Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN PADA PEREMPUAN & ANAK

DALAM KONDISI RENTAN


PELAYANAN MATERNAL (IBU HAMIL DAN BERSALIN)

Dosen Pengampu: Evy Ernawati, S.ST., M.Kes

Disusun Oleh :
Kelompok 2

Puja Ramalestari (19810003)


Rika Melia (19810004)
Delis (19810005)
Cindi Anggraini (19810006)
Fitra Anggraini (19810010)
Nur Habibah Septiani (19810014)
Elen Pertiwi (19810015)
Nur Azizah (19810020)
Sabilla Aufia Ahda (19810036)

STIKES GUNA BANGSA YOGYAKARTA PRODI S1 KEBIDANAN

TAHUN 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat-nya sehingga
penulis dapat menyusun laporan “Pelayanan Maternal (Ibu Hamil dan Bersalin)” sebagai
salah satu syarat untuk memenuhi tugasAsuhan Kebidanan pada Perempuan & Anak dalam
Kondisi Rentan.
Dalam hal ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, karena itu
pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Ibu Evy Ernawati, S.ST.,M.Kes Sebagai Ketua Kaprodi Kebidanan
2. Ibu Evy Ernawati, S.ST.,M.Kes Sebagai Dosen Pengampuh Mata Kuliah
3. Serta teman-teman yang sudah memberi semangat dalam membuat makalah ini
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
didalamnya, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk makalah
ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, semoga makalah ini
dapat bermanfaat.

Yogyakarta, Juni 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER
LEMBAR PENGANTAR................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................
1.1......................................................................................................Latar Belakang
.................................................................................................................
1.2...................................................................................................Rumusan Masalah
.................................................................................................................
1.3............................................................................................................Tujuan
.................................................................................................................
1.4...........................................................................................................Manfaat
.................................................................................................................
BAB II GAMBARAN UMUM .....................................................................
2.1.............................................................................................Pelayanan ibu hamil/ANC
.................................................................................................................
2.2...............................................................................................Pelayanan ibu bersalin
.................................................................................................................
BAB III IMPLEMENTASI/MODEL PELAYANAN.....................................
3.1................................................................ Model pelayanan di Indonesia pada ibu hamil dan ibu bersa
.................................................................................................................
3.2.............................................................. Model pelayanan di Palembang pada ibu hamil dan ibu bers
.................................................................................................................
BAB IVPENUTUP ..........................................................................................
4.1....................................................................................................................Simpulan
...........................................................................................................................
4.2........................................................................................................................Saran
...........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

3
BABI
PENDAHULUAN

1.1. LatarBelakangMasalah
Pelayanankesehatanmaternaldan neonatalmerupakansalahsatu unsur penentu
status kesehatan. Angka kematian ibu(AKI) melahirkan yang terjadi pada saat
kehamilan maupun persalinan, 42 hari pasca persalinandi
Indonesiamasihtinggi,bahkanjumlahnyamakinmeningkat. Departemen Kesehatan
mengklaim pada tahun 2003 sebesar 307 per 100.000kelahiranhidup.Besaranini
merupakantingkatanyang tinggi setelahLaos,KambojadanMiyanmar,permasalahanitu
merupakan permasalahanyang amatbesaryangberdampakpadakualitasSDMdi
Indonesia (Depkes, 2001). Salah satu penyebab tingginya AKI di
Indonesiaadalahkurangnyaperhatiandan dukungandari keluargadalam
prosesselamakehamilan.Penyebabtersebutyang berhubunganlangsung
atautidaklangsungterhadapkehamilan(Depkes,2006).
Kehamilanpertamabagi seorangwanitamerupakansalah satu
periodekrisisdalamkehidupannya.Pengalamanbaruini memberikan perasaanyang
bercampurbaur,antarabahagiadan penuhharapandengan
tingkatkecemasantentangapayang akan dialaminyasemasakehamilan. Tingkat
kecemasan tersebut dapat muncul karena masa panjang saat
menantikelahiranpenuhketidakpastian,selainitubayangantentanghal- hal yang
menakutkan saatmenghadapipersalinanwalaupunapayang dibayangkannyabelumtentu
terjadi.Situasi tersebutmenimbulkan perubahan drastis, bukan hanya fisik tetapi juga
psikologis (Huliana,2008).
Peplau(1952dalam Videbeck2008)mengungkapkantingkat
kecemasanmeliputi:ringan,sedang,beratdan panik.Padamasing-masing tahap,
individumemperlihatkanperubahanperilaku,kemampuankognitif dan respon
4
emosionalketika berupaya menghadapikecemasan.

5
Oleh situasi(Videbeck,2008).Ketikamerasacemas,individumerasatidak
nyaman,takutdan mungkinmemilikifirasatakanditimpamalapetaka padahal
ia tidak mengerti mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi.
Perasaan yang tidak menyenangkan tersebut umumnya menimbulkan
gejala-gejala fisiologis (seperti gemetar, berkeringat dan detak jantung
meningkat) dan gejala-gejala psikologis (seperti panik, tegang,bingungdan
tak dapatberkonsentrasi).Denganmakintuanya kehamilan, maka perhatian
dan pikiran ibu hamil mulai tertuju pada sesuatuyang
dianggapklimaks,sehinggakegelisahan,ketakutandan kecemasan-
kecemasanyangdialamiibu hamilmulaidirasakansaat
menjelangpersalinan(Huliana,2008).
Kecemasanyangdialamiibu hamilsangatberpengaruhdengan
keadaankesehatanjanin.Kesehatanibu hamilsangatditentukanoleh
kesehatanjiwanya.Olehkarenaitu, ibu hamilsangatmembutuhkan
dukunganemosionaldan psikologiuntukkesanggupanmenyesuaikandiri
selamaproseskehamilan,persalinandan menjadiibu (Huliana,2008).
Dukungankebutuhanemosionaldan psikologisdari keluargayang tidak
terpenuhi menimbulkan ancaman pada kehidupan. Perubahan sosial
ancamankehidupantersebut menjadikankeluargasebagai pengaruh
penurunanpadaindividuanggotanya(Potter&Perry,2005).
Dukungankeluargamempengaruhikesehatandengan cara melindungi
individu dari efek negatif cemas dan stres. Perlindungan
tersebutakanefektif hanyaketikaindividu menghadapi kecemasan dan
stressor yang berat. Dukungan sosial keluarga menjadikan keluarga
mampuberfungsidenganberbagaikepandaianakal, sehingaakan
meningkatkan kesehatandanadaptasimerekadalamkehidupan(Setiadi,2008).
Menurut hasil penelitian yang dilakukan olehWidowati (2006),
menunjukan bahwa penelitian tentang gambaran tingkat kecemasan ibu
hamiltrimester1 berdasarkangraviditasdanpendidikandiwilayahkerja
Puskesmas Pangkah kabupaten Tegal tahun 2006 dengan jumlah
responden 46orangadalah:Tingkatan kecemasan

6
berat28,2%,sedang54,3%,danringan17,3%.Menuruthasilpenelitian
lainyangdilakukan oleh
Hidayati(2011),menunjukanbahwapenelitiantentanghubungan dukungan
keluargadengankunjungan antenatalcarediDesaPagejugan
Brebesdidapatkan nilaiterendahdaridukungankeluargaadalah15dan
tertinggi dukungan keluarga 60. Dalam penelitian tersebut,
mengungkapkan bahwa masa trimester ini seorang individu akan
mengalamigejalaanoreksia,gelisah,susah tidur,perasaantidak enak dan
banyak bicara. Kehadiran keluarga sebagai pendukung sosial ibuhamil
terutamasuamiakan membawapengaruhpositifsecarapsikologisdan
berdampakpositifpulapadakesiapanibusecarafisik(Musbikin,2008).
Data survey awal di Puskesmas Genuk Kota Semarang
berdasarkanwawancaradengantenagamedisKoordinatorIbu dan Anak
(KIA)yangbertanggungjawabdi InstitusiPuskemasGenuk disertai
pengambilandata padabulanAgustus2011 sampaiNovember2011
pemeriksaan ibuhamilsebanyak123orangterdiridariprimigravida 40
orangdan multigravida83orang.Dari jumlahibu hamiltersebutbanyak
yangmengeluh bingungdanpanik,terhadap perubahan-perubahan pada
proseskehamilansepertimual, muntah,payudaraterasa tegangdan
perubahantubuhyang tidakmenariklagi,khawatirterhadapkondisibayi
dalamkandunganyaapakahnormalatau tidakdan tingkatkecemasan
menjalanikehamilannyadenganberbagaiketidaknyamannan danmereka
tidakmampumengatasinya.Salahsatu penyebabtingginyatingkat kecemasan
ibu dalam menghadapi kehamilan adalah kurang dukungan
olehkeluargasaatkehamilan,sehinggaibutidakbisaberbagirasasakit
dancemassaatkehamilandanpersalinantiba,sedangkanibu yang mendapatkan
dukungan keluarga secara lebihakanmendapatkan ketenangan batin
secara menyenangkan akan kehamilannya
danmenguranginilaikecemasan.
Wabah Corona masih menjadi topik utama di seluruh dunia. Bahkan,
sejak di Indonesia ada yang dinyatakan positif terinfeksi Corona,

7
masyarakat kian panik mencari informasi tentang Corona. Belum banyak
informasi tentang COVID-19 pada ibu hamil beserta bayinya. para ahli
masih mempelajari pengaruh COVID-19 atau infeksi virus Corona pada ibu
hamil. Namun, diketahui bahwa adanya perubahan fisiologis pada sistem
imun selama kehamilan dapat membuat ibu hamil lebih rentan terkena
infeksi, termasuk infeksi virus Corona dan kelompok ibu hamil lebih
berisiko mengalami gejala penyakit yang berat. Virus yang menyebabkan
COVID-19 berasal dari golongan virus yang sama dengan virus penyebab
severe acut respiratory syndrome (SARS) dan Middle-Eastrespiratory
syndrome (MERS). Dilaporkan bahwa, ibu hamil dengan SARS dan MERS
mengalami risiko lebih tinggi terhadap keguguran dan kelahiran premature.
Hal tersebut sangat dimungkinkan terjadi pada ibu hamil dengan COVID-
19.
Menurut WHO, sejauh ini gejala yang akan dirasakan ibu hamil sama
dengan yang lainnya. Dalam analisis 147 ibu hamil, hanya ada 8% yang
memiliki gejala penyakit yang parah dan 1% dengan kondisi kritis. Ciri-ciri
awal bila ibu hamil terpapar virus Corona, antara lain : demam (78%),
batuk (44%), nyeri otot (33%), rasa lemas menyeluruh (22%), sesak nafas
(11%), dan sakit tenggorokan (22%). Akan lebih dicurigai apabila ada ibu
hamil dengan riwayat bepergian ke daerah yang terdampak dalam waktu 14
hari terakhir atau pernah kontak dengan orang yang positif menderita
COVID-19. Oleh sebab itu, harapannya ibu hamil tidak boleh panik, tetap
tenang dan selalu waspada serta melakukan upaya pencegahan.
Perlu diingat bahwa COVID-19 ini bisa disembuhkan, terbukti dengan
banyak kasus yang sembuh tanpa komplikasi parah, meskipun
penyebarannya sangat cepat dan sudah meluas ke setiap negara. Hal yang
dapat kita lakukan untuk melindungi diri dan keluarga tetap sehat adalah
selalu menerapkan pola hidup bersih dan sehat, bahkan nanti setelah kasus
COVID-19 ini terlewati. Serta membekali diri dengan pengetahuan dan
informasi terbaru terkait COVID-19 yang akurat dan terpercaya. Jangan
PANIK, harus TENANG, namun tetap WASPADA

8
1.2. RumusanMasalah
Berdasarkanuraiantersebutrumusanmasalahyaitu: “Bagaimana gambaran
umum dan implementasi pelayanan kebidanan pada ibu hamil dan ibu
bersalin sebelum dan sesudah pandemi”.

1.3. TUJUAN
Untuk mengetahui gambaran umum pelayanan kebidanan pada ibu hamil
dan ibu bersalin sebelum dan sesudah pandemi dan implementasi pelayanan
kebidanan pada ibu hamil dan ibu bersalin sebelum dan sesudah pandemi.

1.4. MANFAAT
Dapat menjadi pembelajaran dimasa yang akan datang untuk membawa
wawasan dan pengetahuan bagi teman-teman tentang gambaran umum dan
implementasi pelayanan kebidanan pada ibu hamil dan ibu bersalin sebelum dan
sesudah pandemi.

9
BAB II

GAMBARAN KASUS

2.1 Pelayanan Ibu hamil/ANC

Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan


oleh tenaga kesehatan yang profesional untuk meningkatkan derajat
kesehatan ibu hamil beserta janin yang dikandungnya. Pelayanan
antenatalyang dilakukan secara teratur dan komprehensif dapat mendeteksi
secara dini kelainan dan risiko yang mungkin timbul selama kehamilan,
sehingga kelainan dan risiko tersebut dapat diatasi dengan cepat dan tepat
(Hardianti et al., 2013).

2.1.1 Pelayanan Ibu Hamil Sebelum Pandemi

Pemeriksaan kehamilan/ANC (Antenatal Care) sangatlah


dibutuhkan guna memantau kondisi kesahatan ibu dan janinnya.
Sehingga diperlukan pemeriksaan kehamilan secara rutin. Menurut
Saifudin (2007, dalam Ai Yeyeh & Yulianti, 2014) pemeriksaan
kehamilan sebaiknya dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Minimal 1 kali pada trimester ke-1 (kehamilan < 14 minggu)

2) Minimal 1 kali pada trimester ke-2 (kehamilan 14 –28 minggu)

3) Minimal 2 kali pada trimester ke-3 ( >28 minggu sampai kelahiran).

Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil


melakukan paling sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan
selama kehamilan, menurut jadwal 1-1-2 yaitu paling sedikit sekali
kunjungan dalam trimester pertama, paling sedikit sekali kunjungan
dalam trimester kedua, dan paling sedikit dua kali kunjungan dalam
trimester ketiga (Kemenkes, 2012). Selain untuk ibu hamil sebaiknya
melakukan kunjungan ANC minimal sebanyak 4 kali, yaitu sebagai
berikut :

10
1. Kunjungan 1/K1 (Trimester 1)K1/ kunjungan baru ibu hamil yaitu
ibu hamil yang pertama kali pada masa kehamilan. Pemeriksaan
pertama kali yang ideal adalah sedini mungkin ketika ibu hamil
mengalami terlambat dating bulan.Adapun tujuan pemeriksaan
pertama pada antenatal careadalah sebagai berikut :
a. Mendiagnosis dan menghitung umur kehamilan;
b. Mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang mungkin
terjadi pada masa kehamilan, persalinan dan nifas;
c. Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin
diderita sedini mungkin;
d. Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak;
e. Memberikan nasehat-nasehat tentang cara hidup sehari-hari,
keluarga berencana, kehamilan, persalinan, nifas serta laktasi.
Pada kunjungan pertama juga merupakan kesempatan untuk
memberikan informasi bagi ibu hamil supaya dapat mengenali
factor resiko ibu dan janin. Informasi yang dapat diberikan adalah
sebagai berikut :
a. Kegiatan fisik yang dapat dilakukan dalam batas normal
b. Kebersihan pribadi khususnya daerah genetalia, karena selama
kehamilan akan terjadi peningkatan secret di vagina
c. Pemilihan makanan sebaiknya yang bergizi dan serat tinggi
d. Pemakaian obat harus dikonsultasikan dahulu dengan tenaga
kesehatan
e. Wanita perokok atau peminum harus menghentikan
kebiasaannya
2) Kunjungan 2/K2 (Trimester 2)Pada periode ini, ibu hamil
dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan 1 bulan sekali
sampai umur kehamilan 28 minggu. Adapun tujuan pemeriksaan
kehamilan di trimester II antara lain :
a.Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya;

11
b.Penapisan pre-eklamsigemelli, infeksi alat reproduksidan saluran
perkemihan;
c.Mengulang perencanaan persalinan.

3) Kunjungan 3 dan 4/ K3 dan K4 (Trimester 3)Pada periode ini


sebaiknya ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan dilakukan
setiap 2 minggu jika tidak mengalami keluhan yang
membahayakan dirinya atau kandungannya. Tujuan kunjungan
pemeriksaan kehamilan trimester III yaitu :

a.Mengenali adanya kelainan letak janin

b.Memantapkan rencana persalinan

c.Mengenali tanda-tanda persalinan.

Sedangkan menurut Manuaba (2000, dalam Wagiyo & Putrono,


2016) mengemukakan bahwa untuk mengetahui perkembangan
janin maka pemeriksaan kehamilan dilakukan sesuai dengan
standar pemeriksaan kehamilan. Pemeriksaan kehamilan pertama
dapat dilakukan setelah mengetahui adanya keterlambatan haid
ataumenstruasi. Idealnya pemeriksaan ulang dapat dilakukan pada
setiap bulan sampai usiakehamilan 7 bulan, kemudiansetiap 2
minggu sekali setelah usia kehamilan mencapai 9 bulan sampai
pada proses persalinan.Jadwal tersebut di atas merupakan jadwal
pemeriksaan dalam kondisi kehamilan yang normal, karena
biasanya penyulit kehamilan baru akan timbul pada tirimester
ketiga hingga menjelang akhir kehamilan. Jika kehamilan tidak
normal, maka jadwal pemeriksaankehamilan akan disesuaikan
dengan kondisi ibu hamil (Purwaningsih & Fatmawati, 2010).

Adapun standar asuhan pelayanan pemeriksaan kehamilan


menurut Wagiyo (2016)adalah sebagai berikut :

12
a. Timbang Berat Badan (T1)Pengukuran berat badan diwajibkan
setiap ibu hamil melakukan kunjungan. Kenaikan berat bada
normal pada waktu kehamilan sebesar 0,5 kg per minggu mulai
trimester kedua.

b. Ukur Tekanan darah(T2)Tekanan darah yang normal adalah


110/80 hingga 140/90 mmHg, apabila diketahui tekanan darah
ibu hamil melebihi 140/90 mmHg maka perlu diwaspadai
adanya preeklamsi.

c. Ukur Tinggi Fundus Uteri (T3)Merupakan suatu cara untuk


mengukur besar rahim dari tulang kemaluan ibu hingga batas
pembesaran perut tepatnya pada puncak fundus uteri. Dari
pemeriksaan tersebut dapat diketahui pertumbuhan janin sesuai
dengan usia kehamilan.

d. Pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama


kehamilan(T4)Tablet Fe merupakan tablet penambah darah.
Selama masa pertengahan kehamilan, tekanan sistolik dan
diastolik menurun 5 hingga 10 mmHg. Hal ini biasa terjadi
karena vasodilatasi perifer akibat perubahan hormonal selama
kehamilan (Indriyani, 2013).

e. Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid(T5)Pemberian imunisasi


ini sangat dianjurkan untuk mencegah terjadinya infeksi
tetanus neonatorum. Penyakit tetanus neonatorum yang
disebabkan oleh masuknya kuman Clostridium Tetani ke tubuh
bayi merupakan penyakit infeksi yang dapat mengakibatkan
kematian bayi dengan gejala panas tinggi, kaku kuduk, dan
kejang. Imunisasi TT dianjurkan 2 kali pemberian selama
kehamilan, yaitu TT1 diberikan pada kunjungan awal dan TT2
dilakukan pada4 minggu setelah suntukan TT1(Bartini, 2012).

f. Pemeriksaan Hb(T6)

13
g. Pemeriksaan VDRL(T7)

h. Perawatan Payudara, senam payudara, dan pijat tekan


payudara(T8)

i. Pemeliharaan tingkat kebugaran atau senam ibu hamil(T9)

j. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan(T10)Biasanya


dokter atau bidan akan memberikan informasi mengenai
rujukan apabila diketahui adanya masalah dalam kehamilan
termasuk rencana persalinan.

k. Pemeriksaan protein urine atas indikasi(T11)

l. Pemeriksaan reduksi urine atas indikasi(T12)

m. Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok


(T13)

n. Pemberian terapi anti-malaria untuk daerah endemis malaria


(T14).

Menurut Prasetyawati(2011), pelayanan ANC bisa diperoleh di :

1. Klinik bersalin

2. Rumah Sakit Bersalin

3. Dokter Umum dan Puskesmas

4. Organisasi Sukarela

5. Bidan

6. Perawatan mandiri.

14
2.1.2 Pelayanan Ibu Hamil Setelah Pandemi

Dalam situasi pandemi COVID-19 ini, banyak pembatasan hampir


ke semua layanan rutin termasuk pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal. Seperti ibu hamil menjadi enggan ke puskesmas atau fasiltas
pelayanan kesehatan lainnya karena takut tertular, adanya anjuran
menunda pemeriksaan kehamilan dan kelas ibu hamil, serta adanya
ketidaksiapan layanan dari segi tenaga dan sarana prasarana termasuk
Alat Pelindung Diri.

Pelayanan selama masa pandemi adalah sebagai berikut:

1. Pemeriksaan kehamilan pertama kali dibutuhkan untuk skrining


faktor risiko (termasuk Program Pencegahan Penularan HIV, Sifilis
dan Hepatitis B dari ibu ke anak / PPIA). Oleh karena itu,
dianjurkan pemeriksaannya dilakukan oleh dokter di fasilitas
pelayanan kesehatan dengan perjanjian agar ibu tidak menunggu
lama. Apabila ibu hamil datang ke bidan tetap dilakukan pelayanan
ANC, kemudian ibu hamil dirujuk untuk pemeriksaan oleh dokter.

2. Dilakukan anamnesis dan pemeriksaan skrining kemungkinan ibu


menderita Tuberculosis.

3. Pada daerah endemis malaria, seluruh ibu hamil pada pemeriksaan


pertama dilakukan pemeriksaan RDT malaria dan diberikan
kelambu berinsektisida.

4. Jika ada komplikasi atau penyulit maka ibu hamil dirujuk untuk
pemeriksaan dan tata laksana lebih lanjut.

5. Pemeriksaan rutin (USG) untuk sementara dapat DITUNDA pada


ibu dengan PDP atau terkonfirmasi COVID-19 sampai ada

15
rekomendasi dari episode isolasinya berakhir. Pemantauan
selanjutnya dianggap sebagai kasus risiko tinggi.

6. Ibu hamil diminta mempelajari buku KIA untuk diterapkan dalam


kehidupan sehari-hari termasuk mengenali TANDA BAHAYA
pada kehamilan. Jika ada keluhan atau tanda bahaya, ibu hamil
harus segera memeriksakan diri ke fasyankes.

7. Pengisian stiker P4K dipandu bidan/perawat/dokter melalui media


komunikasi.

8. Kelas Ibu Hamil ditunda pelaksanaannya di masa pandemi


COVID-19 atau dapat mengikuti kelas ibu secara online.

9. Tunda pemeriksaan pada kehamilan trimester kedua. Atau


pemeriksaan antenatal dapat dilakukan melalui tele-konsultasi
klinis, kecuali dijumpai keluhan atau tanda bahaya.

10. Ibu hamil yang pada kunjungan pertama terdetekdi memiliki faktor
risiko atau penyulit harus memeriksakan kehamilannya pada
trimester kedua. Jika Ibu tidak datang ke fasyankes, maka tenaga
kesehatan melakukan kunjungan rumah untuk melakukan
pemeriksaan ANC, pemantauan dan tataksana faktor penyulit. Jika
diperlukan lakukan rujukan ibu hamil ke fasyankes untuk
mendapatkan pemeriksaan dan tatalaksana lebih lanjut, termasuk
pada ibu hamil dengan HIV, Sifilis dan Hepatitis B.

11. Pemeriksaan kehamilan trimester ketiga HARUS DILAKUKAN


dengan tujuan utama untuk menyiapkan proses persalinan.
Dilaksanakan 1 bulan sebelum taksiran persalinan.

12. Ibu hamil harus memeriksa kondisi dirinya sendiri dan gerakan
janinnya. Jika terdapat risiko/tanda bahaya (tercantum dalam buku
KIA), seperti mual-muntah hebat, perdarahan banyak, gerakan

16
janin berkurang, ketuban pecah, nyeri kepala hebat, tekanan darah
tinggi, kontraksi berulang, dan kejang. Ibu hamil dengan penyakit
diabetes mellitus gestasional, pre eklampsia berat, pertumbuhan
janin terhambat, dan ibu hamil dengan penyakit penyerta lainnya
atau riwayat obstetri buruk maka periksakan diri ke tenaga
kesehatan.

13. Pastikan gerak janin dirasakan mulai usia kehamilan 20 minggu.


Setelah usia kehamilan 28 minggu, hitunglah gerakan janin secara
mandiri (minimal 10 gerakan per 2 jam).

14. Ibu hamil diharapkan senantiasa menjaga kesehatan dengan


mengonsumsi makanan bergizi seimbang, menjaga kebersihan diri
dan tetap mempraktikan aktivitas fisik berupa senam ibu
hamil/yoga/pilates/peregangan secara mandiri di rumah agar ibu
tetap bugar dan sehat.

15. Ibu hamil tetap minum tablet tambah darah sesuai dosis yang
diberikan oleh tenaga kesehatan.
16. Ibu hamil dengan status PDP atau terkonfirmasi positif COVID-19
TIDAK DIBERIKAN TABLET TAMBAH DARAH karena
akan memperburuk komplikasi yang diakibatkan kondisi COVID-
19.
17. Antenatal care untuk wanita hamil yang terkonfirmasi COVID-19
pasca perawatan, kunjungan antenatal selanjutnya dilakukan 14
hari setelah periode penyakit akut berakhir. Periode 14 hari ini
dapat dikurangi apabila pasien dinyatakan sembuh.
Direkomendasikan dilakukan USG antenatal untuk pengawasan
pertumbuhan janin, 14 hari setelah resolusi penyakit akut.
Meskipun tidak ada bukti bahwa gangguan pertumbuhan janin
(IUGR) akibat COVID-19, didapatkan bahwa duapertiga
kehamilan dengan SARS disertai oleh IUGR dan solusio plasenta

17
terjadi pada kasus MERS, sehingga tindak lanjut ultrasonografi
diperlukan.

18. Jika ibu hamil datang di rumah sakit dengan gejala memburuk dan
diduga / dikonfirmasi terinfeksi COVID-19, berlaku beberapa
rekomendasi berikut: Pembentukan tim multi-disiplin idealnya
melibatkan konsultan dokter spesialis penyakit infeksi jika tersedia,
dokter kandungan, bidan yang bertugas dan dokter anestesi yang
bertanggung jawab untuk perawatan pasien sesegera mungkin
setelah masuk. Diskusi dan kesimpulannya harus didiskusikan
dengan ibu dan keluarga tersebut.

19. Konseling perjalanan untuk ibu hamil. Ibu hamil sebaiknya tidak
melakukan perjalanan ke luar negeri dengan mengikuti anjuran
perjalanan (travel advisory) yang dikeluarkan pemerintah. Dokter
harus menanyakan riwayat perjalanan terutama dalam 14 hari
terakhir dari daerah dengan penyebaran luas COVID-19.

2.2 Pelayanan Bersalin

Persalinan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dalam


kehidupan wanita. Proses persalinan memiliki arti yang berbeda disetiap
wanita, dengan belum adanya pengalaman akan memunculkan kecemasan
dan ketakutan yang berlebih selama proses persalinan. Keadaan ini sering
terjadi pada wanita yang pertama kali melahirkan (Wijaya dkk, 2014).
Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
plasenta) yang cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan
lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan ataupun tanpa bantuan (kekuatan
sendiri) (Sulistyowati & Nugraheny, 2013).

2.2.1 Pelayanan Bersalin Sebelum Pandemi

18
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014
tentang persalinan pasal 14 yaitu:
a. Persalinan harus dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan.
b. Persalinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada ibu
bersalin dalam bentuk 5 (lima) aspek dasar meliputi:
1) membuat keputusan klinik
2) asuhan sayang ibu dan sayang bayi
3) pencegahan infeksi
4) pencatatan (rekam medis) asuhan persalinan; dan
5) rujukan pada kasus komplikasi ibu dan bayi baru lahir.
c. Persalinan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan sesuai
dengan standar asuhan persalinan normal (APN). Asuhan Persalinan
Normal 60 Langkah menurut prawirodhardjo 2010 yaitu :
1) Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua (ibu mempunyai
keinginan untuk meneran, ibu merasa tekanan yang semakin
meningkat pada rektum dan/atau vaginanya, perineum menonjol,
vulva-vagina dan sfingter anal membuka).
2) Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial siap
digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan
menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set.
3) Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.
4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku,
mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir
dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai/pribadi
yang bersih.
5) Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua
pemeriksaan dalam.
6) Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan
memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan
meletakkan kembali di partus set/wadah disinfeksi tingkat tinggi
atau steril tanpa mengkontaminasi tabung suntik).

19
7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati
dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa
yang sudah dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut
vagina, perineum atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,
membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari
depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang
terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung
tangan jika terkontaminasi (meletakkan kedua sarung tangan
tersebut dengan benar di dalam larutan dekontaminasi).
8) Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan
dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah
lengkap.Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan
sudah lengkap, lakukan amniotomi.
9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan
tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan
klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam eadaan terbalik
serta merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit. Mencuci kedua tangan (seperti di atas).
10) Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir
untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (100-180 kali /
menit).
11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai
keinginannya.
12) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran..
13) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu utuk
meneran. (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah
duduk dan pastikan ia merasa nyaman).
14) Melakukan pimpinan meneran saat Ibu mempunyai dorongan
yang kuat untuk meneran

20
a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai
keinganan untuk meneran
b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk
meneran.
c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai
pilihannya.
d) Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi
semangat pada ibu.
f) Menganjurkan asupan cairan per oral.
g) Menilai DJJ setiap lima menit.
15) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi
segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu
primipara atau 60/menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk
segera. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-
6 cm, meletakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk
mengeringkan bayi.
16) Membuka partus set.
17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
18) Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong
ibu.
19) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi,
letakkan tangan yang lain di kelapa bayi dan lakukan tekanan
yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi,
membiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu
untuk meneran perlahan-lahan atau bernapas cepat saat kepala
lahir. jika ada mekonium dalam cairan ketuban, segera hisap
mulut dan hidung setelah kepala lahir menggunakan penghisap
lendir DeLee disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau bola karet
penghisap yang baru dan bersih.

21
20) Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan
kain atau kasa yang bersih.
21) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai
jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses
kelahiran bayi :
a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan
lewat bagian atas kepala bayi.
b) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di
dua tempat dan memotongnya.
22) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar
secara spontan. Lahir bahu
23) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua
tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk
meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke
arah bawah dan kearah keluar hingga bahu anterior muncul di
bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah
atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior. Lahir
badan dan tungkai.
24) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala
bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum tangan,
membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut.
Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati
perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh
bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas)
untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya
lahir.
25) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di
atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk
menyangganya saat panggung dari kaki lahir. Memegang kedua
mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.

22
26) Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakkan bayi di atas
perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari
tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di
tempat yang memungkinkan).
27) Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi
kecuali bagian pusat.
28) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat
bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah
ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah
ibu).
29) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari
gunting dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.
30) Mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain
atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala,
membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan
bernapas, mengambil tindakan yang sesuai.
31) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk
memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu
menghendakinya.
32) Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi
abdomen ntuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.
33) Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.
34) Dalam waktu 1 menit setelah kelahiran bayi, memberikan
suntikan oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha kanan atas ibu bagian
luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.
35) Memindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva
36) Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat di
atas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan
palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat
dan klem dengan tangan yang lain.

23
37) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan
penegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut.
Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah uterus
dengan cara menekan uterus ke arah atas dan belakang (dorso
kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya
inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik,
menghentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga
kontraksi berikut mulai. Jika uterus tidak berkontraksi, meminta
ibu atau seorang anggota keluarga untuk melakukan ransangan
puting susu.
38) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil
menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas,
mengikuti kurve jalan lahir sambil meneruskan tekanan
berlawanan arah pada uterus.
39) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran
plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta
dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga
selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan
selaput ketuban tersebut.
40) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan
masase uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan
melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut
hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).
41) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu
maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa
selaput ketuban utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung
plastik atau tempat khusus.
42) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan
segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
43) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan
baik. Mengevaluasi perdarahan persalinan vagina.

24
44) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke
dalam larutan klorin 0,5 %, membilas kedua tangan yang masih
bersarung tangan tersebut dengan air disinfeksi tingkat tinggi dan
mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.
45) Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril
atau mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati
sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.
46) Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang
berseberangan dengan simpul mati yang pertama.
47) Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan
klorin 0,5 %.
48) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya.
Memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering.
49) Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
50) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan
pervaginam :
a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan
b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.
c) Setiap 30 menit pada jam kedua pasca persalinan.
d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melaksanakan.
perawatan yang sesuai untuk menatalaksanaan atonia uteri.
e) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan
penjahitan dengan anestesia lokal dan menggunakan teknik
yang sesuai.
51) Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase
uterus dan memeriksa kontraksi uterus.
52) Mengevaluasi kehilangan darah.
53) Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih
setiap 15 menit selama satu jam pertama pasca persalinan dan
setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.

25
54) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan
setelah dekontaminasi
55) Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat
tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir dan darah.
Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
56) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.
Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan
makanan yang diinginkan.
57) Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan
dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.
58) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,
membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
60) Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang).

2.2.2 Pelayanan Bersalin Setelah Pandemi

Bencana non alam yang disebabkan oleh Corona Virus atau


COVID-19 telah berdampak meningkatnya jumlah korban dan kerugian
harta benda, meluasnya cakupan wilayah yang terkena bencana, serta
menimbulkan implikasi pada aspek sosial ekonomi yang luas di
Indonesia. Pemerintah telah menetapkan bencana non alam ini sebagai
bencana nasional melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia
Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Nonalam
Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) sebagai Bencana
Nasional.
Dalam situasi normal, kematian ibu dan kematian neonatal di
Indonesia masih menjadi tantangan besar, apalagi pada saat situasi
bencana. Saat ini, Indonesia sedang menghadapi bencana nasional non
alam COVID-19 sehingga pelayanan kesehatan maternal dan neonatal

26
menjadi salah satu layanan yang terkena dampak baik secara akses
maupun kualitas. Dikhawatirkan, hal ini menyebabkan adanya
peningkatan morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi baru lahir.

Pelayanan selama masa pandemi adalah sebagai berikut:

1. Ibu tetap bersalin di fasilitas pelayanan kesehatan. Segera

ke fasilitas kesehatan jika sudah ada tanda-tanda persalinan.

2. Rujukan terencana untuk ibu hamil berisiko.

3. Tempat pertolongan persalinan ditentukan berdasarkan:


a. Kondisi ibu sesuai dengan level fasyankes penyelenggara
pertolongan persalinan.
b. Status ibu ODP, PDP, terkonfirmasi COVID-19 atau bukan
ODP/PDP/COVID-19.
4. Ibu dengan status ODP, PDP atau terkonfirmasi COVID-19
bersalin di rumah sakit rujukan COVID-19,

5. Ibu dengan status BUKAN ODP, PDP atau terkonfirmasi


COVID-19 bersalin di fasyankes sesuai kondisi kebidanan
(bisa di FKTP atau FKTRL).

6. Saat merujuk pasien ODP, PDP atau terkonfirmasi COVID-19


sesuai dengan prosedur pencegahan COVID-19.

7. Pelayanan KB pasca persalinan tetap dilakukan sesuai


prosedur, diutamakan menggunakan MKJP.
8. IMD, rawat gabung tidak direkomendasikan untuk bayi lahir
dari ibu PDP/Covid19
9. Penggunaan face shield pada neonatus menjadi alternatif untuk
pencegahan penularan covid19 pada neonatus.
10. Menjamin ketersediaan masker bagi ibubersalin, nakes
menggunakan APD

27
Pedoman ini merupakan acuan bagi ibu dan keluarga serta tenaga
kesehatan dalam memberikan pelayanan ANC, persalinan dan PNC di masa
pandemi COVID-19. Diharapkan ibu dan bayi tetap mendapatkan pelayanan
esensial, faktor risiko dapat dikenali secara dini, serta mendapatkan akses
pertolongan kegawatdaruratan dan tenaga kesehatan mendapatkan perlindungan
dari tertular COVID-19.
Prinsip-prinsip pencegahan COVID-19 pada ibu hamil, bersalin, nifas dan
bayi baru lahir di masyarakat meliputi universal precaution dengan selalu cuci
tangan memakai sabun selama 20 detik atau hand sanitizer, pemakaian alat
pelindung diri, menjaga kondisi tubuh dengan rajin olah raga dan istirahat cukup,
makan dengan gizi yang seimbang, dan mempraktikan etika batuk-bersin.

UPAYA PENCEGAHAN UMUM YANG DAPAT DILAKUKAN OLEH IBU


HAMIL, BERSALIN DAN NIFAS

1. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sedikitnya selama 20 detik (cara
cuci tangan yang benar pada buku KIA). Gunakan hand sanitizer berbasis
alkohol yang setidaknya mengandung alkohol 70%, jika air dan sabun tidak
tersedia. Cuci tangan terutama setelah Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air
Kecil (BAK), dan sebelum makan (baca Buku KIA).
2. Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang belum dicuci.

3. Sebisa mungkin hindari kontak dengan orang yang sedang sakit.

4. Saat sakit tetap gunakan masker, tetap tinggal di rumah atau segera ke fasilitas
kesehatan yang sesuai, jangan banyak beraktivitas di luar.

5. Tutupi mulut dan hidung saat batuk atau bersin dengan tissue. Buang tissue
pada tempat yang telah ditentukan. Bila tidak ada tissue, lakukan batuk sesuai
etika batuk.

6. Bersihkan dan lakukan disinfeksi secara rutin permukaan dan benda yang
sering disentuh.

28
7. Menggunakan masker adalah salah satu cara pencegahan penularan penyakit
saluran napas, termasuk infeksi COVID-19. Akan tetapi penggunaan masker
saja masih kurang cukup untuk melindungi seseorang dari infeksi ini,
karenanya harus disertai dengan usaha pencegahan lain. Pengunaan masker
harus dikombinasikan dengan hand hygiene dan usaha-usaha pencegahan
lainnya.
8. Penggunaan masker yang salah dapat mengurangi keefektivitasannya dan dapat
membuat orang awam mengabaikan pentingnya usaha pencegahan lain yang
sama pentingnya seperti hand hygiene dan perilaku hidup sehat.

9. Masker medis digunakan untuk ibu yang sakit dan ibu saat persalinan.
Sedangkan masker kain dapat digunakan bagi ibu yang sehat dan keluarganya.

10. Cara penggunaan masker yang efektif :

a. Pakai masker secara seksama untuk menutupi mulut dan hidung, kemudian
eratkan dengan baik untuk meminimalisasi celah antara masker dan wajah.

b. Saat digunakan, hindari menyentuh masker.

c. Lepas masker dengan teknik yang benar (misalnya: jangan menyentuh


bagian depan masker, tapi lepas dari belakang dan bagian dalam).

d. Setelah dilepas jika tidak sengaja menyentuh masker yang telah digunakan,
segera cuci tangan.

e. Gunakan masker baru yang bersih dan kering, segera ganti masker jika
masker yang digunakan terasa mulai lembab.

f. Jangan pakai ulang masker yang telah dipakai.

g. Buang segera masker sekali pakai dan lakukan pengolahan sampah medis
sesuai SOP.

11. Gunakan masker kain apabila dalam kondisi sehat. Masker kain yang
direkomendasikan oleh Gugus Tugas COVID-19 adalah masker kain 3 lapis.
Menurut hasil penelitian, masker kain dapat menangkal virus hingga 70%.

29
Disarankan penggunaan masker kain tidak lebih dari 4 jam. Setelahnya, masker
harus dicuci menggunakan sabun dan air, dan dipastikan bersih sebelum
dipakai kembali.

12. Keluarga yang menemani ibu hamil, bersalin dan nifas harus menggunakan
masker dan menjaga jarak.

13. Menghindari kontak dengan hewan seperti: kelelawar, tikus, musang atau
hewan lain pembawa COVID-19 serta tidak pergi ke pasar hewan.
14. Bila terdapat gejala COVID-19, diharapkan untuk menghubungi telepon
layanan darurat yang tersedia (Hotline COVID-19 : 119 ext 9) untuk dilakukan
penjemputan di tempat sesuai SOP, atau langsung ke RS rujukan untuk
mengatasi penyakit ini.

15. Hindari pergi ke negara/daerah terjangkit COVID-19, bila sangat mendesak


untuk pergi diharapkan konsultasi dahulu dengan spesialis obstetri atau praktisi
kesehatan terkait.

16. Rajin mencari informasi yang tepat dan benar mengenai COVID-19 di media
sosial terpercaya.

30
BAB III

IMPLEMENTASI/MODEL PELAYANAN

3.1 IMPLEMENTASI/MODEL PELAYANAN DI INDONESIA PADA IBU


HAMIL DAN IBU BERSALIN
A. Pelayanan Pemeriksaan Kehamilan (ANC) di Indonesia :
1. Ibu hamil TANPA demam dan gejala influenza like illnesses dan
tidak ada riwayat kontak erat atau tidak ada riwayat perjalanan dari
daerah yang telah terjadi transmisi lokal, serta hasil rapid testnegatif
(jika mungkin dilakukan), dapat dilayani di FKTP oleh bidan/dokter
yang WAJIB menggunakan APD level-1.
2. Ibu hamil dengan status ODP dapat dilayani di FKTP, sedangkan
PDP harus DIRUJUK ke FKRTL. Beri keterangan yang jelas pada
surat rujukan bahwa diagnosa PDP dan permintaan untuk dilakukan
pemeriksaan PCR serta penanganan selanjutnya oleh dokter spesialis.
3. Ibu Hamil mendapatkan Jenis layanan ANC sama dengan situasi
normal (sesuai SOP), kecuali pemeriksaan USG untuk sementara
DITUNDA pada ibu dengan PDP atau terkonfirmasi COVID-19
sampai ada rekomendasi bahwa episode isolasinya berakhir.
Pemantauan selanjutnya, ibu dianggap sebagai kasus risiko tinggi
4. Konsultasi kehamilan dilakukan sesuai rekomendasi WHO
5. Ibu hamil diminta untuk :
- Kunjungan wajib pertama dilakukan pada trimester 1
direkomendasikan oleh dokter untuk dilakukan skrining faktor
risiko (HIV, sifilis, Hepatitis B). Jika kunjungan pertama ke
bidan, maka setelah ANC dilakukan maka ibu hamil kemudian
diberi rujukan untuk pemeriksaan oleh dokter.
- Kunjungan wajib kedua dilakukan pada trimester 3 (satu bulan
sebelum taksiran persalinan) harus oleh dokter untuk persiapan
persalinan.

31
- Kunjungan selebihnya dapat dilakukan atas nasihat tenaga
kesehatan dan didahului dengan perjanjian untuk bertemu.
- Ibu hamil diminta mempelajari Buku KIA.
- Jika memungkinkan, konsultasi kehamilan dan edukasi kelas ibu
hamil dapat menggunakan aplikasi TELEMEDICINE (misalnya
Sehati tele-CTG, Halodoc, Alodoc, teman bumil dll) dan edukasi
berkelanjutan melalui SMS Bunda.
B. Pelayanan Pemeriksaan Persalinan (ibu bersalin) di Indonesia :
1. Rapid test WAJIB dilakukan kepada seluruh ibu hamil sebelum
proses persalinan (kecuali rapid test tidak tersedia).
2. Persalinan dilakukan di tempat yang memenuhi persyaratan dan
telah dipersiapkan dengan baik.
3. FKTP memberikan layanan persalinan tanpa penyulit
kehamilan/persalinan atau tidak ada tanda bahaya atau bukan kasus
ODP, PDP atau terkonfirmasi COVID-19

3.2 IMPLEMENTASI / MODEL PELAYANAN DI WILAYAH


PALEMBANG PADA IBU HAMIL DAN IBU BERSALIN
A. Pelayanan Pemeriksaan Kehamilan (ANC) di Wilayah Palembang
Saat masa pandemi covid-19, ibu hamil disarankan memeriksa
diri pertama di Puskesmas atau layanan kesehatan lain. Sementara untuk
pemeriksaan kedua hingga keempat diberikan buku panduan. Hal ini
untuk mencegah atau meminimalisir potensi penularan Covid-19 di
masyarakat. Namun, khusus bagi ibu yang mengalami tanda bahaya,
seperti gerakan janin yang kurang baik, darah tinggi, pandangan kabur,
dan tanda penurunan kesehatan lainnya, maka disarankan agar melakukan
konsultasi kehamilan bisa dengan media social konsultasi dan edukasi
kelas ibu hamil dapat menggunakan aplikasi TELEMEDICINE (misalnya
Sehati tele-CTG, WAG, Halodoc, Alodoc, teman bumil dll) dan edukasi
berkelanjutan melalui SMS Bunda kepada tenaga kesehatan. Kemudian
untuk usia kandungan delapan bulan atau menjelang kelahiran harus

32
melakukan minimal satu kali kontrol kesehatan. Jika memang tatap muka
masih dibatasi kecuali memang darurat.
Upaya untuk meningkatkan kesehatan ibu hasil selama pandemi
Covid-19. Pertama, melakukan pemetaan fasilitas kesehatan di
kabupaten/kota terkait pemberian pelayanan kesehatan ibu hamil. Seperti
misalnya pemberian pelayanan antenatal care, kunjungan nifas, persalinan
di fasilitas kesehatan. Pendataan ibu hamil dan melakukan kunjungan
rumah oleh tenaga kesehatan di puskesmas. Kemudian juga memberikan
edaran tentang pedoman bagi ibu hamil dalam menghadapai masa
pandemi. “Prinsip-prinsip pencegahan Covid-19 pada ibu hamil, ibu nifas
dan bayi baru lahir di masyarakat meliputi universal precaution dengan
selalu cuci tangan memakai sabun selama 20 detik atau hand sanitizer.
Pemakaian alat pelindung diri, menjaga kondisi tubuh dengan rajin olah
raga dan istirahat cukup, makan dengan gizi yang seimbang, dan
mempraktikan etika batuk-bersin.
Bentuk pencegahan untuk menunda pemeriksaan kehamilan ke
tenaga kesehatan apabila tidak ada tanda-tanda bahaya pada kehamilan.
“Menghindari kontak dengan hewan seperti kelelawar, tikus, musang atau
hewan lain serta tidak pergi ke pasar hewan. Bila terdapat gejala Covid-
19, diharapkan untuk menghubungi telepon layanan darurat yang tersedia
untuk dilakukan penjemputan di tempat sesuai SOP, atau langsung ke RS
rujukan”.
Di daerah Palembang juga ada keterbatasan internet maka dari itu
tetap dilakukan tatap muka namun dengan batas-batasan seperti
pembatasan jumlah kunjungan dan tentunya tetap mengikuti protocol baik
ibu maupun tenaga kesehatan.
B. Pelayanan Bersalin di Wilayah Palembang
Saat masa pandemi covid-19 seperti ini sekarang, Jelang
persalinan, wanita hamil harus tetap tenang dan santai agar tetap fokus
pada perawatan prenatal. Pastikan pula perawatan konsultasi dengan
dokter lebih dulu untuk mengevaluasi langkah yang layak dan tidak

33
selama wabah virus corona Covid-19. Untuk kesiapan melahirkan
sebenarnya tidak ada kesiapan yang khusus hanya saja ibu tetap
menjalakan protokol yang ada sekarang seperti memakai masker, mencuci
tangan baik sebelum atau sesudah melahirkan dan mengikuti prosedur
langkah-langkah yang dianjurkan tempat bersalin tersebut. Ibu yang mau
melahirkan pasti memiliki kecemasan dan kekhawatiran
jika melahirkan di tengah pandemi virus ini. Namun, ibu hamil tidak
perlu khawatir berat.
Di samping itu, juga menyarankan semua ibu hamil agar lebih
fleksibel dalam melakukan persalinan. Ibu hamil yang melahirkan di
rumah sakit disarankan untuk tidak menerima tamu satu pun sampai
bayinya diperbolehkan pulang. Langkah itu disebut bisa mengurangi
angka penyebaran virus corona Covid-19 semakin meluas.
Sedangkan, kini teknologi sudah canggih untuk saling berhubungan
bisa melalui video call, chattingan whatsapp, instragram, dll.
Untuk tenaga medisnya bisa mengikuti standar yang
ditetapkan menkes Indonesia, seperti menggunakan APD lengkap
untuk menolong persalinan, namun bisa ditambah head cap, mencuci
tangan sebelum maupun sesudah menolong persalinan.

34
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir di masa
pandemi COVID-19 diselenggarakan dengan mempertimbangkan pencegahan
penularan virus corona baik bagi ibu, bayi maupun tenaga kesehatan.
Pembatasan kunjungan pemeriksaan ANC dan PNC diimbangi dengan tele
komunikasi antara tenaga kesehatan dan ibu secara perorangan maupun dengan
menyelenggarakan Kelas Ibu secara online. Tenaga kesehatan harus
memperkuat kemampuan ibu dan keluarga untuk memahami Buku KIA untuk
mengenali tanda bahaya dan menerapkan perawatan selama kehamilan dan
pasca persalinan dalam kehidupan sehari-hari.

Pelayanan kesehatan ibu dan bayi tetap harus berkualitas. Pelayanan ANC
terpadu, Asuhan Persalinan Normal, Penanganan Kegawatdaruatan di FKTP
maupun di FKRTL harus sesuai standar ditambah dengan standar pencegahan
penularan COVID-19. Mungkin tidak semua FKTP dan FKRTL saat ini siap
dalam memenuhi standar sarana, prasarana, SDM dan Alat Pelindung Diri.

Oleh karena itu Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang difasilitasi Dinas


Kesehatan Provinsi harus membuat pemetaan fasyankes yang siap dalam
pelayanan ibu dan bayi baru lahir. Beberapa FKTP (Puskesmas, Praktik
Mandiri Bidan dan Klinik) yang selama ini memberikan pelayanan ANC,
persalinan dan PNC dapat berkolaborasi dan menyatukan sumber daya di
fasyankes yang ditunjuk.

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota diharapkan dapat melakukan pencatatan,


monitoring dan pelaporan cakupan pelayanan KIA esensial termasuk jumlah
ibu dan bayi yang memiliki status ODP, PDP dan terkonfirmasi COVID-19
positif. Diharapkan dengan menerapkan pedoman ini, maka kesehatan ibu, bayi
dan tenaga kesehatan tetap dapat terjaga.

35
4.2 Saran

Disarankan bagi ibu hamil, ibu yang akan melahirkan pada saat ini lebih baik
mengikuti peraturan protokol kesehatan supaya ibu dan calon bayi sehat. Dan bagi
ibu nifas, keluarga berencana dan bayinya mungkin bisa menghubungi pihak
nakes terlebih dahulu sebelum langsung ke fasilitas kesehatan, karna akan lebih
aman jika seperti itu.

Di zaman pandemi ini memang harus lebih hati-hati dan waspada terhadap
kesehatan diri, lain halnya dengan sebelum pandemi kapan saja kita bisa ke
fasilitas kesehatan semau kita.

Dan bagi mahasiswa kesehatan seperti kita juga harus lebih mempersiapkan diri
supaya kita bisa menghadapi masa seperti sekarang ini, kita sebagai tenaga
kesehatan harus siap siaga, kapan pun dan dimana pun kita harus siap.

36
DAFTAR PUSTAKA

Buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)

Clinical management of severe acute respiratory infection (SARI) when COVID-


19 disease is suspected, WHO tahun 2020

Ernawati, lubis. ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR NY.RA


DI PUSKESMAS AMPLAS KECAMATAN AMPLAS KOTA MADYA
MEDAN.2018

http://kesga.kemkes.go.id/
http://kesga.kemkes.go.id/images/pedoman/buku%20kia%202019.pdf
https://bit.ly/RekomendasiPOGIdanIDAI
https://news.okezone.com/read/2020/05/12/610/2212648/ribuan-perempuan-di-
palembang-hamil-selama-pandemi-covid-19.
https://sumsel.sindonews.com/read/25155/720/selama-pandemi-covid19-jumlah-
kehamilan-di-palembang-menurun-1589249133.
https://www.suara.com/health/2020/03/25/133337/khawatir-melahirkan-saat-
wabah-virus-corona-covid-19-ikuti-tipsnya

Mansyur.dkk.Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas.2014

Materi KIE tentang Lindungi Ibu Hamil, Ibu Bersalin, Ibu Nifas dan Bayi Baru
Lahir dari COVID-19

Nafiyah. Asuhan Kebidanan Pada Ny “A” Masa Hamil, Bersalin, Nifas, Neonatus
Dan Keluarga Berencana Di Upt Puskesmas Puri Kabupaten
Mojokerto.2016
Rekomendasi Perkumpulan Obstetri Ginekologi Indonesia (POGI) mengenai
Kesehatan Ibu pada Pandemi Covid 19, 18 April 2020
Rekomendasi POGI Penanganan Infeksi Virus Corona (COVID-19) pada
Maternal (Hamil, Bersalin dan Nifas)

Wahyuntari.dkk.Buku Ajar Kehamilan dan maternal.2018.Universitas ‘Aisyiyah


Yogyakarta

Zuliyawati.dkk.Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana.2019.Sidoarjo

37

Anda mungkin juga menyukai