NIM : 201910300511012
Pengertian Etika dari segi etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani,Ethos yang
berarti watak kesusilaan atau adat. Dalam kamus umum bahasa Indonesia, etika
diartikan ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak.Adapun etika secara istilah telah
dikemukakan oleh para ahli salah satunya yaitu Ki Hajar Dewantara menurutnya etika
adalah ilmu yang mempelajari soal kebaikan dan keburukan di dalam hidup manusia
semuanya, terutama yang mengenai gerak gerik pikiran dan rasa yang merupakan
pertimbangan dan perasaan sampai mengenai tujuannya yang merupakan perbuatan.
Pengertian Moral secara etimologi berasal dari bahasa latin, mores yaitu jamak dari
kata mos yang berarti adat kebiasaan. Didalam kamus umum bahasa Indonesia
dikatakan bahwa moral adalah penentuan baik buruk terhadap perbuatan dan
kelakuan. Selanjutnya moral secara terminologi adalah suatu istilah yang digunakan
untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan
yang secara layak dikatakan benar, salah, baik atau buruk.
sebenarnya, pada dasarnya ketiga istilah tersebut memiliki perbedaan( selain dari asal
katanya), yaitu :
Implikasinya adalah ketika seseorang mengatakan perihal akhlak maka yang menjadi
pertimbangan mana yang baik dan mana yang buruk sumbernya adalah Al-Qur'an dan
Sunnah. Ketika seseorang mengatakan atau menyebutkan perihal Etika maka yang
menjadi standar apakah hal itu baik dan buruk adalah akal/pikirannya (sehingga kata
etika ini lebih sering muncul dalam kaitannya dengan ilmu filsafat. Kemudian ketika
seseorang berbicara tentang moralitas manusia maka yang menjadi dasar adalah suatu
tatanan norma yang hidup dalam masyarakat sekitarnya.
Dari hal itu jelas terlihat perbedaan antara masing-masing pengertian kata tersebut.
Etika dan moral biasanya hanya mengatur tingkah laku antara manusia yang satu
dengan yang lainnya, sedangkan Akhlak Islamiyah tidak sebatas itu, namun juga
mengatur tentang hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa
2. Tujuannya yaitu membentuk keluarga sakinah mawadah warrahmah Menikah juga
menjadi salah satu cara memperkuat ibadah. Tujuan menikah yang lain, yakni untuk
memperoleh keturunan.
Kata sakinah, dalam QS. Al-Rum ayat 21 diatas, dalam al-4XU¶DQ GDQ Tafsirnya
Departemen Agama ditafsirkan dengan cenderung dan tenteram. 27 Penafsiran ini
tidak jauh berbeda dengan penafsiran yang dikemukakan oleh mufassir lainnya.
Mufassir Indonesia Quraish Shihab, menjelaskan bahwa kata sakinah yang tersusun
dari huruf-huruf sin, kaf dan nun mengandung makna ³NHWHQDQJDQ¥ DWDX
DQWRQim kegoncangan dan pergerakan. Menurutnya pakarpakar bahasa
menegaskan bahwa kata itu tidak digunakan kecuali untuk menggambarkan
ketenangan dan ketenteraman setelah sebelumnya ada gejolak. Adanya
sakinah/ketenteraman, merupakan modal yang paling berharga dalam membina rumah
tangga bahagia. Dengan adanya rumah tangga yang bahagia, jiwa dan pikiran menjadi
tenteram, tubuh dan hati mereka menjadi tenang, kehidupan dan penghidupan menjadi
mantap, kegairahan hidup akan timbul, dan ketentraman bagi laki-laki dan perempuan
secara menyeluruh akan tercapai
Pernikahan yang dibentuk secara konsepsional, tentunya akan menjadi keluarga yang
sakinah, mawaddah, wa rahmah, dan menjadi idaman setiap manusia yang menjalani
hidup berumah tangga di dunia ini. Adapun konsep keluarga sakinah dalam
pandangan Islam adalah sebagai berikut:
3. Pertama, jika suami atau istri ingin mencari solusi masalah dan perselisihan,
hendaknya ia memposisikan diri sebagai orang yang berselisih dengan dirinya.
Dengan begitu, ia akan mengetahui bagaimana seharusnya ia bersikap terhadap orang
yang berselisih dengannya. Selain itu, ia juga harus mengetahui pangkal masalah atau
sebab-sebab terjadinya. Barulah ia memutuskan jalan keluarnya.
Kedua, suami harus mengetahui secara pasti bahwa pada diri istrinya ada tabiat untuk
menyimpang. Ini merupakan tabiat penciptaan dan fitrah yang diberikan Allah
kepadanya. Wanita tak mungkin mengubah penciptaan dan tabiat itu kecuali dengan
kelapangan hati menerima koreksi dari pemimpinnya, yaitu laki-laki. Inilah yang
dimaksud hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
اHHَْت بِه ْ إِ ِنHَ ف، ٍةHَك َعلَى طَ ِريق
َ تَ ْمتَعH اس َ H َضلَ ٍع لَ ْن تَ ْستَقِي َم ل ْ َإِ َّن ْال َمرْ أَةَ ُخلِق
ِ ت ِم ْن
طاَل قُهَا
َ ُرهَاHرْ تَهَا َو َك ْسH َك َس،اHHَْت تُقِي ُمه
َ َوإِ ْن َذهَب،ٌ َوجHا ِعHHَا َوبِهHHَْت بِه َ تَ ْمتَعHاس ْ
“Sesungguhnya wanita diciptakan dari tulang rusuk. Ia tidak akan pernah lurus
untukmu di atas sebuah jalan. Jika engkau ingin bersenang-senang dengannya, maka
bersenang-senanglah. Namun, padanya tetap ada kebengkokan. Jika engkau
berusaha meluruskannya, engkau akan memecahnya. Dan pecahnya adalah
talaknya,” (HR Muslim). Suami mana pun yang telah memahami hakikat ini, tentu
akan bersabar menyikapi kekurangan dan sikap menyimpang istrinya. Begitu pula
sang istri akan menerima
Keempat, laki-laki memang diberi hak kepemimpinan. Sehingga ia adalah orang
pertama yang menjadi pengayom dan pemimpin, baik bagi dirinya maupun bagi
istrinya.