaha-usaha yang dilakukan oleh orang-orang di sekitar penderita untuk
meningkatkan kepatuhan dalam menjalani pengobatan antara lain:
1. Meningkatkan keterampilan komunikasi para dokter. Salah satu strategi untuk
meningkatkan kepatuhan adalah memperbaiki komunikasi antara dokter dengan
pasien. Ada banyak cara dari dokter untuk menanamkan kepatuhan dengan dasar
komunikasi yang efektif dengan pasien.
2. Memberikan informasi yang jelas kepada pasien tentang penyakitnya dan cara
pengobatannya. Tenaga kesehatan, khususnya dokter adalah orang yang berstatus
tinggi bagi kebanyakan pasien dan apa yang ia katakan secara umum diterima
sebagai sesuatu yang sah atau benar.
3. Memberikan dukungan sosial. Tenaga kesehatan harus mampu mempertinggi
dukungan sosial. Selain itu keluarga juga dilibatkan dalam memberikan dukungan
kepada pasien, karena hal tersebut juga akan meningkatkan kepatuhan, Smet
(1994)menjelaskan bahwa dukungan tersebut bisa diberikan dengan bentuk
perhatian dan memberikan nasehatnya yang bermanfaat bagi kesehatannya.
4. Pendekatan perilaku. Pengelolaan diri yaitu bagaimana pasien diarahkan agar
dapat mengelola dirinya dalam usaha meningkatkan perilaku kepatuhan. Dokter
dapat bekerja sama dengan keluarga pasien untuk mendiskusikan masalah dalam
menjalani kepatuhan serta pentingnya pengobatan.
2.7 Kepatuhan Pengobatan

Menurut Clark (2004) kepatuhan terhadap pengobatan adalah perilaku kesehatan


yang sangat kompleks. Masalah yang teridentifikasi meliputi individu gagal memulai
terapi, kurangnya menggunakan pengobatan atau berlebihan menggunakan pengobatan,
menghentikan pengobatan terlalu cepat, waktu yang salah dan melewatkan dosis (Ley and
Llewelyn dalam Clark, 2004).

Kegagalan untuk mengikuti program pengobatan jangka panjang yang bukan dalam
kondisi akut, dimana derajat ketidakpatuhanya rata-rata 50% dan derajat tersebut
bertambah buruk seiring berjalanya waktu (Niven, 2013). Gordis (dalam Niven, 2013)
mengatakan bahwa perkiraan tentang kepatuhan yang dilakukan oleh profesional
kesehatan dan laporan yang disampaikan oleh pasien sendiri adalah tidak akurat.

Kepatuhan pengobatan dalam penelitian ini mengacu pada dua jenis pengobatan
yaitu kepatuhan pengobatan secara non farmakologi seperti diet, olahraga teratur dan
menjaga kebersihan. Selanjutnya kepatuhan pengobatan secara farmakologi seperti
mengkonsumsi obat-obatan.

Anda mungkin juga menyukai