Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI FERMENTASI
“PERSIAPAN PROYEK PEMBUATAN PRODUK”
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Mata Kuliah Teknologi Fermentasi

Disusun oleh :
Nama : Rera Haiefinah
NIM : 4444190009
Kelas : 4C
Kelompok : 4 (Empat)

JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat dan karunianya
yang telah memberikan Kesehatan dan kesempatan kepada saya sehingga dapat
menyelesaikan tugas laporan praktikum ini dengan judul “Persiapan Proyek
Pembuatan Produk”. Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Teknologi Fermentasi.
Dengan terselesainya laporan ini tak lepas dari bantuan serta dukungan
dari berbagai pihak, maka dari itu sya mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Rifqi Ahmad Riyanto, M.Sc, Ibu Septariawulan S.T.P, M.Si, dan
Ibu Vega Yosepa Pamela, S.T., M.Si Selaku dosen pembimbing pengampu
mata kuliah Teknologi Fermentasi.
2. Saudari Dina Riziani selaku asisten laboratorium mata kuliah Analisis
Pangan.
3. Teman-teman kelas 4C Teknologi Pangan yang juga memberikan saran
pada laporan ini.
Menyadari akan masih banyaknya kekurangan dalam penyusunan laporan
ini, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari dosen pembimbing
dan kakak asisten laboratorium mata kuliah Teknologi Fermentasi, serta teman-
teman sekalian. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kami dan pembaca
sekalian.

Serang, Juni 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Tujuan ............................................................................................ 1
1.3 Prinsip ............................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fermentasi ...................................................................................... 3
2.2 Kapang ........................................................................................... 3
2.3 Tempe............................................................................................. 4
2.4 Pembuatan Tempe .......................................................................... 6
2.5 Kacang Kedelai .............................................................................. 6
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan ............................................................................... 7
3.2 Prosedur Percobaan ........................................................................ 7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil ............................................................................................... 8
4.2 Pembahasan .................................................................................... 9
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ........................................................................................ 10
5.2 Saran............................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 11
LAMPIRAN

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap daerah di Indonesia memiliki variasi dalam tahapan proses pembuatan
tempe dengan berbagai modifikasi. Modifikasi tahapan produksi tempe antara lain
pada lama waktu dan teknik perendaman, jenis dan cara penambahan ragi tempe,
waktu perebusan dan tambahan proses pemanasan, jenis bahan pembungkus, serta
lama waktu proses fermentasi (Hermana dan Karmini, 1996). Tempe merupakan
produk yang diperoleh dari fermentasi biji kedelai dengan menggunakan kapang
Rhizopus sp., berbentuk padatan kompak, berwarna putih sedikit keabuabuan dan
berbau khas tempe (SNI 3144:2009).
Pada proses fermentasi tempe, terdapat proses pengembangbiakan jamur
tempe yang berfungsi sebagai agensia yaitu pengubah dari kedelai rebus menjadi
tempe. Hal ini menyebabkan kedelai berubah sifat atau karakteristiknya. Pada
proses fermentasi, terdapat bau lungu yang disebabkan oleh aktivitas enzim
lipoksigenase. Menurut Wipradanyadewi et al (2010) jamur yang digunakan pada
fermentasi tempe adalah genus Rhizopus antara lain Rhizopus oligosporus dan R.
oryzae. R.oligosporus diketahui sebagai inokulum yang bagus untuk membuat
tempe karena mampu menghasilkan antibiotika, biosintesis vitamin-vitamin B
yang merupakan manfaat yang dapat diperoleh setelah mengonsumsi tempe. Oleh
karena itu, pemilihan inokulum penting untuk menentukan kualitas tempe.
Kualitas tempe sangat dipengaruhi oleh kualitas starter yang akan digunakan
untuk inokulasinya yang dikenal sebagai inokulum atau ragi tempe.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum yang berjudul “Persiapan Proyek Pembuatan
Produk” yaitu
1. Mahasiswa mampu memahami teori pembuatan tempe
2. Mahasiswa mengetahui alat dan bahan pembuatan tempe

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fermentasi
Fermentasi merupakan suatu proses perubahan kimia pada suatu substrat
organik melalui aktivitas enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme (Suprihatin,
2010). Proses fermentasi dibutuhkan starter sebagai mikroba yang akan
ditumbuhkan dalam substrat. Starter merupakan populasi mikroba dalam jumlah
dan kondisi fisiologis yang siap diinokulasikan pada media fermentasi (Prabowo,
2011).
Fermentasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu spontan dan tidak spontan.
Fermentasi spontan adalah yang tidak ditambahkan mikroorganisme dalam bentuk
starter atau ragi dalam proses pembuatannya, sedangkan fermentasi tidak spontan
adalah yang ditambahkan starter atau ragi dalam proses pembuatannya.
Mikroorganisme tumbuh dan berkembang secara aktif merubah bahan yang
difermentasi menjadi produk yang diinginkan pada proses fermentasi (Suprihatin,
2010). Proses optimum fermentasi tergantung pada jenis organismenya
(Sulistyaningrum, 2008). Hidayat dan Suhartini (2013) menambahkan faktor yang
mempengaruhi proses fermentasi adalah suhu, pH awal fermentasi, inokulum,
substrat dan kandungan nutrisi medium.

2.2 Kapang
Kapang adalah jamur yang tersusun dari hifa-hifa. Hifa tersebut dapat bersekat
sehingga terbagi menjadi banyak sel, atau tidak bersekat disebut hifa senositik
(coenocytic). Anyaman hifa baik yang multiseluler atau senositik disebut
miselium. Kapang membentuk koloni yang menyerupai kapas (cottony, woolly)
atau padat (velvety, powdery, granular) (Sutanto, 2008).
Kapang juga mempunyai struktur yang disebut spora yang pada umumnya
terletak pada ujung-ujung dari hifa, dan merupakan struktur yang sangat ringan
dan mudah menyebar kemana-mana. Spora merupakan alat perkembangbiakan
kapang, karena pada kondisi substrat dan lingkungan yang baik spora dapat
bergerminasi dan tumbuh menjadi struktur kapang yang lengkap. Dari satu

2
struktur kapang dapat dihasilkan beratus-ratus spora yang mudah menyebar dan
mencemari pangan. Kemudian tumbuh menjadi bentuk kapang yang lengkap. Jika
dilihat di bawah mikroskop, berbagai jenis kapang mempunyai struktur hifa dan
spora yang berbeda-beda, dan karakteristik struktur tersebut digunakan untuk
mengidentifikasi kapang (Azzahra et al, 2020).
Menurut Pelczar (2013) terdapat tiga macam morfologi hifa, yaitu:
1. Aseptat atau senosit. Hifa seperti ini tidak mempunyai dinding sekat atau
septum.
2. Septat hifa (hifa bersekat) dengan sel-sel uninukleat. Sekat membagi hifa
menjadi ruang-ruang atau sel-sel berisi nucleus tunggal, dan pada tiap
sekat terdapat pori-pori yang memungkinkan perpindahan inti dan
sitoplasma dari satu ruang ke ruang lainnya.
3. Septa dengan sel-sel multinukleat. Septum membagi hifa menjadi sel-sel
dengan lebih dari 1 nukleus dalam setiap ruang.

2.3 Tempe
Tempe adalah salah satu produk fermentasi yang umumnya berbahan baku
kedelai yang difermentasi dan mempunyai nilai gizi yang baik. Fermentasi pada
pembuatan tempe terjadi karena aktivitas kapang Rhizopus oligosporus.
Fermentasi pada tempe dapat menghilangkan bau langu dari kedelai yang
disebabkan oleh aktivitas dari enzim lipoksigenase. Fermentasi kedelai menjadi
tempe akan meningkatkan kandungan fosfor. Hal ini disebabkan oleh hasil kerja
enzim fitase yang dihasilkan kapang Rhizopus oligos porus yang mampu
menghidrolisis asam fitat menjadi inositol dan fhosfat yang bebas. Jenis kapang
yang terlibat dalam fermentasi tempe tidak memproduksi toksin, bahkan mampu
melindungi tempe dari aflatoksin. Tempe mengandung senyawa antibakteri yang
diproduksi oleh kapang tempe selama proses fermentasi (Cahyadi, 2007).
Menurut Dewi dan Aziz (2009), secara umum tempe berwarna putih,
dikarenakan pertumbuhan miselia kapang yang merekatkan biji-biji kedelai
sehingga terbentuk tekstur yang memadat. Tempe memiliki aroma yang khas
dikarenakan adanya degradasi dari komponen-komponen dari kedelai itu sendiri.

3
Awal (sebelum tahun 1875). Tempe mungkin berasal dari pulau Jawa
setidaknya beberapa abad yang lalu. Pada saat itu orang-orang Jawa, tanpa
pelatihan formal di bidang mikrobiologi atau kimia berhasil menegembangkan
sebuah makanan baru yang luar biasa dari proses fermentasi yang disebut tempe.
Makanan ini bis disebut ini produk pengganti daging, karena mereka memiliki
banyak tekstur yang sama dengan daging, rasa, dan kandungan protein yang
tinggi seperti makanan daging (Limando dkk., 2007).
Kata tempe diduga berasal dari bahasa jawa kuno. Pada zaman jawa kuno
terdapat makanan berwarna putih terbuat dari tepung sagu yang disebut tumpi.
Tempe segar yang juga berwarna putih terlihat memiliki kesamaan dengan
makanan tumpi tersebut (Badan Standarisasi Nasional, 2012).
Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau
beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti
Rhizopus oligosporus, Rh. oryzae, Rh. Stolonifer (kapang roti), atau Rh. arrhizus.
Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal sebagai "ragi tempe". Kapang yang
tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawa-senyawa kompleks menjadi
senyawa sederhana yang mudah dicerna oleh manusia. Tempe kaya akan serat
pangan, kalsium, vitamin B dan zat besi. Berbagai macam kandungan dalam
tempemempunyai nilai obat, seperti antibiotika untuk menyembuhkan infeksi dan
antioksidan pencegahpenyakit degeneratif. Secara umum, tempe berwarna putih
karena pertumbuhan miselia kapang yang merekatkan biji-biji kedelai sehingga
terbentuk tekstur yang memadat. Degradasi komponen-komponen kedelai pada
fermentasi membuat tempe memiliki rasa dan aroma khas (Yudana, 2003).
Menurut Sarwono (2002), tempe memiliki beberapa khasiat terhadapat
kelangsungan kesehatan tubuh, yaitu untuk menghindari diare akibat dari bakteri
enteropatogenik, dapat melangsingkan tubuh karena dapat menghindari terjadinya
timbunan lemak dalam rongga perut, ginjal, dan dibawah kulit perut. Selain itu,
tempe berpotensi untuk digunakan melawan radikal bebas, sehingga dapat
menghambat proses penuaan dan mencegah terjadinya penyakit degeneratif
(aterosklerosis, jantung koroner, diabetes melitus, kanker, dan lain-lain). Selain
itu, tempe juga mengandung zat penurun kolesterol darah, pencegah penyakit
jantung, hipertensi, dan lain-lain.

4
2.4 Pembuatan Tempe
Pembuatan tempe dengan cara tradisional cukup sederhana akan tetapi
memiliki resiko kegagalan yang besar jika tidak dilakukan oleh orang yang
berpengalaman. Selain itu jamur yang ada pada tempe tidak tumbuh secara
merata, dan berwarna kehitaman atau kelabu tua. Sementara itu tempe yang dibuat
menggunakan cara baru memiliki pertumbuhan jamur yang merata dan baik serta
berwana putih. Jika tempe diiris warna kedelai pada tempe tradisonal akan
berwana kekuningan dan kuning muda pada tempe yang dibuat dengan cara baru
(Alvina dan Hamdani, 2019).

2.5 Kacang Kedelai


Tempe kedelai merupakan tempe yang terbuat dari bahan dasar kedelai.
Tempe kedelai sudah dikenal oleh masyarakat luas, karena sebagaian besar
pembuatan tempe di Indonesia menggunakan bahan dasar kedelai. Tempe kedelai
memilki ciri-ciri miselium berwarna putih dan kompak, bentuknya yang padat
serta memiliki bau yang khas (Astuti, 2009).
Kedelai merupakan bahan pangan yang sangat popular di dalam kalangan
masyarakat, hampir setiap hari banyak orang yang mengonsumsi makanan olahan
dari kedelai misalnya: tempe, tauge atau kecambah, dan lain-lain. Kandungan
protein yang tinggi pada kedelai dan juga kandungan gizi lainnya yang lengkap.
Apabila ditinjau dari segi harga kedelai merupakan sumber protein yang termurah
sehingga sebagian besar kebutuhan protein nabati dapat dipenuhi dari hasil olahan
kedelai. Biji kedelai tidak dapat dimakan langsung karena mengandung tripsine
inhibitor. Apabila biji kedelai sudah direbus pengaruh tripsin nhibitor dapat
dinetralkan. Kedelai dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan, antara
lain untuk makanan manusia, makanan ternak, dan untuk bahan industri (Cahyadi,
2007).

5
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini ialah telenan, pisau,
oven, panci perebusan, plastik 1⁄2 kg, lilin, korek, lap, wadah, sparta, dan nampan.
Sedangkan bahan yang digunakan yaitu cuka, ragi, kacang kedelai kuning dan
kacang kedelai hitam.

3.2 Prosedur Percobaan


Adapun prosedur percobaan praktikum kali ini yaitu :

Disiapkan bahan-bahan pembuatan


tempe yang dibeli di pasar

Disiapkan bahan dan alat

Dimulai proses pengolahan

6
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Table 1. Alat dan Bahan Pembuatan Tempe
No. Nama Gambar Fungsi
1 Sparta Sebagai tempat
penyimpanan tempe
selama fermentasi

2 Telenan Untuk alas memotong

3 Lap Untuk mengelap sesuatu

4 Oven Untuk memanggang

5 Cuka dan tempe Sebagai starter


pembuatan tempe

7
6 Pisau Untuk memotong

7 Loyang Sebagai wadah

8 Kacang kedelai Bahan untuk pembuatan


hitam tempe

9 Kacang kedelai Bahan untuk pembuatan


kuning tempe

4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini yang berjudul “Persiapan Proyek Pembuatan Produk”
yaitu akan dilakukan sebuah proyek pembuatan tempe sesuai masing-masing
kelompok. Bahan-bahan yang digunakan berbeda-beda, yang terdiri dari kacang
kedelai, kacang hijau, kacang kedelai hitam, dan kacang merah. Pada proyek ini
akan dilakukan uji sensori hedonic atau uji organoleptic. Menurut Shafali (2007)
organoleptik merupakan pengujian terhadap bahan makanan berdasarkan
kesukaan dan kemauan untuk mempegunakan suatu produk. Uji Organoleptik atau
uji indera atau uji sensori sendiri merupakan cara pengujian dengan menggunakan
indera manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya penerimaan terhadap
produk. Pengujian organoleptik mempunyai peranan penting dalam penerapan
mutu. Pengujian organoleptik dapat memberikan indikasi kebusukan, kemunduran
mutu dan kerusakan lainnya dari produk.

8
Menurut Cahyadi (2007) tempe adalah salah satu produk fermentasi yang
umumnya berbahan baku kedelai yang difermentasi dan mempunyai nilai gizi
yang baik. Fermentasi pada pembuatan tempe terjadi karena aktivitas kapang
Rhizopus oligosporus. Fermentasi pada tempe dapat menghilangkan bau langu
dari kedelai yang disebabkan oleh aktivitas dari enzim lipoksigenase. Fermentasi
kedelai menjadi tempe akan meningkatkan kandungan fosfor. Hal ini disebabkan
oleh hasil kerja enzim fitase yang dihasilkan kapang Rhizopus oligosporus yang
mampu menghidrolisis asam fitat menjadi inositol dan fhosfat yang bebas. Jenis
kapang yang terlibat dalam fermentasi tempe tidak memproduksi toksin, bahkan
mampu melindungi tempe dari aflatoksin. Tempe mengandung senyawa
antibakteri yang diproduksi oleh kapang tempe selama proses fermentasi.
Tempe termasuk makan tradisional (BSN, 2012) yang memiliki banyak
manfaat. Selain dari pembuatannya yang tidak terlalu sulit dan bahan yang
dipakai mudah untuk ditemukan, tempe sangat banyak memiliki kandungan yang
baik untuk tubuh. Menurut Sarwono (2002), tempe memiliki beberapa khasiat
terhadapat kelangsungan kesehatan tubuh, yaitu untuk menghindari diare akibat
dari bakteri enteropatogenik, dapat melangsingkan tubuh karena dapat
menghindari terjadinya timbunan lemak dalam rongga perut, ginjal, dan dibawah
kulit perut. Selain itu, tempe berpotensi untuk digunakan melawan radikal bebas,
sehingga dapat menghambat proses penuaan dan mencegah terjadinya penyakit
degeneratif (aterosklerosis, jantung koroner, diabetes melitus, kanker, dan lain-
lain). Selain itu, tempe juga mengandung zat penurun kolesterol darah, pencegah
penyakit jantung, hipertensi, dan lain-lain.
Pada proyek ini kelompok 4 menggunakan bahan kacang kedelai kuning dan
kacang kedelai hitam dengan perbandingan 50:50. Pada pembuatannya, tempe
dapat dibuat melalui dua cara yaitu cara tradisional dan cara baru. Secara
tradisional, tempe diolah dengan cara kacang kedelai direbus kemudian dibuang
kulitnya, dicuci, direndam dalam waktu satu malam, direbus, didinginkan, dan
diberikan kapang tempe lalu dibungkus dengan menggunakan daun pisang.
Sedangkan cara pembuatan tempe baru dilakukan dengan cara mengupas biji
kedelai kering dengan menggunakan mesin pengupas dan direbus hingga suhu
mendidih. Tahapan selanjutnya hingga tahapan sebelum proses pembungkusan

9
pada dasarnya sama dengan metode tradisional, bedanya, metode baru ini
menggunakan plastik 200 gram yang diberikan lubang berukuran 4 cm2 (Alvina
dan Hamdani, 2019).
Untuk pembuatan laporan pada minggu pertama yaitu tentang alat-alat dan
bahan-bahan yang dipakai untuk proyek pembuatan produk tempe. Adapun alat
yang digunakan pada praktikum kali ini ialah telenan, pisau, oven, panci
perebusan, plastik 1⁄2 kg, lilin, korek, lap, wadah, sparta, dan nampan. Sedangkan
bahan yang digunakan yaitu cuka, ragi, kacang kedelai kuning dan kacang kedelai
hitam. Pisau adalah sebuah alat untuk memotong atau mengiris sesuatu. Menurut
Afendi (2009) pisau adalah salah satu alat yang sudah ada dalam sejarah
peradaban. Para manusia Gua mempertajam batu atau batu untuk digunakan
sebagai alat pemotong. Awal pedang yang terbuat dari perunggu dan dengan
perkembangan baja datang revolusi industri. Paduan baja dimulai sebagai paduan
sederhana. Selama 80 tahun terakhir, baja perkakas telah berevolusi dengan
perkembangan teknologi dalam proses pembuatan baja.
Telenan berfungsi sebagai alas untuk memotong dalam proses pembuatan
tempe. Lalu oven adalah alat untuk memanggang. Panci perebusan digunakan
untuk merebus kacang kedelai. Plastic digunakan untuk membungkus tempe yang
akan difermentasi. Lap digunakan untuk mengelap sesuatu yg kotor atau menutup
wadah pada saat proses fermentasi. Korek digunakan untuk menyalakan lilin dan
lilin digunakan supaya tempat selalu steril. Sparta adalah tempat untuk tempe saat
dilakukan proses fermentasi. Lalu ragi sebagai stater untuk pembuatan tempe. Dan
terakhir yaitu kacang kedelai kuning dan kedelai hitam yaitu untuk bahan utama
sebagai pembuatan tempe.

10
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Simpulan dari praktikum kali ini dengan judul “Persiapan Proyek Pembuatan
Produk” pada proyek yang akan dilakukan adalah pembuatan tempe menggunakan
bahan-bahan yang berbeda-beda sesuai kelompok masing-masing. Beberapa
bahan tersebut yaitu, kacang kedelai, kacang kedelai hitam, kacang hijau, dan
kacang merah. Untuk didapatkan data dari proyek tersebut, dilakukan pengujian
organoleptic atau uji sesori hedonic.

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat pada praktikum kali ini agar praktikan lebih teliti
dan memperhatikan panduan yang diberikan selama praktikum online.

11
DAFTAR PUSTAKA

[PUSIDO BSN] Pusat Informasi dan Dokumentasi Badan Standardisasi Nasional.


2012. Tempe: Persembahan Indonesia Untuk Dunia. Badan Standardisasi
Nasional. Jakarta. 17 hal. http://www.bsn.go.id
Afendi, TB. 2009. Mesin Pemotong. Jakarta : GPU
Alvina, A., dan Hamdani, D. 2019. Proses Pembuatan Tempe Tradisional. Jurnal
Pangan Halal. Vol. 1 (1): 9-12
Astuti, N. P. 2009. Sifat Organoleptik Tempe Kedelai Yang Dibungkus Plastik.
SKRIPSI. Fakultas Ilmu Kesehatan, UMS
Azzahra N , Jamilatun M, dan Aminah A. 2020. Perbandingan Pertumbuhan
Aspergillus fumigatus pada Media Instan Modifikasi Carrot Sucrose Agar
dan Potato Dextrose Agar. Jurnal Mikologi Indonesia. Vol. 4, No. 1. Hal
168-174.
Cahyadi, Wisnu. 2007. “Teknologi dan Khasiat Kedelai”, Bumi Aksara, Jakarta
Cahyadi,W., 2007.Teknologi dan Khasiat Kedelai, Bumi Aksara, Jakarta.
Dewi, R.S. & Aziz, S., 2009. Isolasi Rhizopus oligosporus pada beberapa
inokulum tempe di Kabupaten Banyumas. Molekul
Hermana dan Karmini. 1996. Pengembangan teknologi pembuatan tempe. Di
dalam Sapuan dan N Soetrisna (eds.). Bunga Rampai Tempe Indonesia.
Yayasan Tempe Indonesia : Jakarta.
Hidayat dan Suhartini (2013) Uji antimikroba ekstrak segar jahe-jahean
(zingiberaceae) terhadap staphylococcus aureus, escherichia coli dan
candida albicans. Jurnal Biologi Universitas Andalas Vol.2 (1) : 20-24.
Limando, Ido, and Bambang Mardiono Soewito. 2007. “ Perancangan Buku
Visual Tentang Tempe Sebagai Salah Satu Makanan Masyarakat
Indonesia”. Jurnal DKV Adiwarna. Vol.1 No. 4
Pelczar, M.J dan E.C.S. Chan. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi I. Diterjemahkan
oleh Hadioetomo, dkk. Universitas Indonesia Press. Jakarta
Prabowo, D. 2011. Dasar - Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta.
Sarwono, B. 2002. Membuat Tempe dan Oncom. Penebar Swadaya, Jakarta

12
Shfali Dhingra, Sudesh Jood. 2007. Organoleptic and nutritional evaluation of
wheat breads supplemented with soybean and barley flour. Food
Chemistry 77 (2001) 479–488.
Sulistyaningrum. 2008. Efficacy Of Aframomum Melegueta And Zingiber
Officinale Extracts On Fungal Pathogen Of Tomato Fruit. Journal of
pharmacy and biological siences Vol. 4 (6) : 13-16
Suprihatin. 2010. Teknologi Fermentasi. Surabaya: UNESA Pres.
Sutanto dkk, 2008, Parasitologi Kedokteran, Edisi Keempat, Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
Wipradnyadewi, Putu Ari Shandi., Rahayu, Endang. S., dan Raharjo, Sri. 2010.
Isolasi dan Identifikasi Rhizopus oligosporus pada Beberapa Inokulum
Tempe. Yogyakarta: Fakultas Teknologi Pertanian, UGM.
Yudana. 2003. Tempe Makanan Seumur Hidup. Semarang Metro, Semarang.

13
LAMPIRAN

Cuka dan tempe Pisau

Oven Sparta Telenan

Kacang kedelai kuning Kacang kedelai hitam Kain lap

Oven

14

Anda mungkin juga menyukai