140906015
MEDAN
2017
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan politik pembangunan agraria
di bawah Pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla yang dapat dilihat dalam Strategi
Nasional Pelaksanaan Reforma Agraria Jokowi-Jusuf Kalla. Arahan tentang
strategi pelaksanaan reforma agraria pada dasarnya berangkat dari kondisi agraria
di Indonesia yang berada dalam ambang kritis, melihat begitu rendahnya tingkat
kesejahteraan masyarakat khususnya yang berprofesi sebagai petani yang
disebabkan ketimpangan kepemilikan tanah yang terjadi karena tidak tegasnya
kebijakan didalam penanganan masalah agraria, seperti aturan tegas tentang batas
penguasaan lahan dan juga redistribusi tanah yang tidak merata. Penelitian ini
nantinya akan melihat aktor, nilai dan ideologi yang menjadi representatif
sesungguhnya dari kebijakan ini. Karena, tidak sedikit kritikan bahkan
perlawanan yang dilakukan masyarakat terhadap kebijakan ini dengan menilai
kebijakan reforma agraria tersebut tidak menjadi solusi dari konidisi agraria yang
sedang diambang kritis.
Metode penelitian yang digunakan adalah dengan metode deskriptif
kualiatatif dengan mengumpulkan dan mengkompilasikan sumber-sumber data
baik itu dokumen-dokumen atau website (Library research). Teori yang
digunakan dalam menjelaskan permasalahan tersebut adalah teori politik
pembangunan yang dikemukakan oleh Warjio, teori pembahuruan agraria yang
dikemukakan oleh Gunawan Wiradi, dan teori kebijakan publik yang
dikemukakan oleh Budi Winarno. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa
kebijakan strategi Pelaksanaan reforma agraria 2016-2019 Pemerintahan Jokowi-
Jusuf Kalla yaitu kebijakan tanah objek reforma agraria dan penghutanan agraria
ii
Universitas Sumatera Utara
masih terdapat beberapa poin strategi yang tidak sesuai dengan semangat UUPA
No.5 Tahun 1960 terutama dalam mengurangi apalagi menghilangkan
ketimpangan kepemilikan lahan di Indonesia serta penghutanan sosial tidak
seperti sejatinya.
iii
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA
FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE
DEPARTEMENT OF POLITICAL SCIENCE
ABSTRACT
iv
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa. Karena
Agraria Rejim Jokowi- Jusuf Kalla (Kebijakan Tanah Objek Reforma Agraria dan
Perhutanan Sosial )” dapat diselesaikan tepat waktu. Skripsi ini ditujukan untuk
memenuhi syarat menempuh ujian akhir Strata-1, jurusan Ilmu Politik Fakultas
Ph.D selaku dosen pembimbing untuk segala saran, kritik, motivasi yang
4. Seluruh dosen Ilmu Politik FISIP USU yang sudah memberikan ilmu dan
pengajaran kepada saya selama saya kuliah di Ilmu Politik FISIP USU.
Saya yakin dan percaya ilmu itu akan sangat berguna bagi saya dimasa
depan nanti.
5. Kedua orang tua saya, Bapak Ebert Sianturi dan Regina Pardosi, yang
S.Si, Cindy selalu memberikan arahan dan semangat kepada saya untuk
7. FMN Cabang Medan dan FMN Ranting USU, terimakasih buat kalian atas
segala support dan bantuan selama proses penyusunan skripsi ini. Kita
harus tetap berjuang, bersatu, dan tetap solid untuk kedepannya. Kita
KOLEKTIF SELAMANYA!!
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna baik
berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca walaupun masih
terdapat banyak kekurangan dalam penulisan. Oleh karena itu, penulis sangat
terbuka untuk menerima kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.
yang telah memberi bimbingan, masukan, bantuan dan dukungan selama proses
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
ABSTRAK
Agraria .................................................................................... 41
JOKOWI-JK ..................................................................................... 50
Saat Ini…………………………………………………. 57
DAFTAR PUSTAKA
ii
PENDAHULUAN
dalam dua paradigma besar yang kemudian saling bertentangan, yaitu modernisasi
dan depedensi.
Secara umum, di dunia ini terdapat dua kelompok negara yaitu negara yang
menurut teori pembagian kerja secara tradisional yang didasarkan pada teori
setelah beberapa puluh tahun kemudian tampak bahwa negara industri menjadi
1
Yuwono, Teguh. 2001. Manajemen Otonomi Daerah : Membangun Daerah Berdasar Paradigma Baru. Semarang:
Clyapps Diponegoro University. Hal. 54
faktor-faktor internal atau faktor yang terdapat di dalam negeri negara yang
kebijakan politik, aktor politik, sampai kepada ideologi politik sebagaimana yang
dipertegas warjio dalam bukunya bahwa “politik pembangunan bukan hadir dalam
ruangan yang kosong tetapi sengaja dihadirkan oleh para aktor di mana mereka
memiliki nilai atau ideologi. Nilai inilah yang menjadi pendorong atau ruh dari
politik pembangunan”.3
dan juga terkenal akan kekayaan alam yang melimpah-ruah tak luput dari
hubungan dagang yang dijelaskan di atas. Sudah sejak jaman Kolonial Belanda
2
Warjio, Politik Pembangunan paradoks, teori, aktor, dan ideologi, : Prenada Media Group. Hal. 99
3
Ibid. Hal. 107
perusahaan asing untuk melakukan sewa tanah dan membangun perusahaan juga
Indonesia secara mendasar bersifat konfliktual; suatu kondisi yang berakar pada
reforma agraria. Titik balik pembangunan agraria pada saat itu adalah
kebutuhan domestik. Dengan kata lain, hal ini akan memutus ketergantungan
Indonesia seperti kembali kepada fase seperti era Kolonial Belanda. kuatnya
kebijakan harga (price policy), sistem produksi dan ketimpangan sistem distribusi
resorsis sektor pertanian yang dalam kurun waktu panjang tak terjangkau oleh
kebijakan negara. Kebijakan kredit input produksi terhadap sektor ini yang semula
diarahkan kepada para petani kecil ternyata bias ke petani skala besar. Sementara
itu usaha untuk menciptakan sistem produksi yang lebih egaliter juga belum dapat
sedangkan 14,21 juta KK petani hanyalah memiliki 0,5 ha tanah bahkan 5 juta
5
Sukardi,“Perspektif Kritis Kebijakan Pembaharuan Agraria Indonesia Dari Rejim Orde Baru Ke Rejim Reformasi”, Jurnal
Adminstrasi Publik, Vol. 3, No.2. 2004. Hal 197
6
Database Aliansi Gerakan Reforma Agraria (AGRA)
pencarian atau lapangan pekerjaan di desa, hal ini kemudian berdampak terhadap
Badan Pusat Statistik yang dirilis pada tanggal 18 Juli lalu menyebutkan bahwa,
persebaran 10,4 juta jiwa di perkotaan dan 17,67 juta jiwa di pedesaan. Sementara
itu, dari 118 juta angkatan kerja terhitung sebanyak 71,4 juta adalah
pengangguran dan 58 juta adalah pekerja serabutan, bahkan 1,2 juta adalah
kepemilikan tanah di Indonesia. Salah satu program nawa cita yang dikeluarkan
pemerintahan yang disebut dengan reforma agraria lahir atas terjemahan dari
7
Materi diskusi FMN Cabang Medan, HTN Mahasiswa Punya Urusan Apa.
lainnya.
8
Dikutip dari Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2015 Pasal 28
terdiri dari 6 (enam) prioritas utama yang terdiri dari; 9(1) penguatan kerangka
regulasi dan penyelesaian konflik agraria, (2) penataan penguasaan dan pemilikan
(4) pemanfaatan dan produksi atas tanah obyek Reforma agraria, (5)
pengalokasian sumber daya Hutan untuk dikelola oleh masyarakat, serta (6)
kelembagaan reforma agraria pusat dan daerah. Setiap program ini akan diisi oleh
bidang agraria tidak sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Gran bahwa
kritikan dan penolakan. Karena itu, menarik untuk meneliti dan mengetahui
6
Naskah Arahan dari Kantor Staf Presiden Jakarta tentang Strategi Nasional pelaksanaan reforma agraria
2016-2019 Hal. 1
agraria yang nantinya dapat bermanfaat baik itu secara akademis ataupun praktis.
masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah politik pembangunan agraria
Perhutanan Sosial.
Dalam kamus bahasa Latin-Indonesia yang disusun oleh Prent, dkk tahun
1969 dan World Book Dictionary tahun 1982, istilah “agraria” berasal dari kata
bahasa Latin, yaitu “ager”, yang berarti ; a) Lapangan, b) pendusunan (lawan dan
perkotaan); c) wilayah tanah negara. 10Saudara kembar dari istilah tersebut adalah
pengertian diatas, terlihat bahwa yang dicakup oleh istilah “agraria” bukan hanya
“tanah” dan “pertanian”, namun menunjukkan arti yang lebih luas karena
didalamnya tercakup segala sesuatu yang tarwadahi olehnya, yakni tanah itu
sendiri, air, baik itu laut lepas maupun air pedalaman, dan udara diatasnya.
itu, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah agraria mengalami penyempitan
konsep “agraria” juga memiliki arti yang lebih luas ketimbang sekedar pertanian.
Dirumuskan bahwa sumber agraria adalah “seluruh bumi, air, dan ruang angkasa,
10
Dalam Sediono MP. Tjondronegoro dan Gunawan Wiradi, Menelusuri Istilah ”Agraria”, dalam Jurnal
Analisis Sosial, hal 3
11
Ibid..hal 3
12
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2002
pengertian bumi selain permukaan bumi, termasuk pula tubuh bumi bawahnya
serta yang berada dibawah laut” (pasal 1 ayat 4). “Dalam pengertian air termasuk
baik pertanian, pedalaman maupun laut wilayah Indonesia (pasal 1 ayat 5). Yang
dimaksud dengan ruang angkasa adalah ruang diatas bumi dan air
disimpulkan bahwa konsep agararia menunjuk pada beragam objek atau sumber
1. Tanah, atau permukaan bumi, yang merupakan modal alami utama dalam
3. Hutan, yaitu kesatuan flora dan fauna dalam suatu kawasan tertentu, yang
perhutanan.
terkandung didalam “tubuh bumi” (dibawah permukaan bumi dan laut), antara
lain; minyak, gas, emas, bijih besi, timah, batu-batu mulia ( intan, berlian, dll)
5. Udara, dalam arti “ruang diatas bumi dan air” mauoun materi udara (O2)
itu sendiri.
13
MT. Felix Sitorus, Kerangka dan Metode Kajian Agraria, dalam Jurnal Analisis Sosial, hal. 113
14
Ibid, hal. 114.
10
agraria sudah melingkupi persoalan sumber daya alam, sebab sumber daya alam
penguasaan dan pemanfaatan tanah, yang dimulai dengan redistribusi tanah dan
pendidikan untuk perbaikan tekhnik bertani, penyediaan sarana irigasi, dan lain-
lainnya. 15
agraria khususnya tanah oleh negara sebagai dasar pembangunan nasional untuk
mewujudkan struktur agraria yang lebih adil. Dengan pengertian tersebut, penulis
15
Gunawan Wiradi, Op.Cit, hal 213
16
Faryadi, Erpan,2005. Reforma Agraria, Prasyarat Utama bagi Revitalisasi Pertanian dan Pedesaan,
Bandung: Konsorsium Pembaruan Agraria.. Hal 8.
11
mewujudkan struktur agraria yang baru dan lebih adil, (6) sebagai dasar
sebuah komitmen politik yang kuat dari pemerintah yang berkuasa untuk
feodalisme dan kolonialisme menjadi susunan masyarakat yang adil dan merata.
tanah yang lebih adil; 2. Konsep Accesreform, yakni berkaitan dengan penataan
sumber ekonomi di wilayah pedesaan. Akses tersebut antara lain akses sarana dan
17
Iwan Nurdin, “Mewujudkan Desa Maju Agraria”, Bhumi, Vol.3 No.1, Mei 2017, 86.
18
Muhammad Ilham Arisaputra, “Reforma Agraria Untuk Mewujudkan Kedaulatan Pangan”, Rechtldee Jurnal
Hukum, Vol. 10. No. 1, Juni 2015. Hal. 43.
12
agraria.
dalam dua jenis hubungan agraria, yaitu; (1) hubungan teknis pengelolaan
secara langsung maupun tidak langsung dalam proses produksi dan pengelolaan
berbagai subyek agraria (masyarakat, negara, sektor swasta) yang terlibat baik
secara langsung maupun tidak langsung dalam proses produksi dan pengelolaan
subyek agraria yang saling berhubungan secara sosial dalam kaitan hubungan
hubungan segitiga antar subyek agraria (masyarakat, negara, sektor swasta) yang
berpusat pada obyek agraria (tanah, air, udara, dan kekayaan alam yang
19
Ibid, hal. 4
13
KOMUNITAS
SUMBER-SUMBER AGRARIA
SWASTA PEMERINTAH
Keterangan:
20
Ibid, hal 5
14
apabila para objek agraria bersedia dan mampu merumuskan suatu kesepakatan
benturan intra dan antar subyek agraria, ataupun tumpang tindih dan klaim atas
diwarnai oleh gejala konflik agraria, baik yang bersifat laten maupun manifes.
agraria ini berakar pada pertentangan klaim menyangkut tiga hal berikut ;21
1. Siapa yang berhak menguasai sumber-sumber agraria dan kekayaan alam yang
menyertainya;
menggunakan, dan mengelola, serta siapakah yang mengontrol akses atas sumber-
sumber agraria dan kekayaan alam, dan siapakah yang memperoleh manfaat
darinya”. Sejauh mana skala kedalaman dan keluasan konflik-konflik agraria yang
21
Ibid, hal. 6
15
yang dikenal dengan nama landreform, akan mengarah pada perombakan struktur
sosial.
22
Gunawan Wiradi, Op.Cit, hal. 86
23
Ibid, hal 211
16
pengguna (petani).
24
Ibid, hal 183
17
nasional
Diantara keempat jenis model reforma agraria tersebut, hal yang paling
mendasar adalah yang pertama. Dan jika direfleksikan pada pembaruan agraria
yang pernah akan dijalankan di Indonesia berdasarkan UUPA tahun 1960, maka
Namun demikian, terlepas dari model manapun yang akan dipilih, reforma agraria
25
Ibid, hal 181 – 182
18
teknologi mungkin dapat disaring dari pengalaman negara maju untuk negara
sebagai sebuah proses dalam demokrasi yang menekankan peran institusi dan
partai politik. Dalam kaitanini, Burnell dan Randal menegaskan bahwa proses-
26
Warjio.DilemaPolitikPembangunanPKS,IslamdanKonvesional.Medan:PerdanaPublishing. Hal.10
19
melalui proses industrialisasi yang mengikuti pola yang beragam satu negara
kenegara lainnya.
27
Warjio.Ibid.Hal.12
20
mereka.
jalan yang terbaik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan semula
berdasarkan platform yang dibuat. Karena itu strategi pembangunan yang baik
potensi yang dimiliki dan permasalahan pokok yang dihadapi serta sumber
daya yang tersedia yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan dan
sasaran pembangunan.28
28
Warjio.Ibid.Hal.112
29
Ibid Hal. 13
21
sosial dengan partisipasi yang luas dalam suatu masyarakat yang dimaksudkan
melalui kontrol yang lebih besar yang mereka peroleh terhadap lingkungan
mereka.
mempertemukan keperluan materi dan non materi manusia, berasal dari hati
struktural serta keseluruhan yang terpadu. Dalam satu hal, kelompok ini
baru”, ia menjadi satu loyalitas politik umum dari satu kelompok yang
30
Warjio.PolitikPembangunanIslamPemikirandanImplementasi.Medan:PerdanaPublishing.Hal.70-71
22
pertumbuhan.
global dan bertahap menjadi satu homogenisasi dan bersifat progresif. Ada
penerapan ilmu-ilmu dan teknologi Barat kepada problem produksi. Disisi lain,
citakan dimasa depan dapat diwujudkan oleh seluruh lapisan masyarakat dalam
masyarakat yang dirumuskan secara konkrit dan jelas serta dapat diwujudkan
untuk mewujudkannya.
memberikan paduan mengenai apa yang hendak dicapai pada masa depan. Masa
depan yang ingin dicapai serta yang dicita-citakan. Namun demikian visi
31
Warjio. Op.cit. Hal.82
23
guna sebesar mungkin dalam penggunaan sumber dana dan daya nasional guna
baik yang dilakukan oleh para aktor seperti individu atau kelompok/negara baik
lokal maupun internasional, secara struktur atau tidak dalam pembangunan dan
dalam proses politik yang dilakukan untuk melegitimasi program atau tujuan
pendekatan yaitu:
32
Ibid.Hal.90
33
Warjio, Politik Pembangunan paradoks, teori, aktor, dan ideologi, : Prenada Media Group. Hal. 106
24
growthmodels)
Ekonomi.
yang memiliki kaitan erat dengan pembangunan politik yang dijalankan oleh
suatu negara.
Industri
34
Sugihartono, Pembangunan dan Pengembangan Wilayah, Medan: USU Press
25
yang khas dan ideal masyarakat industri berhubungan erat dengan pandangan
politik identik dengan modernisasi politik .dan pandangan ini masih berkaitan
puncak yang menyelesaikan semua masalah, dan harapan yang sama dibebankan
Sudut pandang ini nasionalisme dan ini merupakan pra syarat penting
26
arti bahwa setiap bentuk kemajuan ekonomi dan sosial umumnya tergantung
dapat dinilai dari sudut tingkat atau kadar kekuasaan yang dapat dimobilisasi
oleh sistem itu, sistem politik dapat dievaluasi dari bagaimana kekuasaan
absolute bekerja memobilisasi. Sistem yang tidak stabil akan beroperasi dengan
margin kekuasaan yang rendah, dan para pengambil keputusan adalah lembaga-
27
lama mengendap dalam alam pikiran kita, karena terpengaruh atau bersumber
kepada nilai-budaya kita sejak beberapa generasi yang lalu, atau (2) konsepsi-
baru timbul sejak jaman revolusi, dan yang sebenarnya tidak bersumber pada
pada masa awal, memasuki masyarakat pada masa transisi, untuk menuju pada
`35 Afan Gaffar, Beberapa Aspek Pembangunan Politik, Jakarta: Rajawali, 1983, hlm 31-49
36
Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, Jakarta: Gramedia, 1987, hlm 37-
38
37
Riant. Nugroho,2008. Public Policy. Jakarta: Elex Media Komputindo.Hal.55
28
atau keputusan yang dibuat oleh politisi, pegawai pemerintah atau yang lainnya
pembentukan personil dan membuat regulasi dalam bentuk program yang akan
suatu tujuan atau merealisasikan suatu maksud tertentu39. Secara umum, saat ini
kebijakan lebih dikenal sebagai keputusan yang dibuat oleh lembaga pemerintah,
maupun suatu lembaga pemerintah) atau sejumlah aktor dalam suatu bidang
inilah menjadi ciri khusus daari kebijakan publik dalam suatu sistem politik.
Namun demikian, satu hal yang harus diingat dalam mendefienisikan kebijakan
29
mengenai apa yang sebenarnya dilakukan dari pada apa yang diusulkan dalam
tindakan mengenai suatu persoalan tertentu, dan mencakup pula arah atau apa
yang dilakukan dan tidak semata-mata menyangkut usul tindakan, hal ini
dilakukan karena kebijakan merupakan suatu proses yang mencakup pula tahap
kebijakan dapat mencapai tujuannya. Tidak lebih dan tidak kurang. Untuk
tersebut41.
40
Ibid.Hal.20.
41
Ibid. Hal. 432
42
Lihat John W. Creswel, Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed (Yogjakarta:Pustaka
Pelajar, 2014,hlm.4.
30
hutan sosial yang menjadi salah satu permasalahan pokok di Indonesia dengan
UUPA No.5 tahun 1960 yang digunakan sebagai landasan dalam mengeluarkan
penghutanan sosial.
(UUPA) No. 5 Tahun 1960 beserta dokumen dan buku yang terkait dengan
31
Data yang dikumpulkan pada penelitian kali ini akan dianalisis secara
Jokowi-Jk yang diaplikasikan dalam kebijakan Tanah Objek Reforma Agraria dan
apa saja yang sudah dibuat oleh Jokowi –JK dalam hal reforma agraria maupun
data-data keadaan agraria di berbagai daerah di Indonesia baik itu dalam hal
redistribusi tanah objek agraria dan perhutanan sosial. Setelah data-data yang
berasal dari berbagai sumber dokumen sudah dikumpulkan maka peneliti akan
sistematika penulisan
BAB IV : Penutup yang berisi kesimpulan dari penelitian ini dan akan
43
Burhan Bungin. 2008. Penelitian Kualitatif. Jakarta. Kencana. Hal. 103
32
PROFIL UMUM
Jusuf Kalla
Stagnansi dari Reforma Agraria menjadi suatu hal yang sangat menarik
agraria di Indonesia. Sejak terpilih sebagai presiden pada pertengahan tahun 2014,
Jokowi dan Yusuf Kalla yang terdapat dalam dokumen visi-misi resmi Jokowi-
Yusuf Kalla yang berjudul “ Jalan perubahan untuk Indonesia yang merdeka dan
berdaulat, mandiri, dan berperikepribadian : visi misi dan program aksi Jokowi-
Yusuf Kalla 2014 pada salah satu poin yang disampaikan yang menyebutkan
bahwa: “ untuk mencapai Indonesia kerja dan Indonesia sejahtera yaitu dengan
meningkatnya akses petani gurem terhadap kepemilikan lahan pertanian dari rata-
rata 0,3 hektar menjadi 2,0 hektar per KK tani dan pembukaan 1 Juta Ha lahan
44
Naskah Arahan Presiden tentang Stragnas Reforma Agraria 2016-2019, Op. Cit. Hal .1
33
diniatkan dan dijalankan sebagai suatu koordinasi yang beroperasi dan sistematis
dalam hal untuk redistribusi kepemilikan tanah, mengakui klaim-klaim dan hak-
hak atas tanah, memberikan akses atas pemanfaatan tanah, sumber daya alam dan
wilayah dan menciptakan kekuatan produktif yang baru secara kolektif di desa
dan juga dikawasan dan kawasan pedesaan. Ketiga hal tersebut dimaksudkan
dan masyarakat miskin sehingga terjadi perubahan kondisi masyarakat miskin atas
diskusi dan juga konsultasi intesif antara tim Kepala Staf Kepresidenan (KSP)
45
ibid
46
ibid
34
3. Kepastian hukum dan legalisasi hak atas Tanah Objek Reforma Agraria, yang
ditujukan untuk memberikan kepastian hukum dan penguatan hak dalam upaya
rakyat.
dengan perbaikan tata guna dan pemanfaatan lahan, serta pembentukan kekuatan-
Dalam pembahasan kali ini akan fokus terhadap dua program yang
notabene saling berkaitan satu sama lain yaitu terkait pada program penyelesaian
35
dan penyelesaian konflik agraria, dan juga redistribusi tanah yang dimaktubkan
dalam program kerja penataan penguasaan dan pemanfaatan tanah objek reforma
agraria.
objek reforma agraria berangkat dari konsentrasi penguasaan tanah yang notabene
ditentukan oleh dua faktor pokok yaitu bagaimana struktur penguasaan dan
bagaimana pula struktur penggunaan tanah. Pihak yang memiliki hak menguasai
dan lain-lain telah membentuk suatu struktur penggunaan dan penguasaan tanah di
dari total 14, 46 juta Ha perkebunan di Indonesia 4,56 juta ha (32 persen)
merupakan perkebunan swasta besar dengan dasar penguasaan berupa Hak Guna
Usaha (HGU). Sebagain besar HGU terdapat di wilayah Jawa dan Bali (45%) dan
36
dikuasai masyarakat secara privat, sedangkan pihak swasta dan negara dikritik
karena menguasai tanah secara lebih luas. Semakin sempitnya tanah yang dikuasai
masyarakat itu sendiri, adalah karena tingginya tarikan swasta dalam mekanisme
pasar berupa alih fungsi lahan, dan kewenangan negara yang besar dan sepihak
dalam mekanisme hukum formal. Dengan kata lain, ‘otoritas’ petani terhadap
48
tanah lemah dalam berhadapan dengan swasta dam pemerintah. Berdasarkan
pada data BPS 2014 juga menegaskan bahwa kepemilikan tanah semakin timpang
mencapai angka 0,72 pada tahun 2013.49 Pengaturan kawasan hutan lindung
(RPJMN) telah menyebutkan bahwa 9 (sembilan ) juta hektar tanah negara yang
petani gurem atau yang tidak bertanah yang lahan diwilayahnya sudah terbagi
5
Syahyuti,kendala pelaksanaan landrdform di Indonesia, analisa terhadap kondisi dan perkembangan
berbagai faktor prasyarat pelaksanaan reforma agraria,pusat penelitian dan pengembangan sosial ekonomi
pertanian,jl. A. Yani 70 Bogor
6
Data BPS 2014, PDF
37
lain. Pola pemilikan, penguasaan, dan pengusahaan atas tanah ini didorong untuk
bisa dikembangkan ekonomi adalah koperasi, badan usaha milik petani (BUMP),
Untuk tingkat desa, pemerintah desa melalui UU. No. 6 Tahun 2014
lahan desa bersama masyarakat. Tanah kas desa dapat disewakan kepada petani
ketimpangan tetapi juga menciptkan basis produski bagi masyarkat petani miskin
dengan lahan gurem atau yang tidak memiliki tanah dan tetap memberikan
penghasilan bagi desa. Jaminan sosial berbasis agraria ini potensial dilakukan
50
Naskah Arahan Presiden Tentang Stragnas Reforma agraria, Op.Cit,Hal.9
51
Skema pelaksanaan reforma agraria (2015) versi kemen ATR/BPN dalam Stragnas Reforma Agraria
Jokowi-Jk
38
kekayaan alam mana saja yang dapat dijadikan sebagai potensial objek
kelebihan maksimum.
52
Naskah Arahan Presiden Tentang Stragnas Reforma agraria, Op.Cit.hal.27&28
39
tanah objek reforma gararia yang berasal dari tanah negara, seperti
rumah tangga dan rumah tangga petani miskin yang berhak menjadi
40
agraria
yang mengeksekusi sekelompok rakyat dari tanah, sumber daya alam, dan wilayah
tanah/lahan berserta akses antara sumber daya alam (SDA). Konflik agrarian ini
pihak lain.
41
lokal terhadap konsentrasi penguasaan tanah yang dilakukan oleh perusahaan atau
instansi pemerintah. Redistribusi lahan atau pemberian akses atas kawasan hutan
negara merupakan salah satu muara dari penyelesaian konflik agraria tersebut.
Untuk sampai pada penyelesaian konflik itu, diperlukan suatu unit kerja yang
khusus melakukan penyelesaian tiap kasus konflik agraria yang diikuti dengan
utama lahirnya ketimpangan agraria. Laju investasi modal telah diikuti perubahan
status kawasan hutan dan kuasa atas tanah. Mendasarkan diri pada data BPS 2014,
Indeks kepemilikan lahan semakin timpang mencapai angka 0,72 pada tahun
Setidaknya, terdapat 531 konsesi hutan skala besar yang diberikan di atas
lahan seluas 35,8 juta hektar, sedangkan di sisi lain terdapat 60 izin Hutan
Kemasyarakatan (HKm), Hutan Desa (HD), dan Hutan Tanaman Rakyat (HTR)
yang dimiliki oleh 257.486 KK (1.287.431 jiwa) di atas lahan seluas hanya
646.476 hektar. Adapun hutan kemitraan (salah satu model pengelolaan hutan
oleh pemegang konsesi dengan cara bermitra dengan masyarakat lokal) hanya
(PHBM). Perhutani yang menyertakan 5.293 Kelompok Tani Hutan (KTH), 1.200
53
Data dari BPS tahun 2014 PDF
42
pertanian ada 2.452 Badan Usaha Pertanian berskala besar, sementara 56 persen
rumah tangga tani hanya memiliki lahan kurang dari 0,5 hektar54.
Penyelesaian Konflik Agraria” ini adalah diukur dari terwujudnya situasi dan
kondisi yang aman dan damai serta berkeadilan dalam penguasaan, pemilikan,
penggunaan dan pemanfaatan lahan, hutan dan kekayaan alam lainnya. Indikator
disebabkan oleh kebijakan negara) yang berdampak sosial luas bagi kehidupan
agraria;
hutan yang tumpang tindih dengan wilayah definitif desa maupun wilayah
54
Arahan Kantor Presiden tentang Stragnas Reforma Agraria,Op.Cit Hal 8-9
55
Ibid Hal 7
43
kasus Gangguan Usaha Perkebunan per tahun termasuk peta para pihak
kasus konflik di pertambangan per tahun, termasuk peta para pihak terkait
infrastruktur per tahun termasuk peta para pihak terkait dan rekomendasi
peyelesaiannya;
penyelesaiannya;
7. Perubahan tata batas kawasan hutan yang tumpang tindih dengan wilayah
tahun, dan ditindaklanjutinya hasil review dan evaluasi atas HGU sehingga
44
luas lahan yang tidak digunakan, luas lahan yang melampaui batas SK
HGU, luas lahan yang tumpang tindih dengan lahan yang berdasarkan
penyelesaian konflik terdapat juga beberapa kegiatan prioritas yang terdiri dari : 56
56
Ibid, Hal 26&27
45
kasus konflik agraria yang ditangani sehingga diketahui akar sebab dan
kasus konflik agraria yang ditangani sehingga diketahui akar sebab dan
serta mengubah tata batas kawasan hutan untuk rakyat, dengan mengetahui
implikasi dari setiap hak atau ijin usaha yang diberikan di lapangan agraria
di masa lalu pada setiap kasus konflik agraria yang ditangani, memastikan
ada tata batas kehutanan baru yang memberi kemungkinan bagi perluasan
pemilikan dan penguasaan hutan, ruang hidup, areal garapan, dan wilayah
kelola rakyat.
46
Maka untuk itu dikeluarkanlah Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang No.
termasuk konflik pertanahan. Namun dalam hal ini, konflik itu dibedakan dengan
perselisihan antara orang perseorangan, badan hukum, atau lembaga yang tidak
peradilan.
Selain itu juga dalam aturan ini dibedakan penanganan penyelesaian sengketa
Tahun 2016 membedakan jenis laporan berdasarkan dua jalan, yakni inisiatif dari
47
perbedaan setelah temuan dan aduan diregister. Terhadap temuan dan aduan
apakah kasus pertanahan itu menjadi kewenangan kementerian. Pasal 11 ayat (3)
Permen Agraria Nomor 11 Tahun 2016 menyebutkan sengketa atau konflik yang
menjadi kewenangan kementerian, dalam hal ini Kementerian Agraria dan Tata
Ruang57.
Sengketa atau konflik itu antara lain, kesalahan prosedur dalam proses
proses pendaftaran dan/atau pengakuan hak atas tanah bekas milik adat, kesalahan
prosedur dalam proses penetapan tanah terlantar, tumpang tindih hak atau
sertifikat hak atas tanah yang salah satu alas haknya jelas terdapat kesalahan.
Selain sengketa atau konflik tersebut, Kementerian Agraria dan Tata Ruang
57 Permen 11 2016_Kasus Pertanahan. PDF. Diakses pada tgl 25 Januari 2017. Pukul 21.10. WIB
48
untuk jenis sengketa atau konflik, baik yang menjadi kewenangan kementrian
Terhadap keputusan itu wajib dilaksanakan kecuali terdapat alasan yang sah untuk
2016 menyebutkan ada tiga alasan yang sah untuk menunda pelaksanaan.
Ketiganya, yakni sertifikat yang akan disita oleh kepolisian, kejaksaan, pengadilan
atau lembaga penegak hukum lainnya, tanah yang menjadi objek pembatalan
menjadi objek hak tanggungan, serta tanah telah dialihkan kepada pihak lain 58.
58
Ibid.
49
dilihat dengan pelaksanaan reforma agraria Jokowi-Jk, yang merupakan fokus dari
penelitian ini, maka peneliti akan memaparkan hal utama yang akan menjadi titik
fokus dari penelitian kali ini yakni terdiri dari apa yang menjadi konsep strategi
pembangunan, teori kebijakan publik, dan juga teori pembaruan agraria yang
nantinya akan digunakan sebagai acuan dalam memperoleh analisis yang objektif
terhadap data-data maupun informasi yang didapat seputar penelitian ini. Selain
50
berangkat dari kondisi agraria di Indonesia yang berada dalam ambang kritis,
seperti aturan tegas tentang batas penguasaan lahan dan juga redistribusi tanah
yang tidak merata. Arahan strategi ini berangkat dari Nawacita Jokowi dalam hal
reforma agraria. Adapun program reforma agraria yang dicanangkan adalah untuk
baik yang dilakukan oleh para aktor seperti individu atau kelompok/negara baik
lokal maupun internasional, secara struktur atau tidak dalam pembangunan dan
dalam proses politik yang dilakukan untuk melegitimasi program atau tujuan
59
Warjio, Politik Pembangunan paradoks, teori, aktor, dan ideologi, : Prenada Media Group. Hal. 106
51
Adapun pembagian tanah ini diberikan kepada para petani gurem yang notabene
hanya memiliki tanah yang kurang dari 0,5 Ha atau bahkan tidak memiliki tanah
yaitu tanah obyek reforma agrarian (TORA) dan Perhutanan Sosial. Skema
reforma agraria dalam RPJM, 9 juta hektar dibagi menjadi dua, Pertama legalisasi
asset 4,5 juta hektar dan yang kedua redistribusi tanah 4,5 juta hektar. rencana
implementasinya, legalisasi asset 4,5 juta hektar dibagi menjadi dua, pertama
legalisasi asset tanah transmigrasi yang belum bersertifikat seluas 0,6 juta hektar
dan kedua legalisasi asset terhadap 3,9 juta hektar, tetapi tidak dijelaskan asset apa
yang akan dilegalisasi. Sedangkan redistribusi 4,5 juta hektar lahan yang rencana
52
pelepasan kawasan hutan 4,1 juta hektar. Selain 9 juta hektar sebagai TORA
program perhutanan sosial seluas 12,7 juta hektar yang keduanya memiliki
redistribusi. yang ketiga pelepasan oleh pemegang hak dan ditegaskan menjadi
yakni, pertama, mengenai lahan untuk di usahakan yang menjadi kategori TORA ,
hak milik atas tanah “tanah tidak dapat diperjualbelikan atau dipecah melalui
hutan dengan mengacu standar tidak merusak ekosistem hutan dan penebangan
(konservasi, lindung, produksi) dan jenis pemanfaatan (kayu non kayu). Norma
53
Hal serupa juga dinyatakan oleh Bapak Abed Nego Tarigan selaku ketua tim
Kerja Reforma agraria dan tenaga ahli utama pada kantor staf presiden bahwa:
“Melalui Stranas ini dapat dicermati bahwa target pencapaian utama reforma
dimana 4,5 Juta Ha untuk legalisasi dan 4,5 juta Ha untuk redistribusi lahan.
dan tanah asset program Nasional Lintas Sektor (PRONA) yang sebagian
Sedangkan 4,5 Juta Ha untuk redistribusi menyasar lahan Hak Guna Usaha
(HGU) yang telah habis masa berlakunya dan tanah terlantar dari pelepasan
60
Notulensi Pemaparan materi oleh Abed.Nego tarigan dalam seminar reforma agraria di universitas
Indonesia tahun 2016
54
reforma agraria Jokowi-Jusuf kalla yang meliputi TORA dan Perhutanan Sosial ;
Periode Tertentu
adalah dengan koperasi, badan usaha milik desa (BUMDes), atau jenis yang
lainnya. Adapun identifikasi lahan-lahan HGU yang diterlantarkan atau yang telah
berakhir HGU nya dan tidak lagi diperpanjang, atau lahan yang ditelantarkan
55
kedua kewenangan itu ada dibawah kementrian ini. Selain itu, pemerintah juga
Pemerintah dalam hal ini ingin memprioritaskan para petani dalam hal
sebagai subjek penerima distribusi tanah, dan secara jelas adapun tujuan dan
sasarannya adalah untuk meningkatkan taraf hidup para petani gurem yang
sebelumnya tidak memiliki aset tanah untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dengan
langkah dalam meningkatkan taraf hidup para petani apalagi dengan adanya
petani dalam mengolah tanah yang akan dibagikan yaitu dengan konsep koperasi,
badan usaha milik desa yang nantinya akan memberikan bantuan modal kepada
para petani untuk permulaan baik itu untuk penggarapan tanah ataupun pembelian
UUPA yang diadopsi oleh Jokowi-Jusuf Kalla dalam stategi pelaksanaan reforma
agraria notabenenya berangkat dari prinsip pasal 33 ayat 3 UUD tahun 1945 yang
mengatakan bahwa “ Bumi , air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya
61
Naskah Arahan Presiden tetentang Stranas Reforma agraria Tahun 2016-2019
56
dalam suatu proses kebijakan dalam mengelola sumber daya alam di Indonesia
yang pada kenyataanya banyak dikuasai oleh segelintir orang dan menyebabkan
ditambah lagi maraknya konflik agraria. Dari kutipan tersebut bahwa dalam
rakyat Indonesia. Tetapi apakah dalam tinjuan empiris, tujuan utama dari program
reforma agraria Jokowi-JK ini adalah untuk mencapai seperti apa yang dicita-
citakan oleh UU PA atau tidak akan penulis coba analisis di sub bab selanjutnya.
menyandarkan hidupnya sebagai petani, dan melihat apa sebenarnya yang menjadi
akar persoalan mereka sehingga program reforma agraria diperlukan sebagai jalan
keluar dari permasalahan tersebut. Setelah terang melihat akar persoalan agraria
dan dampaknya terhadap kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat barulah kita
bisa melihat bagaimana kebijakan reforma agraria ini berkerja. Apakah mengabdi
62
Naskah Arahan Presiden Tentang Stranas Reforma Agraria Op.Cit. Hal.1
57
Hingga saat ini pola dan skema perampasan serta monopoli tanah masih
terus terjadi. Kondisi tersebut justru secara jelas dipertahankan oleh negara.
tanah di Indonesia. Sebut saja seperti, PT. Salim Group (penguasaan areal kelapa
210.000 Ha. Sementara Sinar Mas Group menguasai tanah 2.309.511 hektar,
Riau Pulp Group 1.192.387 hektar, Kayu Lapis Indonesia (KLI) Group 1.445.300
Hektar, Alas Kusuma Group 1.157.700 Hektar, Barito Pasifik Group 1.036.032,
Korindo Group 951.120 hektar, Jati Group 965.410 dan Suma Lindo Lestari Jaya
Group 515.000 Hektar. Belum lagi, negara juga semakian mengokohkan posisi
sebagai tuan tanah (tipe baru) yang juga berperan langsung dalam melakukan
monopoli dan perampasan tanah rakyat. Hal ini dapat terlihat dari penguasaan
secara luas tanah-tanah seperti, Taman Nasional (TN), PTPN, Perhutani, dan
Inhutani.
bentuk PTPN, Negara juga melakukan monopoli tanah seluas ± 1,5 Juta Ha yang
tersebar di seluruh Indonesia, yang terdiri dari PTPN I sampai XIV. Sedangkan
untuk sektor perkebunan dan pertambangan saat ini sudah menguasai tanah
mencapai 41,87 juta ha. Perkebunan sawit yang hanya dikuasai oleh 25 tuan tanah
58
diantaranya sudah ditanami sawit. Jumlah tersebut bahkan belum termasuk luas
Sedangkan untuk kawasan hutan, terdapat 531 konsesi hutan skala besar
yang diberikan diatas lahan seluas 35,8 juta ha. Jumlah yang tentu saja sangat
timpang dengan izin Hutan Kemasyarakatan (HKM), Hutan Desa (HD) dan,
Hutan Tanaman Hakyat (HTR) yang terbagi dalam 60 izin, dimiliki oleh 257.486
KK (1.287.431 jiwa) diatas lahan seluas hanya 646.476 Ha. Di Jawa Timur saja,
monopoli tanah untuk kawasan hutan sudah mencapai 1.691.026,2 ha yang terbagi
dalam perusahaan nasional dan swasta, dimana Negara sebagai pemegang konsesi
63
Database AGRA
59
Indonesia
No Nama Tuan Tanah Luas Tanah No Nama Tuan Tanah Luas Tanah
yang yang
dikuasai dikuasai
(ha) (Ha)
JUMLAH 171.879.538
60
pertanian, serta potongan lansung atas upah dan pendapatan kaum tani. Berbagai
Kemitraan, potongan upah dan pendapatan tani dan buruh perkebunan sawit
pertanian yang lahir dari Forum Ekonomi Dunia di tahun 2012 sebagai satu
imperialisme melalui Bank Dunia, IFC dan korporasi monopoli sarana dan pasar
Coprs Indonesia, Tiga Pilar Sejahtera, BT-Cocoa, Kirana Megatara, Gunung Sewu
ekonomi dan sosial antara petani dengan pemilik modal yaitu korporasi
61
yang ditentukan oleh bank dunia (world Bank) dan PBB sebesar 2 dollar AS
perhari. Angka tersebut bahkan ditekan lebih rendah (angka kemiskinan) jika
mengacu pada standar kemiskinan yang ditetapkan oleh kementrian ekonomi pada
tahun 2011 yang hanya menetapkan standar dengan pendapatan sebesar Rp. 7000
perhari. Dan angka kemiskinan di indonesia saat ini, khususnya bagi kaum tani
dan masyarakat luas di pedesaan, selain karena semakin sempit bahkan hilangnya
melonjaknya kemiskinan disebabkan karena nilai tukar petani (NTP) yang terus
menurun, dari 102,55 pada januari 2016 menjadi 101,47 pada bulan juni 2016. 64
bahwa dalam waktu dua tahun pemerintahan Jokowi-JK, setidaknya ada 49 kasus
mempertahankan dan atau menuntut haknya atas tanah. Tindak kekerasan terjadi
orang meninggal dunia dan 120 orang dikriminalisasi. Bahkan dalam dua bulan
(Juli – Agustus 2016), sekitar 200 petani ditangkap dan dikriminalisasi dengan
tuduhan pembakar lahan. Dalam 4 bulan (Mei – Agustus 2016) sedikitnya 5,000
orang petani dan masyarakat pedesaan di Papua ditangkap paksa oleh aparat.65
64
Data dari BPS per Maret 2016, PDF
65
Database AGRA
62
NTB. Pada 16 September 2017, Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) telah
melakukan perampasan tanah dan pengusiran paksa terhadap kaum tani desa
Bebidas, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB). Hal ini dilakukan melalui
Operasi Gabungan yang menurunkan 700 personil (Polhut, Polisi dan TNI)
untuk menggusur kaum tani dari lahan seluas 300 Ha yang telah dikelola oleh
petani sejak zaman kolonial Belanda. Wilayah ini diklaim pemerintah sebagai
Gunung Rinjani (TNGR) yang terdiri dari 2 (dua) wilayah pengelolaan dalam
yang terdiri dari 3 resort yaitu; resort Anyar, Santong dan Senaru. Seksi
konservasi wilayah II yang terdiri dari wilayah kabupaten Lombok Timur dengan
luas 22.152,88 Ha (53%) dan wilayah kabupaten Lombok Tengah dengan luas
6.819,45 (17%) yang terdiri dari 6 (enam) resort yaitu; resort Aikmel, Kembang
Kuning, Joben, Sembalun, Aik Berik dan Stiling. Skema ini merupakan bentuk
nyata dari program Perhutanan Sosial yang merupakan bagian dari program
Gabungan untuk mengusir kaum tani desa Bebidas. Operasi Gabungan TNGR
66
Ibid
63
terhadap kaum tani. Mereka juga melakukan pengrusakan saung dan tanaman
berupa bawang merah dan bawang putih. Akibatnya, 6 (enam) orang petani
menagalami luka berat berupa patah tulang lutut akibat terkena tendangan dari
untuk mendatangani surat pernyataan yang isinya adalah pernyataan bahwa lahan
tersebut adalah lahan milik TNGR, dan mengiming-imingi petani dengan janji
bahwa mereka yang bertandatangan akan diberikan hak untuk menggarap kembali
Menurut data yang dirilis oleh KPA, Sumatera Utara merupakan provinsi dengan
urutan keempat konflik agraria terbanyak setelah Provinsi Riau, Jawa Timur, dan
Jawa Barat. Berikut adalah data lengkap KPA mengenai persentase penyebaran
konflik (9,78 %), 2) Jawa Timur dengan 43 konflik (9.56 %), 3) Jawa Barat
sebanyak 38 konflik (8,44 %), 4) Sumatra Utara 36 konflik (8,00 %), 5) Aceh 24
67
https://teori-politik.blogspot.co.id/2015/12/konsep-dasar-kebijakan-publik.html diakses, 1 Desember 2017, pukul.
21.34
64
terjadi di Sumatera Utara melebihi jumlah data yang dikeluarkan KPA. Berikut
terjadi di Sumut sepanjang tahun 2016. Jumlah ini meningkat sebanyak 16 kasus
dari tahun 2015 lalu. Pada tahun lalu kasus konflik agraria yang terjadi sebanyak
33 kasus. Dari 49 kasus yang terjadi pada tahun ini, kata Amin, sebanyak 72
dunia. Kasus agraria yang terjadi pada tahun ini masih didominasi persoalan
klasik, yakni berupa perebutan akses atas tanah yang melibatkan petani. Namun
relokasi terhadap pedagang pasar tradisional dan masyarakat bantran rel kereta api
di Medan juga turut menambah jumlah konflik agraria di Sumut sepanjang tahun
2016.68
Selanjutnya pada sub bab ini, penulis akan menggunakan pembahasan pada sub
bab sebelumnya dan juga menggunakan berbagai teori dalam menganalisis politik
68
http://medan.tribunnews.com/2016/12/29/kontras-49-kasus-konflik-agraria-terjadi-di-sumut-sepanjang-2016
diaskes, 1 Desember 2017, pukul. 21.40
65
cara atau jalan yang terbaik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan semula
berdasarkan platform yang di buat. Karena itu strategi pembangunan yang baik
akan dapat menghasilkan pencapaian tujuan yang diinginkan secara efesien dan
dimiliki dan permasalahan pokok yang dihadapi serta sumber daya yang tersedia
dikeluarkan oleh Jokowi sebagaimana yang dijelaskan pada pengantar BAB III
dituangkan dalam nawacita yang mana Undang – Undang Pokok Agraria No. 5
Mengingat UUPA merupakan aturan yang bersifat pokok yang dipercaya menjadi
aturan yang mampu menjawab berbagai persoalan agraria atau dalam bahasa
reforma agraria Jokowi-JK. Oleh sebab itu, maka tidak berlebihan jika semestinya
Jokowi-Jk tidak boleh bertentangan dengan apa yang dimuat dalam UUPA itu
Secara umum, saat ini kebijakan lebih dikenal sebagai keputusan yang
66
penguasaan lahan dan konflik agraria. Jadi dalam mengeluarkan sebuah kebijakan
Sejalan dengan yang disampaikan oleh Woll (1966) mengatakan kebijakan publik
pilihan kebijakan atau keputusan yang dibuat oleh politisi, pegawai pemerintah
kebijakan yang diterapkan pada level ini menuntut pemerintah untuk melakukan
kehidupan masyarakat.70
Pada kenyataanya, seperti apa yang telah diuraikan pada sub bab
reforma agraria, ditemukan bahwa terdapat berbagai konsep kebijakan yang tidak
sesuai dengan apa yang diamanatkan dalam UUPA tersebut. Dalam hirearki
70
https://teori-politik.blogspot.co.id/2015/12/konsep-dasar-kebijakan-publik.html diakses, 10 Desemberr
2016, pukul. 21.34
67
Reforma Agraria yang dibawah RPJMN, sehingga kebijakan ini secara tidak
yang memiliki posisi sebagai undang-undang pokok dan landasan utama, tetapi
jika dikaji lebih dalam kebijakan ini berbeda tujuan dengan UUPA maka dapat
dikatakan jikalau kebijakan itu adalah kebijakan ilusi yang notabene tidak mampu
menjawab persoalan rakyat mayoritas dalam hal ini persoalan agraria. Tentu saja
persoalan ini tidak muncul begitu saja tanpa adanya faktor-faktor yang
dianggap akan menjadi kebijakan yang membawa solusi terhadap persoalan rakyat
stuktur penguasaan tanah dan perbaikan jaminan kepastian penguasaan tanah bagi
memperbaiki jaminan kepastian penguasaan tanah bagi rakyat yang juga dimuat
71
Dalam Erpan Faryadi (Ed), Loc.Cit
68
kembali struktur agraria yang timpang, sehingga kepentingan rakyat akan tanah
diajukan oleh Edriatmo Sutarto dan Moh. Sohibudin diatas, didefenisikan Sitorus
(2002) ke dalam dua jenis hubungan agraria, yaitu; (1) hubungan teknis
terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses produksi dan
terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses produksi dan
secara langsung dilakukan oleh negara sebagai stakeholder utama dan melibatkan
masyarakat dan swasta. Akan tetapi dalam prinsip pelaksanaan reforma agraria
Jokowi-Jusuf Kalla peran negara dan swasta sangat dominan, hal tersebut dilihat
72
Arditya Wicaksono dan Romi Nugroho, Harmonisasi Hukum Pengelolaan Sumber Daya AlamDi Indonesia Dan
Pengelolaan Tanah Di Negara, Jurnal Bhumi Vol.1 No.2 November 2015. Hal 8.
73
Ibid, hal. 4
69
seperti Wilmar, Sinar Mas, Bin Laden dan negara melalui Perhutani dan PTPN.
Sementara dilihat dari hubungan antar subyek agraria dalam proses produksi
secara langsung dan tidak langsung, maka Strategi pelaksanaan reforma agraria
Jokowi-Jusuf Kalla hanya bersifat hubungan teknis dan bukan hubungan sosial.
Hubungan teknis yang dimaksud adalah tanah hanya dilihat dari aktivitas
hubungan sosial, tanah adalah sebagai alat produksi yang pengelolaannya harus
Pihak swasta, asing dan bahkan swasta justru tidak mendapat perhatian serius dari
pemerintah dalam hal penetapan aturan tegas. Baik itu batas kepemilikan tanah
yang dapat diolah atau dikuasai maupun sanksi yang tegas bagi tuan-tuan tanah
upaya untuk menghilangkan eksistensi tuan tanah dengan jalan menjadikan tanah
bangsa Indonesia untuk melepaskan diri dari cengkraman, pengaruh, dan sisa-sisa
70
Sehingga UUPA yang dijadikan landasan hanya sebagai aturan pelengkap dan
dalam UUPA tidak ada mengamini yang namanya pemonopolian tanah oleh
segelintir pihak. Hal ini menunjukkan bahwa negara kehilangan peran dalam
negara UUPA. Dan ketika hal itu terjadi maka misi untuk mensejahterakan petani
tidak akan pernah terwujud, ketika akar persoalan yang berputar dalam masalah
memberikan kaum tani kedaulatan atas tanah. Reforma Agraria Jokowi-JK justru
Sebagaimana program tanah objek reforma agraria, yang menjadi sasaran reforma
agraria hanyalah tanah ex-HGU, tanah terlantar dan pembebasan kawasan hutan
dan tidak satupun sasaran reforma agraria yang mengarah kepada kepemilikan
tanah oleh tuan tanah besar. Selain itu, program reforma agraria melalui sertifikasi
74
Pidato pengantar menteri Agraria dalam sidang DPR-GR 12 September 1960 oleh Mr. Sudjarwo. Dalam
risalah pembentukan UUPA dan Boedi Harsono, 1999. Hukum Agraria Indonesia : Sejarah pembentukan
Undang-undang Pokok Agraria dan Isi pelaksanaannya, edisi revisi . Djambatan, jakarta, hal.585
71
kedaulatan atas tanah. Pertama, Program legalisasi atau sertifikasi tanah hanya
akan menjerumuskan kaum tani pada skema Land Market dan Land Bank untuk
kepentingan imperialis dan tuan tanah besar. Reforma agraria yang demikian
yang menjadi turunan program Bank Dunia berupa Land Administration Project
(LAP). Kedua, Reforma Agraria Jokowi sama sekali tidak menyentuh penguasaan
tanah korporasi dan perusahaan. Jutaan hektar tanah yang terdiri dari perkebunan
besar, hutan, Taman Nasional, dan pertambangan tidak menjadi sasaran Reforma
Reforma Agraria Jokowi sama sekali tidak memiliki kontrol atas sarana produksi
(obat, bibit, pupuk, teknologi dan alat kerja) serta terhadap harga produk
terhadap harga produk. Hal ini justru menjadi salah satu skema yang kuat
perkebunan seperti kelapa sawit, karet, tebu dan perkebunan kayu (HTI) maupun
sisi reforma agraria jokowi juga membuka ruang yang luas bagi berputarnya
72
skema yang disediakan seperti pola kemitraan, PIS –AGRO, begitu juga
buruh tani yang tidak memiliki tanah dan terpaksa menjual tenaga dan bekerja
dalam sistem pertanian terbelakang dengan upah yang sangat rendah, sebagian
mereka terpaksa menyewa tanah dengan harga yang tinggi, sebagian lainya
terpaksa menjadi petani pemukim dan penggarap di hutan, sebagian lagi dari
mereka terpaksa keluar negeri menjadi buruh migran untuk mencari penghidupan.
Reforma agraria sejati harus dapat menjawab masalah puluhan juta petani
miskin, yang hanya memiliki tanah kurang dari 0,3 hektar dan tidak memiliki
yang mencekik.
tanah ulayatnya dari klaim taman nasional dan berbagai jenis areal konservasi dan
tidak menjadi obyek proyek investasi hijau dari Imperialis seperti bisnis karbon
Suku bangsa minoritas membutuhkan tanah ulayat bukan hutan adat adalah hak
75
Bahan propaganda AGRA dalam menyambut HTN 2017
73
dikembangkan.
tanah yang telah dirusak oleh Negara dan pemegang Hak konsesi penebangan
kayu (HPH) selama pemerintahaan Orde Baru Suharto. Mereka terus diusir dari
tanah garapan karena tanah tersebut menjadi taman Nasional, TAHURA, dan
Obyek Konservasi lainya atau diberikan kepada para Tuan Tanah Besar untuk
perkebunan kayu (HTI) perkebunan besar sawit, tebu, dan pertambangan besar.
berproduksi akan tetapi terus merugi akibat rendahnya harga produksi petani.
Mereka tidak mendapat dukungan dari pemerintah, sebaliknya hasil panen mereka
pertanian. Reforma agraria sejati harus dapat menjawab masalah kaum tani, yang
74
dari tingginya biaya hidup, biaya kesehatan dan pendidikan, serta berbagai pajak
Pendek kata, reforma agraria sejati harus membebaskan kaum tani dari
produksi dan hasil pertanian milik kaum tani. Oleh karenanya program Reforma
pertanian dan hasil produksi pertanian. Kaum tani yang tertindas dan terhisap
karena tidak memiliki tanah dan alat kerja tidak hanya satu atau dua juta keluarga.
berlawan terhadap para perampas tanahnya. Jutaan lainnya bernasib sama, akan
tetapi dianggap tidak memiliki masalah karena masih belum berani menyuarakan
kepentingannya atas tanah dan sumber daya alam lainnya. Mereka adalah
sertifikasi aset pada kaum tani untuk agunan kapital dari perbankan. Target 2-5
hutang. Hal ini jika dikaji menggunakan pemikiran Warjio, yang mana Warjio
75
ideologi. Nilai inilah yang menjadi pendorong atau ruh dari politik
perwujudan dominasi Imperialisme. Aktor yang memiliki nilai dan ideologi yang
dijelaskan Warjio dalam hal ini adalah Pemerintahan Indonesia yang sarat akan
nilai-nilai dan semangat investasi Bank Dunia yang menjadi perwujudan dominasi
Imperialisme adalah bentuk nilai dan ideologi yang mendasari kebijakan ini.
mengeluarkan kebijakan reforma agrarian yang jika dianalisis lebih dalam hanya
Administration Project (LAP) oleh Bank Dunia jelas sangat erat kaitannya dengan
sekitar tahun 1994. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Greenberg dalam Jurnal
Politea yang ditulis oleh Warjio, banyak rakyat di Afrika Selatan pasca rejim
77
Ibid. Hal. 107
76
meredistribusi tanah, menjamin hak garap, dan kepemilikan tanah bagi semua dan
Namun harapan itu menjadi pupus ketika partai yang yang berkuasa (African
National Congress- ANC) mengadopsi model land reform bank Dunia yang
berdasar pada mekanisme pasar:” willing buyer willing seller”. Dari pengalaman
yang terjadi di Afrika Selatan itu, terlihat bagaimana harapan rakyat Afrika
tanah menjadi pupus setelah pemerintahan Afrika Selatan kala itu menggunakan
sebuah skema reforma agraria yang berorientasi terhadap pasar dan kepentingan
Bank Dunia. Atau dengan kata lain, Reforma Agraria yang berorientasikan pasar
pertanian, input dan output pertanian. Tanah dan seluruh kekayaan alam tetap
berada ditangan yang sama, para tuan tanah monopoli yang didikte oleh
diredistribusi bukanlah tanah-tanah yang saat ini dimonopoli oleh tuan tanah baik
swasta maupun tanah-tanah yang dikuasai Negara. Karena hal itu, program
reforma agraria Jokowi ini jika dilihat dalam persfektif pembangunan memang
78
Warjio, Paradoks Politik Pembangunan, Jurnal POLITEIA|Vol.6|No.2|Juli 2014. Hal. 6
77
banyak konflik agraria yang terjadi karena sistem-sistem produksi kapitalis ini
merampas tanah kepunyaan rakyat, dan membatasi bahkan membuat rakyat tidak
bisa lagi menikmati tanah dan sumber daya alamnya, mengubah secara drastis dan
dramatis tata guna tanah yang ada, dan menciptakan kelompok-kelompok pekerja
yang dengan sukarela maupun terpaksa siap sedia didisiplinkan untuk menjadi
penggerak sistem itu.79 Berkenaan dengan ini, kebijakan ini kemudian mendapat
kritikan hingga tentangan dari berbagai kalangan. Salah satu kritikan terhadap
program reforma agraria Jokowi ini datang dari aliansi multi sektor yang berisi
ormas tani, buruh, pemuda mahasiswa, perempuan, dan buruh migran dan
beberapa organisasi massa rakyat lainnya yang disebut dengan Front Perjuangan
Rakyat (FPR). Rudi HB Daman selaku koordinator FPR dan juga Ketua Umum
GSBI dalam pidato politiknya saat memperingati Hari Tani Nasional 2017
mengkritik program reforma agraria Jokowi dengan menilai program ini adalah
praktek monopoli tanah yang sampai saat ini masih eksis di Indonesia.80
Selanjutnya, Sympati Dimas selaku Ketua Umum FMN juga mengkritik kebijakan
79
Noer Fauzi Rachman, Memahami Reorganisasi Ruang Melalui Perspektif Politik Agraria, jurnal Bhumi Vol. 1
No. 1 Mei 2015. Hal 3
80
agraindonesia.org/pidato-ketua-umum-gsbi-peringatan-hari-tani-nasional-2017/ diakses pada 22 September 2017
81
Agraindonesia.org/pidato-politik-fmn-peringatan-hari-tani-nasional-2017/ diakses pada 22 Desember 2017
78
tidak mengubah kepemilikan tanah, monopoli, input dan output pertanian, negara
dan pemerintah tetap tidak mampu menangani harga komoditas, harga komoditas
seluruh kekayaan alam tetap berada di tangan yang sama, negara dan para tuan
tanah besar yang menjadi pelaksana modal imperialis dalam perkebunan besarnya
terhadap kebijakan ini, tetapi kebijakan tersebut tetap saja dijalankan oleh
Pemerintahan Jokowi. Hal ini menurut pandangan kritis Budi Winarno adalah hal
tengah isu dunia seperti ini yang dicirikan oleh integrasi pasar-pasar dunia dalam
publik yang ditahun 1960-an dan 1970-an sebagai aktor utama perencana
yang belum bersertifikat, yang esensinya adalah pengakuan sebagai tanah Negara,
domeinverklaring adalah hak milik negara atas tanah yang bukan UUPA dengan
82
www.seruni.org/2017/09/pidato-dukungan-perjuanan-aliansi.html diakses pada 22 Desember 2017
83
Warjio, Paradoks Politik Pembangunan, Jurnal POLITEIA|Vol.6|No.2|Juli 2014. Hal. 8
79
otoritasnya. Karena selama proyek LAP BPN hanya bisa mensertifikasi tanah
dalam jumlah sangat terbatas karena tidak adanya pendaftaran tanah yang
dilakukan. Sangat ironi, pembagian aset dan sertifikasi dilakukan ditengah terus
saja mendapatkan tanah baru, namun jutaan lainnya kehilangan tanah karena
Indonesia. Perhutanan sosial atau social forestry telah dijalankan oleh Perhutani
sejak 1972 sampai tahun 1981 dengan program Prosperty Approach yakni
Desa Hutan. Pada tahun 1986-1995 menjadi Perhutanan Sosial. Tahun 1996-1999
No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan No.83 Tahun 2016 tentang Perhutanan Sosial yang mengatur
80
tahun 2016, terdapat 5 (lima) bentuk perhutanan sosial, yakni Hutan Adat, Hutan
ataupun kepemilikan atas lahan. Dari lima bentuk perhutanan sosial, hanya hutan
adat yang memiliki hak sebagai milik. 4 (empat) bentuk lainya hanya memberikan
akses hak pengelolaan selama 35 tahun dan dapat diperpanjang setelah ditinjau
Harapan tani miskin dan buruh tani mendapatkan hak atas tanah tentu tidak
terjawab dengan skema ini. Perhutanan Sosial hanyalah legalisasi akses pekerjaan
(pengusahaan) bagi rakyat atas suatu lahan yang pada intinya merupakan praktik
sebagai tuan tanah. Padahal, alokasi 12,7 juta hektar merupakan jumlah yang
lahan di Indoensia. Pemerintah seakan lupa atau sengaja ingin menghapus sejarah
81
telah menghancurkan masyarakat hukum adat dan mengusir mereka dari wilayah
adatnya.84
pengakuan dan penghormatan terhadap masyarakat adat. Hal ini dapat dilihat dari
masih eksis dengan berbagai ketentuan dan persyaratan yang harus diajukan oleh
terletak pada penetapan obyek. Rujukan dari obyek Perhutanan Sosial adalah Peta
13.462.102 (tigabelas juta empat ratus enampuluh dua ribu seratus dua) hektar.
Terdiri dari Areal Perhutanan Sosial yang berada di Hutan Produksi seluas +
hektar, dan potensi areal perhutanan sosial di wilayah 20% Izin Usaha
84
Bahan Propaganda PP FMN dalam menyambut HTN 2017
82
2.134.286 hektar.85
tinggal atau menggarap, termasuk tanah-tanah yang sedang konflik. Hal ini
dan berpotensi konflik baik dengan perusahaan swasta pemegang izin maupun
rakyat yang sedang menuntut pengembalian tanah-tanah yang selama ini telah
menjadikan penguasaan atas tanah konflik tetap diberikan kepada pemegang izin
dan akan kembali menjadi tanah Negara. Dengan demikian, Perhutanan Sosial
tidak akan pernah menjawab persoalan mendasar kaum tani dan rakyat Indonesia.
Perhutanan Sosial sejatinya menguatkan inti dari Program Reforma Agraria Palsu
Jokowi.
Oleh karena itu, program Reforma Agararia Jokowi melalui TORA dan
Perhutanan Sosial bukan merupakan reforma agraria sejati yang diinginkan kaum
tani dan rakyat Indonesia. Melainkan reforma agraria palsu yang tidak akan
85
Ibid
83
pengangguran dan besarnya angka buruh migran tidak akan pernah terselaikan
Dillon dalam jurnal Politea yang ditulis Warjio, yaitu bobot ekonomi dari
merupakan hal semu karena para petani bukannya naik kelas, tetapi justeru
cadangan devisa dan lain-lain, adalah deretan angka menghibur yang menghiasi
media massa, tetapi secara kasat mata kemiskinan masih melekat dalam
kehidupan. Telah terjadi disparitas dan ketimpangan yang menjadi paradoks yang
86
Warjio, Paradoks Politik Pembangunan, Jurnal POLITEIA|Vol.6|No.2|Juli 2014. Hal. 3
84
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
yaitu tanah obyek reforma agrarian (TORA) dan Perhutanan Sosial. Skema
reforma agraria dalam RPJM, 9 juta hektar dibagi menjadi dua, Pertama
legalisasi asset 4,5 juta hektar dan yang kedua redistribusi tanah 4,5 juta
bersertifikat seluas 0,6 juta hektar dan kedua legalisasi asset terhadap 3,9 juta
hektar, tetapi tidak dijelaskan asset apa yang akan dilegalisasi. Sedangkan
redistribusi 4,5 juta hektar lahan yang rencana implementasinya juga dibagi
terlantar dan tanah Negara lainya seluas 0,4 juta hektar dan pelepasan
kawasan hutan 4,1 juta hektar. Selain 9 juta hektar sebagai TORA (tanah
program perhutanan sosial seluas 12,7 juta hektar yang keduanya memiliki
86
dari kondisi agraria di Indonesia yang berada dalam ambang kritis, melihat
agraria, seperti aturan tegas tentang batas penguasaan lahan dan juga
redistribusi tanah yang tidak merata. Arahan strategi ini berangkat dari
asing dan bahkan swasta justru tidak mendapat perhatian serius dari
pemerintah dalam hal penetapan aturan tegas. Baik itu batas kepemilikan
tanah yang dapat diolah atau dikuasai maupun sanksi yang tegas bagi tuan-
dengan jalan menjadikan tanah milik tuan tanah sebagai tanah objek reforma
87
kawasan hutan dan tidak satupun sasaran reforma agraria yang mengarah
Belanda. Prinsip domeinverklaring adalah hak milik negara atas tanah yang
dan sertifikasi aset pada kaum tani untuk agunan kapital dari perbankan.
Target 2-5 juta sertifikat oleh pemerintahan Jokowi adalah implementasi dari
bentuk dari politik pembangunan Jokowi-JK dalam aspek agraria ini sangat
88
kepastian hukum atas tanah yang telah dikuasasi oleh rakyat sebagai tanah
Negara.
diberikan kepada pemegang izin dan akan kembali menjadi tanah Negara.
menguatkan inti dari Program Reforma Agraria Palsu Jokowi. Oleh karena
itu, program Reforma Agararia Jokowi melalui TORA dan Perhutanan Sosial
bukan merupakan reforma agraria sejati yang diinginkan kaum tani dan
rakyat Indonesia. Melainkan reforma agraria palsu yang tidak akan pernah
89
petani dan penduduk desa secara khusus. Dan melaksanakan reforma agraria
pembangunan nasional.
90
Buku
Sitorus, MT.Kerangka dan Metode Kajian Agraria, dalam Jurnal Analisis Sosial.
Jurnal
Dikutip dari Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2015 Pasal
28
Naskah Arahan dari Kantor Staf Presiden Jakarta tentang Strategi Nasional
http://teori-politik.blogspot.co.id/2015/12/konsep-dasar-kebijakan-publik.html
Materi diskusi FMN Cabang Medan, HTN Mahasiswa Punya Urusan Apa.
ii
https://teori-politik.blogspot.co.id/2015/12/konsep-dasar-kebijakan-publik.html
1
http://medan.tribunnews.com/2016/12/29/kontras-49-kasus-konflik-agraria-
https://teori-politik.blogspot.co.id/2015/12/konsep-dasar-kebijakan-publik.html
Pidato pengantar menteri Agraria dalam sidang DPR-GR 12 September 1960 oleh
agraindonesia.org/pidato-ketua-umum-gsbi-peringatan-hari-tani-nasional-2017,
Desember 2017
iii