Anda di halaman 1dari 56

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN MOBILITAS PADA

LANSIA

Disusun Oleh :
1. Diah Mei Ratih W. (181301010)

2. Dyah Ratna Alvia (181301014)

3. Eka Evin Lina S. (181301015)

4. Elvina Lia Fatmawati (181301017)

5. Fatimmatuz Zahroh (181301019)

6. Muhamad Alfan (181301037)

7. Nadia Rizky Nur A. (181301039)

8. Nanin Fauziah (181301041)

9. Siti Aisah (181301056)

10. Ummu Hanifah Hamid (181301059)

11. Ary Iswantoro (181301064)

STIKES PEMKAB JOMBANG


TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mobilitas merupakan kebutuhan dasar manusia terkait kebutuhan keselamatan
dan keamanan yang melibatkan keselamatan fisik dan psikologis, yaitu kemampuan
individu untuk bergerak secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan aktivitas guna menjaga kesehatannya. Mobilisasi adalah
pengerahan yang memberikan kebebasan dan kemandirian bagi seseorang.
Mobilisasi adalah pusat utuk berpartisipasi dalam menikmati kehidupan. Gangguan
Mobilitas atau Imobilitas merupakan keadaan di mana seseorang tidak dapat
bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas),
misalnya trauma tulang belakang, cedera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas,
dan sebagainya (Widuri, 2010).
Kelompok lansia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas.
Pada lansia terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normal secara berlahan-lahan
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang
terjadi. Karena itu didalam tubuh menumpuk makin banyak distrosi metabolik dan
struktural disebut penyakit degeneratif yang menyebabkan lansia mengakhiri hidup
dengan episode terminal. Manfaat mobilisasi pada lansia adalah mencegah
hilangnya kemampuan fungsi tubuh, mempertahankan tingkat kesehatan,
meningkatkan aktualisasi diri, melatih latihan gerak, mempertahankan tonus otot,
mencegah terjadinya trauma dan deformitas (Bennita, 2015).
Salah satu penyakit yang sering menggangu kesehatan dan mengakibatkan
gangguan mobilisasi pada kelompok lansia yang mengakibatkan kelainan metabolik
dan endokrin tulang, kekakuan pada sendi, kelemahan pada otot, dan nyeri sendi
adalah asam urat atau gout. Lebih dari 356 juta orang di dunia ternyata menderita
penyakit asam urat. Menurut WHO mendata penderita gangguan sendi di Indonesia
sampai 81% dari populasi hanya 24% yang pergi berobat ke dokter sedangakan 71
% cenderung langsung mengkomsumsi obat- obat pereda nyeri yang dijual bebas.
Gout adalah penyakit akibat gangguan metabolisme purin yang ditandai dengan
hiperurisemia dan serangan sinovit akut berulang-ulang. Kelainan ini berkaitan
dengan penimbunan Kristal urat monosodium dan pada tahap yang lebih lanjut
terjadi degenerasi tulang rawan sendi (Arif, 2015).
Dampak dari mobilisasi pada tubuh dapat mempengaruhi sistem tubuh, seperti
perubahan pada metabolisme tubuh, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit,
gangguan dalam kebutuhan nutrisi, gangguan fungsi gastrointestinal, perubahan
sistem pernafasan, perubahan kardiovaskuler, perubahan muskuloskeletal,
perubahan kulit, perubahan eliminasi, dan perubahan perilaku (Hidayat, 2006).

1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana konsep dasar gangguan mobilitas ?

b. Bagaimana konsep teori Asuhan Keperawatan pada lansia dengan gangguan


mobilitas ?

c. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada lansia dengan gangguan mobilitas ?

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui konsep dasar gangguan mobilitas
b. Untuk mengetahui konsep teori Asuhan Keperawatan pada lansia dengan
gangguan mobilitas
c. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada lansia dengan gangguan mobilitas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Gangguan Mobilitas


2.1.1 Pengertian
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk
bergerak secara mudah, bebas dan teratur untuk mencapai suatu tujuan, yaitu
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik secara mandiri maupun dengan
bantuan orang lain dan hanya dengan bantuan alat (Widuri, 2010). Mobilitas
adalah proses yang kompleks yang membutuhkan adanya koordinasi antara
sistem muskuloskeletal dan sistem saraf (P. Potter, 2010). Mobilisasi adalah
suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan kegiatan dengan bebas (Kozier,
2010).
Gangguan Mobilitas atau Imobilitas merupakan keadaan di mana
seseorang tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang
mengganggu pergerakan (aktivitas), misalnya trauma tulang belakang,
cedera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas, dan sebagainya (Widuri,
2010). Imobilitas atau gangguan mobilitas adalah keterbatasan fisik tubuh
atau satu atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah (Nurarif .A.H.
dan Kusuma. H, 2015).
Gangguan mobilitas fisik (immobilisasi) didefinisikan oleh North
American Nursing Diagnosis Association (NANDA) sebagai suatu kedaaan
dimana individu yang mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan
gerakan fisik. Individu yang mengalami atau beresiko mengalami
keterbatasan gerakan fisik antara lain : lansia, individu dengan penyakit yang
mengalami penurunan kesadaran lebih dari 3 hari atau lebih, individu yang
kehilangan fungsi anatomic akibat perubahan fisiologik (kehilangan fungsi
motorik, klien dengan stroke, klien penggunaa kursi roda), penggunaan alat
eksternal (seperti gips atau traksi), dan pembatasan gerakan volunter, atau
gangguan fungsi motorik dan rangka (Kozier, Erb, & Snyder, 2010).
2.1.2 Tujuan Mobilitas
1. Memenuhi kebutuhan dasar manusia
2. Mencegah terjadinya trauma
3. Mempertahankan tingkat kesehatan
4. Mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari-hari
5. Mencegah hilangnya kemampuan fungsi tubuh
2.1.3 Jenis Mobilitas dan Imobilitas
1. Jenis Mobilitas
a. Mobilitas penuh merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial
dan menjalankan peran sehari-hari. Mobilitas penuh ini merupakan
fungsi saraf motorik volunter dan sensorik untuk dapat mengontrol
seluruh area tubuh seseorang.
b. Mobilitas sebagian merupakan kemampuan seseorang untuk
bergerak dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara
bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik
pada area tubuhnya. Mobilitas sebagian ini dibagi menjadi dua
jenis, yaitu :
1) Mobilitas sebagian temporer merupakan kemampun individu
untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal
tersebut dapat disebabkan oleh trauma reversibel pada sistem
muskuloskeletal, contohnya adalah adanya dislokasi sendi
dan tulang.
2) Mobilitas sebagian permanen merupakan kemampuan
individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya
menetap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya sistem saraf
yang reversibel, contohnya terjadi hemiplegia karena stroke,
parapelgia karena cedera tulang belakang, poliomielitis
karena terganggunya sistem saraf motorik dan sensorik
(Widuri, 2010).
2. Jenis Imobilitas
a. Imobilitas fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik
dengan tujuan mencegah terjadinya gangguan komplikasi
pergerakan, seperti pada pasien dengan hemiplegia yang tidak
mampu mempertahankan tekanan di daerah paralisis sehingga tidak
dapat mengubah posisi tubuhnya untuk mengurangi tekanan.
b. Imobilitas intelektual, merupakan keadaan ketika seseorang
mengalami keterbatasan daya pikir, seperti pada pasien yang
mengalami kerusakan otak akibat suatu penyakit.
c. Imobilitas emosional, keadan ketika seseorang mengalami
pembatasan secara emosional karena adanya perubahan secara tiba-
tiba dalam menyesuaikan diri. Sebagai contoh, keadaan stres berat
dapat disebabkan karena bedah amputasi ketika seseorang
mengalami kehilangan bagian anggota tubuh atau kehilangan
sesuatu yang paling dicintai.
d. Imobilitas sosial, keadaan individu yang mengalami hambatan
dalam melakukan interaksi sosial karena keadaan penyakit sehingga
dapat memengaruhi perannya dalam kehidupan social (Widuri,
2010).
2.1.4 Etiologi
Faktor penyebab terjadinya gangguan mobilitas fisik yaitu :
1. Penurunan fungsi muskuloskeletal
Otot-otot (atrofi, distrofi, atau cedera), tulang (infeksi, fraktur, tumor,
osteoporosis, atau osteomalasia), sendi (athritis dan tumor), atau
kombinasi struktur (kanker dan obat-obatan).    
2. Perubahan fungsi neurologis
Infeksi, tumor, trauma, obat-obatan, penyakit vaskular (mis, stroke),
penyakit demelinasi, penyakit degeneratif (ex: penyakit parkinson),
gangguan metabolik (mis, hiperglikemia), gangguan nutrisi.
3. Nyeri
Penyebabnya multipel dan bervariasi seperti penyakit kronis dan trauma
4. Defisit perseptual
Kelebihan atau kekurangan masukan persepsi sensori.    
5. Berkurangnya kemampuan kognitif
Gangguan proses kognitif, seperti demensia berat jauh.    
6. Jatuh Efek fisik: cedera atau fraktur.
Efek psikologis: sindrom setelah jatuh.  
7. Perubahan hubungan sosial
Faktor-faktor aktual (mis, kehilangan pasangan, pindah jauh dari
keluarga atau teman-teman), faktor-faktor persepsi (mis, perubahan pola
pikir seperti depresi).    
8. Aspek psikologis
Ketidakberdayaan dalam belajar.

2.1.5 Tanda dan Gejala Gangguan Mobilitas Fisik


Adapun tanda gejala pada gangguan mobilitas fisik yaitu :
1) Gejala dan Tanda Mayor
1) Subjektif
a) Mengeluh sulit menggerakkan ektremitas
2) Objektif
a) Kekuatan otot menurun
b) Rentang gerak (ROM) menurun.
2) Gejala dan Tanda Minor
1) Subjektif
a) Nyeri saat bergerak
b) Enggan melakukan pergerakan
c) Merasa cemas saat bergerak
2) Objektif
a) Sendi kaku
b) Gerakan tidak terkoordinasi
c) Gerak terbatas
d) Fisik lemah (Tim Pokja DPP PPNI, 2017).
2.1.6 Dampak Gangguan Mobilitas
Apabila ada perubahan mobilisasi, maka setiap sistem tubuh beresiko
terjadi gangguan.Tingkat keparahan pada gangguan tersebut bergantung
umur klien, dan kondisi kesehatan secara keseluruhan, serta tingkat
imobilitasyang dialami. Misalanya,perkembangan pengaruh imobilisasi
lansia berpenyakit kronik lebih cepat dibandingkan klien lebih muda
(Perry, 2006).
a. Perubahan Metabolik
Perubahan metabolik sistem endokrin, merupakan hormon-
sekresi kelenjar, membantu mempertahankan dan mengatur fungsi vital
seperti respon terhadap stress dan cidera, pertumbuhan dan
perkembangan, reproduksi homeostatis ion, dan metabolisme energi.
Ketika cedera atau stress terjadi sistem endokrin memicu serangkaian
respon yang bertujuan mempertahankan tekanan darah dan memelihara
hidup. Sistem endokrin berperan dalam pengaturan lingkungan internal
dengan mempertahankan keseimbangan natrium, kalium, air, dan
keseimbangan asam-basa.Sehingga sistem endokrin bekerja sebagai
pengatur metabolisme energi. Hormon tiroid meningkatkanlaju
metabolik basal (Basale Metabolik Rate BMR) dan energi dibuat
sehingga dapat dipakai sel-sel melalui integritas kerja antara hormon
gastroistenstinal dan pankreas (Wilson, 2010).
b. Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Sistem kardiovaskuler juga dipengaruhi oleh imobilisasi.Ada tiga
perubahan utama yaitu hipotensi ortotastik, peningkatan beban kerja
jantung, dan pembentukan thrombus.Hipotensi Ortotastik adalah
penurunan tekanan darah sistolik 25 mmHg dan diastolik 10
mmHgketika klien bangun dari posisi berbaring atau duduk ke posisi
berdiri.Pembentukan thrombus atau massa padat darah yang terbentuk di
jantung atau pembuluh darah biasanya disebabkan oleh tiga faktor, yakni
gangguan aliran balik vena menuju jantung, hiperkoagulabilitas darah,
dan cedera pada dinding pembuluh darah. Jika thorumbus lepas dari
dinding pembuluh darah dan masuk ke sirkulasi disebut dengan
embolus.Pada klien imobilisasi, terjadi penurunan sirkulasi volume
cairan, pengumpalan darah pada ekstermitas bawah, penurunan aliran
balik vena, diikuti oleh penurunan curah jantungyang terlihat pada
penurunan tekanan darah.
c. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Pengaruh imobilisasi pada sistem muskuloskeletal meliputi
gangguan mobilisasi permanen. Keterbatasan mobilisasi pengaruh otot
klien melalui kehilangan daya tahan, penurunan massaotot, atrofi,
penurunan stabilitas, kontraktur, kekakuan dan nyeri sendi. Pengaruh lain
dari keterbatasan mobilisasi yang mempengaruhi sistem skeletal adalah
gangguan metabolisme kalsium dan gangguan mobilisasi sensi.
d. Perubahan Sistem Integumen
Kerusakan kulit adalah jaringan yang tertekan, darah
membengkok, dan konstriksi kuat pada pembuluh darah akibat tekanan
persisten pada kulit dan struktur dibawah kulit, sehingga resosiasi seluler
terganggu, dan sel menjadi mati.Turgor kulit yang menurun dapat
mengalami atrofi akibat imobilitas yang lama.Selain itu, perpindahan
cairan antara kompartemen pada area tubuh yang menggantung dapat
menggangg keutuhan dan kesehatan dermis dan jaringan subkutan. Pada
akhirnya kondisi ini dapat menyebabkan penurunan elastisitas kulit.
2.1.7 Efek Gangguan Mobilitas
Lansia sangat rentan terhadap konsekuensi fisiologis dan psikologis dari
imobilitas, perubahan yang berhubungan dengan usia disertai dengan
penyakit kronis menjadi predisposisi bagi lansia untuk mengalami
komplikasi-komplikasi ini imobilitas mempengaruhi tubuh yang telah
terpengaruh sebelumnya. Imobilitas dalam tubuh dapat memengaruhi sistem
tubuh, seperti perubahan pada metabolisme tubuh, ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit, gangguan dalam kebutuhan nutrisi, gangguan fungsi
gastrointestinal, perubahan sistem pernafasan, perubahan kardiovaskular,
perubahan sistem muskuloskeletal, perubahan kulit, perubahan eliminasi
(buang air besar dan kecil), dan perubahan perilaku (Widuri, 2010).
1. Integumentary
Kerusakan kulit, formasi decubitus
2. Muskuloskeletal
 Atrofi otot :
o Kelemahan
o Kontraktur
o Mobilitas sedi menurun
o Jatuh
 Tulang kekurangan mineral
3. Saraf
Deprivasi sensori
4. Endokrin
 Gangguan fungsi hormone
 Metabolisme berkurang
 Intoleransi aktivitas
5. Kardiovaskuler
 Beban kerja jantung bertambah
 Thrombin
 Emboli
o Stroke
o Serangan jantung
o Penghentian nafas
 Hipotensi ortostatis
6. Pernafasan
 Pneumonia
 Gangguan pergantian gas
7. Pencernaan
 Anoreksia
 Konstipasi
8. Perkemihan
 Infeksi saluran perkemihan
 Inkontenensia perkemihan (kandung kemih membengkak)
 Kalkulus renal (batu ginjal)
9. Psikososial
 Stress
 Interupsi tidur
 Depresi
 Isolasi social
 Gangguan image tubuh dan harga diri
 Gangguan peran dan hubungan
 Gangguan seksualitas
2.1.8 Penatalaksanaan
1. Pencegahan Primer
Sebagai suatu proses yang berlangsung sepanjang kehidupan
mobilitas dan aktivitas bergantungan pada fungsi sistem
muskuloskeletal, kardiovaskular dan pulmonal, walaupun latihan tidak
akan mengubah rangkaian proses penuaan normal, hal tersebut dapat
mencegah efek imobilitas yang merusak dan gaya hidup kurang gerak.
Program latihan juga dihubungkan dengan peningkatan mood atau
tingkat ketegangan ansietas dan depresi. Hambatan terhadap latihan :
Berbagai hambatan mempengaruhi partisipasi lansia dalam latihan secara
teratur. Hambatan lingkungan termasuk kuranganya tempat yang aman
untuk latihan dan kondisi iklim yang tidak mendukung. Sikap budaya
adalah hambatan lain untuk melakukan latihan. Model peran yang kurang
gerak, gangguan citra tubuh, dan ketakutan akan kegagalan atau
ketidaksetujuan semuanya turut berperan terhadap kegagalan lansia
untuk berpartisipasi dalam latihan yang teratur.    
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder memfokuskan pada pemeliharaan fungsi
dan pencegahan komplikasi, disgnosa keperawatan yang dihubungkan
dengan pencegahan sekunder adalah: gangguan mobilitas fisik.  
3. Pencegahan Tersier
Upaya-upaya rehabilitatif untuk memaksimalkan mobilitas bagi
lansia melibatkan upaya multidisiplin yang terdiri dari perawat, dokter,
ahli fisioterapi dan terapi okupasi seseorang ahli gizi, aktivis sosial, dan
keluarga serta teman-teman.
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
Pengkajiaan adalah tindakan mengumpulkan informasi mengenai klien,
mengorganisasikan informasi, dan menentukan signifikasinya. Ini merupakan
fase pertama dalam proses keperawatan, walaupun sebenarnya pengkajian terus
berlangsung disemua fase dalam proses keperawatan. Eksekusi pengkajian
yang efektif menitikberatkan pada hadirnya dasar pengetahuan yang luas dan
keterampilan kritis yang baik.Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis
dari pengumpulan, verifikasi, dan komunikasi data tentang klien. Fase proses
keperawatan ini mencakup dua langkah: pengumpulan data dari sumber primer
(klien) dan sumber sekunder (keluarga, tenaga kesehatan),dan analisa data
sebagai dasar diagnosa keperawatan. Tujuan dari pengkajian adalah
menempatkan data dasar tentang kebutuhan, masalah kesehatan, pengalaman
yang berkaitan, praktik kesehatan, tujuan, nilai, dangaya hidupyang dilakukan
klien (Perry, 2007).
Menurut (Hidayat, 2006) pengkajian yang dilakukan pada gangguan
Mobilisasi adalah:
1) Riwayat Keperawatan Sekarang
Pengkajian riwayat pasien dengan gangguan mobilisasi saat ini meliputi
alasan yang menyebabkan terjadinya keluhan atau gangguan dalam
mobilitas dan imobilitas, seperti adanya nyeri, kelelahan, kelemahan
otot, tingkat mobilitas dan imobilitas, dan terjadinya gangguan
mobilitas.
2) Riwayat Keperawatan Penyakit yang Pernah Diderita
Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan mobilitas, misalnya adanya riwayat penyakit sistem
neurologi, riwayat penyakit sistem kardiovaskuler, riwayat penyakit
sistem muskuloskeletal.
3) Kemampuan Fungsi Motorik
Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan kanan dan kiri, kaki
kanan dan kiri untuk menilai ada atau tidaknya kelemahan,
kekakuan,atauspatis.
4) Kemampuan Mobilitas
Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan dengan tujuan untuk
menilai kemampuan gerak posisi miring, duduk, berdiri, bangun,
dan berpindahtanpa bantuan. Kategori tingkat kemampuan
aktifitas adalah sebagai berikut (Muttaqin, 2006) :
Tingkat Aktifitas Mobilitas
Kategori

Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh


Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat
Memerlukan bantuan atau pengawasan orang
Tingkat 2
lain
Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain,
Tingkat 3
dan peralatan
Sangat bergantung dan tidak dapat melakukan
Tingkat 4
atau berpartisipasi dalam perawatan

5) Kemampuan Rentang Gerak


Pengkajian rentang gerak (range of mation –ROM) dilakukan pada
daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki (Muttaqin, 2006).

Gerak Sendi Derajat Rentang Normal


Bahu
Aduksi : gerakan lengan ke lateral dari posisi samping 180
keatas kepala, telapak tangan menghadap ke posisi
yang paling jauh
Siku
Fleksi : angkat lengan bawah kearah depan dan kearah 150
atas menuju bahu
Pergelangan tangan
Fleksi : tekuk jari-jari tangan kearah bagian dalam 80-90
lengan bawah
Ekstensi : luruskan pergelangan tangan dan posisi 70-90
fleksi
Hiperekstensi :tekuk jari-jari tangan 12 kearah 0-20
belakang sejauh mungkin.
Abduksi : tekuk pergelangan tangan kesisi ibu jari 0-30
ketika telapak tangan menghadap keatas
Adduksi : tekuk pergelangan tangan kearah 0-30
kelingking, telapak tangan menghadap keatas
Tangan dan jari
Fleksi :buat kepalan tangan 20
Ekstensi : luruskan jari 20
Hiperekstensi : tekuk jari-jari tangan kebelakang 20
sejauh mungkin
Abduksi : kembangkan jari tangan 20
Adduksi : rapatkan jari tangan dari posisi adduksi 20

6) Kekuatan Otot dan Gangguan Koordinasi


Dalam mengkaji kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara
biralteral atau tidak.Derajat kekuatan otot dapat ditentukan dengan
(Muttaqin, 2006).

Presentase Kekuatan
Skala Karakteristik
Normal
0 0 Paralisis sempurna
1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat
dipalpasi atau dilihat
2 25 Gerakan otot penuh melawan gravitasi
dengan topangan
3 50 Gerakan yang normal melawan grativitasi

4 75 Gerakan penuh yang normal melawan


gravitasi dan melawan tahanan minimal
5 100 Kekuatan normal, Gerakan penuh yang
normal melawan gravitasi dan tahanan
penuh

7) Perubahan Psikologis
Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya
gangguan mobilisasi dan imobilitas antara lain perilaku, peningkatan
emosi, perubahan dalam mekanisme koping, dan lain-lain. Observasi
khusus yang harus dilakukan perawat mengenai kapasitas mobilisasi:
a. Kelengkungan tubuh (sklerosis, kifosis, dan lordosis)
b. Gaya berjalan
c. Rentang gerak (aktif atau pasif)
d. Kelainan sendi dan penyimpangan muskoloskeletal (perubahan
artitik, kesehatan otot)
e. Kelainan neurologis
f. Tanda-tanda ketidaknyamanan dan intoleransi aktivitas ( tanda-
tanda nonverbal dan juga laporan lisan)
g. Resiko jatuh
h. Hasil test diagnostik
i. Intervensi dan medikasi teraupetik saat ini yang mungkin
mempengaruhi mobilitas
j. Tanda-tanda komplikasi (misal kerusakan kulit,
pneumomia,depresi,isolasi sosial ) (Vaughans, 2013)
8) Pengkajian Pola Gordon
Pola-pola fungsi Kesehatan
1. Aktivitas/Istirahat:
Gejala :   Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan
stres pada sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral
dan simetris. Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup,
waktu senggang, pekerjaan, keletihan.
Tanda :   Malaise, keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit,
kontraktor/ kelaianan pada sendi.    
2. Kardiovaskular:
Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( mis: pucat
intermitten, sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna
kembali normal).    
3. Integritas Ego
Gejala :   Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan, keputusan dan
ketidakberdayaan ( situasi ketidakmampuan ), ancaman pada konsep
diri, citra tubuh, identitas pribadi ( misalnya ketergantungan pada
orang lain).    
4. Makanan/Cairan
Gejala ; Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi
makanan/ cairan adekuat: mual, anoreksia, kesulitan untuk
mengunyah.
Tanda : Penurunan berat badan, kekeringan pada membran mukosa.  
5. Hygiene
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan
pribadi, ketergantungan.  
6. Neurosensori
Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi
pada jari tangan.
Tanda : Pembengkakan sendi simetris.  
7. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Fase akut dari nyeri ( mungkin tidak disertai oleh
pembengkakan jaringan lunak pada sendi ).    
8. Keamanan
Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit, ulkus
kaki. Kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan
rumah tangga. Demam ringan menetap Kekeringan pada mata dan
membran mukosa.    
9. Interaksi Sosial
Gejala :  Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain;
perubahan peran; isolasi.
2.2.2 Analisa Data
Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status
kesehatan klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan terhadap
dirinya sendiri, dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan
lainnya. Data Fokus adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon
klien terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya serta hal-hal yang
mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap klien (Potter & Perry, 2005).
Tujuan Pengumpulan Data:
a. Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan pasien.
b. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan pasien.
c. Untuk menilai keadaan kesehatan pasien. Untuk membuat keputusan
yang tepat dalam menentukan langah-langkah berikutnya.
Tipe Data:
1. Data Subjektif
Data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap
suatu situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan
oleh perawat, mencakup persepsi, perasaan, ide pasien tentang status
kesehatannya. Misalnya tentang nyeri, perasaan lemah, ketakutan,
kecemasan, frustrasi, mual, perasaan malu (Potter & Perry, 2005).
2. Data Objektif
Data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh
menggunakan panca indera (lihat, dengar, cium, raba) selama
pemeriksaan fisik. Misalnya frekuensi nadi, pernafasan, tekanan
darah, edema, berat badan, tingkat kesadaran (Potter & Perry, 2005).
2.2.3 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisis data
subjektif dan data objektif yang telah diperoleh pada tahap
peengkajian untuk menegakkan diagnosis keperawatan. Diagnosis
keperawatan melibatkan proses berpikir komplek tentang data yang
dikumpulkan dari pasien, keluarga, rekam medik, dan pemberi layanan
kesehatan lain. Adapun tahapannya yaitu :
a. Menganalisis dan menginterpretasi data
b. Mengidentifikasi masalah pasien
c. Merumuskan masalah pasien
d. Mendokumentasikan diagnosa keperawatan
Adapun diagnosa yang mungkin muncul pada pasien Gangguan
Mobilitas :
1. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan destruksi sendi
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan kekuatan otot
3. Kurang perawatan diri berhubungan dengan nyeri pada waktu
bergerak
2.2.4 Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan merupakan fase dari proses keperawatan yang penuh
pertimbangan dan sistematis serta mencakup pembuatan keputusan untuk
menyelesaikan masalah (Kozier et al., 2010). Menurut McCloskey &
Bulecheck (2000), intervensi keperawatan adalah setiap tindakan
berdasarkan penilaian klinis dan pengetahuan, yang perawat lakukan untuk
meningkatkan hasil pada pasien (Kozier et al., 2010).
1. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan destruksi sendi
Kriteria Hasil :

a) Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol.


 Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi
dalam aktivitas sesuai kemampuan.
 Mengikuti program farmakologis yang diresepkan.
 Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas
hiburan ke dalam program kontrol nyeri.

Intervensi dan Rasional :


1) Kaji nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat faktor-
faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal.
Rasional :  Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen
nyeri dan keefektifan program.
2) Berikan matras/kasur keras, bantal kecil. Tinggikan linen tempat
tidur sesuai kebutuhan.
Rasional :  Matras yang lembut/empuk, bantal yang besar akan
mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat,
menempatkan stress pada sendi yang sakit. Peninggian linen
tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang
terinflamasi/nyeri.
3) Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi
individu. Rasional :  Memfokuskan kembali perhatian,
memberikan stimulasi, dan meningkatkan rasa percaya diri dan
perasaan sehat.
4) Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk.
Rasional :  Sebagai anti inflamasi dan efek analgesik ringan
dalam mengurangi kekakuan dan meningkatkan mobilitas.
5) Berikan es kompres dingin jika dibutuhkan.
Rasional :  Rasa dingin dapat menghilangkan nyeri dan bengkak
selama periode akut.  
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan kekuatan otot
Kriteria Hasil :

a) Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak


hadirnya/pembatasan kontraktur. - Mempertahankan ataupun
meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/ atau konpensasi
bagian tubuh.
 Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan
melakukan aktivitas.
Intervensi dan Rasional :
1) Pertahankan istirahat tirah baring/duduk jika diperlukan jadwal
aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang terus menerus dan
tidur malam hari yang tidak terganggu.
Rasional :  Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan
seluruh fase penyakit yang penting untuk mencegah kelelahan
mempertahankan kekuatan.
2) Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif.
Rasional :  Mempertahankan/ meningkatkan fungsi sendi, kekuatan
otot dan stamina umum.
3) Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi,
berdiri, dan berjalan.
Rasional :  Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan
mobilitas.
4) Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi,
menggunakan pegangan tangga pada toilet, penggunaan kursi roda.
Rasional :  Menghindari cidera akibat kecelakaan/jatuh.
5) Kolaborasi: konsul dengan fisoterapi.
Rasional :  Berguna dalam memformulasikan program
latihan/aktivitas yang berdasarkan pada kebutuhan individual dan
dalam mengidentifikasikan alat.

3. Kurang perawatan diri berhubungan dengan nyeri pada waktu bergerak.


Kriteria Hasil :

a) Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang


konsisten dengan kemampuan individual.
b) Mendemonstrasikan perubahan teknik/gaya hidup untuk
memenuhi kebutuhan perawatan diri.
c) Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/komunitas yang dapat
memenuhi kebutuhan perawatan diri.

Intervensi dan Rasional:


1) Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4) sebelum timbul
awitan/eksaserbasi penyakit dan potensial perubahan yang sekarang
diantisipasi.
Rasional :  Mungkin dapat melanjutkan aktivitas umum dengan
melakukan adaptasi yang diperlukan pada keterbatasan saat ini.
2) Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan.
Rasional :  Mendukung kemandirian fisik/emosional.
3) Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri.
Identifikasi/rencana untuk modifikasi lingkungan.
Rasional :  Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian yang akan
meningkatkan harga diri.
4) Kolaborasi: Konsul dengan ahli terapi okupasi.
Rasional :  Berguna untuk menentukan alat bantu untuk memenuhi
kebutuhan individual. Mis; memasang kancing, menggunakan alat
bantu memakai sepatu, menggantungkan pegangan untuk mandi
pancuran.

2.2.5 Implementasi Keperawatan


Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam implementasi juga meliputi
pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan
sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru. Pada proses
keperawatan, implementasi adalah fase ketika perawat
mengimplementasikan intervensi keperawatan. Berdasarkan terminology
NIC, implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan tindakan
yang merupakan tindakan keperawatan khusus yang diperlukan untuk
melaksanakan intervensi (atau program keperawatan). Perawat
melaksanakan atau mendelegasikan tindakan keperawatan untuk intervensi
yang disusun dalam tahap perencanaan dan kemudian mengakhiri tahap
implementasi dengan mencatat tindakan keperawatan dan respons klien
terhadap tindakan tersebut (Kozier, 2010).
2.2.6 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah fase terakhir proses keperawatan. Evaluasi adalah aspek
penting proses keperawatan karena kesimpulan yang ditarik dari evaluasi
menentukan menentukan apakah intervensi keperawatan harus diakhiri,
dilanjutkan, atau diubah. Evaluasi berjalan kontinu, evaluasi yang dilakukan
ketika atau segera setelah mengimplementasikan program keperawatan
memungkinkan perawat segera memodifikasi intervensi. Evaluasi yang
dilakukan pada interval tertentu (misalnya, satu kali seminggu untuk klien
perawatan dirumah) menunjukan tingkat kemajuan untuk mencapai tujuan
dan memungkinkan perawat untuk memperbaiki kekurangan dan
memodifikasi rencana asuhan sesuai kebutuhan (Kozier, 2010).
BAB III
FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
(ADAPTASI TEORI MODEL CAROL A MILLER)

TANGGAL PENGKAJIAN : 12 April 2021


NAMA WISMA :-
IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. A
Umur : 72 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Riwayat Pekerjaan : Tidak bekerja
Penghasilan :-
Tingkat Pendidikan :SMP
Status Perkawinan :Kawin
Lama tinggal di panti :-
IDENTITAS KELUARGA
Nama : Ny. B
Hubungan :Anak
Pekerjaan :Guru
Alamat : Kec. Jombang Kab. Jombang

RIWAYAT KESEHATAN

Keluhan utama: Ny. A sudah mengalami keluhan dengan kaki kebas-kebas pada
persendian kaki jika berdiri terlalu lama bagian sendi-sendi kaki
terasa sakit. Ny. A ketika banyak bergerak mudah lelah dan kedua
kaki klien jika melakukan aktifitas klien selalu mudah capek.
Keadaan Ny.A setelah dilakukan pengkajian ulang tubuhnya terasa
lemah dan mudah lelah saat melakukan aktifitas kaki klien kebas-
kebas dan Ny. A Jika kedua kakinya diluruskan atau dilakukan gerak
mobilisasi kedua kaki klien menjadi nyaman

Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi keluhan: Upaya yang telah dilakukan
selama ada keluhan dengan cara melakukan Terapi Room

Obat-obatan yang biasa digunakan: Amlodipine 5 mg


Terapi / operasi yang pernah dilakukan: Belum pernah dilakukan operasi

RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Genogram : tidak dikaji
Keterangan :

ALASAN DATANG KE PANTI WERDA


.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
..................................

4. AGE RELATED CHANGES (PERUBAHAN TERKAIT PROSES


MENUA) :

FUNGSI FISIOLOGIS

1. Kondisi Umum
Ya Tidak Keterangan
Kelelahan :  Ny. A merasa kelelahan ketika
banyak gerak
Perubahan BB :  Pola makan Ny. A tidak teratur

Perubahan nafsu :  Ny. A mengalami penurunan nafsu


makan makan
Masalah tidur :  NY. A sering mengalami insomnia

Kemampuan :
ADL

2 Integumen
.
Ya Tidak Keterangan
Lesi / luka :  Tidak ada luka pada NY. A
Pruritus :  Ny. A tidak mengalami pruritus
Perubahan :  Tidak ada perubahan pigmen pada Ny. A
pigmen
Memar :  Ny. A tidak mengalami memar
Pola :
penyembuhan
lesi

3. Hematopoetic
Ya Tidak Keterangan
Perdarahan :  Ny. A tidak mengalami perdarahan
abnormal
Pembengkakan :  Tidak ada pembengkakan kel limfe pada Ny.
kel. limfe A
Anemia :  Ny. A tidak mengalami anemia

4 Kepala
.
Ya Tidak Keterangan
Sakit kepala :  Ny. A tidak ada keluhan sakit kepala
Pusing :  Ny. A tidak merasa pusing
Gatal pada :  Ny. A tidak mengalami gatal pada kulit
kulit kepala kepala

5 Mata
.
Ya Tidak Keterangan
Perubahan :  Ny. A mengalami perubahan penglihatan
penglihatan karena salah menyebutkan warna yang
dilihat
Pakai kacamata :  Ny. A tidak memakai kacamata
Kekeringan :  Ny. A tidak mengalami kekeringan pada
mata mata
Nyeri :  Ny. A tidak mengalami nyeri mata
Gatal :  Tidak gatal pada mata Ny. A
Photobobia :  Ny. A terdapat masalah pada saat melihat
cahaya terang
Diplopia :  Ny. A tidak terdapat masalah diplopia
Riwayat infeksi :  Ny. A tidak memiliki riwayat infeksi
6. Telinga
Ya Tidak Keterangan
Penurunan :  Ny. A mengalami penurunan
pendengaran pendengaran
Discharge :  Tidak ada cairan yang keluar pada
telinga Ny. A
Tinitus :  Telinga Ny. A tidak berdengung
Vertigo :  Tidak mengalami vertigo
Alat bantu :  Tidak memakai alat bantu dengar
dengar
Riwayat :  Tidak ada riwayat infeksi pada telinga
infeksi Ny. A
Kebiasaan :  Ny. A sering membersihkan telinganya
membersihkan
telinga
Dampak pada : Penurunan pendengaran berdampak resiko jatuh pada Ny. A
ADL

7. Hidung sinus
Ya Tidak Keterangan
Rhinorrhea :  Tidak ada cairan yang keluar dari hidung
Ny. A
Discharge :  Tidak ada
Epistaksis :  Tidak ada perdarahan pada hidung Ny. A
Obstruksi :  Tidak ada penyumbatan pada hidung
Snoring :  Tidak ada suara serak/mendengkur saat
tidur
Alergi :  Ny. A tidak memiliki alergi
Riwayat infeksi :  Ny. A tidak memiliki Riwayat infeksi
pada hidung

8. Mulut,
tenggorokan
Ya Tidak Keterangan
Nyeri telan :  Tidak ada nyeri tekan
Kesulitan menelan :  Tidak mengalami kesulitan dalam
menelan
Lesi :  Tidak ada luka pada mulut dan
tenggorokan
Perdarahan gusi :  Tidak ada perdarahan di gusi
Caries :  Terdapat caries gigi pada Ny. A

Perubahan rasa :  Ny. A mengalami perubahan rasa pada


indra pengecapannya
Gigi palsu :  Ny. A tidak memakai gigi palsu
Riwayat Infeksi :  Tidak ada riwayat infeksi
Pola sikat gigi : Ny. A menggosok gigi setiap hari 2x sehari

9. Leher
Ya Tidak Keterangan
Kekakuan :  Leher Ny. A tidak mengalami kekauan
Nyeri tekan :  Ny. A tidak mengalami nyeri tekan
pada leher
Massa :  Tidak ada benjolan pada Ny. A

10 Thorax
.
Ya Tidak
Simetris  Dada simetris kanan dan kiri
Tarikan :  Tidak ada tarikan intercostae
intercostae
Barrel chest :  Kondisi dada tidak tampak menonjol
Pigeon chest  Tidak ada kelainan bentuk pada
dinding dada
Wheezing :  Tidak ada suara wheezing (mengi)
Ronchi :  Tidak ada suara ronchi
Palpitasi :  Detak jantung teratur
Dipsnoe  Ny. A tidak mengalami sesak nafas
Paroximal  Ny. A tidak mengalami serangan
nocturnal secara tiba-tiba
Orthopnea  Ny. A merasa tidak ada keluhan saat
bernafas
Murmur  Ny. A tidak mengalami murmur (suara
berdesing pada jantung)
Chest pain  Ny. A tidak mengalami nyeri dada

11 Abdomen
.
Ya Tidak Keterangan
Disphagia :  Ny. A tidak mengalami kesulitan
menelan
Nausea / :  Ny. A tidak mengalami mual dan
vomiting muntah
Hemateemesis :  Ny. A tidak mengalami muntah
darah
Perubahan nafsu :  Ny. A tidak mengalami penurunan
makan nafsu makan
Massa :  Tidak ada benjolan pada abdomen
Jaundice :  Ny. A tidak menderita penyakit
kuning
Perubahan pola :  Ny. A tidak mengalami pola
BAB perubahan BAB
Melena :  Ny. A sewaktu berak tidak
mengeluarkan feses hitam
Hemorrhoid :  Tidak ada hemorrhoid
Pola BAB : Pola BAB Ny.A teratur. 1x Sehari
12. Genetalia
Ya Tidak Keterangan
Dysuria :  Ny. A tidak
mengalami nyeri
saat BAK
Frekuensi : BAK sehari 4-8 kali sebanyak 1-1,8 L
Hesitancy :  Ny. A tidak mengalami
kesulitan saat memulai
kencing
Urgency :
Hematuria :  Ny. A tidak mengalami
kencing darah
Poliuria :  Ny. A tidak sering kencing
Oliguria :  Ny. A mengatakan urin tidaak
sedikit saat kencing
Nocturia :  Ny. A tidak sering kencing di
malam hari
Inkontinensia :  Ny. A tidak kehilangan
control saat berkemih (tidak
mengompol)
Nyeri berkemih :  Ny. A tidak mengalami nyeri
saat BAK
Pola BAK : Pola BAK Ny. A 5x sehari
13
Lesi
Disharge
Testiculer pain
Testiculer massa
Perubahan gairah sex
Impotensi
Reproduksi (perempuan) Ya Tidak
Lesi  Tidak ada lesi pada bagian
reproduksi
Discharge  Ny. A tidak mengalami
discharge (keputihan)
Postcoital bleeding  Ny. A tidak mengalami
postcontrol bleeding
(perdarahan pasca
berhubungan)
Nyeri pelvis  Ny. A tidak mengalami
nyeri pelvis
Prolap  Ny. A tidak mengalami
prolap
Riwayat menstruasi Ny. A menarch pada usia
+- 13 tahun, Menopause
pada usia 61 tahun.
Menstruasi normal tiap 28
hari sekali seama 6 hari
Aktifitas seksual Aktifitas sosial berkurang
karena faktor usia
Pap smear  Belum pernah melakukan
pap smear

14 MUSKULOSKELETA
. L
Ya Tidak Keterangan
Nyeri Sendi :  Ny.A mengalami nyeri sendi
pada kaki kanan dan kiri
Bengkak : 
Kaku sendi : 
Deformitas :  Ny. A tidak mengalami
deformitas
Spasme :  Ny. A tidak mengalami
kejang otot
Kram :  Ny. A mengalami kram pada
kaki
Kelemahan otot :  Ny. A mengalami kelemahan
otot pada kaki
Masalah gaya berjalan :  Ny. A tidak ada masalah
pada gaya berjalan
Nyeri punggung :  Ny. A tidak mengalami nyeri
punggun
Pola latihan : Pola latihan teknik ROM dengan meluruskan kaki
dan menyandarkan pinggang ke kursi
Dampak ADL : Ny. A ketika banyak bergerak mudah lelah dan
kedua kaki klien jika melakukan aktifitas klien selalu
mudah capek.

15. Persyarafan
Ya Tidak Keterangan
Headache :  Ny. A tidak mengalami sakit
kepala
Seizures :  Ny. A tidak mengalami kejang
Syncope :  Ny. A tidak mengalami pingsan
atau hilang kesadaran
sementara
Tic/tremor :  Ny. A tidak mengalami gemetar
Paralysis :  Ny. A mengalami kehilangan
sebagian fungsi otot pada kaki
saat melakukan aktivitas
Paresis :  Ny. A mengalami kelemahan
otot pada kaki
Masalah memori :  Ny. A merasa sering lupa
terhadap perkataan yang sudah
dibicarakan
Gangguan 
koordinasi
(tes hidung-jari
hidung)

5 POTENSI PERTUMBUHAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL :


.
Psikososial YA Tidak Keterangan
Cemas :  Ny. A tidak merasa cemas
Depresi :  Ny. A tidak mengalami depresi
Ketakutan :  Ny. A tidak mengalami ketakutan
Menarik diri  Ny. A tidak menarik diri dari
lingkungannya
Harga diri  Ny. A tidak mengalami harga diri rendah
rendah
Insomnia :  Ny. A mengalami insomnia saat tidur

Kesulitan :  Ny.A tidak mengalami kesulitan dalam


dalam mengambil keputusan
mengambil
keputusan
Kesulitan :  Ny. A tidak mengalami konsentrasi
konsentrasi
Mekanisme : Menerima perubahan keadaan fisik yang dialami karena
koping bertambahnya usia
Persepsi tentang kematian : tidak khawatir terhadap kematian
Dampak pada ADL : Ny. A merasa lemah dan lesu karena mengalami
insomnia yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari

Spiritual
 Aktivitas ibadah : Ny. A taat melakukan ibadah dan
menjalankan tepat waktu
 Hambatan : -

6. LINGKUNGAN :

 Kamar : Kamar Ny. A terlihat bersih


 Kamar mandi : Kamar mandi Ny. A terlihat bersih
 Dalam rumah.wisma : -
 Luar rumah : hubungan Ny. A diluar rumah dengan
masyarakat sangat baik dan bisa bersosialisasi dengan siapa
saja

7. NEGATIVE FUNCTIONAL CONSEQUENCES


1. Kemampuan ADL
Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks Barthel)

No Kriteria Dengan Mandir Skor


Bantuan i Yang
Didapat
1 Makan 5 10 10
2 Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur, atau 5-10 15 15
sebaliknya
3 Personal toilet (cuci muka, menyisir rambut, gosok 0 5 5
gigi)
4 Keluar masuk toilet (mencuci pakaian, menyeka 5 10 5
tubuh, menyiram)
5 Mandi 0 5 5
6 Berjalan di permukaan datar (jika tidak bisa, dengan 0 5 5
kursi roda )
7 Naik turun tangga 5 10 5
8 Mengenakan pakaian 5 10 10
9 Kontrol bowel (BAB) 5 10 10
10 Kontrol Bladder (BAK) 5 10 10
Jumlah 80

Penilaian
0 - 2 : Ketergantungan
21 - 61 : Ketergantungan berat/sangat tergantung
62 - 90 : Ketergantungan berat
91 - 99 : Ketergantungan ringan
100 : Mandiri

2. Aspek Kognitif dengan MMSE (Mini Mental Status Exam)

Kapasitas perawatan diri lansia mengalami penurunan


N Aspek Nilai Nila Kriteria
o Kognitif maksim i
al Klie
n
1 Orientasi 5 2 Menyebutkan dengan benar :
Tahun :tidak tau
Hari : tau (selasa)
Musim :tau (musim hujan)
Bulan : tidak tau
Tanggal : tidak tau
2 Orientasi 5 2 Dimana sekarang kita berada ?
Negara: tidak tau
Panti : -
Propinsi: tidak tau
Wisma : -
Kabupaten/kota : tau ( jombang )
3 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 nama obyek (misal : kursi,
meja, kertas), kemudian ditanyakan
kepada klien, menjawab :
1) Kursi : benar
2). Meja : benar
3). Kertas : benar
4 Perhatian dan 5 2 Meminta klien berhitung mulai dari 100
kalkulasi kemudian kurangi 7 sampai 5 tingkat.
Jawaban :
1). 93 : benar
2). 86 : benar
3). 79 : salah
4). 72 : salah
5). 65 : salah
5 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga
obyek pada poin ke- 2 (tiap poin nilai 1)
6 Bahasa 9 6 Menanyakan pada klien tentang benda
(sambil menunjukan benda tersebut).
1). Pensil
2). Buku
3). Minta klien untuk mengulangi kata
berikut :
“ tidak ada, dan, jika, atau tetapi )
Klien menjawab : benar, ( tidak ada, dan,
jika, atau tetapi )
Minta klien untuk mengikuti perintah
berikut yang terdiri 3 langkah.
4). Ambil kertas ditangan anda
5). Lipat dua
6). Taruh dilantai.
Perintahkan pada klien untuk hal berikut
(bila aktifitas sesuai perintah nilai satu
poin.
7). “Tutup mata anda”
8). Perintahkan kepada klien untuk
menulis kalimat dan
9). Menyalin gambar 2 segi lima yang
saling bertumpuk

Total nilai 30 18
Interpretasi hasil :
24 – 30 : tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : gangguan kognitif sedang
0 - 17 : gangguan kognitif berat

Kesimpulan : aspek kognitif Ny. A mendapat nilai 18 yang artinya mengalami


gangguan kognitif sedang

3. Tes Keseimbangan
Time Up Go Test
No Tanggal Pemeriksaan Hasil TUG (detik)
1

Rata-rata Waktu TUG

Interpretasi hasil
Interpretasi hasil:
Apabila hasil pemeriksaan TUG menunjukan hasil berikut:

>13,5 detik Resiko tinggi jatuh


>24 detik Diperkirakan jatuh dalam kurun
waktu 6 bulan
>30 detik Diperkirakan membutuhkan
bantuan dalam mobilisasi dan
melakukan ADL
(Bohannon: 2006; Shumway-Cook,Brauer & Woolacott: 2000; Kristensen, Foss
& Kehlet: 2007: Podsiadlo & Richardson:1991)

4. Kecemasan, GDS
Pengkajian Depresi
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tdk Hasil
1. Anda puas dengan kehidupan anda saat ini 0 1 0
2. Anda merasa bosan dengan berbagai aktifitas dan kesenangan 1 0 1
3. Anda merasa bahwa hidup anda hampa / kosong 1 0 0
4. Anda sering merasa bosan 1 0 1
5. Anda memiliki motivasi yang baik sepanjang waktu 0 1 1
8. Anda takut ada sesuatu yang buruk terjadi pada anda 1 0 1
7. Anda lebih merasa bahagia di sepanjang waktu 0 1 1
8. Anda sering merasakan butuh bantuan 1 0 1
9. Anda lebih senang tinggal dirumah daripada keluar melakukan 1 0 1
sesuatu hal
10. Anda merasa memiliki banyak masalah dengan ingatan anda 1 0 1
11. Anda menemukan bahwa hidup ini sangat luar biasa 0 1 1
12. Anda tidak tertarik dengan jalan hidup anda 1 0 0
13. Anda merasa diri anda sangat energik / bersemangat 0 1 1
14. Anda merasa tidak punya harapan 1 0 1
15. Anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari diri anda 1 0 1
Jumlah 12
(Geriatric Depressoion Scale (Short Form) dari Yesafage (1983) dalam
Gerontological Nursing, 2006)
Interpretasi :
Jika Diperoleh skore 5 atau lebih, maka diindikasikan depresi

5. Status Nutrisi

Pengkajian determinan nutrisi pada lansia:


N Indikators score Pemeriksaan
o

1. Menderita sakit atau kondisi yang mengakibatkan perubahan 2 


jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi

2. Makan kurang dari 2 kali dalam sehari 3

3. Makan sedikit buah, sayur atau olahan susu 2

4. Mempunyai tiga atau lebih kebiasaan minum minuman 2


beralkohol setiap harinya

5. Mempunyai masalah dengan mulut atau giginya sehingga 2 


tidak dapat makan makanan yang keras

6. Tidak selalu mempunyai cukup uang untuk membeli makanan 4 

7. Lebih sering makan sendirian 1

8. Mempunyai keharusan menjalankan terapi minum obat 3 kali 1 


atau lebih setiap harinya

9. Mengalami penurunan berat badan 5 Kg dalam enam bulan 2


terakhir

10 Tidak selalu mempunyai kemampuan fisik yang cukup untuk 2 


. belanja, memasak atau makan sendiri

Total score 5
(American Dietetic Association and National Council on the Aging, dalam
Introductory Gerontological Nursing, 2001)

*centang pada kolom pemeriksaan jika ditemukan indikator pada lansia


Interpretasi:
0–2 : Good
3–5 : Moderate nutritional risk
≥6 : High nutritional risk
6. Hasil pemeriksaan Diagnostik

No Jenis Tanggal Hasil


pemeriksaan Pemeriksaan
Diagnostik

7. Fungsi sosial lansia

APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA


Alat Skrining yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi sosial lansia
NO URAIAN FUNGSI SKOR

1. Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga ADAPTATION 1


(teman-teman) saya untuk membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya

2. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman)saya PARTNERSHIP 2


membicarakan sesuatu dengan saya dan mengungkapkan
masalah dengan saya

3. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) sayaGROWTH 2


menerima dan mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktivitas / arah baru

4. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) sayaAFFECTION 1


mengekspresikan afek dan berespon terhadap emosi-emosi
saya seperti marah, sedih/mencintai
5. Saya puas dengan cara teman-teman saya dan saya RESOLVE 1
meneyediakan waktu bersama-sama

Kategori Skor: TOTAL 7


Pertanyaan-pertanyaan yang dijawab:
1). Selalu : skore 2 2). Kadang-kadang : 1
3). Hampir tidak pernah : skore 0
Intepretasi:
< 3 = Disfungsi berat
4 - 6 = Disfungsi sedang
> 6 = Fungsi baik
Smilkstein, 1978 dalam Gerontologic Nursing and health aging 2005
ANALISA DATA

Nama Pasien : Ny. A


No. RM :
Dx. Medis :

Masalah
No Data Penyebab
Keperawatan
1 DS: Tingkat usia dan Gangguan
Klien mengeluhkan sulit perkembangan mobilisasi
beraktivitas pada persendian fisik
Jika berdiri lama kaki terasa Perubahan sistem
sakit kardiovaskuler mobilitas
Keluarga mengatakan klien hipotensi ortostastik,
senang makan jeroan,sayur meningkatkan kerja
santan dirumah jantung dan terjadinya
pembentukan thrombus
DO:
Suhu:37 C
Kadar asam urat serum 10mg/dl Gangguan muscular

TD: 160/100mmhg menyebabkan turunnya

KGD: kekuatan otot secara

67mm/dl langsung sehingga


mengakibatkan arus
balik vena.
2 DS: Gangguan mobilisasi Nyeri akut
Klien mengeluhkan nyeri pada fisik
persendian kaki
Klien mengatakan menderita Kelebihan atau deprivasi
asam urat sudah 2 tahun dan sensori
sering kambuh Ligament pada lutut jika
terputus mengakibatkan
DO:
semua sistem tubuh
TTV:130/90mmhg
terganggu
Kadar asam urat serum 9mg/dl
Klien tampak meringis
kesakitan Agen cedera

Klien tampak memengangi biologi:gout

lututnya yang sakit


Skala nyerinya: 7 Nyeri akut
3 DS: Kurang pengetahuan Deficit
pengetahuan
Klien mengatakan tidak mengenal penyakit
mengetahui tentang penyakitnya
Klien tidak mengetahui makanan Kurangnya mengenal
yang sesuai dengan penyakitnya masalah penyakit
DO:
Klien tampak sering bertanya
tentang penyakitnya
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO
TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN
DIAGNOSA
D.0054 Gangguan mobilitas fisik
D.0077 Nyeri akut
D.0111 Deficit pengetahuan

DAFTAR PRIORITAS
DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO PRIORITAS
TANGGAL
DIAGNOSA DIAGNOSA KEPERAWATAN
D.0054 Gangguan mobilitas fisik
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. A


No RM :
Dx. Medis :

TANGG RENCANA KEPERAWATAN


DIAGNOSA TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
AL
KEPERAWATAN

Gangguan mobilitas 1. Meningkatkan perasaan kontrol dan


1. Tujuan 1. Individu akan 1. Kaji adanya
fisik determinasi diri klien dapat membantu
jangka mengungkapkan gangguan cara
kepatuhan klien terhadap program latihan
panjang: akan berjalan atau
fisik.
Dapat bertambahnya tehnik berjalan
2. Menggunakan alat bantu ambulasi harus
tergagangg kekuatan dan yang baik atau
digunakan dengan benar dan aman untuk
unya daya tahan mendemonstrasi
menjamin
kemampua ekstremitas kan cara
keefektifan latihan dan mencegah cedera
n bergerak 2. Menunjukkan berjalan yang
status yang
secara baik. 3. Meningkatkan kemandirian klien.
adekuat dengan
indikator: 2. Bantu klien Dengan memasukkan ROM ke dalam rutinitas
sengaja di
3. Mendemonstrasik untuk bangkit ke sehari-hari, dapat mendukung performa normal
dalam
an cara posisi duduk klien.ROM aktif meningkatkan massa otot, tonus
lingkungan
menggunakan secara otot, dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi
2. Tujuan
alat adaptif untuk perlahan jantung dan pernapasan. ROM pasif meningkatkan
jangka
meningkatkan Anjurkan latihan mobilitas sendi dan sirkulasi.
pendek:
ambulasi dengan
mobilitas 4. Mengurangi kelemahan dan menigkatkan
Klien jalan- jalan yang
sering dan pertahanan tubuh
mampu 4. Melakukan singkat
(sedikitnya tiga 5. Mempertahankan integritas sendi.
menyadari langkah-langkah
kali sehari),
keterbatasa untuk dengan
n gerak, pengamanan dampingan jika
kondisi klien
serta untuk tidak stabil.
mengatur meminimalkan 3. Terapi latihan
keenggana kemungkinan aktifitas
n untuk cedera. mobilitasfisik
begerak. ekstremitas
misalnya latihan
ROM pasif atau
ROM
aktif(frekuensi
disesuaikan
dengan kondisi
klien):

4. Lakukan ROM
aktif pada
ekstremitas yang
sakit. Lakukan
latihan secara
perlahan guna
memberi
kesempatan

5. Untuk mencegah
ketegangan
pada persendian
dan jaringan
klien.
Nyeri akut 1. Memberikan penjelasan untuk menghilangkan
Menunjukkan 1. Individu akan 1. Kaji intensitas
nyeri yang tidak perlu, yakni dengan pemberian
toleransi mengungkapkan lokasi nyeri,
obat sesuai jadwal yang teratur.
nyeri berbeda kepuasan setelah dengan skala
2. Menggunakan tindakan pereda nyeri noninpasif
pada setiap pemberian nyeri 7.
dapat meningkatkan efek terapeutik medikasi
individu dan tindakan pereda
2. Ajarkan metode
penghilang nyeri.
mugkin nyeri
distraksi selama
3. Menghilangkan nyeri secara adekuat dapat
bervariasi 2. Menyebutkan
nyeri akut yang
faktor yang dapat menyebabkan adikasi.
pada satu
meningkatkan bukan
individu nyeri
merupakan
3. Menyebutkan
dalam suatu
intervensi yang mengenai
yang berbeda. efektif
tindakan pereda
Menyampaikan
bahwa orang lain nyeri noninpasif
memvalidasi nyeri
dan keefektifan
yang sedang
dialami. kepada
individu.

3. Perawatan
mengenai
kompres panas,
efek
terapeutiknya,
dan kapan
diindikasikanny
a
Defisit pengetahuan 1. Mempermudah dalam memberikan penjelasan
Memberikan 1. Klien mengerti 1. Kaji klien
pada klien
penyuluhan proses tentang
2. Meningkatkan pengetahuan dan mengurangi
kepada klien penyakitnya dan penyakitnya.
cemas
tentang program 2. Jelaskan tentang
3. Mempermudah intervensi
penyakitnya perawatan serta proses penyakit
4. Mencegah keparahan penyakit
guna untuk terapi yang (tanda dan 5. Memberi gambaran tentang pilihan terapi
kesehatan diberikan sesuai gejala). yang bisa Tentang pilihan terapi yang bisa
kelurga dan dengan indikator: Identifikasi digunakan
klien. 2. Klien mampu kemungkinan
menjelaskan
penyebab,jelask
kembali tentang
penyakit. an kondisi
3. Mengenal
tentang klien
kebutuhan
perawatan dan 3. Jelaskan tentang
pengobatan tanpa
program
cemas. pengobatan
4. Diskusikan
perubahan gaya
hidup yang
mungkin
digunakan
Untuk
mencegah
komplikasi.
5. Diskusikan
tentang terapi
dan pilihannya
IMPLEMENTASI / TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama Pasien :
Nama Pasien : Ny. A
No RM :
Dx. Medis :

No. Diagnosa Tgl / jam Implementasi Evaluasi / Respon Klien TTD

Gangguan 1. Mengkaji nadi, TD, 1. Px kooperatif ketika dikaji


mobilitas fisik pernapasan saat nadi, TD, pernapasan saat
istirahat, Denyut nadi istirahat dan dikaji indicator
setiap 2 menit sampai hipoksia
frekuensinya kembali ke 2. Px sulit melakukan
dalam kisaran 10 Latihan ambulasi dengan
denyutan dari denyut jalan-jalan karena sendinya
nadi istirahat. Setelah terasa sakit.
aktifitas, kaji adanya 3. Px kooperatif Ketika
indikator hipoksia latihan ROM aktif dan pasif,
menandakan intensitas, tapi setelah Latihan Px
frekuensi, atau durasi merasa lelah
aktifitas harus dikurangi
atau dihentikan.
2. Melatih klien dengan
latihan ambulasi dengan
melakukan jalan-jalan
yang sering/singkat
(sedikitnya 3x sehari),
dengan dampingan
jika kondisi klien tidak
stabil.
3. Melatih aktifitas fisik
mobilisasi (misalnya
latihan ROM aktif dan
pasif).
Nyeri akut 1. Kaji faktor yang dapat 1. Px kooperatif ketika
menurunkan toleransi dikaji faktor yang dapat
nyeri untuk menurunkan toleransi
mengetahui nyeri yang nyeri untuk mengetahui
dirasakan nyeri yang dirasakan
2. Mengkaji respon 2. Px kooperatif ketika
terhadap medikasi dikaji respon terhadap
pereda nyeri, melihat medikasi pereda nyeri
klien dalam waktu 3. px kooperatif saat
setengah jam untuk dilakukan pemeriksaan
mengkaji keefektifan tanda-tanda vital
3. Mengkaji TTV
Defisit 1. Mengkaji aktifitas 1. Px kooperatif ketika
pengetahuan keperawatan untuk dikaji tapi px banyak
defisiensi kurangnya yang tidak diketahui
pengetahuan. 2. Px kooperatif ketika
2. Bantu klien untuk menetukan tujuan
menetapkan tujuan pembelajaran yang
pembelajaran yang efektif
realistis. 3. Px mau mendengarkan
3. Gunakan strategi penyuluhan tapi terlihat
penyuluhan kebingungan
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien :
Nama Pasien :Ny. A
No RM :
Dx. Medis :

PERKEMBANGAN
NO TGL/JAM Dx.KEP
(S O A P I E R)
1 Gangguan S: Klien Mengatakan badanya lemas
mobilitas fisik ketika melakukan aktifitas aktifitas
yang banyak dan sendi-sendi kaki
terasa sakit jika berdiri terlalu lama.

O: Klien tampak lelah,capek setelah


dilakukan tindakan ROM aktif dan
pasif.
TD: 140/100
Nadi: 80x/menit
Pernapasan: 22x/me nit

A: Masalah belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan
- Melakukan tindakan ROM aktif dan
pasif
2 Nyeri akut S: Klien mengatakan setiap melekukan
aktifitas pada kaki dan otot, sendi
terasa terasa nyeri, dan saat diinjakkan
sendi kaki terasa nyeri.

O: Klien tampak lemas saat dilakukan


ROM
TD: 130/100
Nadi:78x/menit Pernapas:22x/menit
Skala nyeri : 6

A: Masalah belum teratasi


P: Intervensi dilanjutkan.
-identifikasi skala nyeri
-berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (missal :
akupresur, aromaterapi dll)
3 Deficit S: Klien mengatakan kurang
pengetahuan Mengetahui asam urat.

O: Klien tampak bingung


karena kurangnya pengetahuan

A: masalah belum teratasi


P: intervensi
dilanjutkan.
-edukasi kepada pasien dan keluarga
tentang pengertian, penyebab,
komplikasi, dan pencegahan asam urat
EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien :
Nama Pasien :NY. A
No RM :
Dx. Medis :

PERKEMBANGAN
NO TGL/JAM Dx.KEP
(S O A P I E R)
1. Gangguan S: Klien Mengatakan badanya lemas
mobilitas fisik ketika melakukan aktifitas aktifitas
yang banyak dan sendi-sendi kaki
terasa sakit jika berdiri terlalu lama.

O: Klien tampak lelah,capek setelah


dilakukan tindakan ROM aktif dan
pasif.
TD: 140/100
Nadi: 80x/menit
Pernapasan: 22x/me nit

A: Masalah sebagian teratasi

P: Intervensi dilanjutkan
-Melakukan tindakan ROM aktif dan
pasif
2. Nyeri akut S: Klien mengatakan setiap melekukan
aktifitas pada kaki dan otot, sendi
terasa terasa nyeri, dan saat diinjakkan
sendi kaki terasa nyeri.

O: Klien tampak lemas saat dilakukan


ROM
TD: 130/100
Nadi:78x/menit Pernapas:22x/menit
Skala nyeri : 5

A: Masalah sebagian teratasi


P: Intervensi dilanjutkan.

-identifikasi skala nyeri


-berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (missal :
akupresur, aromaterapi dll)
3. Defisit S: Klien mengatakan kurang
pengetahuan Mengetahui asam urat.

O: Klien bingung
karena kurangnya pengetahuan

A: masalah teratasi sebagian


P: intervensi
dilanjutkan.
-edukasi kepada pasien dan keluarga
tentang pengertian, penyebab,
komplikasi, dan pencegahan asam urat
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan        

Mobilitas bukan merupakan sesuatu yang absolut dan statis dalam


menentukan kemampuan untuk berjalan, tetapi mobilitas optimal merupakan
sesuatu yang individualistis, relatif dan dinamis yang tergantung pada
interaksi antara faktor-faktor lingkungan dan sosial, afektif dan fungsi fisik.
Keparahan imobilitas pada sistem muskuloskeletal adalah penurunan tonus,
kekuatan, ketahanan otot, rentang gerak sendi dan kekuatan skeletal.
Pengkajian pada pasien gangguan mobilisasi dapat ditemukan adanya atrofi
otot, mengecilnya tendon, ketidakadekuatnya sendi, nyeri pada saat bergerak,
keterbatasan gerak, penurunan kekuatan otot, paralisis, serta kifosis. Adapun
diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien gangguan mobilisasi adalah :
Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan destruksi sendi, Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan penurunan kekuatan otot, dan Kurang perawatan diri
berhubungan dengan nyeri pada waktu bergerak.
4.2 Saran           

Pada kesempatan ini kelompok akan mengemukakan beberapa saran


sebagai bahan masukan yang bermanfaat bagi usaha peningkatan mutu
pelayanan asuhan keperawatan yang akan datang, diantaranya :
a. Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat mengetahui atau mengerti
tentang rencana keperawatan pada pasien dengan gangguan mobilisasi,
pendokumentasian harus jelas dan dapat menjalin hubungan yang baik
dengan klien dan keluarga.

b. Dalam rangka mengatasi masalah resiko injuri pada klien dengan


gangguan mobilisasi maka tugas perawat yang utama adalah sering
mengobservasi akan kebutuhan klien yang mengalami gangguan
mobilisasi
Untuk perawat diharapkan mampu menciptakan hubungan yang harmonis
dengan keluarga sehingga keluarga diharapkan mampu membantu dan
memotivasi klien dalam proses penyembuhan

Anda mungkin juga menyukai