Pendekatan Deduktif
Berkaitan dengan pendekatan deduktif ini ada empat pendekatan dalam perkembangan
akuntansi:
1. Macroeconomic Pattern
Dalam pendekatan ini bisa dilihat bahwa ternyata akuntansi untuk bisnis berhubungan
erat dengan kebijakan perekonomian nasional. Tujuan perusahaan biasanya mengikuti
kebijakan ekonomi nasional. Beberapa Negara yang memakai pendekatan ini adalah Swedia,
Prancis, dan Jerman.
2. Microeconomic Pattern
Dalam pendekatan ini akuntansi dipandang sebagai cabang ekonomi bisnis. Konsep
akuntansi merupakan derivasi dari analisa ekonomi. Konsep utamanya adalah bagaimana
mempertahankan investasi modal dalam sebuah entitas bisnis.
Akuntansi dipandang sebagai fungsi jasa dan diderivasikan dari praktek bisnis. Negara
Amerika dan Inggris menganut pendekatan ini.
Akuntansi dipandang sebagai alat yang efisien untuk administrasi dan control. Dalam hal
ini akuntansi digunakan untuk mempermudah penggunaan dan menyeragamkan baik
pengukuran, pengungkapan dan penyajian serta sebagai alat control untuk semua tipe bisnis
dan pemakai, termasuk manager, pemerintah dan otoritas perpajakan.
Klasifikasi yang dilakukan G. G. Mueller yang dimuat dalam The International Journal of
Accounting (Spring 1968) yang menggunakan penilaian perkembangan ekonomi, kompleksitas
bisnis, situasi social politik serta sistem hukum, membagi Negara-negara ke dalam 10 kelompok
berdasarkan sistem akuntansi yaitu:
Pendekatan Induktif
Sementara Nair dan Frank dalam The Accounting Review (Juli 1980) membagi Negara-
negara ke dalam 5 Group besar yaitu (1) model persemakmuran Inggris, (2) model Amerika
Latin atau Eropa Selatan, (3) model Eropa Utara dan Tengah, (4) model Amerika Serikat dan (5)
Chili berdasarkan perbedaan dalam praktek pengungkapan dan penyajian. Nair dan Frank juga
menilai tingkat hubungan pengelompokkan Negara-negara tersebut dengan sejumlah variable
seperti bahasa, struktur ekonomi dan perdagangan. Ternyata terdapat perbedaan antara
pengungkapan dan pengukuran di masing-masing kelompok Negara tersebut.
Sementara Nobes dalam Journal of Business Finance and Accounting (Spring 1983)
mengidentifikasi faktor-faktor yang membedakan sistem akuntansi yaitu:
Budaya dan akar sejarah suatu negara merupakan langkah awal untuk mengenali faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap akuntansi. Budaya merupakan elemen penting yang harus
dipertimbangkan untuk mengetahui bagaimana sebuah sistem sosial berubah karena pengaruh
budaya yaitu: (1) norma dan nilai suatu sistem dan (2) perilaku kelompok dalam interaksinya di
dalam dan di luar sistem.
1. Individualisme vs Kolektivisme
Individualism merupakan kecenderungan fungsi social yang relative bebas dan individual
berarti hanya mengurus diri sendiri dan keluarganya. Kebalikannya, kolektivisme adalah
kecenderungan fungsi-fungsi social yang relative ketat di mana masing-masing individu
mengidentifikasi diri sebagai kelompok dengan loyalitas yang tidak perlu ditanyakan. Masalah
utama dimensi ini adalah tingkat interdependensi individu dalam sebuah masyarakat.
Power Distance adalah sejauh mana anggota menerima kekuasaan dalam institusi dan
organisasi didistribusikan tidak merata. Masyarakat dalam Small Power Distance membutuhkan
kesamaan kekuasaan dan justifikasi untuk ketidaksejahteraan kekuasaan. Masyarakat di Large
Power Distance menerima perintah hirarki di mana tiap-tiap orang mempunyai tempat tanpa
perlu justifikasi lagi. Masalah utaman dimensi ini adalah bagaimana sebuah masyarakat
menangani ketidaksetaraan di antara orang-orang jika memang terjadi.
Uncertainly Avoidance adalah tingkat di mana anggota masyarakat merasa tidak nyaman
dengan ketidakpastian dan keraguan-keraguan. Strong Uncertainly Avoidance berusaha
mempertahankan suatu masyarakat yang begitu besar kepercayaannya dan kurang toleran
terhadap orang atau ide-ide alternatif. Kebalikannya untuk Weak Uncertainly Avoidance. Tema
utama pada dimensi ini adalah bagaimana reaksi sebuah masyarakat terhadap fakta bahwa
waktu hanya berjalan satu arah dan masa depan tidak diketahui serta apakah akan mencoba
untuk mengontrol masa depan atau membiarkannya.
4. Maskulin vs Feminim
Maskulin cenderung pada suatu masyarakat yang memberikan parameter pada keluarga,
heroism dan sukses-sukses material. Sebaliknya, feminism cenderung pada hubungan personal,
toleran pada kelemahan dan kualitas hidup. Tema utama pada dimensi ini adalah bagaimana
masyarakat memberikan peran-peran sosial berhubungan dengan masalah gender.
NILAI AKUNTANSI
Gray mengidentifikasi 4 nilai akuntansi:
2. Uniformity vs Flexibility
3. Conservatism vs Optimisme
Kecenderungan orang untuk berhati-hati terhadap suatu tingkat resiko saat ini maupun
ketidakpastian di masa depan dibandingkan dengan perilaku yang lebih optimis dan keberanian
untuk mengambil resiko.
4. Secrecery vs Transparancy
Di era globalisasi saat ini menuntut adanya suatu sistem akuntansi internasional yang
dapat diberlakukan secara internasional di setiap negara, atau diperlukan adanya harmonisasi
terhadap standar akuntansi internasional. Namun proses harmonisasi ini memiliki hambatan
antaralain nasionalisme dan budaya tiap-tiap negara, perbedaan system pemerintahan pada
tiap-tiap negara, perbedaan kepentingan antara perusahaan multinasional dengan perusahaan
nasional yang sangat mempengaruhi proses harmonisasi antar negara, serta tingginya biaya
untuk merubah prinsip akuntansi.
Pesatnya teknologi informasi ini merupakan akses bagi banyak investor untuk memasuki
pasar modal di seluruh dunia, Kebutuhan ini tidak bisa terpenuhi apabila perusahaan-
perusahaan masih memakai prinsip pelaporan keuangan yang berbeda-beda. Amerika memakai
FASB dan US GAAP, Indonesia memakai PSAK-nya IAI, uni eropa memakai IAS dan IASB. Hal
tersebut melatarbelakangi perlunya adopsi IFRS saat ini.
Pengadopsian standar akuntansi internasional ke dalam standar akuntansi domestik
bertujuan menghasilkan laporan keuangan yang memiliki tingkat kredibilitas tinggi, persyaratan
akan item item pengungkapan akan semakin tinggi sehingga nilai perusahaan akan semakin
tinggi pula, manajemen akan memiliki tingkat akuntabilitas tinggi dalam menjalankan
perusahaan, laporan keuangan perusahaan menghasilkan informasi yang lebih relevan dan
akurat, dan laporan keuangan akan lebih dapat diperbandingkan dan menghasilkan informasi
yang valid untuk aktiva, hutang, ekuitas, pendapatan dan beban perusahaan.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mencanangkan bahwa Standar akuntansi internasional
(IFRS) akan mulai berlaku di Indonesia pada tahun 2012 secara keseluruhan atau full adoption.
Diharapkan Indonesia sudah mengadopsi keseluruhan IFRS, sedangkan khusus untuk perbankan
diharapkan tahun 2010. Dengan pencanangan tersebut timbul permasalahan mengenai sejauh
mana adopsi IFRS dapat diterapkan dalam Laporan Keuangan di Indonesia, bagaimana sifat
adopsi yang cocok apakah adopsi seluruh atau sebagian (harmonisasi), dan manfaat bagi
perusahaan yang mengadopsi khususnya dan bagi perekonomian Indonesia pada umumnya,
serta bagaimana kesiapan Indonesia untuk mengadopsi IFRS.
IFRS (Internasional Financial Accounting Standard) adalah suatu upaya untuk
memperkuat arsitektur keungan global dan mencari solusi jangka panjang terhadap kurangnya
transparansi informasi keuangan. Tujuan IFRS adalah memastikan bahwa laporan keungan
interim perusahaan untuk periode-periode yang dimaksukan dalam laporan keuangan tahunan,
mengandung informasi berkualitas tinggi yang:
a) Menghasilkan transparansi bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang periode
yang disajikan.
b) Menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada IFRS.
c) Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para pengguna.
Saat ini standar akuntansi keuangan nasional sedang dalam proses konvergensi secara
penuh dengan International Financial Reporting Standards (IFRS) yang dikeluarkan oleh IASB
(International Accounting Standards Board). Oleh karena itu, arah penyusunan dan
pengembangan standar akuntansi keuangan ke depan akan selalu mengacu pada standar
akuntansi internasional (IFRS) tersebut.
Peranan dan keuntungan harmonisasi atau adopsi IFRS sebagai standar
akuntansi domestik : Keuntungan harmonisasi menurut Lecturer Ph. Diaconu Paul (2002)
adalah: