Anda di halaman 1dari 9

PERANAN MEKANISASI DALAM PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN

DISUSUN OLEH

Nama : Nadia Zahira Malvalena Putri


NIM : J0417231071
Kelompok : 3
Tanggal Praktikum : 27 Agustus 2023

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI DAN PENGEMBANGAN


MASYARAKAT PERTANIAN

SEKOLAH VOKASI

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

TAHUN PELAJARAN 2023/2024


Praktikum Ke : 2

PERANAN MEKANISASI DALAM PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN

1. Pengertian dan Fungsi


Perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu pondasi bagi tumbuh dan
berkembangnya sistem agribisnis kelapa sawit. Kelapa sawit merupakan tanaman
produktif dengan produksi minyak per ha paling tinggi dari seluruh tanaman
penghasil minyak nabati lainnya (Pahan, 2007). Hasil produksi kelapa sawit
merupakan ukuran dalam produktivitas perkebunan kelapa sawit. Hasil minyak
yang diperoleh dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satu diantaranya adalah
pelaksanaan panen kelapa sawit. Panen adalah pemotongan tandan buah dari
pohon hingga pengangkutan ke pabrik (Riniarti dan Bambang, 2012).

Penerapan Precision Farming pada perkebunan kelapa sawit


terdapat beberapa komponen dasar dari PF, yaitu
teknologi GPS (Global Positioning System), teknologi
GIS (Geographic Information System), teknologi
remote sensingatau penginderaan jauh, dan teknologi
variable-rate application yang mencakup teknologi
sensor dan berbagai peralatan mesin.

Perkembangan teknologi GPS dan GIS telah


banyak digunakan sebagai suatu sistem PF di
perkebunan kelapa sawit, diantaranya untuk memetakan area tanaman secara
lebih cepat dan tepat, sebagai alat bantu navigasi peralatan berat seperti traktor,
serta berbagai aspek perkebunan kelapa sawit lainnya (Cheng et al., 2016; 2018;
Miettinen et al., 2019; Rendana et al., 2016). (Nordiana et al., 2013)
mengembangkan teknologi GPS dan GIS sebagai suatu peralatan yang dapat
digunakan untuk merancang peta areal perkebunan yang meliputi area blok
tanaman, parit, jalan, jembatan, serta komponen kebun lainnya sehingga dengan
teknologi ini sangat bermanfaat bagi planters untuk menyusun rencana
kerjadanpembiayaansecaralebihtepat ketikaingin membuka areal perkebunan
kelap sawit yang baru. Sementaraitu, (Akmaletal.,2018) mengembangkan
teknologi GPS dan GIS berbasis web GIS yang digunakan sebagai dasar
pengelolaan perkebunan dalam rangka mencapai pemupukan yang lebih efektif

1
dan efisien. Demikian juga halnya, (Wahid et al., 2002) juga mengembangkan
teknologi GPS dan GIS sebagai dasar penentuan titik sampling pengambilan daun
berdasarkan keragaman pertumbuhan tanaman sehingga penentuan dosis pupuk
dapat dilakukan lebih tepat.

Contoh penerapan PF dengan memanfaatkan teknologi drone dan remote sensing


untuk menghitung jumlah tanaman di perkebunan kelapa sawit.

2
2. Perbandingan antara Perkebunan Besar dengan Perkebunan Rakyat dari
segi Mekanisasi
A. PT GBSM merupakan perusahaan yang melakukan kegiatan usaha di bidang
perkebunan kelapa sawit. Usaha yang dijalankan oleh PT GBSM adalah
produksi buah kelapa sawit dan olahan kelapa sawit pada luas lahan
perkebunan 15.471,62 Ha. Luasan areal sebesar 15.430,29 Ha merupakan
tanaman menghasilkan dan 41,33 Ha tanaman belum menghasilkan.
Tanaman kelapa sawit pada PT GBSM hampir keseluruhan merupakan
tanaman menghasilkan, sehingga kegiatan budidaya kelapa sawit
diperusahaan yaitu kegiatan pemeliharaan tanaman dan panen. PT GBSM
dalam pelaksanaan kegiatan panen sudah menerapkan dua metode panen
yaitu metode panen manual dan metode panen mekanisasi hanya saja
penggunaan metode panen mekanisasi hanya digunakan pada sebagian kecil
areal perkebunan. Perhatian PT GBSM belum terfokus dengan adanya
metode panen mekanisasi, sebenarnya metode ini dapat mengatasi masalah
kekurangan tenaga kerja pemanen yang dialami oleh perusahaan. Penulis
berniat untuk membantu manajemen dalam mempertimbangkan penggunaan
metode panen mekanisasi lebih lanjut dengan cara menghitung biaya panen
yang dikeluarkan untuk penggunaan masing-masing metode yang selanjutnya
akan dibandingkan biaya panen kedua metode tersebut. Perhitungan biaya
panen yang dilakukan bermaksud untuk melihat besar kecilnya biaya panen
antara kedua metode panen, yang diharapkan dapat menjadi salah satu
pertimbangan manajemen perusahaan dalam mengambil keputusan metode
panen yang akan digunakan.

Biaya Panen Mekanisasi

Biaya panen mekanisasi meliputi biaya sewa mesin mekanisasi, biaya operasional
mesin mekanisasi, biaya tenaga kerja, biaya penyusutan peralatan, biaya pengangkutan
dan biaya premi. Biaya panen mekanisasi dihitung berdasarkan hasil produksi metode
panen mekanisasi, untuk mendapatkan perbandingan yang proposional maka total hari
panen yang digunakan 19 hari panen dengan total panen sebesar yaitu sebanyak 266.244
kilogram bila dalam janjang sebanyak 16.154 janjang.

3
Biaya Sewa Mesin Mekanisasi

Perusahaan menggunakan grabber sebagai alat mesin mekanisasi dalam kegiatan panen
mekanisasi. Alat mesin mekanisasi merupakan dua komponen mesin yang berbeda yang
disewa secara terpisah terdiri dari traktor Mini MF2605 dan Grabber SP2600 solaris.
Besarnya biaya sewa mesin mekanisasi yang dibebankan untuk 19 hari panen dapat
dilihat pada Tabel 1

Ilustrasi Grabber

4
Biaya Operasional Mesin Mekanisasi

Biaya operasional mesin mekanisasi yaitu biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi
kebutuhan rutinitas mesin agar dapat menunjang aktivitas dari mesinnya sendiri serta
berguna sebagai perawatan dan reparasi mesin.

5
B. Kebun Kelapa Sawit Rakyat

Produksi kebun kelapa sawit pada perkebunan rakyat jauh lebih rendah
dibandingkan dengan perkebunan yang dikelola oleh perusahaan maupun
perkebunan inti rakyat binaan dari perusahaan.Banyak faktor yang
menyebabkan produksi rendah seperti penggunaan bibit,teknik budidaya dan
sumber daya manusia yang rendah.

Penanaman kelapa sawit ditujukan untuk menghasilkan produksi yang


optimal yang dapat dihasilkan oleh tanaman sawit.Produksi kelapa sawit sangat
ditentukan oleh faktor teknik budidaya yang baik dan benar.Jika dalam teknik
budidayanya sudah benar maka hasil produksi akan optimal danjika sebaliknya
maka produksi akan kurang memuaskan.Komposisi tanaman sawit petani beradapada
92 % tanaman menghasilkan dan hanya 8 % tanaman berada pada tanamanbelum
menghasilkan.

6
Keaslian bibit yang digunakan pada kebun kelapa sawit merupakan salah
satu penentu produktivitas (Purwantoro,2008). Hasil penelitian Juliza
Hidayati,Sukardi, Ani Suryani, Anas Miftah Fauzi, Sugiharto(2016),
menyatakan faktor-faktor yang berdampak besar pada peningkatan
produktivitas perkebunan sawitberturut-turut adalah kesehatan
tanaman,penyisipan bibit, jenis pupuk, prosedur kerja,pengendalian
gulma ,pengendalian hama penyakit, teknologi pemupukan,dan pemupukan
bibit.

Diperoleh kesimpulan , manajemen kebun kelapa sawit rakyat


terutama pemupukan belum dilaksanakan menurut
anjuran dan belum memenuhi kebutuhan tanaman. Produksi kebun kelapa
sawit rakyat dibandingkan dengan produksi kelapa sawit pada pusat
pengembangan kelapa sawit masih rendah, hal ini sehubungan dengan asal
bibit tanaman yang
tidak jelas atau tidak punya lebel sertifikat unggul.

7
3. Bagaimana Peranan Mekanisasi dalam Produksi Komoditas
Perkebunan

Anda mungkin juga menyukai