Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASFIKSIA PADA NEONATUS

DISUSUN OLEH :

VELLIN RAMADHANI ( P27220017080)

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
SURAKARTA
2019

KONSEP TEORI

A. PENGERTIAN
Suatu keadaan bayi baru lahir yang mengalami gangguan tidak bernapas secara
spontan dan teratur setelah lahir. Asfiksia dapat terjadi selama kehamilan atau persalinan
(Sofian, 2012).
Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara
spontan dan teratur segera setelah lahir (Sarwono, 2011).
Asfiksia neonatorum dapat merupakan kelanjutan dari kegagalan janin (fetal distress)
intrauteri. Fetal distress adalah keadaan ketidakseimbangan antara kebutuhan O2 dan
nutrisi janin sehingga menimbulkan perubahan metabolisme janin menuju metabolisme
anaerob, yang menyebabkan hasil akhir metabolismenya bukan lagi CO2 (Manuaba,
2008).

B. KLASIFIKASI
Tabel penilaian APGAR SCORE (Nurarif dan Hardhi Kusuma, 2015)

Skor APGAR
Tanda
0 1 2
A : Appearance Tubuh kemerahan, Tubuh dan ektremitas
Biru/ pucat
(color) Warna kulit ektremitas biru kemerahan
P : Pulse (heart rate)
Tidak ada <100x/menit >100x/menit
Denyut nadi
G : Grimance
Tidak ada Gerakan sedikit Menangis
(reflek)
A : Activity
Lumpuh Fleksi lemah Aktif
(tonus otot)
R : Respiration
Tidak ada Lemah, merintih Tangisan kuat
(usaha nafas)
Penilaian :
7-10 : normal (vigorous baby)
4-6 : asfiksia sedang
0-3 : asfiksia berat
Skor APGAR digunakan pada menit pertama dan menit ke lima bayi dilahirkan.
Ketika bayi keluar dari jalan lahir (baik secara spontan/normal atau operasi sesar),
Dokter, bidan, atau perawat yang mendampingi akan menilai pola napas, gerakan bayi,
dan arna kulit (Arfianto, 2012).

C. ETIOLOGI
Asfiksia dapat terjadi karena beberapa faktor :
1. Faktor ibu :
a. Hipoksia
b. Gangguan aliran darah fetus
- Gangguan kontraksi uterus pada hipertoni, hipotoni, tetani uteri
- Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan
- Hipertensi pada penyakit toksemia, eklamsia, dll
c. Primi tua, DM, anemia, riwayat lahir mati, ketuban pecah dini, infeksi
2. Faktor plasenta :
Abruptio plasenta, solutio plasenta
3. Faktor fetus :
Tali pusat menumbung, lilitan tali pusat, meconium kental, prematuritas persalinan
ganda
4. Faktor lama persalinan :
Persalinan lama,VE, kelainan letak, operasi caesar
5. Faktor neonatus :
a. Anestesi/analgetik yang berlainan pada ibu secara langsung dapat menimbulkan
depresi pernafasan pada bayi
b. Trauma lahir sehingga mengakibatkan perdarahan intracranial
Kelainan konginetal seperti hernia diafragmatika, atresia/stenosis saluran
pernafasan, hipoplasi paru. (Nurarif dan Hardhi Kusuma, 2015)
D. PATHWAY

Persalinan lama, lilitan tali pusat, Faktor lain : obat-obatan narkotik


presentasi janin abnormal

ASFIKSIA Paralisis pusat pernapasan

Paru paru terisi cairan (misal :


Janin kekurangan O2 & aspirasi mekonium, air
kadar CO2 meningkat ketuban)

Gangguan metabolisme &


Napas cepat Suplai O2 ke Suplai O2 dalam perubahan asam basa
paru  darah 
Asidosis respiratorik

Apneu Kerusakan otak


Hipoksia organ Gangguan perfusi - ventilasi
(jantung dan
paru)
Kematian bayi Nafas cuping hidung,
Resiko cedera
sianosis, hipoksia
Sianosis

DJJ & TD 
Gangguan
Akral dingin pertukaran gas
Ketidakefektifan
pola napas Resiko
ketidakseimbangan
suhu tubuh

(Nurarif dan Hardhi Kusuma, 2015)


E. MANIFESTASI KLINIS
Klasifikasi klinik berdasarkan nilai APGAR
1. Afiksia berat (nilai APGAR 0-3)
2. Asfiksia ringan sedang (nilai APGAR 4-6)
3. Bayi normal atau sedikit asfiksia (nilai APGAR 7-9)
4. Bayi normal dengan nilai APGAR 10
(Nurarif dan Hardhi Kusuma, 2015)

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Analisis gas darah 4. Baby gram (RO dada)
2. Elektrolit darah 5. USG (kepala)
3. Gula darah (Nurarif dan Hardhi Kusuma, 2015)

G. PENATALAKSANAAN
Tahap I
Langkah awal perlu dilakukan dalam 30 detik langkah tersebut adalah :
1. Jaga bayi tetap hangat
a. Letakkan bayi di atas kain yang ada di atas perut ibu
b. Bungkus bayi dengan kain tersebut, potong tali pusat
c. Pindahkan bayi ke atas kain ditempat resusitasi
2. Atur posisi bayi
a. Baringkanlah bayi terlentang dengan kepala didekat penolong
b. Ganjal bahu agar kepala sedikit ekstensi
3. Isap Lendir
Gunakan alat penghisap lendir De Lee dengan cara sebagai berikut :
a. Isap lendir mulut dari mulut dulu kemudian hidung
b. Lakukan penghisapan saat alat penghisap ditarik keluar, jangan lebih dari 5 cm ke
dalam mulut dan lebih dari 3 cm ke dalam hidung.
4. Keringkanlah dan Rangsang Bayi
a. Keringkanlah bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan
sedikit tekanan. Rangsangan ini dapat membantu BBL mulai bernafas sedikit
tekanan. Rangsangan ini dapat membantu BBL mulai bernafas
b. Lakukan rangsangan taktil dengan beberapa cara
Menepuk atau menyentil telapak kaki, menggosok perut, dada, punggung atau
tungkai kaki dengan telapak tangan
5. Atur kembali posisi kepala bayi dan bungkus bayi
a. Ganti kain yang telah basah dengan kain yang ada di bawahnya
b. Bungkus bayi dengan kain tersebut, jangan menutupi muka, dada agar biasa
memantau pernafasan bayi
c. Atur kembali posisi kepala bayi sehingga sedikit ekstensi
6. Lakukan Penilaian Bayi
Lakukan penilaian apakah bayi bernafas normal, atau tidak bernafas megap-megap
a. Bila bayi bernafas normal, berikan ibunya untuk disusui
b. Bila bayi tidak bernafas atau megap-megap mulai lakukan ventilasi

Tahap II : Ventilasi
Ventilasi adalah tahapan tindakan resusitasi untuk memasukan sejumlah volume
udara ke paru-paru dengan tekanan positif untuk membawa aveoli perlu agar bayi bisa
bernafas spontan dan teratur.
Langkah-langkah sebagai berikut :
1. Pasang sungkup
Pasang sungkup dan pegang agar menutupi mulut dan hidung bayi
2. Ventilasi 2 kali
1. Lakukan tiupan dengan tekanan 30 cm air
2. Lihatlah apakah dada bayi mengembangl. Bila dada tidak mengembang
periksa posisi kepala, pastikan sudah ekstensi, periksa posisi sungkup dan
pastikan tidak ada udara bocor dan periksa cairan atau ledir di mulut bila ada
mengembang lakukan tahapan berikutnya.
3. Ventilasi 20 kali dalam 30 detik
a. Lanjutkan ventilasi tiap 20 x dalam 30 detik (dengan tekanan 20 cm air)
b. Hentikan ventilasi setiap 30 detik
c. Lakukanlah penelitian bayi, apakah bayi bernafas, bernafas tidak normal
atau megap-megap
d. Bila bayi normal, hentikan ventilasi dan pantau bayi dengan seksama
e. Bila bayi tifak bernafas atau megap-megap, teruskan ventilasi 20 x dalam
30 detik, kemudian lakukan penilaian setiap 30 detik.
4. Siapkan rujukan bila bayi belum bernafas normal sesudah 2 menit ventilasi
a. Mintalah keluarga untuk mempersiapkan rujukan
b. Hentilan ventilasi sesudah 20 menit tidak berhasil

Tahap III : Asuhan Pasca Resusitasi


Asuhan pasca resusitasi adalah pelayanan kesehatan pasca resusitasi, yang diberikan
baik kepada bayi baru lahir ataupun ibu dan keluarga setelah resusitasi berhasil
sebaiknya bidan tinggal bersama ibu dan keluarga bayi untuk memantau bayi minimal
2 jam pertama
1. Bila pernapasan bayi dan warna kulitnya normal, berikan pada ibunya
a. Letakkan bayi di dada ibu dan selimuti keduanya dengan kain hangat
b. Anjurkan ibu menyusui bayinya dan membelainya
c. Lakukan asuhan neonatal normal
2. Lakukan pemantauan seksama terhadap bayi pasca resusitasi selama 2 jam
pertama
a. Perhatikan tanda-tanda kesulitan bernafas pada bayi
1) Terikan dinding dada ke dalam nafas megap-megap, frekuensi nafas < 30
x/menit atau > 60 x/menit
2) Bayi kebiruan atau pucat
3) Bayi lemas
b. Pantau juga bayi yang berwarna pucat walaupun tampak bernafas
3. Jagalah agar bayi tetap hangat dan kering
Tunda memandikan bayi sampai 6 sampai 24 jam
4. Bila kondisi bayi memburuk perlu rujukan sesudah resusitasi
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Diri
a. Identitas Pasien
1) Nama
2) Umur : pada bayi baru lahir
3) Jenis kelamin
4) Tanggal masuk RS
5) Diagnosa medis
b. Identitas Penanggung Jawab
1) Nama
2) Umur
3) Hubungan
2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama
Bayi baru lahir tidak bisa bernafas spontan
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Persalinan lama,VE, kelainan letak, operasi caesar
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Adakah riwayat penyakit, infeksi, maupun riwayat penggunaan obat tertentu yang
dikonsumsi ibu saat hamil
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit menurun atau menular pada keluarga
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : lemah dan pucat/sianosis
b. TTV : RR < 60x/menit atau >80x /menit
c. Pemeriksaan head to toe : akral dingin, sianosis, status respirasi
4. Pola Fungsi Kesehatan
a. Sirkulasi
Nadi apikal dapat berfungsi dari 110 sampai 180x/menit. Tekanan darah 60
sampai 80 mmHg (sistolik) 40 sampai 45 mmHg (diastolik).
1) Bunyi jatung, lokasi di mediasternum dengan titik intercosta III/IV
2) Murmur biasanya terjadi selama beberapa jam pertama kehidupan
3) Tali pusat dan putih dan bergelatin mengandung 2 arteri 1 vena
b. Eliminasi
Dapat berkemih saat lahir
c. Makanan/ cairan
1) Berat badan 2500-4000 gram
2) Panjang badan 44-45 cm
3) Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai getasi)
d. Neurosensori
1) Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas
2) Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30 menit
pertama setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas). Penampilan
asimetris (molding, edema, hematoma)
3) Menangis kuat sehat, nada sedang (nada menangis tinggi menunjukkan
abnormalitas genetik, hipoglikemia atau efek nekrotik yang memanjang
e. Pernafasan
1) Skor APGAR : skor optimal antara 7 – 10
2) Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat
3) Bunyi nafas bilateral, kadang kadang krekels umum awalnya silindrik
thorak : kartilago xifoid menonjol umum terjadi
f. Keamanan
Suhu rentan dari 35,5oC-37,5oC.
g. Kulit
Kulit lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/kaki dapat terlihat, warna merah
muda atau kemerahan, mungkin belang belan menunjukkan memar minor
(misal : kelahiran dengan forseps), atau perubahan warna herliquin, petekie pada
kepala/wajah (dapat menunjukkan peningkatan tekanan berkenaan dengan
kelahiran atau tanda nukhal), bercak portwine, nevi telengiektasi ( kelopak mata
antara alis dan mata atau pada nukhal), atau berck mongolia (terutama punggung
bawah dan bokong) dapat terlihat. Abrasi kulit kepala mungkin ada (penempatan
elektroda internal)
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Analisis gas darah d. Baby gram (RO dada)
b. Elektrolit darah e. USG (kepala)
c. Gula darah
6. Pengkajian Tumbuh Kembang
a. Pengkajian pertumbuhan yang meliputi BB, PB, LD, LK
b. Pengkajian perkembangan yang meliputi reflek berkedip, menggenggam,
menghisap, terkejut, plantar, tonik neck

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran darah ke alveoli,
alveolar edema, alveoli perfusi
3. Resiko cedera berhubungan dengan hipoksia
4. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan sianosis

C. INTERVENSI
No
. Tujuan Intervensi Rasional
Dx
1 Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi pola nafas 1. Mengetahui status
keperawatan diharapkan dan TTV respirasi pasien
ketidakefektifan pola nafas 2. Beri O2 sesuai 2. Memenuhi
klien dapat teratasi dengan program kebutuhan oksigen
kriteria hasil : 3. Posisikan bayi semi 3. Memudahkan jalan
1. Pola napas normal, fowler napas
suara nafas bersih tidak 4. Kolaborasi dengan 4. Untuk
ada sianosis medis lain mempercepat
2. Tanda-tanda vital dalam penyembuhan
rentang normal
2 Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor rata rata, 1. Mengetahui status
keperawatan diharapkan kedalaman, irama dan respirasi pasien
gangguan pertukaran gas usaha respirasi
klien dapat teratasi dengan 2. Posisikan pasien semi 2. Untuk
kriteria hasil : fowler memaksimalkan
1. Peningkatan ventilasi ventilasi
dan oksigenasi yang 3. Beri O2 sesuai 3. Memenuhi
adekuat program kebutuhan oksigen
2. Paru-paru bersih dan 4. Kolaborasi dengan 4. Untuk mempercepat
bebas dari tanda-tanda medis lain penyembuhan
distress pernafasan
3. Tanda-tanda vital dalam
rentang normal
3. Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi 1. Mengetahui
keperawatan diharapkan kebutuhan keamanan kebutuhan
resiko cedera dapat teratasi pasien, sesuai dengan keamanan pasien
dengan kriteria hasil : kondisi fisik pasien
1. Klien terbebas dari 2. Menghindari 2. Meminimalkan
cedera lingkungan yang resiko cedera
2. Perubahan status berbahaya (misalnya
kesehatan memindahkan
perabotan)
3. Sediakan lingkungan 3. Memberikan
yang aman untuk kenyamanan pasien
pasien
4. Memasang side rail 4. Mengurangi resiko
tempat tidur jatuh
4. Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor suhu tiap 2 1. Mengetahui
keperawatan diharapkan jam perubahan suhu
resiko ketidakseimbangan tubuh
suhu tubuh klien dapat 2. Monitor tanda tanda 2. Mengetahui pasien
berkurang dengan kriteria hipertermi dan hipotermi atau
hasil hipotermi hipertermi
: suhu kulit normal 3. Selimuti pasien 3. Untuk mencegah
1. Suhu badan 36oC-37oC hilangnya
2. TTV dalam batas kehangatan tubuh
normal 4. Tingkatkan intake 4. Mencegah dehidrasi
3. Gula darah dalam batas cairan dan nutrisi
normal
4. Keseimbangan asam
basa dalam batas normal
5. Hidrasi adekuat
D. IMPLEMENTASI
Melakukan intervensi yang sudah direncanakan dengan pasien sesuai jadwal dan
bertahap agar diperoleh hasil yang diinginkan

E. EVALUASI
Evaluasi yang diharapkan dari tindakan keperawatna yang telah dilakukan yaitu :
1. Pasien dapat bernafas dengan pola nafas normal, tidak sianosis, dan tanpa alat bantu
2. Suhu tubuh pasien 36,5oC-37,5oC

DAFTAR PUSTAKA

Arfianto. 2012. Orang Tua Cermat, Anak Sehat. Jakarta : Gagas Media
Nurarif, Amir Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC jilid 1. Yogyakarta : Mediaction Publishing
Manuaba, Ida Bagus Gede. 2008. Pengantar Kuliah Obsteri. Jakarta : EGC.
Sarwono, Winkjosastro Hanifa. 2011. Pengantar Ilmu Kandungan. Ed. 4. Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka Sarono Prawirohardjo
Sofian, Amru. 2012. Rustam Mochtar Sinopsis Obsteri :Obsteri Operatif, Obsteri Sosial Ed.
3 Jilid 1 & 2. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai