Anda di halaman 1dari 15

PERKEMBANGAN AKUNTANSI INTERNASIONAL

SEJARAH AKUNTANSI INTERNASIONAL


Pada awalnya, pencatatan transaksi perdagangan dilakukan dengan cara sederhana,
yaitu dicatat pada batu, kulit kayu, dan sebagainya. Catatan tertua yang berhasil ditemukan
sampai saat ini masih tersimpan, yaitu berasal dari Babilonia pada tahun 3600 sebelum masehi.
Penemuan yang sama juga diperoleh di Mesir dan Yunani kuno. Pencatatan itu belum dilakukan
secara sistematis dan sering tidak lengkap. Pencatatan yang lebih lengkap dikembangkan di
Italia setelah dikenal angka- angka desimal Arab dan semakin berkembangnya dunia usaha
pada waktu itu. Perkembangan akuntansi terjadi bersamaan dengan ditemukannya sistem
pembukuan berpasangan (double entry system) oleh pedagang- pedagang Venezia yang
merupakan kota dagang yang terkenal di Italia pada masa itu.
Dengan dikenalnya sistem pembukuan berpasangan tersebut, pada tahun 1494 telah
diterbitkan sebuah buku tentang pelajaran pembukuan berpasangan yang ditulis oleh seorang
pemuka agama dan ahli matematika bernama Luca Paciolo dengan judul Summa de
Arithmatica, Geometrica, Proportioni et Proportionalita yang berisi tentang palajaran ilmu pasti.
Namun, di dalam buku itu terdapat beberapa bagian yang berisi palajaran pembukuan untuk
para pengusaha. Bagian yang berisi pelajaran pembukuan itu berjudul Tractatus de Computis et
Scriptorio. Buku tersebut kemudian tersebar di Eropa Barat dan selanjutnya dikembangkan oleh
para pengarang berikutnya. Sistem pembukuan berpasangan tersebut selanjutnya berkembang
dengan sistemyang menyebut asal negaranya, misalnya sistem Belanda, sistem Inggris, dan
sistem Amerika Serikat. Sistem Belanda atau tata buku disebut juga sistem Kontinental. Sistem
Inggris dan Amerika Serikat disebut Sistem Anglo - Saxon.
Perkembangan Akuntansi dari Sistem Kontinental menuju ke sistem Anglo- Saxon Pada
abad pertengahan, pusat perdagangan pindah dari Venesia ke Eropa Barat. Eropa Barat,
terutama Inggris menjadi pusat perdagangan pada masa revolusi industri. Pada waktu itu pula
akuntansi mulai berkembang dengan pesat. Pada akhir abad ke-19, sistem pembukuan
berpasangan berkembang di Amerika Serikat yang disebut accounting (akuntansi). Sejalan
dengan perkembangan teknologi di negara itu, sekitar pertengahan abad ke-20 telah
dipergunakan komputer untuk pengolahan data akuntansi sehingga praktik pembukuan
berpasangan dapat diselesaikan dengan lebih baik dan efisien.
Pada Zaman penjajahan Belanda, perusahaan- perusahaan di Indonesia menggunakan
tata buku. Akuntansi tidak sama dengan tata buku walaupun asalnya sama-sama dari
pembukuan berpasangan. Akuntansi sangat luas ruang lingkupnya, diantaranya teknik
pembukuan. Setelah tahun 1960, akuntansi cara Amerika (Anglo- Saxon) mulai diperkenalkan di
Indonesia. Jadi, sistem pembukuan yang dipakai di Indonesia berubah dari sistem Eropa
(Kontinental) ke sistem Amerika (Anglo - Saxon).
Beberapa waktu yang lalu, akuntansi memperlihatkan kemampuannya untuk menarik
perhatian publik melalui akuntansi dan pengukuran sumber daya manusia, pelaporan dan audit
atas tanggung jawab sosial berbagai organisasi. Saat ini akuntansi beroperasi antara lain dalam
lingkungan perilaku, sektor publik dan Internasional. Akuntansi menyediakan informasi bagi
pasar modal-pasar modal besar, baik domestik maupun internasional. Akuntansi telah meluas
ke dalam area konsultasi manajemen dan melibatkan lebih besar porsi teknologi informasi
dalam sistem dan prosedurnya. Dengan demikian akuntansi jelas tanggap terhadap stimulus
lingkungan.
Menurut Choi dan Muller (1998; 1) bahwa ada tiga kekuatan utama yang mendorong
bidang akuntansi internasional kedalam dimensi internasional yang terus tumbuh, yaitu (1)
faktor lingkungan, (2) Internasionalisasi dari disiplin akuntansi, dan (3) Internasionalisasi dari
profesi akuntansi. Ketiga faktor tersebut dalam perjalanan/perkembangan akuntansi sangat
berperan dan menentukan arah dari teori akuntansi yang selama bertahun-tahun dan dekade
banyak para ahli mencurahkan tenaga dan pikirannya untuk mengembangkan teori akuntansi
dan ternyata mengalami kegagalan dan hal tersebut menyebabkan terjadinya evolusi dari
”theorizing” ke “conceptualizing”.
Iqbal, Melcher dan Elmallah (1997:18) mendefinisikan akuntansi internasional sebagai
akuntansi untuk transaksi antar negara, pembandingan prinsip-prinsip akuntansi di negara-
negara yang berlainan dan harmonisasi standar akuntansi di seluruh dunia. Akuntansi harus
berkembang agar mampu memberikan informasi yang diperlukan dalam pengambilan
keputusan di perusahaan pada setiap perubahan lingkungan bisnis.
Berikut ini karakteristik era ekonomi global:
A. Bisnis Internasional.
B. Hilangnya batasan-batasan antar negara era ekonomi global sering sulit untuk
mengindentifikasi negara asal suatu produk atau perusahaan, hal ini terjadi pada
perusahaan multinasional.
C. Ketergantungan pada perdagangan internasional. 
Secara umum, Akuntansi internasional adalah akuntansi untuk transaksi internasional,
perbandingan prinsip akuntansi antar negara yang berbeda dan harmonisasi berbagai standar
akuntansi dalam bidang kewenangan pajak, auditing dan bidang akuntansi lainnya. Akuntansi
harus berkembang agar mampu memberikan informasi yang diperlukan dalam pengambilan
keputusan di perusahaan pada setiap perubahan lingkungan bisnis.
Akuntansi Internasional (International Accounting) dimulai dengan sistem pembukuan
berpasangan (double entry bookkeeping) di Italia pada abad ke 14 dan 15. Sistem pembukuan
berpasangan (double entry bookkeeping), dianggap awal penciptaan akuntansi. Akuntansi
moderen dimulai sejak double entry accounting ditemukan dan digunakan didalam kegiatan
bisnis yaitu sistem pencatatan berganda (double entry bookkeeping) yang diperkenalkan oleh
Lucas Pacioli pada tahun 1447.
Lucas Pacioli lahir di Italia tahun 1447, beliau bukan merupakan seorang akuntan tetapi
pendeta yang ahli matematika, dan pengajar pada beberapa Universitas terkemuka di Italia.
Pacioli-lah orang yang pertama kali mempublikasikan prinsip-prinsip dasar double accounting
system dalam bukunya berjudul Summa the Arithmetica Geometria Proportioni et
Proportionalita di tahun 1494. Banyak ahli sejarah yang berpendapat bahwa prinsip dasar
double accounting system bukanlah ide murni Pacioli namun beliau hanya merangkum praktik
akuntansi yang berlangsung pada saat itu dan mempublikasikannya.
Praktek bisnis dengan metode Venezia yang menjadi acuan Pacioli menulis buku tersebut
telah menjadi metode yang diadopsi tidak hanya di Italia namun hampir disemua negara Eropa
seperti Jerman, Belanda, dan Inggris.
Pacioli memperkenalkan tiga catatan penting yang harus dilakukan, yaitu:
1. Buku Memorandum, adalah buku catatan mengenai seluruh informasi transaksi bisnis.
2. Jurnal, dimana transaksi yang informasinya telah disimpan dalam buku memorandum
kemudian dicatat dalam jurnal.
3. Buku Besar, adalah suatu buku yang merangkum jurnal diatas. Buku besar merupakan
centre of the accounting system.
Perkembangan sistem akuntansi ini didorong oleh pertumbuhan perdagangan internasional
di Italia Utara selama masa akhir abad pertengahan dan keinginan pemerintah untuk
menemukan cara dalam mengenakan pajak terhadap transaksi komersial. “Pembukuan ala
Italia” kemudian beralih ke Jerman untuk membantu para pedagang zaman Fugger dan
kelompok Hanseatik. Pada saat bersamaan filsuf bisnis Belanda mempertajam cara menghitung
pendapatan periodik dan pemerintah Perancis menerapkan keseluruhan sistem dalam
perencanaan dan akuntabilitas pemerintah.
Pada tahun 1850, double entry bookkeeping mencapai Kepulauan Inggris yang menyebabkan
tumbuhnya masyarakat akuntansi dan profesi akuntansi publik yang terorganisasi di Skotlandia
dan Inggris tahun 1870. Praktik akuntansi Inggris menyebar ke seluruh Amerika Utara dan
seluruh wilayah persemakmuran Inggris. Selain itu model akuntansi Belanda diekspor antara
lain ke Indonesia, sistem akuntansi Perancis di Polinesia dan wilayah-wilayah Afrika dibawah
pemerintahan Perancis. Kerangka pelaporan sistem Jerman berpengaruh di Jepang, Swedia, dan
Kekaisaran Rusia.
Paruh Pertama abad 20, seiring tumbuhnya kekuatan ekonomi Amerika Serikat, kerumitan
masalah akuntansi muncul bersamaan. Kemudian Akuntansi diakui sebagai suatu disiplin ilmu
akademik tersendiri. Setelah Perang Dunia II, pengaruh Akuntansi semakin terasa di Dunia
Barat.
Bagi banyak negara, akuntansi merupakan masalah nasional dengan standar dan praktik
nasional yang melekat erat dengan hukum nasional dan aturan profesional.
Berikut adalah 8 delapan faktor yang mempengaruhi perkembangan akuntansi
internasional:
1. Sumber pendanaan.
Di Negara-negara dengan pasar ekuitas yang kuat, akuntansi memiliki focus atas
seberapa baik manajemen menjalankan perusahaan (profitabilitas), dan dirancang
untuk membantu investor menganalisis arus kas masa depan dan resiko terkait.
Sebaliknya, dalam system berbasis kredit di mana bank merupakan sumber utama
pendanaan, akuntansi memiliki focus atas perlindungan kreditor melalui pengukuran
akuntansi yang konservatif.
2. Sistem Hukum.
Dunia barat memiliki dua orientasi dasar: hukum kode (sipil) dan hukum umum
(kasus). Dalam negara-negara hukum kode, hukum merupakan satu kelompok
lengkap yang mencakup ketentuan dan prosedur sehingga aturan akuntansi
digabungkan dalam hukum nasional dan cenderung sangat lengkap. Sebaliknya,
hukum umum berkembang atas dasar kasus per kasus tanpa adanya usaha untuk
mencakup seluruh kasus dalam kode yang lengkap.
3. Perpajakan.
Di kebanyakan negara, peraturan pajak secara efektif menentukan standar karena
perusahaan harus mencatat pendapatan dan beban dalam akun mereka untuk
mengklaimnya untuk keperluan pajak. Ketika akuntansi keuangan dan pajak
terpisah, kadang-kadang aturan pajak mengharuskan penerapan prinsip akuntansi
tertentu.
4. Ikatan Politik dan Ekonomi
5. Inflasi.
Inflasi menyebabkan distorsi terhadap akuntansi biaya histories dan mempengaruhi
kecenderungan (tendensi) suatu Negara untuk menerapkan perubahan terhadap
akun-akun perusahaan.
6. Tingkat Perkembangan Ekonomi.
Faktor ini mempengaruhi jenis transaksi usaha yang dilaksanakan dalam suatu
perekonomian dan menentukan manakah yang paling utama.
7. Tingkat Pendidikan.
Standar praktik akuntansi yang sangat rumit akan menjadi tidak berguna jika
disalahartikan dan disalahgunakan. Pengungkapan mengenai resiko efek derivative
tidak akan informative kecuali jika dibaca oleh pihak yang berkompeten.
8. Budaya.
Empat dimensi budaya nasional, menurut Hofstede adalah individualisme, jarak
kekuasaan, penghindaran ketidakpastian, dan maskulinitas.

PERTUMBUHAN DAN PENYEBARAN OPERASI MULTINASIONAL


Bisnis internasional secara tradisional terkait dengan perdagangan luar negeri. Kegiatan
ini yang berakar dari masa lampau, akan terus berlanjut. Isu akuntansi utama yang
berhubungan dengan kegiatan ekspor dan impor adalah akuntansi untuk transaksi mata uang
asing. Bisnis internasional saat ini semakin berhubungan dengan investasi asing langsung, yang
meliputi pendirian sistem manufaktur atau distribusi dari luar negeri dengan membentuk afiliasi
yang dimiliki seutuhnya, usaha patungan atau aliansi strategis. Operasi yang dilaksanakan diluar
negeri membuat manager keuangan dan akuntan menghadapai resiko berupa semua jenis
masalah yang tidak mereka hadapi ketika operasi perusahaan dilaksanakan didalam wilayah
satu negara.
Prinsip pelaporan keuangan nasional dapat berbeda secara signifikan dari suatu negara
ke negara lain karena prinsip-prinsip akuntansi tersebut dibentuk oleh lingkungan sosial
ekonomi yang berbeda. Selain itu terdapat pilihan kurs nilai tukar yang digunakan untuk
mengkonversi akun-akun luar negeri ke dalam satu mata uang pelaporan. Manajer keuangan
dan akuntan juga harus memahami pengaruh kompleksitas lingkungan pengukuran akuntansi
suatu perusahaan multinasional, memahami pengaruh perubahan nilai tukar dan tingkat inflasi
merupakan hal penting, memiliki pengetahuan mengenai hukum pajak dan nilai mata uang
untuk usaha yang beroperasi dilebih satu negara.
Faktor lain yang turut menyumbangkan semakin pentingnya akuntansi internasional adalah
fenomena kompetisi global.
Penentuan acuan (benchmarking), suatu tindakan untuk membandingkan kinerja satu
pihak dengan suatu standar yang memadai bukan hal yang baru, tetapi standar perbandingan
yang digunakan kini melampaui batas-batas nasional adalah sesuatu yang baru.
Klasifikasi akuntansi internasional dapat dilakukan dalam dua cara, yaitu dengan
pertimbangan dan secara empiris. Klasifikasi dengan pertimbangan bergantung pada
pengetahuan, intuisi dan pengalaman. Klasifikasi secara empiris menggunakan metode statistic
untuk mengumpulkan data prinsip dan praktek akuntansi seluruh dunia.
Ada empat pendekatan terhadap perkembangan akuntansi:
1. Berdasarkan pendekatan makroekonomi, praktek akuntansi didapatkan dari dan
dirancang untuk meningkatkan tujuan makroekonomi nasional.
2. Berdasarkan pendekatan mikroekonomi, akuntansi bekembang dari prinsip-prinsip
mikroekonomi. Tujuannya terletak pada perusahaan secara individu yang memiliki
tujuan untuk bertahan hidup.
3. Berdasarkan pendekatan independent, akuntansi berasal dari praktek bisnis dan
berkembang secara ad hoc, dengan dasar perlahan-lahan dan pertimbangan, coba-
coba, dan kesalahan. Akuntansi dipandang sebagai fungsi jasa yang konsep dan
prinsipnya diambil dari proses bisnis yang dijalankan dan bukan dari cabang
keilmuan seperti ekonomi.
4. Berdasarkan pendekatan yang seragam, akuntansi distandariasi dan digunakan
sebagai alat untuk kendali administrasi oleh pemerintah pusat. Keseragaman dalam
pengukuran, pengungkapan, dan penyajian akan memudahkan perancang
pemerintah, otoritas pajak, dan bahkan manajer untuk menggunakan informasi
akuntansi dalam mengendalikan seluruh jenis bisnis.

Akuntansi juga dapat diklasifikasikan dengan sistem hukum suatu negara:


1. Akuntansi dalam negara-negara hukum umum memiliki karakter berorientasi
terhadap penyajian wajar, transparansi, dan pengungkapan penuh dan pemisahan
antara akuntansi keuangan dan pajak. Pasar saham mendominasi sumber-sumber
keuangan dan pelaporan keuangan ditunjukkan untuk kebutuhan infrmasi investor
luar. Akuntansi hukum umum disebut sebagai Anglo-Saxon.
2. Akuntansi dalam Negara-negara hukum kode memiliki karakteristik beorientasi
legalistic, tidak membiarkan pengungkapan dalam jumlah kurang, dan kesesuaian
antara ankuntansi keuangan dan pajak. Bank atau pemerintah mendominasi
ksumber keuangan dan pelaporan keuangan dan pelaporan keuangan ditujukan
untuk perlindungan kreditor. Akuntansi ini disebut juga continental. Pemberian
karakter akuntansi memparalelkan hal yang disebut sebagai model pemegang
saham dan pihak berkepentingan tata kelola perusahaan dalam negara hukum
umum dan hukum kode.
Banyak perbedaan akuntansi di tingkat nasional menjadi semakin hilang. Terdapat
beberapa alasan untuk hal ini:
1. Ratusan perusahaan saat ini mencatat sahamnya pada bursa efek di luar Negara asal
mereka.
2. Beberapa negara hukum kode, secara khusus Jerman dan Jepang mengalihkan
tanggung jawab pembentukan standar akuntansi dari pemerintah kepada kelompok
sektor swasta yang profesional dan independen.
3. Pentingnya pasar saham sebagai sumber pendanaan semakin tumbuh di seluruh
dunia.
Klasifikasi yang didasarkan padada penyajian wajar versus kepatuhan hukum
menimbulkan pengaruh yang besar terhadap banyak permasalahan akuntansi,
seperti:
 Depresiasi, di mana beban ditentukan berdasarkan penurunan kegunaan
suatu aktiva selama masa manfaat ekonomi (penyajian wajar) atau jumlah
yang diperbolehkan untuk tujuan pajak (kepatuhan hukum).
 Sewa guna usaha yang memiliki substansi pembelian aktiva tetap
diperlakukan seperti itu (penyajian wajar) atau diperlakukan seperti sewa
guna usaha operasi yang biasa (kepatuhan hukum).
 Pensiun dengan biaya yang diakrual pada saat dihasilkan oleh karyawan
(penyajian wajar) atau dibebankan menurut dasar dibayar pada saat berhenti
kerja (kepatuhan hukum).
Masalah lain adalah penggunaan cadangan diskrit untuk meratakan laba dari satu
periode ke periode yang lain. Penyajian wajar dan substansi mengungguli bentuk (substance
over form) yang merupakan ciri utama akuntansi hukum umum. Akuntansi kepatuhan hukum
dirancang untuk memenuhi ketentuan yang dikenankan pemerintah seperti perhitungan laba
kena pajak atau memenuhi rencana makroekonomi pemerintah nasional. Akuntansi kepatuhan
hukum akan terus digunakan dalam laporan keuangan perusahaan secara individu yang ada di
negara-negara hukum kode di mana laporan konsolidasi menerapkan pelaporan dengan
penyajian wajar. Dengan cara ini, laporan konsolidasi dapat memberikan informasi kepada
investor sedangkan laporan perusahaan individual untuk memenuhi ketentuan hukum.
INTERNATIONAL ACCOUNTING STANDARDS COMMITTE (IASC)
International Accounting Standards Committe (IASC) pertama kali muncul pada tanggal
29 Juni 1973 ketika 16 badan akuntansi (viz. Institute of Chartered Accountants dari 9 negara,
yaitu, Amerika Serikat, Kanada, Inggris dan Irlandia, Australia, Perancis, Jerman, Jepang,
Meksiko dan Belanda) menandatangani konstitusi untuk pembentukannya.
Kantor pusatnya terletak di London. Tujuan dari Komite Standar Akuntansi Internasional
adalah untuk mengembangkan standar akuntansi yang harus diamati dalam penyajian Laporan
keuangan yang diaudit dan untuk mempromosikan penerimaan mereka di seluruh dunia.
Selain itu, tanggung jawab lain adalah untuk menjaga tubuh anggota informasi tentang
perkembangan terbaru dan standar dengan mengeluarkan draft paparan dari waktu ke
waktu. Tak perlu menyebutkan bahwa Institute of Chartered Accountants of India dan Institut
Biaya dan Pekerjaan Akuntan dari India adalah anggota dari Komite Standar Akuntansi
Internasional.
Pada bulan November 1982, perjanjian direvisi dan konstitusi ditandatangani. Menurut
perjanjian yang direvisi dan konstitusi, badan akuntansi yang anggota asosiasi menjadi anggota
IASC dan, di samping itu, badan akuntansi lainnya juga dapat menjadi anggotanya. Selain
negara-negara yang telah disebutkan, empat negara lainnya - Italia, Nigeria, Afrika Selatan dan
Taiwan - termasuk.
Tujuan dari Standar Akuntansi Internasional:
Tujuan IASC yang diatur dalam perjanjian dan konstitusi revisi adalah:
(I) Merumuskan dan mempublikasikan dalam standar akuntansi kepentingan umum
yang harus diperhatikan dalam penyajian laporan keuangan dan untuk
mempromosikan penerimaan di seluruh dunia mereka dan observasi;
(II) Untuk bekerja untuk perbaikan dan harmonisasi standar akuntansi regulasi dan
prosedur yang berkaitan dengan penyajian laporan keuangan.
KLASIFIKASI AKUNTANSI INTERNASIONAL 
Klasifikasi merupakan dasar untuk memahami dan menganalisis mengapa dan
bagaimana sistem akuntansi nasional berbeda-beda. Kita juga dapat menganalisis apakah
sistem-sistem tersebut cenderung menyatu atau berbeda. Tujuan klasifikasi adalah untuk
mengelompokkan sistem akuntansi keuangan menurut karakteristik khususnya. Klasifikasi
mengungkapkan struktur dasar di mana anggota-anggota kelompok memiliki kesamaan dan
apa yang membedakan kelompok-kelompok yang beraneka ragam satu sama lain. Dengan
mengenali kesamaan dan perbedaan, pemahaman kita mengenai sistem akuntansi akan lebih
baik.
Klasifikasi akuntansi internasional dapat dilakukan dalam dua cara: Dengan pertimbangan dan
secara empiris. Klasifikasi dengan pertimbangan bergantung pada pengetahuan, intuisi dan
pengalaman. Klasifikasi secara empiris menggunakan metode statistic untuk mengumpulkan
data prinsip dan praktek akuntansi seluruh dunia.

Terdapat 2 pendekatan untuk klasifikasi sistem akuntansi yaitu:

 Pendekatan Deduktif

Berkaitan dengan pendekatan deduktif ini ada empat pendekatan dalam perkembangan
akuntansi:

1. Macroeconomic Pattern

Dalam pendekatan ini bisa dilihat bahwa ternyata akuntansi untuk bisnis berhubungan
erat dengan kebijakan perekonomian nasional.  Tujuan perusahaan biasanya mengikuti
kebijakan ekonomi nasional.  Beberapa Negara yang memakai pendekatan ini adalah Swedia,
Prancis, dan Jerman.

2.  Microeconomic Pattern

Dalam pendekatan ini akuntansi dipandang sebagai cabang ekonomi bisnis. Konsep
akuntansi merupakan derivasi dari analisa ekonomi.  Konsep utamanya adalah bagaimana
mempertahankan investasi modal  dalam sebuah entitas bisnis.

3.  Independent Discipline Approach

Akuntansi dipandang sebagai fungsi jasa dan diderivasikan dari praktek bisnis. Negara
Amerika dan Inggris menganut pendekatan ini.

4. Uniform Accounting Approach

Akuntansi dipandang sebagai alat yang efisien untuk administrasi dan control. Dalam hal
ini akuntansi digunakan untuk mempermudah penggunaan dan menyeragamkan baik
pengukuran, pengungkapan dan penyajian serta sebagai alat control untuk semua tipe bisnis
dan pemakai, termasuk manager, pemerintah dan otoritas perpajakan.
Klasifikasi yang dilakukan G. G. Mueller yang dimuat dalam The International Journal of
Accounting (Spring 1968) yang menggunakan penilaian perkembangan ekonomi, kompleksitas
bisnis, situasi social  politik serta sistem hukum, membagi Negara-negara ke dalam 10 kelompok
berdasarkan sistem akuntansi yaitu:

1. Amerika Serikat / Kanada / Belanda


2. Negara-negara persemakmuran Inggris
3. Jerman / Jepang
4. Daratan Eropa (Tidak termasuk Jerman Barat, Belanda dan Skandinavia)
5. Skandinavia
6. Israil / Meksiko
7. Amerika Selatan
8. Negara Berkembang
9. Afrika (tidak termasuk Afrika Selatan)
10. Negara-negara Komunis

 Pendekatan Induktif

Sementara Nair dan Frank dalam The Accounting Review (Juli 1980) membagi Negara-
negara ke dalam 5 Group besar yaitu (1) model persemakmuran Inggris, (2) model Amerika
Latin atau Eropa Selatan, (3)  model Eropa Utara dan Tengah, (4) model Amerika Serikat dan (5)
Chili  berdasarkan perbedaan dalam praktek pengungkapan dan penyajian. Nair dan Frank juga
menilai tingkat hubungan pengelompokkan Negara-negara tersebut dengan sejumlah variable
seperti bahasa, struktur  ekonomi dan perdagangan. Ternyata terdapat perbedaan antara
pengungkapan dan pengukuran di masing-masing kelompok Negara tersebut.

Sementara Nobes dalam Journal of Business Finance and Accounting (Spring 1983)
mengidentifikasi faktor-faktor yang membedakan sistem akuntansi yaitu:

1. Tipe pemakai laporan keuangan yang dipublikasikan.


2. Tingkat kepastian hukum.
3. Peraturan pajak dalam pengukuran.
4. Tingkat konservatisme.
5. Tingkat keketatan penerapan dalam historical cost.
6. Penyesuaian replacement cost.
7. Praktek konsolidasi.
8. Kemampuan untuk memperoleh provisi.
9. Keseragaman antar perusahaan dalam menerapkan peraturan.

PENGARUH-PENGARUH TERHADAP PERKEMBANGAN DUNIA AKUNTANSI

Budaya dan akar sejarah suatu negara merupakan langkah awal untuk mengenali faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap akuntansi. Budaya merupakan elemen penting yang harus
dipertimbangkan untuk mengetahui bagaimana sebuah sistem sosial berubah karena pengaruh
budaya yaitu: (1) norma dan nilai suatu sistem dan (2) perilaku kelompok dalam interaksinya di
dalam dan di luar sistem.

Elemen-elemen structural dan cultural yang mempengaruhi bisnis:

Hofstede mencoba meneliti elemen-elemen structural dari budaya yang mempengaruhi


kuat perilaku dalam situasi organisasi dan institusi. Ada 4 dimensi yang diidentifikasikan yaitu:

1. Individualisme vs Kolektivisme

Individualism merupakan kecenderungan fungsi social yang relative bebas dan individual
berarti hanya mengurus diri sendiri dan keluarganya. Kebalikannya, kolektivisme adalah
kecenderungan fungsi-fungsi social yang relative ketat di mana masing-masing individu
mengidentifikasi diri sebagai kelompok dengan loyalitas yang tidak perlu ditanyakan. Masalah
utama dimensi ini adalah tingkat interdependensi individu dalam sebuah masyarakat.

2.  Large vs Small Power Distance

Power Distance adalah sejauh mana anggota menerima kekuasaan dalam institusi dan
organisasi didistribusikan tidak merata. Masyarakat dalam Small Power Distance membutuhkan
kesamaan kekuasaan dan justifikasi untuk ketidaksejahteraan kekuasaan. Masyarakat di Large
Power Distance menerima perintah hirarki di mana tiap-tiap orang mempunyai tempat tanpa
perlu justifikasi lagi. Masalah utaman dimensi ini adalah bagaimana sebuah masyarakat
menangani ketidaksetaraan di antara orang-orang jika memang terjadi.

3. Strong vs Weak Uncertainly Avoidance

Uncertainly Avoidance adalah tingkat di mana anggota masyarakat merasa tidak nyaman
dengan ketidakpastian dan keraguan-keraguan. Strong Uncertainly Avoidance berusaha
mempertahankan suatu masyarakat yang begitu besar kepercayaannya dan kurang toleran
terhadap orang atau ide-ide alternatif. Kebalikannya untuk Weak Uncertainly Avoidance. Tema
utama pada dimensi ini adalah bagaimana reaksi sebuah masyarakat terhadap fakta bahwa
waktu hanya berjalan satu arah dan masa depan tidak diketahui serta apakah akan mencoba
untuk mengontrol masa depan atau membiarkannya.

4.  Maskulin vs Feminim

Maskulin cenderung pada suatu masyarakat yang memberikan parameter pada keluarga,
heroism dan sukses-sukses material. Sebaliknya, feminism cenderung pada hubungan personal,
toleran pada kelemahan dan kualitas hidup. Tema utama pada dimensi ini adalah bagaimana
masyarakat memberikan peran-peran sosial berhubungan dengan masalah gender.

NILAI AKUNTANSI
Gray mengidentifikasi 4 nilai akuntansi:

1. Profesionalisme vs Statutory Control

Kemampuan untuk melakukan judgement profesionalis secara individu serta berusaha


mempertahankan regulasi professional yang mandiri dilawankan dengan kepatuhan terhadap
persyaratan legal dan statutory control.

2.  Uniformity vs Flexibility

Kecenderungan untuk melakukan praktik akuntansi yang seragam dan konsisten


antarperusahaan dibandingkan dengan tingkat fleksibilitas untuk menerapkan praktek
disesuaikan dengan kondisi suatu perusahaan.

3.  Conservatism vs Optimisme

Kecenderungan orang untuk berhati-hati terhadap suatu tingkat resiko saat ini maupun
ketidakpastian di masa depan dibandingkan dengan perilaku yang lebih optimis dan keberanian
untuk mengambil resiko.

4.  Secrecery vs Transparancy

Kecenderungan untuk melakukan pembatasan pengungkapan informasi mengenai bisnis


hanya pada pihak-pihak yang terlibat intens dengan manajemen dan keuangan dibandingkan
dengan yang lebih transparan dan terbuka.

PERKEMBANGAN STANDAR AKUNTANSI DI INDONESIA


Perkembangan standar akuntansi Indonesia mulai dari awal sampai dengan saat ini yang
menuju konvergensi dengan IFRS (Sumber: Ikatan Akuntan Indonesia, 2008). Berikut adalah
perkembangan standar akuntansi di Indonesia:
a)   Di Indonesia selama dalam penjajahan Belanda, tidak ada standar Akuntansi yang dipakai.
Indonesia memakai standar (Sound Business Practices) gaya Belanda.
b)   Sampai Tahun 1955 : Indonesia belum mempunyai undang – undang resmi / peraturan
tentang standar keuangan.
c)    Tahun 1974 : Indonesia mengikuti standar Akuntansi Amerika yang dibuat
oleh IAI yang disebut dengan prinsip Akuntansi.
d)   Tahun 1984 : Prinsip Akuntansi di Indonesia ditetapkan menjadi standar
Akuntansi.
e)    Akhir Tahun 1984 : Standar Akuntansi di Indonesia mengikuti standar yang
bersumber dari IASC (International Accounting Standart Committee)
f)     Sejak Tahun 1994 : IAI sudah committed mengikuti IASC / IFRS.
g)   Tahun 2008 : diharapkan perbedaan PSAK dengan IFRS akan dapat
diselesaikan.
h)   Tahun. 2012 : IFRS
Standar akuntansi di Indonesia yang berlaku saat ini mengacu pada US GAAP (United
Stated Generally Accepted Accounting Standard), namun pada beberapa pasal sudah
mengadopsi IFRS yang sifatnya harmonisasi. Adopsi yang dilakukan Indonesia saat ini sifatnya
belum menyeluruh, baru sebagian (harmonisasi).

Di era globalisasi saat ini menuntut adanya suatu sistem akuntansi internasional yang
dapat diberlakukan secara internasional di setiap negara, atau diperlukan adanya harmonisasi
terhadap standar akuntansi internasional. Namun proses harmonisasi ini memiliki hambatan
antaralain nasionalisme dan budaya tiap-tiap negara, perbedaan system pemerintahan pada
tiap-tiap negara, perbedaan kepentingan antara perusahaan multinasional dengan perusahaan
nasional yang sangat mempengaruhi proses harmonisasi antar negara, serta tingginya biaya
untuk merubah prinsip akuntansi.

Pesatnya teknologi informasi ini merupakan akses bagi banyak investor untuk memasuki
pasar modal di seluruh dunia, Kebutuhan ini tidak bisa terpenuhi apabila perusahaan-
perusahaan masih memakai prinsip pelaporan keuangan yang berbeda-beda. Amerika memakai
FASB dan US GAAP, Indonesia memakai PSAK-nya IAI, uni eropa memakai IAS dan IASB. Hal
tersebut melatarbelakangi perlunya adopsi IFRS saat ini.
Pengadopsian standar akuntansi internasional ke dalam standar akuntansi domestik
bertujuan menghasilkan laporan keuangan yang memiliki tingkat kredibilitas tinggi, persyaratan
akan item item pengungkapan akan semakin tinggi sehingga nilai perusahaan akan semakin
tinggi pula, manajemen akan memiliki tingkat akuntabilitas tinggi dalam menjalankan
perusahaan, laporan keuangan perusahaan menghasilkan informasi yang lebih relevan dan
akurat, dan laporan keuangan akan lebih dapat diperbandingkan dan menghasilkan informasi
yang valid untuk aktiva, hutang, ekuitas, pendapatan dan beban perusahaan.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mencanangkan bahwa Standar akuntansi internasional
(IFRS) akan mulai berlaku di Indonesia pada tahun 2012 secara keseluruhan atau full adoption.
Diharapkan Indonesia sudah mengadopsi keseluruhan IFRS, sedangkan khusus untuk perbankan
diharapkan tahun 2010. Dengan pencanangan tersebut timbul permasalahan mengenai sejauh
mana adopsi IFRS dapat diterapkan dalam Laporan Keuangan di Indonesia, bagaimana sifat
adopsi yang cocok apakah adopsi seluruh atau sebagian (harmonisasi), dan manfaat bagi
perusahaan yang mengadopsi khususnya dan bagi perekonomian Indonesia pada umumnya,
serta bagaimana kesiapan Indonesia untuk mengadopsi IFRS.
IFRS (Internasional Financial Accounting Standard) adalah suatu upaya untuk
memperkuat arsitektur keungan global dan mencari solusi jangka panjang terhadap kurangnya
transparansi informasi keuangan. Tujuan IFRS adalah memastikan bahwa laporan keungan
interim perusahaan untuk periode-periode yang dimaksukan dalam laporan keuangan tahunan,
mengandung informasi berkualitas tinggi yang: 
a)    Menghasilkan transparansi bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang periode
yang disajikan.
b)   Menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada IFRS.
c)    Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para pengguna.
Saat ini standar akuntansi keuangan nasional sedang dalam proses konvergensi secara
penuh dengan International Financial Reporting Standards (IFRS) yang dikeluarkan oleh IASB
(International Accounting Standards Board). Oleh karena itu, arah penyusunan dan
pengembangan standar akuntansi keuangan ke depan akan selalu mengacu pada standar
akuntansi internasional (IFRS) tersebut.
Peranan dan keuntungan harmonisasi atau adopsi IFRS sebagai standar
akuntansi domestik : Keuntungan harmonisasi menurut Lecturer Ph. Diaconu Paul (2002)
adalah: 

1.    Informasi keuangan yang dapat diperbandingkan, 


2.    Harmonisasi dapat menghemat waktu dan uang, 
3.    Mempermudah transfer informasi kepada karyawan serta mempermudah dalam
melakukan training pada karyawan,
4.    Meningkatkan perkembangan pasar modal domestik menuju pasar modal internasional,
5.   Mempermudah dalam melakukan analisis kompetitif dan operasional yang berguna untuk
menjalankan bisnis serta mempermudah dalam pengelolaan hubungan baik dengan pelanggan,
supplier, dan pihak lain.
Dengan mengadopsi IFRS berarti laporan keuangan berbicara dengan bahasa akuntansi
yang sama, hal ini akan memudahkan perusahaan multinasional dalam berkomunikasi dengan
cabang cabang perusahaannya yang berada dalam negara yang berbeda, meningkatkan kualitas
pelaporan manajemen dan pengambilan keputusan. Dengan mengadopsi IFRS juga berarti
meningkatkan kepastian dan konsistensi dalam interpretasi akuntansi, sehingga memudahkan
proses akuisisi dan divestasi. Dengan mengadopsi IFRS kinerja perusahaan dapat
diperbandingkan dengan pesaing lainnya secara global, apalagi dengan semakin meningkatnya
persaingan global saat ini. Akan menjadi suatu kelemahan bagi suatu perusahaan jika tidak
dapat diperbandingkan secara global, yang berarti kurang mampu dalam menarik modal dan
menghasilkan keuntungan di masa depan.
Indonesia perlu mengadopsi standar akuntansi internasional untuk memudahkan
perusahaan asing yang akan menjual saham di negara ini atau sebaliknya. Namun demikian,
untuk mengadopsi standar internasional itu bukan perkara mudah karena memerlukan
pemahaman dan biaya sosialisasi yang mahal. Indonesia sudah melakukannya namun sifatnya
baru harmonisasi, dan selanjutnya akan dilakukan full adoption atas standar internasional
tersebut. Adopsi standar akuntansi internasional tersebut terutama untuk perusahaan publik.
Hal ini dikarenakan perusahaan publik merupakan perusahaan yang melakukan transaksi bukan
hanya nasional tetapi juga secara internasional. Jika ada perusahaan dari luar negeri ingin
menjual saham di Indonesia atau sebaliknya, tidak akan lagi dipersoalkan perbedaan standar
akuntansi yang dipergunakan dalam menyusun laporan.

Anda mungkin juga menyukai