1
Kegiatan dakwah adalah kegiatan komunikasi, artinya
bahwa dalam berdakwah terdapat kesamaan unsur-unsur
yang patut menjadi perhatian komunitas da’i, diantara unsur-
unsur pembentuk dakwah adalah:
a. Da’i (komunikator);
b. Materi dakwah (Message);
c. Sarana dakwah (medium). (M. Munir, 2003: 159).
2
Setelah itu kita membuat prioritas dan standarnya dalam
penerimaan atau penolakan dakwah.
3
berbeda dari segi intelektualitas, status sosial, kesehatan,
pendidikan dan sebagainya. (Said Bin Ali Bin Wahif Al
Qahthani, 1994: 100)
Setelah keadaan da’wah diketahui dengan jelas
oleh da’i maka ia harus memilih tentang materi dakwah
yang akan disampaikan kepada obyek dakwah. Materi
dakwah atau pesan-pesan dakwah dapat dilakukan
dengan berbagai cara yang sesuai dengan kaidah ajaran
Islam, baik dengan cara lisan, tulisan, seni budaya dan
sebagainya.(Forum Dosen Jurusan Dakwah STAIN
Surakarta, 2006: 107). Materi dakwah hendaklah
disesuaikan dengan kepentingan penerima dakwah.
1. Ada golongan cerdik-cendekiawan yang cinta
kebenaran. dan dapat berpikir secara kritis, cepat
dapat menangkap persoalan. Mereka ini harus
dipanggil dengan hikmat, yakni dengan dalil-dalil dan
hujjah yang dapat diterima oleh kekuatan akal
mereka;
2. Ada golongan awam, orang kebanyakan yang belum
dapat berpikir kritis dan mendalam, belum dapat
menangkap pengertian-pengertian yang tinggi.
Mereka ini dipanggil dengan “mau’idzah hasanah”
4
dengan anjuran dan didikan yang baik dengan jalan
yang mudah dipahami;
3. Ada yang kecerdasannya diantara dua golongan
tersebut diatas, belum dapat dicapai dengan hikmat,
tetapi tidak akan sesuai pula, bila dilayani seperti
golongan awam mereka suka membahas sesuatu
tetapi hanya dalam batas-batas tertentu, tidak
sanggup mendalam benar. Maka demikian itu
dipanggil dengan “mujahadah billati hia ahsan” yakni
dengan bertukar fikiran, guna mendorong supaya
berfikir secara sehat, dan satu nama lainnya dengan
cara yang lebih baik.
Dari sisi sejauh mana dakwah yang diterima,
Bassamal-Shabagh (t.t:86) membagi mitra dakwah ke
dalam tiga kelompok, yaitu:
1. Kelompok yang pernah menerima dakwah. Kelompok
ini terdiri dari tiga kelompok juga, yaitu:
a. Menerima dengan sepenuh hati (mukmin);
b. Menolak dakwah (kafir), dan
c. Pura-pura menerima dakwah (munafik).
2. Kelompok yang belum pernah menerima dakwah.
Kelompok ini terbagi menjadi dua kelompok, yaitu:
5
a. Orang-orang sebelum diutusnya Nabi Muhammad
SAW;
b. Orang-orang setelah diutusnya Nabi Muhammad
SAW.
3. Kelompok yang mengenal Islam dari informasi yang
salah sekaligus menyesatkan.
Ulama Ahl al-sunnah wa al-Jama’ah menamakan
umat manusia yang hidup antara masa Nabi ‘Isa SAW
dengan sebutan umat vakum kenabian. Mereka tidak
mengenal dakwah. Mereka tidak berdosa dan selamt dari
siksa Allah. Pendapat tersebut berdasarkan pada surat al-
Isra’ ayat 15:
6
kami tidak akan menyiksa sebelum kami mengutus
seorang Rasul.
Begitu pula orang yang belum pernah mengenal
dakwah Islam setelah diutusnya Nabi Muhammmad SAW.
Juga bebas dari dosa. Demikian menurut pendapat Ahl as-
Sunnah wa al-Jama’ah. Gambaran lain dari umat yang
belum menerima dakwah setelah diutusnya Rasulullah
SAW. adalah masyarakat yang terisolasi. Hingga saat ini
banyak suku-suku yang terpencil hidup dengan tradisi
sendiri. Umumnya, tradisi yang dipertahankan adalah
kepercayaan dan pemujaan terhadap alam. Tidak sedikit
orang modern yang pernah menemui mereka, bahkan
teknologi komunikasi dan informasi juga diperkenalkan
kepada mereka. Karenanya, masyarakat terasing ini dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu mereka yang telah
diperkenalkan Islam baik secara langsung maupun tidak
langsung, dan mereka yang sama sekali belum
diperkenalkan dengan Islam.
9
yang diwarnai dengan visi dan sikap-sikap yang
menguasainya.
Dalam kajian obyek dakwah atau mitra dakwah
manusia dapat dibahas melalui dua sudut pandang, yaitu:
manusia secara individu berdiri sendiri dan manusia yang
berkelompok. Manusia secara individu dapat
dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin (laki-laki dan
perempuan), berdasarkan tingkatan usia (bayi, anak-anak,
remaja, dewasa dan tua), berdasarkan kondisi psikologis.
(manusia normal dan tidak normal ) dan lain sebagainya.
Menurut Max Webber, ada lima golongan manusia yang
dibagi secara berkelompok (masyarakat) dan dapat
dikelompokkan berdasarkan (dalam Jalaludin dan
Ramayulis, 1993: 130-131):
1. Golongan petani. Mereka lebih religious. Hal-hal yang
diperhatikan dalam menyampaikan pesan dakwah
kepada mereka adalah dengan cara yang sederhana
dan menghindarkan hal-hal yang berbau abstrak;
2. Golongan pengrajin dan pedagang kecil. Sifat
agamanya dilandasi pada perhitungan ekonomi dan
rasional. Mereka menyukai doa-doa yang
memperlancar rezeki serta etika agama tentang
10
bisnis. Mereka akan menolak keagamaan yang tidak
rasional;
3. Golongan karyawan. Mereka cenderung mencari
untung dan kenyamanan (opportunistic utilitarian).
Makin tinggi kedudukan seorang, ketaatan agamanya
semakin cenderung berbentuk formalis;
4. Golongan kaum buruh. Mereka lebih menyuarakan
teologi pembebasan. Mereka mengecam segala
bentuk penindasan, ketidak adilan dan semacamnya;
5. Golongan elit dan hartawan. Kecenderungan
beragama mereka adalah santai. Mereka haus akan
kehormatan, sehingga menyukai pujian agama atas
kekayaan mereka. Mereka setuju dengan doktrin
Qadariyah, karena menghargai tindakan individu,
kekayaan mereka adalah adalah hasil kerja mereka.
Karena masih menikmati kekayaannya, mereka
mudah menunda ketaatan beragama untuk hari
tua.Bagi dakwah, penggolongan dari aspek ekonomi
berpengaruh pada strategi dakwah yang diterapkan.
11
budaya. Mula-mula kita memandang mitra dakwah
sebagai individu dan kelompok. Sebagai individu, ia
adalah anggota kelompok sosial yang memilki status
sosial. Setiap individu memiliki banyak status. Ia bisa
menjadi pemimpin suatu kelompok, tetapi ia juga bisa
menjadi anggota dikelompok lain. Status mitra dakwah
harus menjadi perhatian bagi pendakwah, karena strategi
dakwah yang dihadapi memiliki status yang berbeda.
12
1. Perilaku keagamaan
2. Perilaku keislaman
3. Perilaku teknologis
14
Posisi di atas disinggung Al Qur’an dalam surat al-
mujadilah ayat 22:
16
2. Vertikal-Horisontal. Kemudian menuju vertikal ke atas
dengan berdakwah kepada orang tua dan seterusnya
ke saudara kandung.
1. Ushuliyah wa Furu’iyah
Mitra dakwah yang membutuhkan informasi primer
keislaman (ushuliyah) harus didahulukan dari pada
yang hanya membutuhkan informasi sekunder
(furu’iyah)
2. Al-Mamat wa al-Hayat
17
Mitra dakwah yang sudah tua atau sekiranya ajalnya
sudah terbilang dekat harus lebih dipprioritaskan
terlebih dahulu daripada yang masih sehat.
3. Al-Amir wa Al-Wazir
Pemimpin tertinggi (al-amir) harus didahulukan
daripada bawahan (al-wazir) yang prioritasnya lebih
rendah.
4. Mukallaf wa Ghairu Mukallaf
Berdakwah kepada orang yang sudah terbebani
kewajiban agama (mukallaf) harus didahulukan
daripada anak-anak yang belum mempunyai
kewajiban (ghairu mukallaf).
5. Muallaf wa Ghairu muallaf
Orang yang baru masuk islam ataupun orang yang
berkeinginan untuk masuk islam (muallaf) harus
diprioritaskan terlebih dahulu daripada yang sudah
masuk islam (ghairu muallaf).
18
DAFTAR PUSTAKA
20