Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-ISSN: 2548-964X

Vol. 2, No. 11, November 2018, hlm. 5751-5759 http://j-ptiik.ub.ac.id

Prediksi Jumlah Produksi Kelapa Sawit Dengan Menggunakan Metode


Extreme Learning Machine (ELM)
(Studi kasus: PT. Sandabi Indah Lestari Kota Bengkulu)
Ema Agasta1, Imam Cholissodin2, Dian Eka Ratnawati3
Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya
Email: 1ema.agasta@gmail.com, 2imamcs@ub.ac.id, 3dian_ilkom@ub.ac.id

Abstrak
Kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan yang menjadi sektor nomor satu di Indonesia. Tanaman
ini memiliki biaya dan hasil produksi yang lebih baik dibandingkan tanaman perkebunan lain seperti
tebu dan karet. Dalam sebuah perusahaan, hasil produksi kelapa sawit menjadi roda penggerak ekonomi,
begitu juga yang terjadi pada PT. Sandabi Indah Lestari. Dalam setiap minggunya perusahaan
melakukan perencanaan untuk memprediksi hasil produksi. Perencanaan yang dilakukan terkadang
masih memberikan hasil yang kurang optimal. Hal ini disebabkan karena proses perhitungannya yang
masih menggunakan analisis manual. Pada penelitian ini akan menggunakan empat fitur prediksi yaitu
fitur umur tanan, jumlah pokok/jumlah pohon, luas lahan, dan hasil produksi. Teknik prediksi yang
digunakan adalah metode pembelajaran Extreme Learning Machine (ELM). Metode ini memiliki
kelebihan pada learning speed dan keakuratan pada hasil prediksi. Proses perhitungan dimulai dari
proses normalisasi data, pelatihan sejumlah data latih dan data uji, perhitungan nilai kesalahan prediksi
dan menghasilkan nilai akhir. Data yang digunakan adalah data produksi pada periode 2015 – 2017
dengan jumlah data sebanyak 297 data. Dari sejumlah data tersebut akan dibagi menjadi dua data dengan
persentase sebesar 80% data pelatihan dan 20% data pengujian. Hasil penelitian didapatkan nilai
parameter yang optimal yaitu 13 hidden neuron pada pengujian jumlah neuron dengan nilai Mean
Absolute Perscentage (MAPE) sebesar 21,25%, 20,42% pada pengujian fitur data dengan hasil 2 fitur
teknikal yang terbaik, dan 20,19% pada pengujian pola dengan hasil akhir berupa pola data 1.
Kata kunci: kelapa sawit, produksi, prediksi, extreme learning machine.

Abstract
Palm oil is a plantation that became the number one sector in Indonesia. This plant has a cost and a
better production than other plantation crops such as sugar cane and rubber. In a company, palm oil
production becomes the driving force of the economy, as well as what happened to PT. Sandabi Indah
Lestari. In every week the company plans to predict the production. Planning done sometimes still give
less than optimal results. This is because the calculation process is still using manual analysis. In this
research will use four prediction features that are plant age, number of trees, land, and production. The
prediction technique used is the learning method of Extreme Learning Machine (ELM). This method has
advantages in learning speed and accuracy in predicted results. The calculation process starts from the
process of data normalization, training a number of training data and test data, calculation of the
prediction error value and produce the final value. The data used is production data in the period 2015
- 2017 with a total of 297 data. From a number of data will be divided into two data with percentage of
80% training data and 20% test data. The result of the research was obtained the optimal parameter
value that is 13 hidden neuron in testing the number of neurons with Mean Absolute Perscentage
(MAPE) value of 21.25%, 20.42% on the data feature test with the best 2 technical features and 20,19%
on testing the pattern with the final result of the data pattern 1.
Keywords: palm oil, production, prediction, extreme learning machine

Fakultas Ilmu Komputer


Universitas Brawijaya 5751
Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 5752

Permasalahan prediksi secara matematis


1. PENDAHULUAN dapat diselesaikan dengan berbagai metode
Sektor tanaman perkebunan di perhtiungan salah satunya adalah metode
Indonesia banyak didominasi oleh tanaman pembelajaran baru pada bidang keilmuan
kelapa sawit, kakao, karet, tebu dan kopi. Dari Jaringan Saraf Tiruan bernama Extreme
kelima tanaman ini kelapa sawit yang paling Learning Machine (ELM). Kelebihan dari
menguntungkan. Menurut kepala BPS Suryamin metode ELM adalah metode ini mampu
(2014) yang dipaparkan pada halaman menyelesaikan permasalahan data linier dan non
finance.detik.com (2014) menyebutkan bahwa linier (Huang, et al., 2012), memberikan waktu
kelapa sawit lebih menguntungkan komputasi rata – rata lebih baik dibandingkan
dibandingkan tebu dan karet dalam hal biaya dengan metode LS-SVM, SVM dan ANN yaitu
produksi. Untuk perkebunan kelapa sawit pada 0,17 s (Wang, et al., 2016), Hal ini dikarenakan
satu hektar lahan biaya produksi yang tidak ada perbaikan bobot dan inisialisasi nilai
dibutuhkan sebesar 9,7 juta/hektar/tahun dengan bobot dan bias dilakukan secara random. Selain
nilai produksi mencapai Rp 17 juta/hektar/tahun. itu pada persoalan prediksi model ELM
Sedangkan untuk satu hektar karet per tahun memberikan kesalahan error yang lebih kecil
membutuhkan biaya produksi sebesar Rp. 9,2 dibandingkan dengan ANN dan GP yaitu sebesar
juta dengan hasil produksi mencapai Rp 12,97 0,0046 (Anicic, et al., 2017).
juta/hektar. Untuk tanaman tebu, dari awal Berdasarkan uraian tersebut maka
proses penanaman hingga panen membutuhkan Peneliti berkeinginan untuk melakukan sebuah
biaya produksi Rp 24,2 juta dengan nilai penelitian terkait dengan model pembelajaran
produksi Rp 31 juta. Pada kategori biaya upah ELM dan tanaman kelapa sawit. Data yang akan
pekerja, tanaman karet yang paling tinggi digunakan adalah data produksi periode tahun
biayanya dengan rincian 31% untuk sawit, 2015 – 2017 dengan parameter umur tanam, luas
57,09% untuk karet dan 26,21% untuk tebu. lahan, jumlah pokok/jumlah pohon dan hasil
PT. Sandabi Indah Lestari merupakan produksi. Sedangkan pemilihan metode ELM
Perkebunan Besar Swasta (PBS) yang berada di dikarenakan waktu komputasi yang cepat
kota Bengkulu. Perusahaan ini melakukan dengan hasil keakuratan prediksi yang baik.
proses penanaman kelapa sawit pada tahun 1999
2. METODE USULAN
sampai tahun 2011 dan melakukan tahap
produksi ditahun 2004 hingga sekarang. Dalam Dalam proses perhitungan akan
setiap bulannya perusaahan ini memiliki menggunakan 9 parameter ukur yaitu umur
permasalahan dalam memprediksi hasil produksi tanam, luas lahan, jumlah pokok, hasil produksi
kelapa sawit. Hasil produksi yang tidak tepat bulan-1, bulan-2 sampai bulan-5 dan target.
menjadi penyebab kesalahan dalam Untuk nilai input manual ke sistem, diperlukan
pengambilan kebijakan. Selama ini dalam masukan nilai seperti jumlah fitur, rasio
menargetkan hasil produksi, perusahaan pembagian data, jenis fungsi aktivasi, dan
melakukan analisis statistik dengan nilai koreksi jumlah neuron pada hidden layer.
5% - 12% pada hasil produksi setiap bulannya. Pola data yang digunakan terdiri dari 2 pola.
Namun metode ini masih kurang dalam Pola 1 adalah pola data dalam satu bulan terdapat
memberikan hasil prediksi yang tepat, karena banyak umur tanam. Pola 2 adalah pola data
metode ini menggunakan perhitungan manual dengan satu umur tanam untuk beberapa bulan
dan mempertimbangkan perkiraan dari dalam satu tahun. Adapun sampel data yang
pengalaman pribadi. akan digunakan seperti pada Tabel 1.
Penelitian yang membahas mengenai
produktivitas kelapa sawit dilakukan oleh Tabel 1 Sampel Data Produksi Kelapa Sawit
Yohansyah dan Lubis (2014). Pada penelitian ini
Umur Luas Jumlah Bulan- Bulan- …
Peneliti menggunakan model analisis regresi No Tanam Lahan pokok 1 2 Target
berganda dengan parameter ukur yang meliputi 1 15
(Ha)
16 2592 29864 20801 ... 28936
faktor curah hujan, umur tanam, tenaga kerja
2 14 295 34488 412984 354562 … 416652
panen dan hari hujan. Hasil yang didapatkan
menunjukan bahwa parameter tersebut memiliki
pengaruh sebesar 79,8% terhadap produktivitas Langkah–langkah perhitungan metode
kelapa sawit. Extreme Learning Machine adalah sistem

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 5753

menerima data masukan berupa data produksi, 2.2 Extreme Learning Machine (ELM)
jumlah fitur, jumlah neuron pada hidden layer,
jumlah pembagian data dan jenis fungsi aktivasi. Extreme Learning Machine merupakan
Kemudian sistem melakukan proses normalisasi metode pengembangan Jaringan Saraf Tiruan
dari data produksi dan melakukan pembagian yang digunakan untuk menyelesaikani
data untuk data pelatihan dan data uji. permasalahan waktu pembelajaran pada jaringan
Selanjutnya data dilakukan proses pelatihan feedforward. Metode ini hanya menggunakan
yang menghasilkan matriks output weight (𝛽̂ ) satu hidden layer sehingga disebut sebagai
untuk digunakan pada proses pengujian. Dari Single Hidden Layer Feedforward Neural
proses pengujian akan menghasilkan nilai output Network (SLFNs).
layer (𝑦̂). Sistem selanjutnya melakukan Permasalahan waktu pembelajaran yang
denormalisasi data dari nilai hasil pengujian dan lama menurut Huang, Zhu, dan Siew (2006)
melakukan evaluasi hasil. Dengan disebabkan oleh inisialisasi nilai parameter
didapatkannya nilai evaluasi maka proses ELM jaringan (input weight dan bias) yang ditentukan
berhenti. Berikut diagram alir sistem seperti secara manual. Berbeda pada metode ELM nilai
yang ditunjukkan pada Gambar 1. parameter tersebut diinisialisasikan secara
random sehingga membuat waktu pembelajaran
jaringan ELM lebih cepat dibandingkan Support
Vector Machine (SVM) dan Backpropogation.

Gambar 2 Arsitektur ELM dengan Bias


Sumber: (Yaseen, et al., 2018)

Secara umum arsitektur jaringan ELM


digambarkan seperti pada Gambar 2. Dalam
metode ELM, proses komputasi dibagi menjadi
dua yaitu menggunakan bias atau tanpa bias.
Penggunaan bias berfungsi untuk menggeser
Gambar 1 Diagram Alir Sistem nilai output layer agar tepat dengan target.
Pada proses perhitungan nilai, terdapat
2.1 Dataset Penelitian penggunaan fungsi aktivasi yang digunakan
untuk mengaktifkan atau menonaktifkan neuron,
Data penelitian yang digunakan adalah data selain itu juga untuk mengarahkan suatu input
produksi PT. Sandabi Indah Lestari pada periode menjadi sebuah output tertentu. Terdapat
2015 – 2017. Total data berjumlah 297 dengan beberapa fungsi aktivasi menurut Srimuang dan
parameter utama yaitu umur tanam, luas lahan, Intarasothonchun (2015), salah satunya adalah
jumlah pokok dan hasil panen pada setiap bulan. fungsi sigmoid biner. Berikut persamaan fungsi
Data yang dikumpulkan akan dibagi menjadi aktivasi sigmoid biner:
data latih dan data uji dengan rasio pembagian
80%:20%. 1 (1)
𝐻 =
1 + exp(−𝐻𝑖𝑛𝑖𝑡 )

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 5754

Pemilihan fungsi sigmoid biner karena 2) Menghitung output hidden layer (𝐻) dengan
pada penelitian ini digunakan data yang bersifat fungsi aktivasi sigmoid biner.
non linier. Menurut Julpan, Nababan, dan Zarlis
(2015) kelebihan fungsi aktivasi sigmoid biner (3)
adalah fungsi ini memiliki keakuratan hasil 1
𝐻=
prediksi yang lebih baik dibandingkan fungsi 1 + exp (−(𝑥𝑡𝑟𝑎𝑖𝑛𝑖𝑛𝑔 . 𝑤 𝑇 + 𝑜𝑛𝑒𝑠(𝑁𝑡𝑟𝑎𝑖𝑛𝑖𝑛𝑔 , 1) ∗ 𝑏))
aktivasi sigmoid bipolar. Selain itu menurut Keterangan:
Mahdiyah, Irawan, dan Imah (2015) fungsi 𝐻 = Matriks keluaran hidden layer.
aktivasi sigmoid biner termasuk kedalam fungsi
𝑁𝑡𝑟𝑎𝑖𝑛 = Banyaknya data latih.
aktivasi yang bersifat infinitely differential (tidak
𝑤𝑇 = Bobot input dengan tranpose.
terhingga). Hal ini dikarenakan untuk berapapun
𝑜𝑛𝑒𝑠(𝑁𝑡𝑟𝑎𝑖𝑛 , 1) = fungsi matriks dengan
nilai input weight dan bias yang digunakan
ukuran baris sejumlah data latih
matriks 𝐻 selalu menghasilkan nilai output
pada setiap kolom
(Prakoso, Wisesty & Jondri, 2016). Berikut ini
𝑥 = Input data latih.
akan dibahas mengenai langkah perhitungan
𝑏 = Bias
dengan metode ELM.
3) Menghitung matriks Moore-Penrose
Generalized Inverse.
2.2.1 Normalisasi
Tujuan dilakukan normalisasi adalah 𝐻 + = (𝐻 𝑇 . 𝐻)−1 . 𝐻 𝑇 (4)
agar data memiliki kesamaan rentang nilai
Keterangan:
dengan data yang lain, sehingga hasil yang
diharapkan bisa terarah. Metode normalisasi 𝐻 𝑇 = Matriks 𝐻 yang sudah di
yang digunakan adalah Min-Max Normalization. transpose.
Dengan menggunakan fungsi aktivasi sigmoid (𝐻 𝑇 . 𝐻)−1 = Invers dari perkalian
biner, nilai memiliki rentang 0 sampai 1, matriks 𝐻 𝑇 dan matriks 𝐻.
sehingga dalam proses normalisasi sebaiknya 4) Menghitung output weight dengan nilai 𝑇 =
nilai ditransformasikan ke dalam rentang [𝑡1 … , 𝑡𝑛 ]𝑇
[0,1, 0,9]. Hal ini dikarenakan fungsi sigmoid 𝛽̂ = 𝐻 + . 𝑇 (5)
biner bersifat asimtotik yaitu suatu kondisi yang
nilainya pada suatu kurva tertentu Keterangan:
tidak pernah mencapai 0 atau 1 (Sukarno, 𝛽̂ = Matriks output weight dari hidden
Wirawan, & Adhy, 2015). layer ke output layer.
+
𝐻 = Matriks Moon-Penrose
𝑥′ =
𝑥−𝑚𝑖𝑛
∗ (𝑛𝑚𝑎𝑥 − 𝑛𝑚𝑖𝑛 ) + 𝑛𝑚𝑖𝑛 (2)
max − 𝑚𝑖𝑛 Generalized Invers dari matriks
𝐻.
Keterangan: 𝑇 = Matriks Target
𝑥′ = Nilai hasil normalisasi 5) Menghitung output layer (𝑦̂ prediksi).
𝑥 = Nilai data aktual 𝑦̂ = 𝐻 + . 𝛽̂ (6)
𝑚𝑖𝑛 = Nilai minimum data set Keterangan:
𝑚𝑎𝑥 = Nilai maksimum data set 𝑦̂ = Output prediksi
𝑛𝑚𝑎𝑥 = Nilai maksimum baru.
𝑛𝑚𝑖𝑛 = Nilai minimum baru. 2.2.3 Proses Pengujian
Setelah proses pelatihan data, maka
2.2.2 Proses Pelatihan dilanjutkan proses pengujian dengan data uji.
Proses pelatihan ditujukan untuk Berikut langkah–langkah pengujian metode
mengembangkan model pembelajaran jaringan ELM dengan bias menurut (Cholissodin, et al.,
dari ELM. Berikut langkah–langkah pelatihan 2017), (Huang, Zhu, & Siew, 2005):
metode ELM dengan bias menurut (Cholissodin, 1) Mengambil input weight 𝑊𝑗𝑘 , bias 𝑏 dan nilai
et al., 2017), (Huang, Zhu, & Siew, 2005):
𝛽̂ yang didapatkan dari proses pelatihan.
1) Membuat nilai input weight 𝑤𝑗𝑘 dan nilai bias 2) Menghitung output hidden layer (𝐻) dengan
𝑏 secara random. Ukuran matriks 𝑏 adalah fungsi aktivasi sigmoid biner.
[1 𝑥 𝑗]

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 5755

1 (7) (ukuran) yang sama dengan data aktual


𝐻=
1 +exp(−(𝑥𝑡𝑒𝑠𝑡𝑖𝑛𝑔 .𝑤 𝑇 +𝑜𝑛𝑒𝑠(𝑁𝑡𝑒𝑠𝑡𝑖𝑛𝑔,1)∗𝑏)) Dalam menilai kinerja dari suatu model
pembelajaran dengan menggunakan metode
Keterangan: MAPE, menurut Chang, Wang dan Liu (2007)
𝐻 = Matriks keluaran hidden layer. kinerja suatu model dibagi ke dalam 4 kategori
𝑁𝑡𝑒𝑠𝑡 = Banyaknya data uji. seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.
𝑤 𝑇 = input weight tranpose.
𝑜𝑛𝑒𝑠(𝑁𝑡𝑒𝑠𝑡 , 1) = fungsi matriks dengan Tabel 2 Kriteria Nilai MAPE
ukuran baris sejumlah data uji
pada setiap kolom Nilai MAPE Status
𝑥𝑡𝑒𝑠𝑡 = Input data uji < 10% Sangat bagus
𝑏 = bias 10 - 20% Bagus
3) Menghitung nilai output layer dengan 20 - 50% Cukup Bagus
mengkalikan matriks data uji dan output >50% Buruk
weight dari hasil pelatihan sesuai pada
Persamaan 6. Persamaan metode MAPE yang digunakan
4) Menghitung nilai evaluasi semua output seperti pada Persamaan 9 (Mohammadi, et al.,
layer yang sudah didenormalisasi 2015)
menggunakan MAPE. 𝑁
1 𝑃𝑖,𝑝𝑟𝑒𝑑 − 𝑃𝑖,𝑚𝑒𝑎𝑠
𝑀𝐴𝑃𝐸 = ∑ | | × 100 (9)
2.2.4 Denormalisasi 𝑁 𝑃𝑖.𝑚𝑒𝑎𝑠
𝑖 =1
Denormaliasai data adalah proses untuk
mengembalikan nilai prediksi menjadi nilai Perhitungan evaluasi dengan metode MAD
sebenarnya. Rumus denormalisasi seperti pada mengunakan Persamaan 10 (Heizer & Rander,
Persamaan 8. 2009)
𝑁
𝐴𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 − 𝑃𝑒𝑟𝑎𝑚𝑎𝑙𝑎𝑛
𝑥 ′ − 𝑛𝑚𝑖𝑛 𝑀𝐴𝐷 = ∑ | | (10)
𝑥= ∗ (𝑚𝑎𝑥 − 𝑚𝑖𝑛) + 𝑚𝑖𝑛 (8) 𝑁
𝑛𝑚𝑎𝑥 − 𝑛𝑚𝑖𝑛 𝑖 =1

Keterangan: Keterangan:
𝑥′ = Nilai data normalisasi. 𝑁 = Jumlah data
𝑥 = Nilai data hasil denormalisasi. 𝑃𝑖,𝑝𝑟𝑒𝑑 = Nilai hasil prediksi
𝑚𝑖𝑛 = Nilai minimum pada data set. 𝑃𝑖,𝑚𝑒𝑎𝑠 = Nilai aktual
𝑚𝑎𝑥 = Nilai maksimum pada data set. 𝑖 = Indek data
𝑛𝑚𝑎𝑥 = Nilai maksimum baru.
𝑛𝑚𝑖𝑛 = Nilai minimum baru. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
2.2.5 Evaluasi 3.1 Pengujian Jumlah Neuron

Proses evaluasi hasil menggunakan Pengujian jumlah neuron dilakukan


metode Mean Absolute Precentage Error) dengan dua tujuan yaitu untuk mengetahui
(MAPE) dan Mean Absolute Deviation (MAD). berapa jumlah neuron yang optimal untuk
Metode MAPE adalah model perhitungan nilai mendapatkan nilai MAPE terkecil. Tujuan kedua
error dengan cara menghitung selisih antara untuk mengetahui pengaruh jumlah neuron
nilai ramalan dengan nilai aktual yang terhadap waktu komputasi.
selanjutnya diabsolutkan dan kemudian dihitung Jumlah neuron yang diujikan berjumlah
dalam bentuk presentase terhadap data asli 2 sampai jumlah neuron 15. Parameter ukur lain
(Andini & Auristandi, 2016). Sedangkan proses yaitu menggunakan fungsi aktivasi sigmoid
perhitungan metode MAD dilakukan dengan biner, rentang input weight dan bias [−1, 1],
mencari rata – rata kesalahan prediksi dengan jumlah fitur 6 yang mana fitur ini terdiri dari 3
cara menghitung nilai selisih dari nilai prediksi data fundamental dan 3 data teknikal. Pemilihan
dengan nilai aktual pada sejumlah data. Hasil 3 data teknikal berdasarkan pola rotasi kelapa
dari nilai MAPE dalam bentuk presentase, sawit yang rata – rata terjadi selama 3 bulan.
sedangkan hasil nilai MAD dalam bentuk Hasil pengujian jumlah neuron pada hidden

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 5756

layer akan ditunjukkan pada Gambar 3 dan komputasi tertinggi terjadi pada jumlah neuron
Gambar 4. 15. Pada jumlah neuron 3 sampai dengan jumlah
neuron 14 waktu komputasinya tidak mengalami
Pengujian Jumlah Neuron Pada perubahan waktu yang terlalu signifikan atau
Hidden Layer bisa diartikan bahwa untuk jumlah neuron yang
sedikit metode Extreme Learning Machine
Rata-Rata Nilai MAPE (%)

30,00
MAPE memiliki kecepatan waktu komputasi yang
28,00
stabil.
26,00
24,00 Pengujian Jumlah Neuron Terhadap
Waktu Komputasi
22,00
20,00 2,20

Waktu Komputasi (detik)


WAKTU
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Jumlah Neuron 1,95

1,70
Gambar 3 Grafik Pengujian Neuron

Berdasarkan Gambar 3 yang merupakan 1,45


hasil pengujian jumlah neuron pada hidden layer
menunjukkan bahwa penggunaan jumlah neuron 1,20
yang terlalu besar atau terlalu kecil pada proses 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
pelatihan mengakibatkan hasil MAPE yang Jumlah Neuron
tinggi pada hasil data pengujian. Pada Gambar 3
neuron berjumlah 2 dan 3 menghasilkan MAPE
yang tinggi. Nilai MAPE juga mulai mengalami Gambar 4 Grafik Waktu Komputasi Hasil
kenaikan kembali pada jumlah neuron 14 dan Pengujian Jumlah Neuron
15.
Berdasarkan hasil tersebut dapat 3.2 Pengujian Jumlah Fitur
disimpulkan bahwa penggunaan neuron yang
banyak membuat penghubung (connector) Pengujian jumlah fitur ditujukan untuk
antara input layer ke output layer yang terbentuk mengetahui pengaruh dari data teknikal atau
juga semakin banyak, hal ini memungkinkan pengaruh dari jumlah bulan panen yang
unit pemrosesan pada sistem pembobotan dalam digunakan dalam proses pembentukan pola
mengenali data semakin baik. Akan tetapi jaringan. Pada pengujian ini menggunakan 5
penggunaan neuron yang terlalu banyak fitur data teknikal yang terbagi menjadi data
mengakibatkan hasil data uji berbeda jauh dari teknikal 1, data teknikal 2, 3, 4 dan 5. Maksud
target. Selain itu hasil nilai MAPE tidak selalu dari jumlah data teknikal 1, 2, 3, 4 dan 5 adalah
rendah jika menggunakan jumlah hidden neuron data hasil panen 1 bulan sebelumnya, 2 bulan
yang semakin banyak. sebelumnya dan seterusnya. Pengujian
Menurut Sari (2017) jumlah neuron dilakukan dengan mengubah nilai data teknikal
yang terlalu besar menyebabkan jaringan tidak yang digunakan. Misal menggunakan 3 data
bisa menangkap keteraturan pola. Hal ini fundamental dan 1 data teknikal, 3 data
dikarenakan unit pembobotan yang besar pada fundamental dan 2 data teknikal dan seterusnya.
input layer, sehingga hasil output layer sulit Penggunaan formasi fitur seperti ini dikarenakan
mengarah pada pola target. Sedangkan data fundamental kurang memberikan pengaruh
penggunaan jumlah neuron yang terlalu sedikit dan menyebabkan nilai MAPE tinggi sehingga
juga mengakibatkan nilai MAPE besar, ini perlu dilakukan penambahan fitur data teknikal.
disebabkan kurangnya proses pembelajaran pola Parameter ukur lain yang digunakan
data. dalam pengujian ini adalah menggunakan
Dalam segi waktu komputasi jumlah neuron pada hidden layer berjumlah 13,
berdasarkan Gambar 4 menunjukkan bahwa fungsi aktivasi sigmoid biner. Hasil pengujian
waktu komputasi tercepat terjadi pada seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.
penggunaan jumlah neuron 2 dan waktu

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 5757

mengetahui kemampuan dari metode ELM


Pengujian Jumlah Fitur Data Teknikal dalam mengenali pola suatu data. Pada
penelitian ini menggunakan dua jenis pola data.
Pola data 1 adalah pola data dengan banyak
29,00
Rata-Rata Nilai MAPE (%)

MAPE tahun tanam pada satu bulan sedangkan pola data


27,00 2 adalah pola data dengan banyak bulan pada
24,51 satu tahun tanam saja. Pada proses pengujian
25,00 23,84
23,16 22,96 menggunakan jumlah neuron 13, fitur data
23,00 teknikal 2 karena sesuai dengan hasil terbaik
20,42 pada pengujian fitur dan fungsi aktivasi sigmoid.
21,00 Hasil pengujian seperti pada Gambar 6.
19,00

17,00 Pengujian Pola 1 dan Pola 2


1 2 3 4 5
POLA 1 POLA 2

Rata-Rata Nilai MAPE (%)


Jumlah Fitur 31,00 28,16

26,00 23,81 23,53 23,26


Gambar 5 Grafik Hasil Pengujian Jumlah Fitur
19,90 19,19 19,77
Berdasarkan Gambar 5 mengenai 21,00 18,97
17,88 17,48
pengujian jumlah fitur memperlihatkan bahwa
banyak sedikitnya jumlah fitur yang digunakan 16,00
memiliki pengaruh terhadap nilai MAPE. 1 2 3 4 5
Semakin banyak fitur belum tentu memberikan Percobaan ke-i
nilai MAPE yang rendah. Terlihat bahwa dengan Gambar 6 Grafik Hasil Pengujian Jenis Pola
jumlah fitur data teknikal 1, 3, 4 dan 5
menghasilkan nilai MAPE yang lebih besar Berdasarkan Gambar 6 mengenai hasil
dibandingkan dengan fitur data teknikal pengujian pola data didapatkan hasil bahwa pola
berjumlah 2. Rata–rata nilai MAPE terendah 2 memiliki hasil MAPE yang lebih besar
terjadi pada fitur data teknikal 2 yaitu sebesar dibanding pola 1. Pada pola 1 nilai MAPE
20,42% dan MAPE tertinggi sebesar 24,51% terendah sebesar 19,19% dan pola 2 sebesar
pada fitur 3. 17,48%. Sedangkan nilai MAPE tertinggi pola 1
Dari grafik pengujian pada Gambar 5 sebesar 23,81% dan pola 2 sebesar 28,16%.
kesimpulan yang didapatkan adalah penggunaan Dari hasil pengujian, pola 2 memiliki
data teknikal sangatlah berpengaruh. nilai MAPE yang lebih besar dari pola 1 itu
Penggunaan fitur data teknikal yang terlalu dikarenakan pada pola 2 terdapat beberapa pola
banyak dapat membuat gangguan pada data, hal data uji yang tidak dikenali pada data latihnya.
ini dikarenakan terdapatnya banyak pola data Selain itu juga adanya kondisi underfitting pada
yang berbeda sehingga menyebabkan hasil beberapa data. Kondisi underfitting ini
MAPE yang tinggi. Selain itu dipengaruhi juga disebabkan karena pada proses pembelajaran
oleh fitur data fundamentalnya yang tidak (training) pola data, jaringan tidak bisa
sepenuhnya memberikan pengaruh pada hasil menangkap hubungan antara sinyal input dengan
prediksi. Sedangkan fitur data teknikal yang target hal ini disebabkan oleh kurangnya jumlah
terlalu sedikit membuat hasil prediksi tidak neuron pada hidden layer (Sheela & Deepa,
sesuai target karena terbatasnya pola data untuk 2013) dan adanya kemungkinan kekuatan unit
pembelajaran jaringan. Dari pengujian ini pembobotan (input weight dan bias) yang terlalu
didapatkan kesimpulan bahwa rata–rata nilai rendah sehingga pola yang ditangkap saat proses
MAPE terbaik adalah menggunakan analisis pembelajaran terbatas dan menyebabkan hasil
data panen pada bulan kesatu dan kedua dari yang lebih rendah pada data pelatihannya.
bulan yang akan dijadikan target prediksi. Sedangkan pada pola 1 baik pola data latih
maupun pola data ujinya memiliki pola yang
3.3 Pengujian Pola Data hampir sama, sehingga hal ini mengakibatkan
proses pembelajaran pola 1 lebih baik.
Pengujian pola data ditujukan untuk

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 5758

4. KESIMPULAN Gizi Susu Kambing Peranakan Etawa


Metode Extreme Learning Machine (PE) Menggunakan ELM-PSO Di UPT
dalam proses komputasinya mampu Pembibitan Ternak Dan Hijauan
menghasilkan fitur perhitungan yang optimal. Makanan Ternak Singosari - Malang.
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan Teknologi Informasi dan Ilmu komputer
didapatkan jumlah hidden neuron yang terbaik (JTIIK), Volume 4, No. 1, pp. 31-36.
berjumlah 13, 2 fitur data teknikal dan pola DetikfInance, 2014. Mana yang Lebih Untung
pembelajaran data adalah pola data 1. Dengan Berkebun Sawit, Tebu atau Karet?.
menggunakan fitur tersebut diperoleh rata–rata [Online] Available at:
nilai MAPE sebesar 20,19%. https://finance.detik.com/berita-
Dari hasil ketiga pengujian, didapatkan ekonomi-bisnis/d-2785582/mana-yang-
juga kesimpulan lain mengenai waktu lebih-untung-berkebun-sawit-tebu-atau-
komputasi, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk karet [Accessed Sunday March 2018].
melakukan pemrosesan. Dengan menggunakan Heizer, J. & Rander, B., 2009. Manajemen
metode ELM waktu komputasi tercepat yang
Operasi. 9 ed. Jakarta: Terj. Chriswan
didapat adalah pada penggunaan jumlah hidden
Sungkono; Salemba Empat.
neuron 2, selain itu faktor yang memengaruhi
lama tidaknya waktu komputasi adalah jumlah Huang, G. -B., Zhou, H., Ding, X. & Zhang,
hidden neuron. R., 2012. Extreme Learning Machine for
Berdasarkan hasil pengujian maka Regression and Multiclass
model prediksi yang digunakan memiliki kinerja Classification. IEEE Transactions on
yang cukup bagus, karena nilai MAPE berada Systems, Man, and Cybernetics - Part B:
diantara rentang 20 - 50%. Cybernetics , Volume 42.
Huang, G., Zhu, Q. & Siew, C., 2005.
5. DAFTAR PUSTAKA Extreme Learning Machine. Theory and
Andini, T. D. & Auristandi, P., 2016. Peramalan applications. Elsevier science :
Jumlah Stok Alat Tulis Kantor Di UD Neurocomputing, Volume 70, pp. 489-
Achmad Jaya Menggunakan Metode 501.
Double Exponential Smooting. Jurnal Huang, G. -B., Zhu, Q.-Y. & Siew, C. -K.,
Ilmiah Teknologi dan Informasi ASIA 2006. Extreme Learning Machine :
(JITIKA), Volume Vol.10, No.1, pp. Theory and Applications.
ISSN:0852-730X. Neurocomputing, Volume 60, pp. 489-
Anicic, O., Jović, S., Skrijelj, H. & Nedi, B., 501.
2017. Prediction of laser cutting heat Julpan, Nababan, E. B. & Zarlis, M., 2015.
affected zone by extreme learning Analisis Fungsi Aktivasi Sigmoid Biner
machine. Optics and Lasers in Dan Sigmoid Bipolar Dalam Algoritma
Engineering, Volume 88, pp. 1-4. Backpropogation Pada Prediksi
Badan Pusat Statistik. 2014. Nilai Produksi dan Kemapuan Siswa. Jurnal Teknovasi,
Biaya Produksi per Hektar Usaha Volume 02, pp. 103 - 116.
Perkebunan Kelapa Sawit dan Tebu. Mahdiyah, U., Irawan, M. I. & Imah, E. M.,
[Online] Available at: 2015. Study Comparison
https://www.bps.go.id/statictabel/2015/ Backpropogation, Support Vector
09/25/1853/nilai-produksi-dan-biaya- Machine, And Extreme Learning
produksi-per-hektar-usaha-perkebunan- Machine For Bioinformatics Data.
kelapa-sawit-dan-tebu-2014.html Journal of Computer Science and
[Accessed Sunday March 2018]. Information, Volume 8/1, pp. 53 - 59.
Chang, P.-C., Wang, Y.-W. & Liu, C.-H., 2007. Mohammadi, K. et al., 2015. Predicting The
The Development of a Weighted Wind Power Density Based Upon
Evolving Fuzzy Neural Network for Extreme Learning Machine. Energy,
PCB Sales Forecasting. Expert Systems Volume 86, pp. 232-239.
with Applications, Volume 32, pp. 88 - Prakoso, E. C., Wisesty, U. N. & Jondri, 2016.
89. Klasifikasi Keadaan Mata Berdasarkan
Cholissodin, I. et al., 2017. Optimasi Kandungan Sinyal EEG Menggunakan Extreme

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 5759

Learning Machine. Journal On


Computing, 1(2), pp. 97-116
Sari, V., 2017. Aplikasi Extreme Learning
Machine Untuk Peramalan Data Tim
Series (STUDI KASUS: SAHAM
BANK BRI). THE 5TH URECOL
PROCEEDING, pp.1294-1299
Sheela, K. G. & Deepa, S. N., 2013. Review
on Methods to Fix Number of Hidden
Neurons in Neural Networks..
Mathematical Problems in Engineering,
Volume 2013, p. 11.
Srimuang, W. & Intarasothonchun, S., 2015.
Classification Model Of Network
Intrusion Using Weighted Extreme
Learning Machine. Internasional Joint
Conference on Computer Science and
Software Engineering (JCSSE), Volume
12.
Sukarno, N. M., Wirawan, P. W. & Adhy, S.,
2015. Perancangan dan Implementasi
Jaringan Saraf Tiruan Backpropogation
untuk Mendiagnosa Penyakit Kulit.
Masyarakat Informatika, Volume 5,
Nomor 10.
Wang, B. et al., 2016. Prediction of Fatigue
Stress Concentration Factor Using
Extreme Learning Machine.
Computational Materials Science,
Volume 125, pp. 136 - 145.
Yaseen, Z. M. et al., 2018. Predicting
Compressive Strength of Lightweight
Foamed Concrete Using Extreme
Learning Machine Model. Advances in
Engineering Software, Volume 115, pp.
112-125.
Yohansyah, W. M. & Lubis, I., 2014. Analisis
Produktivitas Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) di PT. Perdana Inti
Sawit Perkasa I, Riau. Bul. Agrohorti,
Volume 2(1), pp. 125-131.

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya

Anda mungkin juga menyukai