2, Oktober 2017
ABSTRAK
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui penggunaan aplikasi teknologi berbasis SIG untuk
memonitoring pekerjaan panen. Lokasi penelitian dilaksanakan di kebun PT. Socfin Indonesia
kebun Seleh Afeling IV. Kebun terletak di Kecamatan Seleleh, Kabupaten Aceh Tamiang, Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam. Waktu penelitian dilaksanakan pada 1 Agustus 2016 – 30 Oktober
2016 Penelitian ini menggunakan aplikasi ArcGis 10.1 Analisis dilakukan dengan cara analisis
digital dengan metode post clasification change detection yaitu melakukan tumpang susun atau
overlay. Data hasil pemeriksaan pekerjaan panen dimasukkan kedalam peta Divisi sebagai data
pendukung. Setelah itu ditambahkan data hasil jumlah skor yang menentukan kelas blok menjadi
acuan overlay peta Divisi untuk melihat sebaran kelas blok pada divisi tersebut. Kedua jenis data
tersebut menjadi satu kesatuan peta monitoring manajemen berbasis SIG. Hasil analisa dan
pengklasifikasian bahwa aplikasi SIG sangat bermanfaat untuk manajemen pemupukan baik dari
peta sebaran pupuk, realisasi pemupukan, jadwal pemupukan, kontrol pemupukan dan juga melihat
hasil produksi pada peta. Serta berdasarkan perhitungan skor akhir kualitas panen yang didapat dari
8 parameter penentu kualitas panen menunjukkan bahwa dari 31 blok yang melakukan kegiatan
panen terdapat blok yang masuk kedalam kategori baik dan blok yang masuk kedalam kategori
cukup. Blok yang mendapatkan kategori cukup keseluruhannya berada menyebar dari lokasi
perumahan divisi. Hasil akhir penelitian ini menunjukan terdapat 3 yang masuk kedalam katagori
baik dan 19 blok yang terdapat dalam kategori cukup, dan 10 blok yang masuk ke dalam katagori
buruk.
dibandingkan dengan produksi kelapa sawit produktivitas kebun dan karyawan pekerjaan
Malaysia, namun jika lebih cermat pemupukan.
memperhatikan, Indonesia memiliki produksi
yang lebih tinggi dibandingkan Malaysia METODE PENELITIAN
bukan karena produktivitasnya, tetapi karena Tempat dan Waktu Penelitian
Indonesia memiliki luas lahan yang jauh lebih Penelitian akan dilaksanakan di kebun
besar dibanding dengan Malaysia. Sei Liput, Kecamatan Seleleh, Kabupaten
Rendahnya produktivitas kelapa Aceh Tamiang, Provinsi Nanggroe Aceh
sawit Indonesia salah satunya disebabkan oleh Darussalam. Penelitian akan dilaksanakan
kurangnya pengetahuan manajemen atau pada bulan Agustus sampai bulan Oktober.
pengelolaannya. Dalam era sistem informasi Alat dan Bahan Penelitian
masa kini perusahaan perkebunan banyak Jenis alat dan bahan yang digunakan dalam
menggunakan teknologi informasi dalam penelitian adalah sebagai berikut:
memperlancar usaha serta meningkatkan A. Alat
efisiensi bisnis, salah satu teknologi yang a. Komputer
dapat dimanfaatkan dalam industri kelapa b. Program ArcGIS 10.2
sawit adalah penggunaan aplikasi berbasis c. Aplikasi Google Earth
SIG untuk kepentingan mengevaluasi B. Bahan.
pekejaan pemupukan. a. Peta geografis kebun
Selama ini, data pemeriksaan b. Peta Blok
kegiatan pemupukam hanya dituliskan pada c. Data lengkap pemupukan
lembaran formulir kertas yang dipegang oleh Metode Dasar
mandor pupuk dan diperiksa oleh asisten. Jika Metode dasar dalam penelitian ini
akan melakukan evaluasi kegiatan adalah metode deskriptif yaitu suatu
pemupukan maka harus melihat lembaran penelitian yang memusatkan diri pada
lembaran yang sangat banyak lalu pemecahan masalah-masalah yang ada
mencocokkan sesuai blok pemupukan dan sekarang dengan cara data dikumpulkan,
dilihat grafik produktivitas per pusingannya. disusun, dijelaskan, kemudian dianalisis.
Dengan menggunakan aplikasi berbasis SIG Penelitian ini menggunakan studi kasus
dapat mempersingkat waktu dalam kegiatan evaluasi pemupukan kelapa sawit pada salah
evaluasi panen, monitoring akan ditampilkan satu perusahaan yang bergerak dibidang
secara spesifik per satuan luas blok mulai dari perkebunan kelapa sawit di Indonesia yaitu
data kualitas buah, dosis pupuk yang PT. Socfindo Kebun Sei Liput.
diberikan, premi sampai dengan produktivitas Jenis Dan Sumber Data
per serial waktu dan selalu up to date. Di 1. Jenis Data
Indonesia, perusahaan besar swasta memiliki Jenis data yang digunakan dalam
kebun yang terpencar pencar dan sangat sulit penelitian ini adalah:
untuk melakukan kegiatan evaluasi dalam a. Data Kuantitatif
tingkat blok, sehingga tidak heran Data kuantitatif adalah data yang
kebanyakan perusahaan meskipun memiliki digunakan berupa angka-angka dan
kebun yang bagus namun memiliki kualitas dapat dihitung secara sistematis
rendah akibat kurangnya pengawasan saat maupun yang disajikan dalam
pemupukan. Tanpa pengawasan yang bentuk tabel, contohnya: data hasil
terintegrasi, di lapangan bisa mencapai 8%. blok yang telah di pupuk
Oleh karena itu dengan menggunakan aplikasi b. Data Kualitatif
berbasis SIG pihak manajemen dapat Data kualitatif adalah data yang
melakukan monitoring panen dengan mudah, tidak dapat dihitung atau data yang
cepat, dan akurat sehingga dapat mengambil bukan berupa angka, namun berupa
keputusan dengan tepat guna meningkatkan uraian, keterangan, gambar, yang
JURNAL AGROMAST , Vol.2, No.2, Oktober 2017
PENGURUS
FRANS
TAMBUNAN
Pada afdeling IV kebun Sei Liput PT. dengan warna coklat. Pada afdeling ini blok
Socfindo memiliki dua jenis kelerengan yaitu yang permukaannya datar yaitu ada 26 blok
datar dan miring sedangkan untuk rolling dengan persentase 68,42% dan permukaan
tidak terdapat di afdeling ini, blok yang datar yang miring ada 12 blok dengan persentase
ditandakan dengan warna hijau muda dan 31,57% dapat dilihat pada gambar peta yang
untuk miring ditandakan dengan warna hijau sudah dibedakan dengan warna hijau muda
tua. Sedangkan untuk rolling ditandakan untuk datar dan hijau tua untuk miring.
Curah Hujan
Tabel 1. Data Curah Hujan PT. Socfindo
Tahu Jan. Febr. Mar. Apr. May. June. July. Aug. Sep. Oct. Nov. Dec. Rerat
jumlah
n Mm Mm Mm Mm Mm Mm Mm Mm Mm Mm Mm Mm a
2012 158 158 158 158 158 158 158 158 158 158 158 158 158 1,896
2013 164 200 57 158 67 169 222 86 103 236 97 420 165 1,979
2014 19 10 52 41 111 198 164 138 261 146 99 424 139 1,663
2015 35 13 14 46 134 72 299 115 118 204 101 87 103 1,238
2016 61 76 70 5 96 136 93 117 179 186 114 272 117 1,405
jumlah 437 457 351 408 566 733 936 614 819 930 569 1,361 682 8,181
Rerata 87 91 70 82 113 147 187 123 164 186 114 272 136 1,636
* Pada bulan Maret 2016 data kosong sehingga menggunakan asumsi rerata 4 tahun sebelumnya
pada bulan yang sama
* Pada bulan Oktober, November, Desember 2016 data belum ada saat penelitian sehingga
menggunakan asumsi rerata 4 tahun sebelumnya pada bulan yang sama. Berdasarkan iklim maka
dapat dilihat kecocokan lahan untuk ditanami kelapa saeit dpat diihat pada tabel 2.
Uji Schmid And Ferguson Q cocok untuk sawit, dapat dilihat pada tabel produksi 2011-
kelapa sawit, 0,29 gol B (basah) 2016. Musim kemarau panjang dapat
Tipe iklim B atau basah menurut mengancam terjadinya penurunan produksi ,
Schdmit dan ferguson dengan nilai Q = 0,29, karena water divisit 400mm mulai
dan rata – rata bulan kering 2,2/tahun. Jumlah berpengaruh terhadap produksi. Curah hujan
curah hujan yang dibutuhkan tanaman kelapa yang berlebihan juga berakibat kurang baik
sawit untuk tumbuh secara optimal adalah karena dapat menyebabkan erosi tanah lapisan
rata – rata 2000 – 2500 mm/tahun dengan atas dan keadaan drainase jelek (Riska, 1994).
pembagian yang merata sepanjang tahun Hal tersebut jelas mempengaruhi
tanpa bulan kemarau panjang pada kebun pertumbuhan dan produktivitas kelapa sawit.
afdeling IV. Rata rata jumlah curanh hujan Kegiatan kultur teknis seperti
per tahun 1636mm, sehingga kebun di pemeliharaan saluran drainase pada PT.
afdeling IV ini kurang cocok untuk ditanam Socfin Indonesia sudah dilaksanakan dengan
kelapa sawit. Hal ini iklim sangat baik. Pembuatan parit di setiap bloknya sudah
berpengaruh terhadap produktifitas kelapa dapat terlaksana pada saat pembukaan lahan.
JURNAL AGROMAST , Vol.2, No.2, Oktober 2017
Saluran drainase dibuat dengan tujuan proses kegiatan kultur teknis pemeliharaan
mempercepat surut air pada saat tergenang dan kegiatan panen.
banjir serta menyediakan air pada musim Berdasarkan hasil penilitian yang saya
kemarau yang berkepanjangan. Namun pada lalukan di PT. Socfin Indonesia di Kabupaten
kebun penelitian memiliki curah hujan yang Aceh Tamiang dapat dilihat hasil produksi
sangat tinggi, sehingga saat terjadi hujan blok dari tahun 2011-2016 dengan cara metode
– blok pada setiap divisi yang ada sering SIG yaitu sistem informasi geografis berupa
tergenang banjir. Hal ini jelas mempengaruhi peta.
Dasar untuk mengklasifikasikan persentase baik, cukup maupun buruk dengan cara
𝒕𝒐𝒏𝒂𝒔𝒆 𝒎𝒆𝒏𝒖𝒓𝒖𝒕 𝒕𝒆𝒐𝒓𝒊 𝟐𝟏
× 𝟏𝟎𝟎 = 𝟐𝟓′ 𝟔𝟔 𝒙𝟏𝟎𝟎 = 𝟏𝟐𝟐, 𝟏𝟗
𝒃𝒍𝒐𝒌/𝒕𝒐𝒏∕𝒉𝒂∕𝒕𝒉
Untuk pengkelasan dibagi 3 yaitu, 50-80% dengan warna merah, 81-110% diberi warna
kuning dan 111-140% diberi warna hijau.
101 2011 5
102 2011 5
103 2010 6
104 2010 6
105 2010 6
106 2009 7
107 2011 5
108 2011 5
109 1996 20 22.752 21 108.34 kuning
Pada peta dapat terlihat dengan jelas persentase buruk 5,88 adalah blok 91 dan
produktifitas kelapa sawit yang memiliki ditandai dengan warna merah, sedangkan
persentase baik 36,29% ada 6 blok dan persentase cukup 58,82% ditandai dengan
ditandai dengan warna hijau. Untuk blok yang warna kuning yaitu ada 10 blok. 58,82%.
JURNAL AGROMAST , Vol.2, No.2, Oktober 2017
Pada produktifitas kelapa sawit di 87, 91, 96, 97, 109 dan ditandai dengan warna
tahun 2012 untuk persentasi baik 27,77% kuning 44,44%. Sedangkan untuk persentase
terdapat 5 blok, yaitu pada blok 74, 75, 81, 82 buruk 27,77% terdapat 5 blok yaitu, pada blok
dan 99 ditandai dengan warna hijau. Untuk 77, 78, 88, 94 dan 106 ditandai dengan warna
blok yang mendapat persentase cukup 44,44% merah.
terdapat 8 blok, yaitu pada blok 72, 83, 84,
Produktifitas pada tahun 2013 yang 15 blok dan ditandai dengan warna kuning.
memiliki persentase baik 17,39% adalah blok Untuk persentase buruk 17,39, terdapat 4
74, 75, 81 dan 82 ditandai dengan warna hijau blok, yaitu pada blok 90, 103, 104, 105 dan
dan untuk persentase cukup 65,27%, terdapat ditandai dengan warna merah pada peta.
Untuk tahun 2014 persentase baik mendapatkan persentase cukup 100%, yang
tidak ada melaikan 28 blok keseluruhan ditandai dengan warna kuning pada peta.
1. Produksi tahun 2015
85 2015 1
86 2013 3
87 2007 9 25.262 27 93.56 kuning
88 2007 9 23.395 27 86.65 kuning
89 2010 6 24.37 22 110.77 kuning
90 2010 6 19.693 22 89.51 kuning
91 2008 8 24.496 27 90.73 kuning
92 2015 1
93 2015 1
94 1997 19 19.763 22 89.83 kuning
95 2012 4 11.858 15 79.05 merah
96 1998 18 20.169 22 91.68 kuning
97 1998 18 21.594 22 98.15 kuning
98 2012 4 12.458 15 83.05 kuning
99 1996 20 17.737 21 84.46 kuning
100 2011 5 12.906 19 67.93 merah
101 2011 5 13.76 19 72.42 merah
102 2011 5 17.74 19 93.37 kuning
103 2010 6 21.61 22 98.23 kuning
104 2010 6 22.548 22 102.49 kuning
105 2010 6 21.374 22 97.15 kuning
106 2009 7 24.921 27 92.30 kuning
107 2011 5 16.019 19 84.31 kuning
108 2011 5 17.244 19 90.76 kuning
109 1996 20 20.815 21 99.12 kuning
Pada tahun 2015 persentase baik ditandai dengan warna kuning. Sedangkan
6,66% hanya terdapat 2 blok, yaitu pada blok untuk pesentase buruk 13,33% terdapat 4 blok
74 dan 82, ditandai dengan warna hijau dan dan ditandai dengan warna merah pada peta.
persentase 80% cukup terdapat 24 blok,
JURNAL AGROMAST , Vol.2, No.2, Oktober 2017
Lalu kita dapat mengisi kolom yang ada dengan tanda 1 untuk blok yang sudah di pupuk dan
0 untuk blok yang belum di pupuk.
Setelah terisi semua kita memunculkan tanda berupa warna pada peta dengan
menggunakan menu simbologi yang ada pada menu properties
Gambar 15. Menu Simbologi Untuk Menampilkan Blok Yang Sudah Dipupuk.
Kemudian dapat dilihat pada peta bahwa blok secara keseluruhan sudah di pupuk yang
ditandai dengan warna hijau.
Kontrol pemupukan atau database Atribute Table berupa jumlah pupuk yang
Kegiatan ini berguna untuk melihat realisasi sudah ditabur dilapangan. Dapat dilihat pada
dosis pupuk yang diberikan apakah sudah peta.
terlaksana 100% atau belum. Data ditulis di
98 2012 0 1 1 0 0 0 2 0.33
100 2011 0 0 0 0 1 0 1 0.17
101 2011 1 0 0 0 0 2 3 0.50
102 2011 0 0 0 0 1 1 2 0.33
107 2011 1 1 1 1 0 0 4 0.67
108 2011 0 1 0 0 1 1 3 0.50
89 2010 0 1 2 1 0 1 5 0.83
90 2010 0 1 0 0 1 0 2 0.33
103 2010 0 0 1 0 1 1 3 0.50
104 2010 1 1 1 1 0 0 4 0.67
105 2010 1 1 0 0 1 0 3 0.50
106 2009 0 0 1 0 0 0 1 0.17
91 2008 0 0 0 0 1 0 1 0.17
87 2007 1 0 1 0 0 0 2 0.33
88 2007 1 1 0 1 1 0 4 0.67
77 2006 1 0 1 1 2 0 5 0.83
78 2006 0 0 0 0 1 0 1 0.17
96 1998 0 1 1 0 0 0 2 0.33
97 1998 0 0 1 0 1 0 2 0.33
Tahun pelanggaran Output Pemanen
BLOK jumlah Rerata
tanam januari februari maret april mei juni
83 1997 1 1 0 1 0 0 3 0.50
84 1997 1 0 0 0 0 1 2 0.33
94 1997 0 0 1 0 0 0 1 0.17
72 1996 1 1 1 1 2 2 8 1.33
99 1996 0 1 1 1 0 0 3 0.50
109 1996 0 1 0 0 0 1 2 0.33
74 1995 1 0 1 1 0 1 4 0.67
75 1995 0 1 0 1 1 0 3 0.50
80 1995 1 0 0 0 1 2 4 0.67
81 1995 0 1 0 1 0 3 5 0.83
82 1995 3 2 2 3 3 2 15 2.50
total 17 19 18 19 20 22 115 19.17
Rerata 0.53 0.59 0.56 0.59 0.63 0.69 3.59 0.60
Sumber: Analisis Data Primer 2016
JURNAL AGROMAST , Vol.2, No.2, Oktober 2017
jumlah pelanggaran
17
15
10
jumlah
5
0
Bulan januari februari maret april mei juni
jumlah 17 19 18 19 20 22
35 32
jumlah pelanggaran
30
24
25 22
20 17 17
15
jumlah
10
5
0
Bulan januari februari maret april mei juni
jumlah 17 22 17 32 24 38
Berdasarkan tabel, dapat dilihat kualitas A pada parameter ini maka akan
selama 1 semester paling banyak terjadi meningkatkan 20% dari skor final kelas blok
pelanggaran parameter buah mentah dipanen tersebut.
pada bulan juni dengan 38 kali pelanggaran, Tangkai Panjang
rata-rata ada 1,19 pelanggaran di setiap Tangkai panjang pada TBS yang
bloknya sedangkan yang paling sedikit ada sudah dipanen merupakan sampah, karena
pada bulan januari dan maret yaitu sebanyak pada tangkai panjang tidak terkandung
17 kali pelanggaran, rata-rata 0,53 minyak dan banyak mengandung air, sebab
pelanggaran di setiap bloknya. Blok yang itu menjadikan tangkai panjang menjadisalah
paling banyak terjadi pelanggaran parameter satu parameter kualitas pekerjaan panen.
buah mentah dipanen ada pada blok 82 Pemanen harus memotong tangkai panjang
dengan 18 kali pelanggaran rata-rata terjadi dengan huruf v atau cangkem kodok. Jika
pelanggaran 3,00 kali perbulan. pemanen tidak memotong tangkai TBS dan
Penilaian buah mentah memiliki bobot lebih dari 3 cm maka akan dikategorikan
paling tinggi yaitu 10 poin, jika blok memiliki melanggara parameter ini.
jumlah pelanggaran
25 21
20 18
15
10
jumlah
5
0
Bulan januari februari maret april mei juni
jumlah 27 27 26 27 18 21
Berdasarkan tabel, dapat dilihat blok panen. Blok panen yang mendapatkan
selama 1 semester paling banyak terjadi nilai A pada parameter ini akan meningkatkan
pelanggaran parameter tangkai panjang pada 18% di skor akhir.
bulan januari, februari dan april dengan 27 Brondolan di TPH
kali pelanggaran, rata-rata ada 0,84 Hal ini bertujuan agar tidak ada
pelanggaran di setiap bloknya sedangkan brondolan yang tercecer dan memudahkan
yang paling sedikit ada pada bulan mei yaitu unit pengangkut untuk memuat brondolan.
sebanyak 18 kali pelanggaran, rata-rata 0,56 Brondolan di TPH masuk sebagai parameter
pelanggaran di setiap bloknya. Blok yang kriteria kelas blok karena rendemen yang ada
paling banyak terjadi pelanggaran parameter pada brondolan diantara 40-50%. Pemanen
output pemanen ada pada blok 81 dengan 11 dikategorikan melanggar parameter ini jika
kali pelanggaran rata-rata terjadi pelanggaran tidak memasukkan berondolan yang ada
1,83 kali perbulan. kedalam karung.
Pemotongan tangkai panjang memiliki
bobot 9 pada penentuan skor akhir klasifikasi
89 2010 0 1 1 0 2 2 6 1.00
90 2010 1 2 0 3 0 1 7 1.17
103 2010 0 1 1 2 0 2 6 1.00
104 2010 1 0 0 0 1 1 3 0.50
105 2010 0 1 0 1 0 0 2 0.33
106 2009 0 0 0 2 0 1 3 0.50
Tahun Pelanggaran Buah Maasak Tidak di Panen
BLOK jumlah Rerata
tanam januari februari maret april mei juni
91 2008 1 0 1 0 0 0 2 0.33
87 2007 0 1 0 1 3 2 7 1.17
88 2007 0 1 2 0 0 1 4 0.67
77 2006 1 0 2 1 0 1 5 0.83
78 2006 0 0 0 0 1 1 2 0.33
96 1998 1 0 1 0 1 1 4 0.67
97 1998 0 1 0 0 1 1 3 0.50
83 1997 0 0 0 1 3 0 4 0.67
84 1997 1 0 1 0 0 1 3 0.50
94 1997 0 1 0 3 1 2 7 1.17
72 1996 2 2 0 1 0 2 7 1.17
99 1996 0 0 1 1 3 0 5 0.83
109 1996 0 0 0 0 2 2 4 0.67
74 1995 0 1 2 0 1 1 5 0.83
75 1995 0 0 1 2 2 1 6 1.00
80 1995 1 1 0 0 0 1 3 0.50
81 1995 0 3 3 0 0 0 6 1.00
82 1995 2 5 2 5 2 2 18 3.00
total 20 34 28 32 29 41 184 30.67
Rerata 0.62 1.06 0.87 1 0.90 1.28 5.75 0.96
Sumber: Analisis Data Primer 2016
35 32
28 29
30
25 20
20
15 jumlah
10
5
0
Bulan januari februari maret april mei juni
jumlah 20 34 28 32 29 41
JURNAL AGROMAST , Vol.2, No.2, Oktober 2017
88 2007 0 2 0 1 1 1 5 1.43
77 2006 1 0 0 1 0 1 3 0.86
78 2006 0 1 0 1 0 0 2 0.57
96 1998 0 0 0 2 1 0 3 0.86
97 1998 3 3 2 0 1 0 9 2.57
83 1997 1 1 2 0 2 1 7 2.00
84 1997 1 2 0 1 0 0 4 1.14
94 1997 1 0 0 1 0 0 2 0.57
72 1996 3 1 2 1 1 2 10 2.86
99 1996 0 1 3 1 1 0 6 1.71
109 1996 3 1 0 2 2 0 8 2.29
74 1995 0 0 0 1 1 1 3 0.86
Tahun Pelanggaran brondolan di Piringan
BLOK jumlah Rerata
tanam januari februari maret april mei juni
75 1995 1 3 0 2 1 0 7 2.00
80 1995 5 0 1 0 1 1 8 2.29
81 2 1995
0 0 0 0 1 3 0.86
82 1995 2 0 0 0 0 1 3 0.86
total 49 29 26 30 31 18 183 52.29
Rerata 1.53 0.91 0.81 0.94 0.97 0.56 5.72 1.63
Sumber: Analisis Data Primer 2016
40
29 30 31
30 26
18
20 jumlah
10
0
Bulan januari februari maret april mei juni
jumlah 49 29 26 30 31 18
Berdasarkan tabel, dapat dilihat ada pada bulan juni yaitu sebanyak 18 kali
selama 1 semester paling banyak terjadi pelanggaran, rata-rata 0,56 pelanggaran di
pelanggaran parameter berondolan di piringan setiap bloknya. Blok yang paling banyak
pada bulan januari dengan 49 kali terjadi pelanggaran parameter brondolan di
pelanggaran, rata-rata ada 1,53 pelanggaran di piringan ada pada blok 86 dengan 11 kali
setiap bloknya sedangkan yang paling sedikit
JURNAL AGROMAST , Vol.2, No.2, Oktober 2017
87 2007 1 0 1 1 0 0 3 0.50
88 2007 1 1 1 1 1 0 5 0.83
77 2006 0 0 1 0 0 0 1 0.17
78 2006 1 0 1 1 0 0 3 0.50
96 1998 0 1 1 1 1 1 5 0.83
97 1998 0 0 0 0 0 0 0 0.00
83 1997 0 1 1 1 0 1 4 0.67
84 1997 0 0 1 1 0 0 2 0.33
94 1997 0 1 1 1 0 1 4 0.67
72 1996 1 0 1 1 0 0 3 0.50
99 1996 0 0 1 0 0 0 1 0.17
109 1996 1 0 3 1 1 1 7 1.17
74 1995 0 0 0 1 0 0 1 0.17
75 1995 0 1 0 0 0 0 1 0.17
80 1995 1 0 0 1 0 0 2 0.33
81 1995 0 0 0 1 0 0 1 0.17
82 1995 1 0 2 1 0 0 4 0.67
total 18 11 31 23 9 12 104 17.33
Rerata 0.56 0.34 0.97 0.72 0.28 0.38 3.25 0.54
Sumber: Analisis Data Primer 2011
Pelanggaran Buah Maasak Tidak di Panen
35
31
30
jumlah pelanggaran
25 23
20 18
15 12
11
9
10
5
0
Bulan januari februari maret april mei juni
jumlah 18 11 31 23 9 12
JURNAL AGROMAST , Vol.2, No.2, Oktober 2017
88 2007 0 1 1 1 1 0 3 0.67
77 2006 0 1 1 1 0 1 3 0.67
78 2006 0 1 0 0 0 0 1 0.17
96 1998 1 0 1 1 1 1 4 0.83
97 1998 1 1 1 2 0 1 5 1.00
83 1997 0 0 0 0 0 0 0 0.00
84 1997 1 1 1 1 1 0 4 0.83
94 1997 0 0 0 0 1 1 2 0.33
72 1996 1 1 1 1 1 0 4 0.83
99 1996 1 1 0 1 0 1 4 0.67
109 1996 0 0 0 0 2 1 3 0.50
74 1995 1 1 1 1 0 0 3 0.67
75 1995 0 0 0 0 1 0 1 0.17
80 1995 1 2 0 1 0 0 4 0.67
81 1995 1 0 0 0 0 0 1 0.17
82 1995 0 1 1 1 1 0 3 0.67
total 18 18 15 19 16 12 83 16.33
Rerata 0.56 0.56 0.47 0.59 0.50 0.38 2.59 0.51
Sumber: Analisis Data Primer 2011
Pelanggaran Susunan Pelepah
20 19
18 18
18 16
15
jumlah pelanggaaran
16
14 12
12
10
8
6 jumlah
4
2
0
Bulan januari februari maret april mei juni
jumlah 18 18 15 19 16 12
masak tinggal yang terlalu banyak akan akan dikategorikan melanggar parameter ini
membrondol dan membuat lama pekerjaan jika terdapat 1 atau lebih buah masak tinggal
panen, sehingga dibutuhkan waktu lebih lama di ancaknya
untuk menyelesaikan 1 seksi panen. Pemanen
81 1995 0 0 0 1 0 0 1 0.17
82 1995 1 0 2 1 0 0 4 0.67
total 18 11 31 23 9 12 104 17.33
Rerata 0.56 0.34 0.97 0.72 0.28 0.38 3.25 0.54
Sumber: Analisis Data Primer 2011
25 23
20 18
15 12
11
9
10
5
0
Bulan januari februari maret april mei juni
jumlah 18 11 31 23 9 12
berondolan
5 Buah masak 0% A 2 Cukup jelas 6
tinggal
6 Buah di TPH 100% A 2 % diperoleh dari perbandingan jumlah janjang 3
resmi buah yang tidak di TPH resmi dengan total janjang
panen
<100% C 1
7 Brondolan di Semua A 2 Hasil pengamatan langsung di lapangan 3
TPH berondolan
dikarungi
Tidak C 1
semua
berondolan
dalam
karung
8 Susunan Susunan A 2 Cukup jelas 2
pelepah pelepah
benar (di
gawangan
mati)
Susunan C 1
pelepah
tidak benar
9 Output >= 100% A 2 % diperoleh dari perbandingan tonase realisasi 2
Pemanen panen dengan basis panen
<100% C 1
Berdasarkan kriteria kelas blok diatas, cukup dan buruk. Untuk perhitungan interval
hasil penjumlahan skor akan menentukan skor tiap-tiap kelas dapat menggunakan
kelas dari blok tersebut. Untuk kelas dari blok rumus:
hanya dibagi menjadi 3 kelas yaitu baik,
Skor tertinggi : 100 (Tt)
Skor terendah : 50 (Tr)
Tt−Tr 100−50
I= = = 16.67
banyaknya kelas 3
Blok panen yang memiliki skor akhir sebelumnya adalah 82. Hal ini berarti blok
diantara 82-68,34% akan mendapatkan kelas panen tersebut memiliki kualitas panen dalam
baik, dengan skor 68,34-54,68% akan kategori kurang baik. Karena masih ada
mendapatkan kelas cukup, dan akan beberapa parameter yang mendapatkan nilai C
mendapatkan kelas buruk jika mendapatkan dan B, hal ini dapat menjadi perhatian untuk
skor akhir dibawah 54,68%. Berdasarkan pekerjaan panen selanjutnya. Berikut adalah
contoh tabel perhitungan skor akhir kelas peta sebaran dan ranking blok panen
blok, nilai skor akhir blok tersebut pada panen berdasarkan kriteria selama 1 semester:
Peta sebaran kualitas blok dan ranking 97 dan blok yang mendapatkan nilai terendah
menunjukkan dari 32 blok tanaman yaitu blok 95.
menghasilkan yang dilakukan pekerjaan Pada peta dibawah terdapat 3 blok
panen, terdapat 3 Blok yang masuk kedalam dengan kualitas baik dengan persentase 9,6%,
kriteria kelas baik dan 19 blok yang kualitas untuk kulitas cukup terdapat 19 blok dengan
panennya cukup dan 10 blok dengan kualitas persentase 61,29% dan kualitas buruk terdapa
yang buruk. Blok yang mendapatkan nilai 10 blok dengan persentase 32,25%.
tertinggi dan berada di peringkat 1 yaitu blok
SKOR AKHIR PENILAIAN KUALITAS BLOK PANEN AFD. IV