Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM ISOLASI LAKTOSA

KP A
DISUSUN OLEH : KELOMPOK 5

Patricia (110120143)
Rischa Juana Takia Koteng (110120359)

KIMIA ORGANIK II
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SURABAYA
2021
1. DASAR TEORI
Laktosa disebut sebagai gula susu karena laktosa adalah gula satu-satunya yang terdapat dalam
susu pada semua species dan tidak terdapat pada tempat lain. Laktosa merupakan komponen
utama bahan kering dari susu sapi, karena mencakup hampir 50 % dari jumlah seluruh bahan
padatnya.

Laktosa (gula susu) sering disebut Saccharum lactis berupa serbuk hablur, putih, rasa agak
manis. Laktosa ini stabil dalam air, dalam farmasi sering digunakan sebagai zat pembawa
(pengisi) dalam kapsul dan puyer, sebagai pengencer obat oral padat, dipakai dalam campuran
untuk makanan bayi.

Di dalam susu cair maupun susu bubuk dibagi menjadi dua macam yaitu susu berlemak dan susu
tidak berlemak. Biasanya dalam produk susu mengandung minyak lemak. Minyak lemak
tersebut dapat dihilangkan dengan menggunakan pelarut non-polar, misalnya n-heksan,
petroleum eter, dan sebagainya.

Laktosa merupakan disakarida alamiah yang dijumpai hanya pada binatang menyusui, yaitu pada
air susu sapi dan manusia (kira-kira terdapat 5% laktosa).Laktosa terdiri dari molekul D-
galaktosa dan D-glukosa yang dihubungkan denganikatanβ-1,4-galaktosidik, dimana D-
galaktopiranosa berhubungan dengan posisi 4dari D-glukopiranosa.Laktosa merupakan
disakarida reduktor yang memberi reaksi positif terhadap fehling dan menunjukkan sifat
mutarotasi. Campuran kesetimbangan mempunyai rotasi spesifik +55o .Laktosa dapat dihidrolisa
dengan katalisator asam/enzim laktosa.Laktosa dapat difermentasi oleh bakteri tertentu
membentuk asam laktat, sehingga jika reaksi fermentasi berlangsung pada susu, maka susu
menjadi asam.

Setelah dikonsumsi, laktosa dipecah di dalam usus menjadi dua molekul monosakarida yaitu
glukosa dan galaktosa, yang dibantu oleh enzim β-galaktosidase yang diproduksi pada membrane
mukosa usus.Setelah pemecahan, molekul monosakarida tersebut secara aktif diserap dan
didistribusikan menuju hati melalui pembuluh darah .Galaktosa merupakan senyawa yang
penting untuk pembentukan serebrosida.Serebrosida ini penting untuk perkembanggan dan
fungsi otak.Laktase disintesis di retikulum endoplasma sebagai polipeptida tunggal dan
mengalami glikosilasi menjadi “high mannose” precursor. Setelah mengalami beberapa proses,
laktase ditransportasikan dan diinsersikan pada membran mikrovilus. Laktase merupakan salah
satu dari tiga enzim sel epitel usus dengan aktifitas ßgalaktosidase.

2. TUJUAN PRAKTIKUM
- Mampu membuat skema isolasi laktosa dari susu skim
- Dapat menjelaskan fungsi dari setiap bahan yang digunakan

3. BAHAN YANG DIGUNAKAN


- Susu skim 9,5 gram
- Asam asetat encer (1:10) 2 ml
- CaCO3 2 gram
- Etanol 95% 50 ml
- Air 80 ml

4. ALAT
- Beaker glass
- Pipet
- Corong Buchner
- Labu Hisap
- Corong Kaca
- Sumbat Gabus
- Termometer
- Pengaduk Kaca
- Kaca Arloji
- Bunsen
- Kaki Tiga
- Kasa Asbes

5. STRUKTUR KIMIA
- Proyeksi Haworth

4-O (ß-D-galaktopironosil)-D-glukopiranosa

- Konformasi Kursi

6. PROSEDUR
Place 25 grams of nonfat dry milk powder in a 250 ml beaker. Add 75 ml of warm water and stir
to mix. Adjust the temperature of the mixture to between 40 o and 50o C by heating or cooling.
Add about 10 ml of 10 % acetic acid solution and stir the mixture to coagulate the casein.
Precipitation can be judged to be completed when the liquid change from milky to clear.

Remove the precipitated casein by filtering the mixture by gravity through cheese cloth. Collect
the filtrate in a 250 ml beaker. Add about 2 grams of calcium carbonate powder to filtrate, stir it
well, and boil the suspension for about 10 minutes. Add to the hot mixture as much decolorizing
carbon as would cover a nickel, stir the mixture thoroughly, and filter it by suction through a
layer of wet filter aid on a Buchner funnel.

Transfer the filtrate to a 250 ml beaker and concentrate it to a volume of about 30 ml by boiling
over a low flame with a wire gauze between the flame and the beaker. When the volume has
been reduced to 30 ml, turn off the burner and add 125 ml of 95 % ethanol and about the same
amount of decolorizing carbon as used before. Stir the mixture well and filter it through a layer
of wet filter aid on a Buchner funnel.

Allow the clear filtrate to stand for crystallizationfor at least 24 hours in a stoppered Erlenmeyer
flask.
Collect the crystals of lactose by suction filtration. They may be washed with a small amount of
95 % ethanol. Yield: between 2,5 and 4,5 grams.
7. SKEMA KERJA
Dimasukkan susu skim 9,5 g ke dalam beaker gelas 250
mL, diaduk ad homogen

Dipanaskan sampai suhu 40°C, sambil diaduk- aduk,


kemudian + asam asetat encer sedikit demi sedikit sampai
terbentuk endapan casein sempurna

Disaring Panas

Filtrat (Laktosa, albumin, mineral) Casein (mengendap)

Ditambahkan batu didih dan CaCO3 2 g, diaduk


ad homogen dan dipanaskan ± 5 – 10 menit
sampai terbentuk endapan albumin

Disaring Panas

Filtrat (Laktosa, mineral) Albumin (mengendap)

Diuapkan sampai volume 12 mL (beaker gelas


dikalibrasi terlebih dahulu) dan diaduk

Tambahkan etanol 95% 50 mL Disaring

Protein dihilangkan Filtrat

Dimasukkan ke dalam botol kemudian ditutup


dengan kertas perkamen yang dilubangi kecil-
kecil agar etanol menguap dan terbentuk kristal
laktosa, selama semalam
Disaring dengan corong Buchner + labu hisap

Etanol Kristal (Laktosa)

Kristal dikeringkan dan


ditimbang

Dimasukkan kedalam botol


hasil

8. GAMBAR PEMASANGAN ALAT


Ditambahkan asam asetat
sds sampai terbentuk
9,5 g susu endapan casein Termometer
80 mL air
skim
Corong
diberi kertas
saring dan
kapas

Diaduk ad Dipanaskan 40°C dan


homogen diaduk ad homogen

2 g CaCO3

Diuapkan sampai Disaring panas dengan Dipanaskan 5 – 10 menit


volume 12 mL corong buchner sambil diaduk ad terbentuk
endapan albumin
50 mL etanol 95%

Bila keruh, disaring Filtrat dimasukan ke Erlenmeyer dan Bila keruh, disaring
dengan corong buchner ditambahkan 50 mL etanol 95% dengan corong buchner

Kertas perkamen yang


telah dilubangi

Dimasukkan ke dalam Kristal dikeringkan dan Bila keruh, disaring Dimasukan ke dalam botol hasil
botol hasil ditimbang dengan corong buchner dan didiamkan selama semalam

9. TETAPAN FISIK
Wujud : Bubuk Kristal keras
Warna : putih
Bau : Tidak berbau
Rasa : Manis
Titik leleh : 433°F
Densitas : 1,525
Berat Molekul : 342,3 g/mol
Molekul Formula : C12H22O11
Titik Didih : 397, 76°C
Kelarutan : 50 – 100 mg/ mL pada suhu 68°F
Tidak larut dalam eter dan kloroform
Larut dalam air
Sedikit larut dalam alcohol
Berat Rata- Rata : 342,297 Pa

10. PEMBAHASAN
Dalam bidang kefarmasian, laktosa digunakan sebagai zat pengisi (zat tambahan) atau
sebagai pemanis dalam suatu sediaan. Laktosa dapat diisolasi dari susu skim (susu yang
lemaknya sudah dihilangkan). Pada percobaan ini langkah pertama susu skim ditimbang, yaitu
beratnya 9,5 gram. Kemudian menghitung kebutuhan bahan-bahan lainnya sesuai berat susu
skim. Susu skim 9,5 gram lalu dilarutkan dengan air sebanyak 80 ml dan dilakukan pemanasan
pada suhu konstan 40°C. Setelah suhu mencapai 40°C, segera ditambahkan asam asetat encer 2
mL. Ditambahan asam asetat encer bertujuan untuk mengendapkan kasein, akan tetapi
penambahan asam asetat ini tidak boleh berlebih karena laktosa akan terhidrolisis menjadi
glukosa dan galaktosa. Dan jika asam asetat yang ditambahkan sedikit maka kristal laktosa yang
terbentuk kurang baik hasilnya.

Pada suhu 40°C merupakan suhu konstan untuk pengendapan kasein. Jika suhu melebihi
40°C maka endapan kasein yang terbentuk menjadi tidak stabil karena mudah terurai menjadi
asam-asam amino yang lain, sebaliknya jika suhu kurang dari 40°C maka proses pembentukan
kasein tidak sempurna. Hal ini dikarenakan jika terdapat kelebihan asam, laktosa akan
terhidrolisis menjadi monosakaridanya. Akibatnya bila dilakukan pendiaman selama satu malam,
laktosa tidak akan dapat mengendap sempurna.

Cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui endapan kasein sudah terbentuk sempurna atau
belum yaitu dengan ditambahkan 1 tetes asam asetat encer, jika tidak terbentuk kekeruhan maka
kasein sudah mengendap dengan sempurna. Kemudian larutan tersebut disaring menggunakan
corong, kertas saring dan kapas untuk memisahkan larutan dengan endapan kasein.

Kemudian filtrat hasil saringan tersebut ditambahkan dengan CaCO 3 2 gram, tujuannya
adalah untuk mengendapkan albumin (↓ Ca albumin) sehingga yang didapatkan adalah laktosa
yang murni. Dan ditambahkan dengan batu didih, kemudian dilakukan pemanasan selama kurang
lebih 5- 10 menit sambil diaduk agar tidak terjadi bumping. Pemanasan perlu dilakukan karena
garam albumin (Ca albumin) memiliki kelarutan yang rendah pada suhu tinggi.

Setelah proses pemanasan selesai, saring panas menggunakan corong buchner dan labu hisap
untuk mendapatkan filtratnya yang telah terpisah dari endapan garam albumin. Filtrat yang
didapat diuapkan sampai volumenya 12 ml, dengan tujuan menghilangkan H2O sehingga filtrat
yang didapat lebih pekat. Pada saat pemanasan, dilakukan pengadukan agar tidak terjadi
bumping, karamelisasi dan agar pemanasan merata. Penambahan etanol 95% 50 ml ke dalam
filtrat dilakukan pada keadaan api sudah dimatikan karena etanol memiliki sifat mudah terbakar.

Dalam proses rekristalisasi digunakan pelarut etanol karena etanol merupakan pelarut yang
dapat mengendapkan laktosa. Kemudian dilakukan penyaringan dengan corong buchner hingga
diperoleh filtrat yang jernih. Jika masih keruh berarti masih terdapat kasein atau protein yang
belum tersaring, dan pengendapan albumin yang kurang sempurna. Lalu masukkan ke dalam
botol hasil dengan ditutupi kertas perkamen yang telah dilubangi dan didiamkan selama satu
malam. Tujuan botol ditutup dengan perkamen yang telah dilubangi adalah agar etanol yang
berlebih dapat menguap. Setelah didiamkan selama satu malam, laktosa disaring dengan
menggunakan corong buchner dan labu hisap. Lalu kristal hasil saringan dikeringkan di udara
terbuka sampai kering. Proses pengeringan tidak dilakukan dalam oven karena suhu pada oven
terlalu tinggi dapat menyebabkan laktosa terkaramelisasi. Setelah dilakukan penimbangan, hasil
Kristal dimasukan ke dalam botol hasil.

11. TITIK KRITIS


1. Setiap pemanasan harus mengganti batu didih dengan yang baru. Karena sulit memisahkan
batu didih dengan endapan, dan dilakukan pengadukan secara konstan agar tidak terjadi
bumping.
2. Penambahan asam asetat sedikit-sedikit sampai terbentuk endapan casein sempurna,
menghindari agar laktosa tidak terhidrolisis .
3. Alangkah baiknya larutan yang sudah terbentuk endapan casein di test terlebih dahulu sudah
terbentuk casein sempurna atau tidak.Dengan cara didiamkan sesaat, lalu beningannya
diteteskan asam asetat, jika sudah diteteskan asam asetat masih ada kekeruhan beberarti
masih ada kasein, tetapi jika ditambahkan asam asetat 1-2 tetes tidak ada kekeruhan berarti
sudah tidak ada kasein.
4. Pada saat menyaring endapan casein gunakan Kertas saring dengan KAPAS, agar endapan
casein yang sangat halus tertahan di kapas tidak tembus di kertas saring.
5. Jika pada saat penambahan etanol terjadi kekeruhan, jangan langsung disaring tapi diamkan
sejenak agar terjadi endapan terlebih dahulu baru disaring.
6. Tidak perlu ditentukan titik leleh nya dikarenakan , jika hasil di panaskan dengan
menggunakan oven nantinya dapat terbentuk caramel/mengalami caramelisasi. Sehingga
dapat mempengaruhi hasil akhir.

12. HAL- HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


1. Penambahan As. Asetat harus dengan pengadukan agar tidak terjadi bumping.
2. Botol yang digunakan untuk tempat filtrat + etanol , lebih baik menggunakan botol bermulut
lebar dan warna coklat untuk menghindari zat kontak dengan cahaya .
3. Tujuan memakai kertas perkamen dengan dilubangi kecil-kecil, karena apabila tidak
memakai perkamen penguapan etanol akan cepat sedangkan pemakaian perkamen akan
membuat penguapan etanol pelan. (proses pengkristalan itu lama, seiring dengan lamanya
pengkristalan kita bisa menunggu etanol menguap pelan-pelan dan dengan Ditutup
perkamen dapat mengurangi cemaran masuk.
4. Pada penambahan etanol jangan lupa untuk mematikan api bunsen terlebih dahulu, karena
etanol mudah terbakar.

13. DAFTAR PUSTAKA


 Fessenden, RJ & Fessenden, JS. 1994. Organic Chemistry, 5th edition, Brooks/ Cole
Publishing Company Pasific Grave. P. 929- 930
 Mc Murry J. 2000. Organic Chemistry, 5th edition, Brooks/ Cole Publishing Pasific
Grave: USA. P.1057
 Cason, J, Rapport, H. 1950. Laboratory Textbook in Organic Chemistry, Prentince Hall,
New York. P. 330- 331
 https://id.wikipedia.org/wiki/Laktosa

Anda mungkin juga menyukai