Osteoarthritis
Osteoarthritis
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
1|P a g e
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………........….1
DAFTAR ISI……………………………………………..…………….…….....2
BAB I PENDAHULUAN…………………………………..……….….….......3
Latar Belakang...........……………….…………………………….....…....…...3
Tujuan Masalah.........………………...…………………………....….........….3
Batasan Masalah............………………..…………………………......…...….4
DAFTAR PUSTAKA…………………….……………………………...........41
LAMPIRAN.................................................................................................42
2|P a g e
BAB I
PENDAHULUAN
3|P a g e
Pembahasan pada makalah ini kami batasi pada terapi fisiatrik dalam
hal terapi fisik (Physical Theraphy) yang berhubungan dengan pemulihan
terhadap penderita.
BAB 2
4|P a g e
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 OSTEOARTRITIS
2.1.1 Definisi
Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan
dengan kerusakan kartilago sendi. Vertebra, panggul, lutut dan pergelangan kaki
paling sering terkena. OA biasanya mengeluh nyeri pada waktu melakukan
aktivitas atau jika ada pembebanan pada sendi yang terkena. Pada derajat yang
lebih berat nyeri dapat dirasakan terus menerus sehingga dapat mengganggu
mobilitas pasien. Penyakit ini disebut juga degenerative arthritis, hypertrophic
arthritis, dan degenerative joint disease. Osteoartritis adalah bentuk artritis yang
paling umum terjadi yang mengenai mereka di usia lanjut atau usia dewasa dan
salah satu penyebab terbanyak kecacatan di negara berkembang. 2,4
2.1.2 Klasifikasi
Klasifikasi Berdasarkan Etiologi
Osteoartritis diklasifikasikan berdasarkan etiologi oleh Altman et al
menjadi 2 golongan, yaitu OA primer dan OA sekunder. 4
Osteoartritis Primer
Osteoartritis primer atau OA idiopatik belum diketahui penyebabnya dan
tidak berhubungan dengan penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal pada
sendi. Meski demikian, osteoartritis primer banyak dihubungkan pada penuaan.
Pada orangtua, volume air dari tulang muda meningkat dan susunan protein tulang
mengalami degenerasi. Akhirnya, kartilago mulai degenerasi dengan mengelupas
atau membentuk tulang muda yang kecil. Pada kasus-kasus lanjut, ada kehilangan
total dari bantal kartilago antara tulang-tulang dan sendi-sendi. Penggunaan
berulang dari sendi-sendi yang terpakai dari tahun ke tahun dapat membuat
bantalan tulang mengalami iritasi dan meradang, menyebabkan nyeri dan
pembengkakan sendi. Kehilangan bantalan tulang ini menyebabkan gesekan antar
tulang, menjurus pada nyeri dan keterbatasan mobilitas sendi. Peradangan dari
kartilago dapat juga menstimulasi pertumbuhan-pertumbuhan tulang baru yang
terbentuk di sekitar sendi-sendi. 4
5|P a g e
Osteoartritis primer ini dapat meliputi sendi-sendi perifer (baik satu
maupun banyak sendi), sendi interphalang, sendi besar (panggul, lutut), sendi-
sendi kecil (carpometacarpal, metacarpophalangeal), sendi apophyseal dan atau
intervertebral pada tulang belakang, maupun variasi lainnya seperti OA
inflamatorik erosif, OA generalisata, Chondromalacia Patella, atau Diffuse
Idiopathic Skeletal Hyperostosis (DISH). 4
Osteoartritis sekunder
Osteoartritis sekunder adalah OA yang disebabkan oleh penyakit atau
kondisi lainnya, seperti pada post-traumatik, kelainan kongenital dan
pertumbuhan (baik lokal maupun generalisata), kelainan tulang dan sendi,
penyakit akibat deposit kalsium, kelainan endokrin, metabolik, inflamasi,
imobilitas yang terlalu lama, serta faktor risiko lainnya seperti obesitas, operasi
yang berulangkali pada struktur-struktur sendi, dan sebagainya. 4
Klasifikasi Berdasarkan Lokasi Sendi Yang Terkena
Klasifikasi ini digunakan dalam penatalaksanaan OA secara menyeluruh,
baik secara farmakologi maupun non farmakologi untuk kepentingan rekomendasi
ini. Penanganan OA tidak hanya pada sendi lutut, panggul, lumbal tetapi juga
dapat mengenai sendi- sendi di bawah ini :
6|P a g e
2.1.3 Etiopatogenesis
Patogenesis osteoartritis tidak hanya melibatkan proses degeneratif saja,
namun melibatkan hasil kombinasi antara degradasi rawan sendi, remodelling
tulang dan inflamasi cairan sendi. Osteoartritis diperkirakan dapat diakibatkan
oleh proses biokimiawi dan biomekanis. 2
Pada tulang rawan sendi (kartilago) dilumasi oleh cairan sendi sehingga
mampu menghilangkan gesekan antar tulang yang terjadi ketika cairan sendi
(sinovial) mengurangi gesekan antar kartilago pada permukaan sendi sehingga
mencegah terjadinya keletihan kartilago akibat gesekan. Protein yang disebut
dengan lubricin merupakan protein pada cairan sendi yang berfungsi sebagai
pelumas. Protein ini akan berhenti disekresikan apabila terjadi cedera dan
peradangan pada sendi. 2
Rawan sendi dibentuk oleh sel rawan sendi (kondrosit) dan matriks rawan
sendi. Kondrosit berfungsi menyintesis dan memelihara matriks rawan sehingga
fungsi bantalan rawan sendi tetap terjaga dengan baik. Gangguan pada fungsi
kondrosit akan memicu proses patogenik osteoartritis. 2
Rawan sendi pada keadaan normal melapisi ujung tulang. Matrik rawan
sendi mempunyai dua macam makromolekul, yaitu proteoglikan dan kolagen,
disamping mineral, air dan enzim. Proteoglikan terdiri atas protein dengan rantai
glikosaminoglikan, kondroitin sulfat dan keratan sulfat. Proteoglikan bergabung
dengan glikosaminoglikan lain dan protein lain untuk menstabilkan dan
memperkuat rawan sendi. Kolagen rawan sendi atau kolagen tipe II penting untuk
integritas struktur dan kemampuan fungsi rawan sendi. 2
Stres mekanik yang terjadi akan mempengaruhi metabolisme kondrosit,
pelepasan enzim MPP gangguan biokimia sifat matrik sehingga terdapat
penurunan kadar proteoglikan sedangkan kolagen masih normal, sementara
sintesis kondrosit meningkat sebagai tanda usaha memperbaiki diri. Sintesis
kondrosit meningkatkan kuantitas sitokin seperti interleukin I (IL I), Tumor
Necrosis Factor (TNFa) enzim kolagenase, gelatin IL dan TNF a sebagai media
yang akan mengaktifkan enzim proteolitik. Molekul pro-inflamasi lain seperti
Nitride Oxide (NO, radikal bebas inorganik) dapat menjadi faktor yang ikut
berperan dalam kerusakan kartilago sendi. Proses ini terjadi akibat terbentuknya
7|P a g e
enzim metaloproteinase (MPP) yang akan memecahkan proteoglikan dan kolagen.
2
8|P a g e
9|P a g e
Gambar 2.2 Osteoartritis Lutut
A. Atas : Sendi lutut normal.
B. Tengah : Sendi dengan osteoartritis sedang.
C. Bawa : Sendi dengan bentuk osteoartritis berat.
2.1.4 Faktor Resiko Osteoartritis
Harus diingat bahwa masing-masing sendi memiliki biomedik , cedera dan
persentase gangguan berbeda, sehingga peran dan faktor-faktor risiko ini, maka
sebenarnya semua OA individu dapat dipandang sebagai :
Faktor yang mempengaruhi predisposisi generalisata.
Faktor-faktor yang meyebabkna beban biomekanis tak normal pada sendi-
sendi tertentu.
Kegemukan, faktor genetik dan jenis kelamin adalah faktor risiko umum
yang paling.
2.1.4.1 Umur
Faktor ketuaan adalah yang terkuat dari semua faktor untuk timbulnya
OA. OA tak pernah pada anak-anak, jarang pada usia dibawah 40 tahun dan sering
pada usia diatas 60 tahun. OA bukan akibat ketuaan saja, perubahan tulang sendi
pada ketuaan berbeda dengan ketuaan pada perubahan pada OA. 2
2.1.4.2 Jenis Kelamin
Wanita lebih sering terkena OA lutut dan banyak sendi, dan lelaki lebih
sering pada paha, pergelangan tangan dan leher. Pada usia dibawah 45 frekuensi
OA laki-laki dan pewanita adalah sama., tetapi pada usia diatas 50 tahun OA lebih
banyak pada wanita. Hal ini menunjukan adanya perqn hormonal pada
patogenesis OA. 2
2.1.4.3 Suku Bangsa
OA paha lebih jarang diantara orang-orang berkulit hitam dan Asia dari
pada Kaukasia. Sering dijumpai pada orang Amerika asli (Indian) dari pada
berkulit putih. Hal ini berkaitan dengan kelainan kongenital dan pertumbuhan. 2
2.1.4.4 Genetik
Herediter berperan untuk timbulnya OA. Adanya mutasi dalam gen
prokolagen II atau gen-gen struktural lain untuk unsur-unsur tulang rawan sendi
seperti kolagen tipe IX dan XII, prtotein pengikat, atau proteoglikan dikatakan
10 | P a g e
berperan dalam timbulnya kecendrungan familial pada OA tertentu (terutama OA
sendi). 2
11 | P a g e
(asimtomatik) dan OA simtomatik masih belum jelas. Beberapa penelitian
menunjukan bahwa wanita dan orang gemik cenderung lebih sering mempunyai
keluhan dari pada orang-orang dengan perubahan yang lebih ringan. Faktor-faktor
lain yang diduga meningkatkan timbulnya keluhan ialah hipertensi, merokok,
kulit putih dan psikologis yang tak baik. 2
12 | P a g e
Pada awalnya hanya berupa perasaan akan adanya sesuatu yang
patah atau remuk, namun dengan bertambah beratnya penyakit
krepitasi dapat terdengar sampai jarak tertentu.
Pembengkakan Sendi yang Seringkali Asimetris
Pembengkakan sendi pada OA dapat timbul karena efusi pada
sendi (<100 cc) atau karena adanya osteofit.
Tanda-tanda Peradangan
Tanda-tanda adanya peradangan pada sendi seperti nyeri tekan,
gangguan gerak, rasa hangat dan warna kemerahan.
Perubahan Bentuk (deformitas) Sendi yang Permanen
Adanya perubahan permukaan sendi, perubahan pada tulang,
kecacatan dan gaya berdiri akibat kontraktur sendi yang lama.
Perubahan Gaya Berjalan
Keadaan ini hampir selalu berhubungan dngan nyeri karena
menjadi tumpuan berat badan.
13 | P a g e
Grade 2 : minimal (osteofit sedikit pada tibia dan patella, permukaan
sendi menyempit asimetris)
Grade 3 : moderat (adanya osteofit moderat pada beberapa tempat,
permukaan sendi menyempit dan tampak sklerosis subkondral)
Grade 4 : berat (ada osteofit yang besar, permukaan sendi menyempit
secara komplit, sklerosis subkondral berat dan kerusakan
permukaan sendi.
14 | P a g e
2.1.9 Kriteria Diagnosis Osteoartritis
Klasifikasi diagnosis Osteoartritis berdasarkan kriteria American
College of Rheumatology (ACR)
Klasifikasi diagnosis OA lutut ICD-10 kode: M17
• Berdasarkan kriteria klinis :
- Nyeri sendi lutut dan paling sedikit 3 dari 6 kriteria di bawah ini :
1. krepitus saat gerakan aktif
2. kaku sendi < 30 menit
3. umur > 50 tahun
4. pembesaran tulang sendi lutut
5. nyeri tekan tepi tulang
6. tidak teraba hangat pada sinovium sendi lutut.
Sensitivitas 95% dan spesifisitas 69%.
Catatan :
15 | P a g e
LED : Laju Endap Darah
RF : Rheumatoid Factor
Catatan :
10 sendi yang dimaksud adalah: DIP 2 dan 3, PIP 2 dan 3 dan CMC 1 masing-
masing tangan. DIP = distal interfalang; PIP = proximal interfalang; CMC = carpo
metacarpal; MCP = metacarpofalang.
16 | P a g e
• Berdasarkan kriteria klinis, laboratoris dan radiologis:
Nyeri pada sendi panggul/koksa dan paling sedikit 2 dari 3 kriteria di bawah ini:
1. LED < 20 mm pada jam pertama
2. Osteofit pada femoral dan atau asetabular pada gambaran radiologis
3. Penyempitan celah sendi secara radiologis (superior, axial dan atau medial)
Sensitivitas 89% dan spesifisitas 91%.
Catatan :
Radiografi pada panggul, lutut dan pergelangan kaki : dibuat dengan film yang
panjang, dengan pasien berdiri pada posisi tegak dapat menilai adanya perubahan
bentuk/ deformitas OA. Pasien harus dapat berdiri dengan seluruh berat badannya
menumpu pada seluruh tungkainya, untuk mendapatkan ketepatan deformitas
tungkai. Pemeriksaan radiografi harus dilakukan bilateral dan dibandingkan,
termasuk penilaian anteroposterior pelvis, pada posisi berdiri (weight-bearing
dengan rotasi interna dari jari-jari kaki 15-20 derajat), dan penilaian
anteroposterior dengan fokus pada satu panggul.
17 | P a g e
Nilai algofungsional, radiologik polos dan artroskopi telah banyak
digunakan pada berbagai uji klinik OA, tetapi hanya nilai algofungsional saja
yang telah divalidasi sebagai instrumen outcome. 2
Foto polos sendi selama ini digunakan sebagai standard emas untuk
menilai perubahan struktur sendi pada berbagai uji klinik penggunaan obat
DMOA (Disease Modifying Osteoartritis Drugs). 2
2.1.11 Derajat Beratnya penyakit Osteoartritis Lutut dan Hip
1. Berdasarkan Western Ontario and McMaster Universities
(WOMAC) Composite index:
Penilaian WOMAC terbagi atas beberapa kelompok pertanyaan
Derajat nyeri ( 5 pertanyaan) Seberapa nyerikah anda :
1) Berjalan di permukaan yang rata ?
2) Naik atau turun tangga?
3) Malam hari saat tidur?
4) Duduk atau berbaring?
5) Berdiri tegak?
Derajat kekakuan (2 pertanyaan)
1) Seberapa berat kekakuan yang anda rasakan setelah anda berjalan di
pagi hari?
2) Seberapa berat kekakuan anda setelah duduk, bangun tidur dan setelah
istirahat dalam sehari?
Derajat gangguan fungsi
Seberapa sukarkah anda melakukan aktivitas berikut :
1) Turun tangga
2) Naik tangga
3) Berdiri dari duduk
4) Berdiri
5) Membungkuk menyentuh lantai
6) Berjalan di tempat datar
7) Naik atau turun dari kendaraan
8) Berbelanja
9) Memakai kaus kaki
18 | P a g e
10) Bangun dari tidur
11) Melepas kaus kaki
12) Berbaring di tempat tidur
13) Masuk atau keluar kamar mandi
14) Duduk
15) Buang air besar
16) Tugas berat
17) Tugas ringan
Keterangan :
Penilaian nyeri untuk menilai Index WOMAC dapat dilakukan berdasarkan nilai
VAS (visual analog scale = 0 – 100)
Skor :
1 = Tidak
2 = Sedikit
3 = Sedang
4 = Berat
5 = Sangat Berat
Skor = Dijumlahkan
Rata-rata skor=( jumlah skor/ 96)%
Interpretasi skor:
Minimum skor:0
Maksimum skor: 96
Minimum Derajat nyeri: 0
19 | P a g e
2. Berdasarkan Indeks Lequesne
Indeks Lequesne (berdasarkan aspek klinis saja) ini terbagi dalam 3
kategori, yaitu :
I. Keluhan nyeri atau ketidaknyamanan (pain or discomfort)
20 | P a g e
Parameter Temuan Klinis Besar Nilai
Jarak tempuh maksimal Tidak terbatas 0
dengan berjalan
Perlu alat bantu berjalan > 1 km, tapi terbatas 1
1 km, dalam 15 menit 2
500-900 m dalam 8-15 3
menit
300-500 m 4
100-300 m 5
< 100 m 6
Tidak 0
Perlu 1 tongkat 1
Perlu 2 tongkat 2
21 | P a g e
sedang
Mampu dengan sangat 1,5
kesulitan
Tidak mampu sama sekali 2
Kemampuan berjongkok atau Mudah 0
menekuk lutut Mampu dengan sedikit 0,5
kesulitan/ringan
Mampu dengan kesulitan 1
sedang
Mampu dengan sangat 1,5
kesulitan
Tidak mampu sama sekali 2
Interpretasi:
• minimal nilai dari setiap parameter :0
• maksimal nilai dari setiap parameter :8
• minimal nilai dari indeks Lequesne :0
• maksimal nilai dari indeks Lequesne : 24
0 Normal
1-4 Ringan
5-7 Sedang
8 - 10 Berat
11 - 13 Sangat Berat
≥ 14 Berat Sekali (Extremely Severe)
2.1.12 Pengelolaan
22 | P a g e
Pengelolaan OA berdasarkan atas distribusinya (sendi mana yg terkena) dan
berat ringannya sendi yang terkena. Pengelolaannya terdiri dari 3 hal
- Terapi non-farmakologis :
Edukasi atau penerangan
Terapi fisik dan rehabilitasi
Penurunan berat badan
- Terapi farmakologis :
Analgesik oral non-opiat
Analgesik topikal
OAINS (Obat Abti Inflamasi Non Steroid)
Chondroprotective
Steroid intra-artekuler
- Terapi bedah :
Malaligment, deformitas lutt Valgus-Varus dsb
Arthroscopic debridment dan joint lavage
Osteotomi
Artroplasti sendi total
1. TERAPI NON-FARMAKOLOGIS
23 | P a g e
2. TERAPI FAKMAKOLOGIS
b) Analgesik topikal : pada umumya pasien telah mencoba terapi dengan cara
ini, sebelum memakai obat-obatan peroral lainnya.
c) Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) : apabila dengan cara diatas
tidak berhasil, pada umumnya pasien akan datang ke dokter. Dalam hal
seperti ini kita pikirkan pemeberian OAINS, oleh karena obat golongan ini
selain punya analgetik juga memiliki efek antiinflamasi. untuk usia lanjut
pemberian obat ini harus hati-hati, jadi pilihlah obat yang efek samping
minimal dan dengan cara pemakaian yang sederhana, disamping itu
pengawasan tehadap kemungkinan timbulnya efek samping selalu harus
ditekan,
d) Chondroprotective agent
Chondroprotective agent adalah obat-obatan yang dapat menjaga dan
merangsang perbaikan (repair) tulang rawan sendi pada pasien OA.
Sebagian peneliti menggolongkan obat-obatan tersebut dalam slow Anti
Osteoarhtritis Drugs (SAAODs) atau Diseaese Modifying Anti
Osteoarthritis Drugs (DMAODs). Sampai saat ini yang termasuk dalam
kelompok obat ini adalah : tetrasiklin, asam hialuronat, kondrotin sulfat,
glikosaminoglikan, vitamin-C, superoxide desmutase dan sebagainya.
Tetrasiklin dan derivatnya mempunyai kemampuan untuk menghambat
kerja enzim MMP dengan craa menghambatnya. Salah satu contoh adalah
doxycyxkine, sayangnya obat ini baru dipakai pada hewan dam belum
dipakai manusia.
Asal hialuronat disebut juga sebagai viscosupplementI oleh karena salah
satu obat ini adalah dapat memperbaiki viskositas cairan sinovial, obat ini
diberikan intra-artikuler. Asam hialuronat memliki peran penting dalam
pembentukan matriks tulang rawan melalui agregasi dengan proteoglikan.
Disamping itu binatang percobaan, asam hialuronat dapat mengurangi
24 | P a g e
inflamasi pada sinovium , menghambat angiogenesis dan khemotaksis sel-
sel inflamasi.
Glikosaminoglikan, dapat menghambat sejumlah enzim yang berperan
dalam proses degradasi tulang rawan. Antara lain : hialuronidase, protease,
elastase, dan hethepsin B1 in vitro dan juga merangsang sintesis
proteoglikan dan asam hialuronat pada kultur tulang rawan sendi manusia.
Dalam penelitian Rejholec tahun 1987 (dikutip dari Fife & Brand,1992)
pemakaian glikosaminoglikan selama 5 tahun dapat memberikan
perbaikan dalam rasa sakit pada lutut, naik tangga, kehilangan jam kerja
(mangkir), secara statistik bermakna. Juga dilaporkan pada pemeriksaan
radiologis menunjukkan progresivitas kerusakan rulang rawan menurun
dibandingkan dengan kontrol.
Kondroitin sulfat merupakan komponen penting pada jaringan kelompok
vertebra, dan terutama pada matriks ekstraseluler sekeliling sel. Salah satu
jaringan yang mengandun kondrotin sukfat adalah tulnag rawan sendi dan
zat ini merupakan bagian dari proteoglikan. Pada penyakit sendi
degeneratif seperti OA terjadi kerusakan tulang rawan sendi dan salah satu
penyebabnya adalah hilangnya tau berkurangnya proteoglikan pada tulang
rawan sendi tersebut. Menurut penelitian Uebelhars dkk (1998) pemberian
kondrotin sulfat pada pada OA mempunyai efek protektif pada terhadap
terjadinya kerusakan pada tulang rawan sendi. Sedangkan Ronca dkk
(1998) mengambil kesimpulam efektifitas kondrotin sulfat pada OA
melalui 3 mekanisme :
1) anti inflamasi
2) efek metabolik terhadap sintesis hialuronat dan proteoglikan
3) anti-degeneratif melalui hambatan efek oksigen reaktif.
Vitamin C , dalam penelitian ternyata dapat menghambat efek aktivitas
enzim lisozim. Pada pengamatan ternyata vitamin C mempunyai manfaat
dalam terapi OA.
Superoxide Dismutase, dapat dijumpai pada setiap sel mamalia dan
mempunyai kemampuan untuk menghilangkan superoxide dan hydroxil
radicals. Secara in vitro, radikal siperoxide mampu merusak asam
25 | P a g e
hialuronat, kolagen dan proteoglikan sedang hydrogen peroxyde dapat
nerusak kondrosit secara langsung.
Steroid intra-artikuler, pada penyakit artritis reumatoid menunjukan hasil
yang baik. Inflamasi kadang dijumpai pada pada OA. Oleh karena itu obat
ini mampu mengurangi rasa sakit dala waktu singkat. Penelitia selanjutnya
tidak menjunjukan keuntungan yang nyata pada pasien OA, sehingga
pemakaiannya dalam hal ini masih kontroversial.
3. TERAPI BEDAH
Terapi ini diberikan jika terapi farmakologis tidak berhasil untuk mengurangi
rasa sakit dan juga untuk koreksi apabila terjadi deformitas sendi yang
mengganggu aktivitas sehari-hari.
26 | P a g e
BAB 3
LAPORAN KASUS
Anamnesa Pribadi
Nama : Tiur Br. Haloho
Umur : 55 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Kawin : Menikah
Agama : Kristen
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku : Batak
Anamnesa Penyakit
Keluhan Utama : BAB warna hitam
Telaah : Pasien datang ke RSHM dengan keluhan BAB berwarna
hitam yang sudah dialami 1 hari sebelum masuk rumah
sakit dengan frekuensi 4 kali sebelum masuk rumah sakit
dan konsistensi cair. Selain itu pasien juga mengeluhkan
mual dan muntah, frekuensi muntah 1 kali dalam sehari.
Muntah disertai darah berupa gumpalan berwarna hitam
dengan volume setengah sendok teh dan bercampur
makanan. Os juga mengeluhkan nyeri ulu hati disertai rasa
panas di dada, pusing (+), lemas (+).
Pasien juga mengeluhkan nyeri pada sendi lutut yang
sudah dialami kurang lebih satu tahun ini. Nyeri bersifat
terus menerus dan memberat saat pasien beraktifitas, yaitu
saat berjalan, bangkit dari duduk, dll. Nyeri akan mereda
jika pasien beristirahat. Pasien juga mengeluhkan adanya
suara gesekan yang terasa di lutut ketika berjalan. Setiap
pasien merasa sakit pasien mengkonsumsi obat penghilang
rasa nyeri yang dibeli di warung.
Pasien mempunyai riwayat meminum tuak sejak umur 20
tahun
RPT : Dispepsia, OA
27 | P a g e
RPO : Antasida dan obat penghilang rasa sakit
RPK : -
Anamnesis Umum
- Badan kurang enak : Ya - Tidur : Normal
- Merasa capek / lemas : Ya - Berat badan : Menurun
- Merasa kurang sehat : Ya - Demam : Tidak
- Menggigil : Tidak - Malas : Tidak
- Nafsu makan : Meurun - Pening : Tidak
Anamnesa Organ
1. Cor
- Dyspnoe d’effort : Tidak - Cyanosis : Tidak
- Dyspnoe d’ repos : Tidak - Angina pectoris : Tidak
- Oedema : Tidak - Palpitasi cordis : Tidak
- Nycturia : Tidak - Asma Cardial : Tidak
2. Sirkulasi perifer
- Claudicatio intermiten : Tidak - Gangguan tropis : Tidak
- Sakit waktu istirahat : Tidak - Kebas-kebas : Tidak
- Rasa mati ujung jari : Tidak
3. Traktus respiratorius
- Batuk : Tidak - Stridor : Tidak
- Berdahak : Tidak - Sesak Nafas : Tidak
- Haemaptoe : Tidak - Suara parau : Tidak
- Pernafasan cuping hidung : Tidak
- Sakit dada waktu bernafas : Tidak
4. Tractus digestivus
A. Lambung
28 | P a g e
- Sakit di epigastrium : Ya - Sendawa : Tidak
- Sebelum/sesudah makan : - Anoreksia : Ya
- Rasa panas di epigastrium: Tidak - Dysphagia : Tidak
- Muntah ( freq,warna,isidll ):Ya - Foetor ex ore : Tidak
- Mual-Mual : Ya - Pyrosis : Tidak
- Hematemesis : Ya
- Ructus : Tidak
B. Usus
- Sakit di abdomen : Tidak - Melena : Ya
- Borborygmi : Tidak - Tenesmi : Tidak
- Defekasi : Ya (2x/hari) - Flatulensi : Tidak
- Obstipasi : Tidak - Haemorrhoid : Tidak
- Diare ( freq,warna,konsistensi ) : Tidak
C. Hati dan saluran empedu
- Sakit perut kanan : Tidak - Gatal-gatal di kulit : Tidak
- Memancar ke : Tidak - Asites : Tidak
- Kolik : Tidak - Oedema : Tidak
- Icterus : Tidak - Berak dempul : Tidak
6. Sendi
- Sakit : lutut - Sakit digerakkan : Ya
- Sendi kaku: Tidak - Bengkak : Ya
- Merah : Ya - stand abnormal : Tidak
7. Tulang
- Sakit : ya - Fraktur spontan : Tidak
29 | P a g e
- Bengkak : Tidak - Deformitas : Tidak
8. Otot
- Sakit : Tidak - Kejang-kejang : Tidak
- Kebas-kebas : Tidak - Atrofi : Tidak
9. Darah
- Sakit di mulut dan lidah : Tidak - Muka pucat : Ya
- Mata berkunang-kunang : Tidak - Bengkak : Tidak
- Pembengkakan kelenjar : Tidak - Penyakit darah : Tidak
- Merah di kulit : Tidak -Pendarahan subkutan : Tidak
10. Endokrin
A. Pangkreas
- Polidipsi : Tidak - Pruritus : Tidak
- Polifagi : Tidak - Pyorrhea : Tidak
- Poliuri : Tidak
B. Tiroid
- Nervositas : Tidak - Struma - Tidak
- Exoftalmus : Tidak - Miksodem - Tidak
C. Hipofisis
- Akromegali : Tidak - Distrofi adipos congenital:Tidak
30 | P a g e
- Paralisis : Tidak
14. Psikis
- Mudah tersinggung : Tidak - Pelupa :Tidak
- Takut : Tidak
- Gelisah : Tidak
Anamnesa intoksikasi :-
Anamnesa makanan
- Nasi : 2x / hari - Sayur sayuran : Ya
- Ikan : Ya - Daging : Tidak
Anamnesa family
- Penyakit-penyakit family : Tidak
31 | P a g e
- Penyakit seperti orang sakit : -
- Anak-anak 4, hidup 3, mati 1
Status present
Keadaan umum
- Sensorium : Compos mentis
- Tekanan darah : 130/70 mmHg
- Temperature : 37 ºC
- Pernafasan : 20x/menit, reg, tipe pernafasan abdominothorakal
- Nadi : 80x/menit, reg, teg/vol (sedang/sedang)
Keadaan penyakit
- Anemia : Ya - Eritema : Tidak
- Ikterus : Tidak - Turgor : Baik
- Sianose : Tidak - Gerakan aktif : Tidak
- Dyspnoe : Tidak - Sikap tidur paksa : Tidak
- Edema : Tidak
Keadaan gizi
- BB : 60 kg
- TB : 158 cm
RBW : BB 60
TB - 100 X 100% = 158 - 100 X 100% = 103 %
Kesan : Normoweight
Pemeriksaan fisik
1. Kepala
- Pertumbuhan rambut : Normal
o Sakit klau di pegang : Tidak
o Perubahan local : Tidak
a. Muka
- Sembab : Tidak - Parase : Tidak
- Pucat : Tidak - Gangguan local : Tidak
- Kuning : Tidak
32 | P a g e
b. Mata
- Stand mata : Normal - Ikterus : Tidak
- Gerakan : Normal - Anemia : Ya
- Exoftalmus : Tidak - Reaksi pupil : ϴ 3 mm
isokor ka=ki
- Ptosis : Tidak - Gangguan local : Tidak
c. Telinga
- Secret : Tidak - Bentuk : Normal
- Radang : Tidak - Atrofi : Tidak
d. Hidung
- Secret : Tidak - Benjolan-benjolan : Tidak
- Bentuk : Normal
e. Bibir
- Sianosis : Tidak - Kering : Tidak
- Pucat : Tidak - Radang : Tidak
f. Gigi
- Karies : Tidak - Jumlah : 30
- Pertumbuhan : Normal - Pyorroe alveolaris : Tidak
g. Lidah
- Kering : Tidak - Beslag : Tidak
- Pucat : Tidak - Tremor : Tidak
h. Tonsil
- Merah : Tidak - Membran : Tidak
- Bengkak : Tidak - Angina lacunaris : Tidak
33 | P a g e
2. Leher
Inspeksi
- Struma : Tidak Membesar - Venektasi : Tidak
- Kelenjar bengkak : Tidak - Torticolis : Tidak
- Pulsasi vena : Tidak
Palpasi
- Posisi trakea : Medial -Tekanan vena jugularis: R-2 cmH20
- Sakit / nyeri tekan : Tidak - kosta servikalis : Tidak
3. Thorax depan
Inspeksi
- Bentuk : Fusiformis - venektasi : Tidak
- Simetris / asimetris: Simetris - Pembengkakan : Tidak
- Bendungan vena : Tidak - pylsasi verbal : Tidak
- Ketinggalan bernafas: Tidak - Mammae : Normal
Palpasi
- Nyeri tekan : Tidak - Iktus :Tidak Teraba
- Fremitus suara : normal Ka=ki a. Lokalisasi :-
- Fremissement : Tidak b. Kuat angkat :-
c. Melebar :-
d. Iktus negative :-
perkusi
- Suara perkusi paru : Sonor
- Batas paru hati
o Relative : ICR IV
o Absolute : ICR VI
Batas jantung
- Atas : ICR II Sinistra
- Kanan : Linea Sternalis Dextra
- Kiri : 2cm Lateral Linea Midclavicularis
Sinistra
34 | P a g e
Auskultasi
Paru-paru
- Suara pernafasan : Vesikuler
- Suara tambahan :
a. Ronchi basah :-
b. Ronchi kering :-
c. Krepitasi :-
d. Gesekan pleura :-
Cor
- Heart rate : 80 x / menit,ireg, intensitas sedang
- Suara katup : M1>M2 A2>A1
P2>P1 A2>P2
- Suara tambahan
o Desah jantung fungsional / organis :-
o Gesek pericardial / pleurocardial :-
4. Thorax belakang
Inspeksi
- Bentuk : Fusiformis - scapula alta : Tidak
- Simetris / asimetris: Simetris - Ketinggalan bernafas: Tidak
- Benjolan-benjolan : Tidak - Venektasi : Tidak
Palpasi
- Nyeri tekan : Tidak - penonjolan-penonjolan : Tidak
- Fremitus suara : normal Ka=ki
Perkusi
- Suara perkusi paru : Sonor - Gerakan bebas : 2 cm
Batas bawah paru
a. Kanan : proc.spin.vert.tho : ICR IX
b. Kiri : proc.spin.vert.tho : ICR X
Auskultasi
35 | P a g e
- Suara pernafasan : Vesikuler kanan/kiri
- Suara tambahan :-
5. Abdomen
Inspeksi
- Bengkak : Tidak
- Venektasi / pembentukan vena : Tidak
- Gembung : Tidak
- Sirkulasi collateral : Tidak
- Pulsasi : Tidak
Palpasi
- Defens muscular : Tidak
- Nyeri tekan : Ya, nyeri pada epigastrium
- Lien : Tidak Teraba
- Ren : Tidak Teraba
- Hepar : Tidak Teraba
Perkusi
- Pekak hati : Ya
- Pekak beralih : Tidak
Auskultasi
- Peristaltik usus : Normal
6. Genetalia
- Luka : TDP
- Cikatrik : TDP
- Nanah : TDP
- Hernia : TDP
7. Ekstremitas
36 | P a g e
a. Atas
Kanan Kiri
- Bengkak : Tidak Tidak - Reflex Kanan Kiri
- Merah : Tidak Tidak - Biceps : + +
- Stan abnormal : Tidak Tidak - Triceps : + +
- Gangguan fungsi : Tidak Tidak - Radio periost : + +
- Test rumple leed : TDP TDP
37 | P a g e
Limfosit 31 % Epitel Kremi
Monosit 53% Fungsi ginjal
LED 11mm/jam Ureum 57
MCV 96,7 fl Kreatinin 1,86
MCH 31,7 pg Asam Urat 10,4
MCHC 32,9 % Glukosa 85 mg/dL
darah
sewaktu
Resume
Anamnesa
Keluhan Utama : Melena
Telaah : Melena (+)
Hematemesis (+)
Nyeri epigastrium (+)
Nausea (+)
Malaise (+)
Nyeri lutut (+)
Pemeriksaan Fisik
Kepala : Dalam batas normal
Leher : Dalam batas normal
Thorax : Dalam batas normal
Abdomen : Nyeri pada regio epigastrium
38 | P a g e
Ektremitas : Adanya bengkak dan krepitasi di lutut kanan
Diagnosa Banding
1. PSMBA ec Gastritis Erosif + Osteoartritis Genu
2. PSMBA ec Ulcus Pepticum + Rheumathoid arthritis Genu
3. PSMBA ec Varises Esofagus +Gout arthritis Genu
4. PSMBA ec Ca Gaster + Septic artritis Genu
Terapi
1. Aktivitas : Bedrest
Diet : Puasa maksimal 24 jam pasca Haematemesis dan
diberikan Cooling spooling NaCl 0,9 % ± 100 cc
lalu di observasi setiap 1 - 2 jam sekali. Jika
spooling NGT bersih maka NGT bisa dilepas dan
diberi M II. Jika spooling masih kotor diberi diet
sonde.
2. Medikamentosa : IVFD RL 20 gtt/menit
Inj Omeprazole 40 mg/ 8jam
Paracetamol 3x 500mg
Antasida tab 3x600 mr
Sulcrofat tab 3x4 mg
Glucosamin tab 3x500 mg
Pemeriksaan anjuran/Usul : Darah Rutin
Foto rontgen genu
Endoscopi
Analisa cairan lambung
39 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
40 | P a g e
4. Rekomendasi Indonesian Reumatology Assosiation 2014
5. Dr. Yatim Faisal, DTM&H, MPH. Penyakit Tulang dan Persendian
(Artritis atau Artralgia) Ed. 1. Jakarta: Putaka Obor Populer;2006.p.26-29
6. Rosma Sofia Dewi, S.Kep.Ners. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Ed. 1
Cet. 1. Yogyakarta: Deepublish;2014.p.84
41 | P a g e
LAMPIRAN 1
Derajat Beratnya penyakit Osteoartritis Lutut dan Hip Pada Laporan
Kasus
1. Berdasarkan Western Ontario and McMaster Universities
(WOMAC) Composite index:
Derajat nyeri ( 5 pertanyaan) Seberapa nyerikah anda :
1) Berjalan di permukaan yang rata ? 1
2) Naik atau turun tangga? 2
3) Malam hari saat tidur? 1
4) Duduk atau berbaring? 1
5) Berdiri tegak? 2
Derajat kekakuan (2 pertanyaan)
1) Seberapa berat kekakuan yang anda rasakan setelah anda berjalan di
pagi hari? 2
2) Seberapa berat kekakuan anda setelah duduk, bangun tidur dan setelah
istirahat dalam sehari? 1
Derajat gangguan fungsi
Seberapa sukarkah anda melakukan aktivitas berikut :
1) Turun tangga 2
2) Naik tangga 3
3) Berdiri dari duduk 2
4) Berdiri 2
5) Membungkuk menyentuh lantai 2
6) Berjalan di tempat datar 1
7) Naik atau turun dari kendaraan 1
8) Berbelanja 0
9) Memakai kaus kaki 1
10) Bangun dari tidur 1
11) Melepas kaus kaki 0
12) Berbaring di tempat tidur 0
13) Masuk atau keluar kamar mandi 0
14) Duduk 1
42 | P a g e
15) Buang air besar 1
16) Tugas berat 3
17) Tugas ringan 1 +
TOTAL SKOR 31
RATA-RATA 32%
TOTAL DERAJAT NYERI 7
TOTAL DERAJAT KEKAKUAN 3
TOTAL DERAJAT GANGGUAN FUNGSI 21
43 | P a g e
Jarak tempuh maksimal Tidak terbatas 0
dengan berjalan
Perlu alat bantu berjalan > 1 km, tapi terbatas 1
1 km, dalam 15 menit 2
500-900 m dalam 8-15 3
menit
300-500 m 4
100-300 m 5
< 100 m 6
Tidak 0
Perlu 1 tongkat 1
Perlu 2 tongkat 2
44 | P a g e
kesulitan
Tidak mampu sama sekali 2
Kemampuan berjongkok atau Mudah 0
menekuk lutut Mampu dengan sedikit 0,5
kesulitan/ringan
Mampu dengan kesulitan 1
sedang
Mampu dengan sangat 1,5
kesulitan
Tidak mampu sama sekali 2
TOTAL SKOR = 7
KESAN = Derajat Beratnya Osteoartritis Sedang
45 | P a g e