Anda di halaman 1dari 6

Nama : Della Citra Devi

NIM : 201910300511012

1. Perbedaan akhlaq,etika dan moral


2. Tujuan pernikahan dan konsep keluarga sakinah menurut islam
3. Cara menyelesaikan konflik dalam rumah tangga
4. Prinsip-prinsip dasar mewujudkan kesejahteraan social
5. Prinsip-prinsip islam dalam bernegara
Jawaban
1. Pengertian Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong
oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik.
Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang
berarti perangai, tingkah laku, atau tabiat.Cara membedakan akhlak, moral, dan etika,
yaitu dalam etika, untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik atau buruk
menggunakan tolok ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan dalam moral dan susila
menggunakan tolok ukur norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan
berlangsung dalam masyarakat (adat istiadat), dan dalam akhlak menggunakan ukuran
Al Qur’an dan Al Hadis untuk menentukan baik-buruknya.

Pengertian Etika dari segi etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani,Ethos yang
berarti watak kesusilaan atau adat. Dalam kamus umum bahasa Indonesia, etika
diartikan ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak.Adapun etika secara istilah telah
dikemukakan oleh para ahli salah satunya yaitu Ki Hajar Dewantara menurutnya etika
adalah ilmu yang mempelajari soal kebaikan dan keburukan di dalam hidup manusia
semuanya, terutama yang mengenai gerak gerik pikiran dan rasa yang merupakan
pertimbangan dan perasaan sampai mengenai tujuannya yang merupakan perbuatan.

Pengertian Moral secara etimologi berasal dari bahasa latin, mores yaitu jamak dari
kata mos yang berarti adat kebiasaan. Didalam kamus umum bahasa Indonesia
dikatakan bahwa moral adalah penentuan baik buruk terhadap perbuatan dan
kelakuan. Selanjutnya moral secara terminologi adalah suatu istilah yang digunakan
untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan
yang secara layak dikatakan benar, salah, baik atau buruk.

sebenarnya, pada dasarnya ketiga istilah tersebut memiliki perbedaan( selain dari asal
katanya), yaitu :

- Akhlak tolak ukurnya adalah Alquran dan AsSunah


- Etika tolak ukuranya adalah pikiran/akal
- Moral tolak ukurnya adalah norma yang hidup dalam masyarakat

Implikasinya adalah ketika seseorang mengatakan perihal akhlak maka yang menjadi
pertimbangan mana yang baik dan mana yang buruk sumbernya adalah Al-Qur'an dan
Sunnah. Ketika seseorang mengatakan atau menyebutkan perihal Etika maka yang
menjadi standar apakah hal itu baik dan buruk adalah akal/pikirannya (sehingga kata
etika ini lebih sering muncul dalam kaitannya dengan ilmu filsafat. Kemudian ketika
seseorang berbicara tentang moralitas manusia maka yang menjadi dasar adalah suatu
tatanan norma yang hidup dalam masyarakat sekitarnya.

Dari hal itu jelas terlihat perbedaan antara masing-masing pengertian kata tersebut.
Etika dan moral biasanya hanya mengatur tingkah laku antara manusia yang satu
dengan yang lainnya, sedangkan Akhlak Islamiyah tidak sebatas itu, namun juga
mengatur tentang hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa
2. Tujuannya yaitu membentuk keluarga sakinah mawadah warrahmah Menikah juga
menjadi salah satu cara memperkuat ibadah. Tujuan menikah yang lain, yakni untuk
memperoleh keturunan.
Kata sakinah, dalam QS. Al-Rum ayat 21 diatas, dalam al-4XU¶DQ GDQ Tafsirnya
Departemen Agama ditafsirkan dengan cenderung dan tenteram. 27 Penafsiran ini
tidak jauh berbeda dengan penafsiran yang dikemukakan oleh mufassir lainnya.
Mufassir Indonesia Quraish Shihab, menjelaskan bahwa kata sakinah yang tersusun
dari huruf-huruf sin, kaf dan nun mengandung makna ³NHWHQDQJDQ¥ DWDX
DQWRQim kegoncangan dan pergerakan. Menurutnya pakarpakar bahasa
menegaskan bahwa kata itu tidak digunakan kecuali untuk menggambarkan
ketenangan dan ketenteraman setelah sebelumnya ada gejolak. Adanya
sakinah/ketenteraman, merupakan modal yang paling berharga dalam membina rumah
tangga bahagia. Dengan adanya rumah tangga yang bahagia, jiwa dan pikiran menjadi
tenteram, tubuh dan hati mereka menjadi tenang, kehidupan dan penghidupan menjadi
mantap, kegairahan hidup akan timbul, dan ketentraman bagi laki-laki dan perempuan
secara menyeluruh akan tercapai

Konsep keluarga sakinah

Pernikahan yang dibentuk secara konsepsional, tentunya akan menjadi keluarga yang
sakinah, mawaddah, wa rahmah, dan menjadi idaman setiap manusia yang menjalani
hidup berumah tangga di dunia ini. Adapun konsep keluarga sakinah dalam
pandangan Islam adalah sebagai berikut:

1. Saling membantu satu sama lain


Sebagaimana yang kita pelajari dari Suri tauladan Rosululloh. Dimana
Rosululloh terbiasa membantu istrinya dalam pekerjaan rumah. Dan jika
sudah tiba waktu shalat, beliau akan keluar rumah untuk menunaikan ibadah
shalat (HR. Bukhori). Jadi, jika dalam keluarga tidak ada yang merasa paling
tinggi dan dengan senang hati membantu satu sama lain, maka bukan tidak
mungkin keluarga tersebut akan dipenuhi dengan kebahagiaan.
2. Saling memahami perasaan
Selain saling membantu, saling memahami perasaan satu sama lain pun juga
sangat diperlukan sekali dalam membentuk keluarga yang sakinah. Islam
sendiri sangat tidak mengajurkan kepada kita untuk menyakiti orang lain,
apalagi pasangan hidup kita, yaitu suami/istri kita. Jika kita mampu
memahami dan menjaga perasaan pasangan kita, bukan tidak mungkin lagi
keluarga itu akan dipenuhi dengan ketenangan batin.
3. Saling percaya satu sama lain
Konsep yang ketiga adalah saling percaya satu sama lain. Tidak akan
bertahan sebuah keluarga tanpa dibangun dengan pondasi kepercayaan yang
kokoh. Karena tidak percaya atau prasangka digolongkan dalam perbuatan
dosa, sabagaimana firman Allah SWT:
"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangkaan
(kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa" [QS. Al -
Hujurat:12]. Tentunya keluarga yang diwarnai dengan dosa, hanya akan
berujung pada kehancuran rumah tangga itu sendiri.
4. Selalu menjaga kepercayaan
Kepercayaan yang diberikan oleh pasangan merupakan amanah yang harus
kita jaga. Maka sebagai suami, sedapat mungkin menjaga hak-hak istrinya
dengan melaksanakan kewajiban yang telah dipercayakan kepadanya. Begitu
juga dengan istri, sedapat mungkin harus bisa menjaga hak-hak suami dengan
melaksanakan kewajibannya sebagai seorang istri. Demikianlah seharusnya
dalam hubungan suami istri, masing-masing memberikan kepercayaan, dan
masing-masing pula harus bisa menjaga kepercayaan tersebut.
5. Memperbanyak tema percakapan
Percakapan yang berwarna-warni dan tidak monoton, sangatlah diperlukan
dalam menjalani hidup berumah tangga. Sedikit diskusi mengenai hal-hal
baru untuk menambah wawasan, dan tidak hanya melulu dalam satu bahasan
yang membosankan. 
6. Saling memaafkan
Yang terakhir adalah saling memaafkan satu sama lain. Dimana dibutuhkan
sebuah kesabaran yang besar dari kedua belah pihak dan mengerti akan
perbedaan karakter masing-masing. Terdapat 3 (tiga) tingkatan dalam sikap
memaafkan. Pertama adalah Al-Afwu, yaitu memaafkan orang lain jika
diminta, yang Kedua adalah As-Shofhu, yaitu memaafkan tanpa harus
diminta, dan yang Ketiga adalah Al-Maghfiroh, yaitu memintakan ampunan
kepada Allah untuk orang lain.

3. Pertama, jika suami atau istri ingin mencari solusi masalah dan perselisihan,
hendaknya ia memposisikan diri sebagai orang yang berselisih dengan dirinya.
Dengan begitu, ia akan mengetahui bagaimana seharusnya ia bersikap terhadap orang
yang berselisih dengannya. Selain itu, ia juga harus mengetahui pangkal masalah atau
sebab-sebab terjadinya. Barulah ia memutuskan jalan keluarnya.  
Kedua, suami harus mengetahui secara pasti bahwa pada diri istrinya ada tabiat untuk
menyimpang. Ini merupakan tabiat penciptaan dan fitrah yang diberikan Allah
kepadanya. Wanita tak mungkin mengubah penciptaan dan tabiat itu kecuali dengan
kelapangan hati menerima koreksi dari pemimpinnya, yaitu laki-laki. Inilah yang
dimaksud hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.  
‫ا‬HHَ‫ْت بِه‬ ْ ‫إِ ِن‬Hَ‫ ف‬،‫ ٍة‬Hَ‫ك َعلَى طَ ِريق‬
َ ‫تَ ْمتَع‬H ‫اس‬ َ H َ‫ضلَ ٍع لَ ْن تَ ْستَقِي َم ل‬ ْ َ‫إِ َّن ْال َمرْ أَةَ ُخلِق‬
ِ ‫ت ِم ْن‬
‫طاَل قُهَا‬
َ ‫ ُرهَا‬H‫رْ تَهَا َو َك ْس‬H‫ َك َس‬،‫ا‬HHَ‫ْت تُقِي ُمه‬
َ ‫ َوإِ ْن َذهَب‬،ٌ‫ َوج‬H‫ا ِع‬HHَ‫ا َوبِه‬HHَ‫ْت بِه‬ َ ‫تَ ْمتَع‬H‫اس‬ ْ
“Sesungguhnya wanita diciptakan dari tulang rusuk. Ia tidak akan pernah lurus
untukmu di atas sebuah jalan. Jika engkau ingin bersenang-senang dengannya, maka
bersenang-senanglah. Namun, padanya tetap ada kebengkokan. Jika engkau
berusaha meluruskannya, engkau akan memecahnya. Dan pecahnya adalah
talaknya,” (HR Muslim).  Suami mana pun yang telah memahami hakikat ini, tentu
akan bersabar menyikapi kekurangan dan sikap menyimpang istrinya. Begitu pula
sang istri akan menerima
Keempat, laki-laki memang diberi hak kepemimpinan. Sehingga ia adalah orang
pertama yang menjadi pengayom dan pemimpin, baik bagi dirinya maupun bagi
istrinya.  

Kelima, pergunakan cara-cara yang telah diberikan Allah dalam meluruskan


kekurangan perempuan, yaitu: (1) menasihati dengan lemah lembut dan menggugah
hati. Dilakukan pada waktu yang tepat dan kadar yang tepat pula. Sebab, jika
dilakukan terus-menerus siang dan malam hanya akan menambah kebal orang yang
dinasihati. Nasihat itu ibarat dosis obat. Dosis yang tepat bisa mengobati, dosisi yang
berlebihan bisa merusak bahkan mematikan; (2) menjauhi tempat tidur istri bilamana
cara pertama sudah tidak mampu.  Selanjutnya, (3) memukulnya dengan pukulan
yang tidak membahayakan. Artinya, hanya pukulan yang dapat melunakkan kerasnya
hati sang istri, bukan menyakitinya, dan diyakini dapat mengubahnya menjadi lebih
baik. Jika diperkirakan malah destruktif, cara ini mesti ditinggalkan; (4) meminta
bantuan kepada juru damai dari kedua belah pihak (suami-istri). Ini merupakan jalan
terakhir ketika cara-cara sebelumnya tidak mampu. Kedua juru damai itu tentunya
harus mampu memahami duduk permasalahan suami-istri dan juga mumpuni
untuk memecahkannya.  

Keenam , Istri Harus Ikhlas dan Patuh Pada Keputusan Suaminya


Jangankan bertengkar atau bertikai, seandainya Rasulullah diperbolehkan menyuruh
manusia bersujud, maka rasul bersabda akan menyuruh istri untuk bersujud pada
suaminya. Seperti hadits Rasulullah shalallahu alaihi wasalam: “Seandainya aku boleh
menyuruh seorang sujud kepada seseorang, maka aku akan perintahkan seorang
wanita sujud kepada suaminya.”Jadi, apabila memang istri merasa tidak sepaham atau
tidak sependapat dengan suami sebaiknya disampaikan dengan baik dan tidak perlu
saling bertengkar. Justru keikhlasan istri terhadap keputusan suaminya akan dicatat
sebagai pahala yang menuntunnya menuju surga Alloh subhanahu wata’ala kelak.
Mengalah bukan berarti selalu kalah, tetapi bisa berarti menciptakan keharmonisan
keluarga dan pernikahan.
Ketujuh, Tidak Menggunakan Kekerasan
Islam sangat melarang kekerasan dalam rumah tangga. Biasanya, ketika pertengkaran
dan saling emosi memuncak, maka kekerasan fisik bisa saja terjadi. Sementara itu,
teladan kita Rasulullah Muhammad mencontohkan bahwa beliau adalah orang yang
paling lembut dan penyayang kepada istri dan keluarganya.Menurut hadits yang
disampaikan dari Abu Hurairah, Rasulullah berkata “Orang mukmin yang paling
sempurna imannya ialah yang paling baik akhlaknya, dan orang yang paling baik
diantara kalian ialah yang paling baik terhadap istrinya.” (HR.Tirmidzi, Ibnu Hibban,
hadits hasan shahih).
Kedelapan, Mediasi dengan Juru PenengahJika pertengkaran semakin meruncing
dan sulit dilakukan mediasi di antara suami dan istri, maka diperkenankan mencari
juru penengah yang bisa bersikap netral. Juru penengah ini bisa diambil dari pihak
keluarga sang istri dan suami. Juru penengah yang akan menjadi penengah di antara
pertikaian dan menasehati pasangan suami istri untuk mendapatkan solusi yang
terbaik. Kiranya, baik suami dan istri dari dasar lubuk hatinya juga menginginkan
sebuah solusi damai yang baik. Bukan jalan mudah dan cepat yang dimurkai oleh
Alloh subhanahu wata’ala seperti perceraian. Bicarakan permasalahan dengan
pasangan secara baik – baik, maka hasilnya pun juga akan baik. InsyaAllah.
4. Kesejahteraan Sosial atau social welfare adalah sistem yang mengatur pelayanan
sosial dan lembaga-lembaga untuk membantu individu-individu dan kelompok-
kelompok untuk mencapai tingkat kehidupan, kesehatan yang layak dengan tujuan
menegakkan hubungan kemasyarakatan yang setara antar individu sesuai dengan
kemampuan pertumbuhan mereka, memperbaiki kehidupan manusia sesuai dengan
kebutuhan- kebutuhan masyarakat
-Tauhid menggambarkan bahwa keadilan social yang membuahkan hasi
kesejahteraan social
- Khilafah kesejahteraan social perlu dikekola oleh kepeimpinan yang efektif yang
berprinsip pada khilafah
- Keadilan dan keadilan harus bermuara pada tujuan mulia untuk mendapatkan ridho
Tuhan semesta alam
5. Prinsip-prinsip bernegara
Sebagai agama yang sesuai dengan fitrah manusia, Islam memberikan prinsip-prinsip
dasar dan tata nilai dalam mengelola organisasi atau pemerintahan. Al-qur'an dan As-
sunnah dalam permasalahan ini telah mengisyaratkan beberapa prinsip pokok dan tata
nilai yang berkaitan dengan kepemimpinan, kehidupan bermasyarakat, berorganisasi,
bernegara
a) Prinsip tauhid merupakan salah satu prinsip dasar dalam kepemimpinan
Islam. Sebab perbedaan akidah dapat menjadi pemicu dan pemacu kekacauan
suatu umat. oleh sebab itu, Islam mengajak kearah satu kesatuan akidah diatas
dasar yang dapat diterima oleh semua lapisan masyarakat, yaitu tauhid.
Dalam alqur'an sendiri dapat ditemukan dalam surat Ali imron 64.
b) Prinsip Musyawarah berarti mempunyai makna mengeluarkan atau
mengajukan pendapat. Dalam menetapkan keputusan yang berkaitan dengan
kehidupan berorganisasi dan bermasyarakat, paling tidak mempunyai tiga
cara:
 keputusan yang ditetapkan oleh penguasa.
 Keputusan yang ditetapkan pandangan minoritas.
 Keputusan yang ditetapkan oleh pandangan mayoritas,
Ini menjadi ciri umum dari demokrasi, meski perlu diketahui bahwa
"demokrasi tidak identik dengan syuro" walaupun syuro dalam Islam
membenarkan keputusan pendapat mayoritas, hal itu tidak bersifat
mutlak. Sebab keputusan pendapat mayoritas tidak boleh menindas
keputusan minoritas, melainkan tetap harus memberikan ruang gerak
bagi mereka yang minoritas. Lebih dari itu, dalam Islam suara
mayoritas tidak boleh berseberangan dengan prinsip-prinsip dasar
syariat.
c. Prinsip Keadilan Dalam memanage pemerintahan, keadilan menjadi
suatau kepercayaan, sebab pemerintah dibentuk antara lain agar tercipta
masyarakat yang adil dan makmur. Kemudian al- Mawardi dalam Al-
ahkam Al-sulthoniyah-Nya memasukkan syarat yang pertama seorang
pemimpin negara adalah punya sifat adil. Paling tidak ada empat makna
keadilan yang dikemukakan oleh ulama.
 Adil dalam arti sama. Artinya tidak membeda-bedakan satu sama
lain. Persamaan yang dimaksud adalah persamaan hak. Ini
dilakukan dalam memutuskan hukum.
 Adil dalam arti seimbang. Disini keadilan identik dengan
kesesuaian. Dalam hal ini kesesuaian dan keseimbangan tidak
mengharuskan persamaan kadar yang besar dan kecilnya
ditentukan oleh fungsi yang diharapkan darinya
 Adil dalam arti perhatian terhadap hak-hak individu dan
memberikan hak-hak itu kepada pemiliknya.

Anda mungkin juga menyukai