Pembiasan Pada Lensa
Pembiasan Pada Lensa
BAB IV
DATA PENGAMATAN
ttd
BAB V
PENGOLAHAN DATA
Lensa 1
Sn = kedudukan lensa – kedudukan benda
S1 = 0,34 – 0,19 = 0,15 m
S2 = 0,35 – 0,19 = 0,16 m
S3 = 0,33 – 0,19 = 0,14 m
Lensa 2
Sn = kedudukan lensa – kedudukan benda
S1 = 0,33 – 0,2 = 0,13 m
S2 = 0,36 – 0,2 = 0,14 m
S3 = 0,37 – 0,2 = 0,15 m
Lensa 1
0,15. 0,35 0,0525
f1 = 0,15+0,35 = 0,5 = 0,105 m
Lensa 2
0,13. 0,41 0,0533
f1 = 0,13+0,41 = 0,54 = 0,098 m
= 0,178 m
5.1.4 Indeks bias lensa
M = Mn
( 1f + 1s )
'
( 1f + 1s )
Lensa 1
1 1
M1 = 1,0003
( 0,105 0,35 )
+
= 1,0003 .
12,37
1 1 18,18
( 0,105 +
0,15 )
= 0,764
1 1
M2 = 1,0003
( 0,106 0,32 )
+
= 1,0003 .
12,37
1 1 18,18
( 0,106 +
0,16 )
= 0,758
1 1
M3 = 1,0003
( 0,163 0,42 )
+
= 1,0003 .
12,37
1 1 18,18
( 0,163 +
0,14 )
= 0,758
Lensa 2
1 1
M1 = 1,0003
( 0,098 0,41 )
+
= 1,0003 .
12,37
1 1 18,18
( 0,098 +
0,13 )
= 0,758
1 1
( 0,101 +
0,37 ) 12,55
M2 = 1,0003 = 1,0003 . 15,68
1 1
( 0,101 +
0,14 )
= 1,25
1 1
M3 = 1,0003
( 0,101 0,315 )
+
= 1,0003 .
12,6
= 0,761
1 1 16,56
( 0,101 + 0,15 )
5.2 Lensa cekung dan lensa cembung
5.2.1 Jarak Benda (S)
Sn = kedudukan lensa (+) – kedudukan ke lensa (-)
S1 = 0,41 – 0,31 = 0,1 m
S2 = 0,41 – 0,305 = 0,105 m
S3 = 0,415 – 0,315 = 0,1 m
5.2.2 Jarak bayangan (s’)
Sn’ = kedudukan layar – kedudukan benda
S1’ = 0,73 – 0,2 = 0,53 m
S2’ = 0,72 – 0,2 = 0,52 m
S3’ = 0,71 – 0,2 = 0,51 m
5.2.3 Jarak fokus
Sn . Sn '
F =
Sn+ Sn '
0,1. 0,53 0,053
F1 = = = 0,084 m
0,1+0,53 0,63
0,105. 0,52 0,054
F2 = = = 0,087 m
0,105+0,52 0,625
0,1. 0,51 0,051
F3 = = = 0,083 m
0,1+0,51 0,61
M = Mn
( 1f + 1s )
'
( 1f + 1s )
Lensa 1
1 1
M1 = 1,0003
( 0,084 0,53 )
+
= 1,0003 .
13,786
1 1 21,013
( 0,084 +
0,1 )
= 0,656
1 1
M2 = 1,0003
( 0,087 0,53 )
+
= 1,0003 .
13,376
= 0,636
1 1 21,013
( 0,087 0,105 )
+
1 1
M3 = 1,0003
( 0,083 0,51 )
+
= 1,0003 .
14,008
1 1 22,048
( 0,083 + 0,1 )
= 0,635
5.3.1. Lensa 1
Skala 2 : 1
Tinggi benda = 1 cm = 0,5 cm
5.3.2. Lensa 2
Skala 2 : 1
Tinggi benda = 1 cm = 0,5 cm
Kedudukan benda = 13 cm = 6,5 cm
Fokus lensa = 9,8 cm = 4,9 cm
5.3.3. Lensa 3
Skala 1 : 1
Tinggi benda = 1 cm
Kedudukan benda = 10 cm
Fokus lensa = 8,4 cm
Tinggi benda = 1 cm
Kedudukan benda = 10,5 cm
Fokus lensa = 8,7 cm
Tinggi benda = 1 cm
Kedudukan benda = 10 cm
Fokus lensa = 8,3 cm
s.s '
F =
s +s '
∂f 2 ∂f 2
∆f =
√( ∂s ). ( ∆ s )2 +( )
∂s'
. ( ∆ s ' )2
Misal,
u = s . s’ u’ = s
v = s + s’ v’ = 1
∂f u' . v −v ' .u
=
∂s s '2
s . ( s+ s' ) −1.(s . s' )
= 2
( s +s ' )
2
( s' )
= 2
( s +s ' )
( 0,35 )2 0,1225
= 2 = 0,25
( 0,15+0,35 )
= 0,49
1
∆s = . skala terkecil
2
1
= . 10-3
2
= 5. 10-4
Misal,
u = s . s’ u’ = s
v = s + s’ v’ = 1
∂f u' . v −v ' .u
=
∂ s' s '2
0,0225
= 0,25
= 0,09
1 1
∆ s' = . sakala terkecil = . 10-3
2 2
= 5 . 10-4
∂f 2 ∂f 2
∆f =
√( ∂s ). ( ∆ s )2 + ( )
∂s'
. ( ∆ s ' )2
−4 2 2
= √ ( 0,49 ) . ( 5. 10
2
) + ( 0,09 )2+ ( 5.10−4 )
∆f
KR = x 100%
2(∆ f +f )
2,49. 10−4
= x 100%
2(2,49 .10−4 +0,105)
2,49. 10−2
= %
21,049. 10−2
= 0,118 %
KB = 100 % - KR
= 100 % - 0,118 %
= 99,882 %
BAB VI
ANALISA PENGOLAHAN DATA
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Setelah kami melakukan praktikum ini, kami menyimpulkan bahwa
jarak titik fokus pada sebuah lensa sangat menentukan ukuran dan jarak
bayangan yang terbentuk. Sebaliknya, jarak titik fokus sebuah lensa dapat
kita tentukan dengan melakukan pengamatan dan perhitungan terhadap
ukuran dan jarak bayangan yang terbentuk.
7.2 Saran
1.2.1. Asisten
Asisten dan pratikan sebaiknya bekerja sama dengan baik
agar pratikum dapat berjalan drngan nyaman dan ilmu yang di
sampaikan dapat di terima dengan baik.
1.2.2. Laboratorium
Sebaiknya alat laboratorium lebih di rawat untuk
menghindari kerusakan. Selain itu kebersihan laboratorium lebih
diperhatikan agar pratikum dapat berjalan dengan nyaman.
1.2.3. Pratikum
Dalam pratikum hendaknya lebih berhati-hati dan teliti
Penjelasan:
Dari ayat ini kita tau bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi sudah
ada sejak dahulu namun manusia belum mengetahuinya, dan ilmu yang
ada diperumpamakan dengan hal-hal lain, hal-hal lain ini yang menjadikan
fakta di balik ilmu itu semua. Tak hanya manusian yang dapat memberikan
arti penting itu listrik namun al-quran sudah berbicara lebih dahulu
sebelum listrik itu ada.
DAFTAR PUSTAKA
Eka Murka, dan Priyambodo Tri. 2010. Fisika dasar listrik. Yogyakarta : Andi.
Halliday, D. dan Rasnick. 1987. PHYSICS. John Willey and Sons, Inc : New
York.
Sear Francis W, dan Zemansky. 1992. Fisika untuk universitas 2 listrik, magnet.
Jakarta : Yayasan Dana Buku Indonesia.
Sutrisno, dan Tan Ik Gie. 1979. Fisika dasar listrik, magnet dan termofisika.
Bandung : ITB.