KONJUNGTIVITIS VERNALIS
Disusun Oleh :
Jessica de Queljoe - 112019026
PEMBIMBING :
dr. Moch. Soewandi, Sp.M
Disusun oleh :
Jessica de Queljoe
112019026
Telah diterima dan disetujui oleh dr. Mochamad Soewandi, Sp. M selaku dokter
pembimbing Departemen Mata RSAU Dr. Esnawan Antariksa.
Konjungtiva bulbi melapisi bagian depan berupa lapisan tipis, transparan dan
pembuluh darahnya tampak. Konjungtiva palpebral melapisi bagian dalam palpebral
dan melekat erat pada tarsus sehingga tidak dapat digerakkan. Konjungtiva forniks
terletak diantara konjungtiva bulbi dan palpebral dan berada pada foniks. Bagian foniks
longgar sehingga apabila terdapat eksudat yang banyak akan tertimbun di bawah
jaringan, kelopak mata kemudian menggembung dan menutup. 1
Pada konjungtiva juga terdapat bangunan plika semilunaris yang terdapat pada
kantus internus (medius) dan karunkula yang merupakan jaringan epidermoid, yang
juga terdapat pada kantus internus. Lapisan-lapisan konjungtiva dari luar ke dalam
tersusun atas epitel, stroma, dan endotel. 1
Epitel konjungtiva, yang dari luar ke dalam terdiri atas epitel superfisial dan
basal. Pada lapisan superfisial terdapat sel goblet yang menghasilkan musin yang
merupakan lapisan terdalam air mata. Epitel basal yang terletak di dekat limbus
mengandung pigmen. Di bagian basal sel berbentuk kuboid, makin ke permukaan
berbentuk pipih polyhedral. Pada pajanan yang kronik dan kering konjungtiva bias
mengalami keratinisasi seperti kulit. Misalnya pada pasien koma yang amtanya tidak
bias menutup, sehingga terkena paparan udara, panas, atau cahaya, dan menimbulkan
suatu keadaan yang disebut mata kering. Pada kasus ini dokter harus memberikan salep
mata yang bias menaga agar konjungtiva dan kornea tidak kering. 1
Gambar 2. Lapisan Konjungtiva
Stroma konjungtiva dari luar ke dalam terdidi atas lapisan adenoid dan lapisan
fibrosa. Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid sedangkan lapisan fibrosa terdiri
dari jaringan ikat. Jaringan ini padat di atas tarsus dan longgar di tempat lainnya.
Lapisan adenoid baru tumbuh setelah usia 3 bulan, itulah sebabnya reaksi konjungtiva
lebih sering papilar daripada folikular. 1
Stroma mengandung 2 jenis kelenjar, yaitu yang memproduksi musin dan yang
merupakan kelenjar lakrimal tambahan. Kelenjar yang memproduksi musin terdiri atas
sel goblet yang terletak di lapisan epitel, terpadat di bagian inferonasal; kripte Henle
yang terletak di sepertiga atas konjungtiva palpebral superior dan sepertiga bawah
konjungtiva palpebral inferior; serta kelenjar Manz yang berada di sekeliling limbus,
tepi kornea dan batas kornea konjungtiva. Musin gunanya untuk menempelkan air mata
pada kornea dan konjungtiva, jadi kalau musinnya rusak, bias terjadi mata kering. Pada
inflamasi kronis terjadi peningkatan jumlah sel goblet, secara klinis ada keluhan kalau
bangun tidur mata terasa lengket. 1
Kelenjar lakrimal tambahan terdiri atas kelenjar Krause dan Wolfring. Kelenjar
Krause dan kelenjar Wolfring menyerupai kelenjar air mata. Kelenjar Krause terutama
terdapat pada forniks superior dan kelenjar Wolfring terdapat pada tepi atas tarsus
palpebral superior. Pembuluh darah yang ke konjungtiva berasal dari arteri siliaris
anterior dan arteri palpebralis. Saraf konjungtiva berasal dari N. Oftalmikus. 1
Pembuluh limfe konjungtiva tersusun di dalam lapisan superfisialdan profundus
dan bergabung dengan pembuluh limfe palpebral membentuk pleksus limfatikus yang
kaya. 2
Mata tersusun dari jaringan penyokong yang salah satu fungsinya adalah melawan
infeksi secara mekanik. Orbita, kelopak mata, bulu mata, kelenjar lakrimal dan kelenjar
meibom berperan dalam produksi, penyaluran dan drainase air mata. Jaringan ikat di sekitar
mata dan tulang orbita berfungsi sebagai bantalan yang melindungi mukosa okular. Kelopak
mata berkedip 10-15 kali per menit untuk proses pertukaran dan produksi air mata, serta
mengurangi waktu kontak mikroba dan iritan ke permukaan mata.3
Mata memiliki jaringan limfoid, kelenjar lakrimal dan saluran lakrimal yang berperan
dalam sistem imunitas didapat. Makromolekul yang terkandung dalam air mata memiliki efek
antimikroba seperti lisozim, laktoferin, IgA, dan sitokin lainnya.3
Epitel konjungtiva yang tidak terinfeksi menghasilkan CD8 sitotoksik dan sel
langerhans, sedangkan substansia propia konjungtiva memiliki sel T CD4 dan CD8, sel
natural killer, sel mast, limfosit B, makrofag dan sel polimorfonuklear. Pembuluh darah dan
limfe berperan sebagai media transpor komponen imunitas dari dan ke mata. Pada inflamasi,
berbagai mediator menyebabkan dilatasi vaskular, peningkatan permeabilitas dan diapedesis
sel inflamasi dari pembuluh darah yang mengakibatkan mata menjadi merah.3
3. Definisi Konjungtivits
4. Epidemiologi Konjungtivitis
Konjungtivitis dapat dijumpai di seluruh dunia, pada berbagai ras, usia, jenis kelamin
dan strata sosial. Walaupun tidak ada data yang akurat mengenai insidensi konjungtivitis,
penyakit ini diperkirakan sebagai salah satu penyakit mata yang paling umum.(4) Perbedaan
tingkat infeksi terjadi pada pola lingkungan dan perilaku. Insidensi konjungtivitis di
Indonesia berkisar antara 2-75% dan saat ini Indonesia menduduki peringkat kedua dari 10
penyakit mata utama.(6) Diperkirakan 10% dari jumlah penduduk Indonesia dari semua
golongan umur pernah menderita konjungtivitis. Pada penelitian di Philadelphia, 62% dari
kasus konjungtivitis penyebabnya adalah virus terutama adenovirus . Di Indonesia dari
135.749 kunjungan ke departemen mata, total kasus konjungtivitis dan gangguan lain pada
konjungtiva sebesar 73% dengan total kasus 99.195 kasus dengan jumlah 46.380 kasus pada
laki-laki dan 52.815 kasus pada perempuan. Konjungtivitis termasuk ke dalam 10 besar
penyakit rawat jalan terbanyak pada tahun 2009.(7,8)
Data yang sama juga didapatkan di wilayah Jambi pada tahun 2011 yaitu,
konjungtivitis termasuk ke dalam 10 penyakit terbesar di Poliklinik Mata RSUD Raden
Mattaher Jambi dan menempati urutan ke tiga setelah kelainan refraksi dan katarak.(9)
5. Etiologi Konjungtivitis
Paling sering disebabkan oleh virus, dan sangat menular. Banyak sebab lain
konjungtivitis, antara lain klamidia, parasite (jarang terjadi, namun bila terjadi sifatnya
kronis), autoimunitas, zat kimia, idiopatik, dan sebagai penyulit dari penyakit lain.(1)
6. Klasifikasi Konjungtivitis
a. Konjungtivitis Bakteri
Virus dan bakteri merupakan penyebab infeksi menular yang paling umum.(26)
Konjungtivitis bakteri adalah inflamasi konjungtiva yang disebabkan oleh
Staphylococcus, Streptococcus, Pneumococcus, dan Haemophillus. Gejala
konjungtivitis, yaitu mukosa purulen, edema kelopak, kemosis konjungtiva, kadang-
kadang disertai keratitis dan blefaritis. Konjungtivitis bakteri ini mudah menular dari
satu mata ke mata sebelahnya dan dengan mudah menular ke orang lain melalui benda
yang dapat menyebarkan kuman. Konjungtivitis bakteri dapat diobati dengan antibiotik
tunggal seperti neospirin, basitrasin, gentamisin, kloramfenikol, tobramisin, eritromisin,
dan sulfa selama 2-3 hari.10
b. Konjungtivitis Virus
Konjungtivitis viral merupakan penyakit mata merah yang paling sering dijumpai di
masyarakat dan praktik dokter sehari-hari. Pada populasi dewasa, 80% kasus konjungtivitis
akut disebabkan oleh virus.(11,3) Konjungtivitis virus biasanya diakibatkan karena demam
faringokonjungtiva dan memberikan gejala seperti demam, faringitis, secret berair dan
sedikit, folikel pada konjungtiva yang mengenai satu atau kedua mata. Konjungtivitis jenis ini
biasanya disebabkan adenovirus tipe 3,4, dan 7 dan penyebab yang lain, yaitu organisme
Coxsackie dan Pikornavirus namun sangat jarang. Konjungtivitis ini mudah menular terutama
anak-anak yang disebarkan melalui kolam renang. Masa inkubasi konjungtivitis virus 5-12
hari, yang menularkan selama 12 hari, dan bersifat epidemic. (10)
Gejala klinis konjungtivitis dapat menyerupai penyakit mata lain sehingga penting
untuk membedakan konjungtivitis dengan penyakit lain yang berpotensi mengganggu
penglihatan.(11,12,13)
Infeksi virus biasanya menyerang satu mata lalu ke mata lain beberapa hari kemudian
disertai pembesaran kelenjar limfe dan edema palpebra. Ketajaman penglihatan secara
intermiten dapat terganggu karena sekret mata. Jenis sekret mata dan gejala okular dapat
memberi petunjuk penyebab konjungtivitis. Sekret mata berair merupakan ciri konjungtivitis
viral dan sekret mata kental berwarna kuning kehijauan biasanya disebabkan oleh bakteri.
Konjungtivitis viral jarang disertai fotofobia, sedangkan rasa gatal pada mata biasanya
berhubungan dengan konjungtivitis alergi.(14,15)
Konjungtivitis virus biasanya akan sembuh dengan sendirinya, namun pemberian
kompres dingin, air mata artifisial atau antihistamin topikal bermanfaat untuk meredakan
gejala. Terapi antiviral tidak diperlukan kecuali untuk konjungtivitis herpetik, yaitu asiklovir
oral 400mg/hari untuk virus herpes simpleks dan 800mg/hari untuk herpes zoster selama 7-10
hari.(15,16) Antibiotik dapat dipertimbangkan jika konjungtivitis tidak sembuh setelah 10 hari
dan diduga terdapat superinfeksi bakteri.(15,17) Penggunaan deksametason 0,1% topikal
membantu mengurangi peradangan konjungtiva.(29,39)
Konjungtivitis alergi merupakan bentuk alergi pada mata yang paling sering dan
disebabkan oleh reaksi inflamasi pada konjungtiva yang diperantarai oleh sistem imun.
Gejala utama penyakit alergi ini adalah radang (merah, sakit, bengkak, dan panas), gatal,
silau berulang dan menahun. Tanda karakteristik lainnya yaitu terdapat papil besar pada
konjungtiva, datang bermusim, yang dapat mengganggu penglihatan. Walaupun penyakit
alergi konjungtiva sering sembuh sendiri akan tetapi dapat memberikan keluhan yang
memerlukan pengobatan. Konjungtivitis alergi dibedakan atas lima subkategori, yaitu
konjungtivitis alergi tumbuh-tumbuhan yang biasanya dikelompokkan dalam satu grup,
keratokonjungtivitis vernal, keratokoknjungtivitis atopic dan konjungtivitis papilar raksasa.
Pengobatan konjungtivitis alergi yaitu dengan menghindarkan penyebab pencetus penyakit
dan memberikan astringen, sodium kromolin, steroid topical dosis rendah kemudian
ditambahkan kompres dingin untuk menghilangkan edemanya. Pada kasus yang berat dapat
diberikan antihistamin dan steroid sistemik.(5,10)
Gambar 6. Konjungtivitis Alergi
d. Konjungtivitis Jamur
7. Patofisiologi Konjungtivitis
Mikroorganisme masuk ke dalam tubuh dengan cara adhesi, evasi, dan invasi. Adhesi
adalah penempelan molekul mikroorganisme ke epitel mata yang dimediasi oleh protein
permukaan mikroorganisme. Evasi adalah upaya mikroorganisme untuk menembus
pertahanan sistem imun. Hampir semua mikroorganisme hanya menginvasi bila terdapat
kerusakan epitel kecuali beberapa bakteri seperti Neissseria gonorhoeae dan Shigella spp.
Pada infeksi virus, adhesi sekaligus memfasilitasi proses invasi melalui interaksi molekul
virus dengan sel hospes seperti interaksi kapsul adenovirus dengan integrin sel hospes yang
menyebabkan proses endositosis virus oleh sel. Mikroorganisme juga dapat bertahan
melewati sistem pertahanan tubuh dan bereplikasi seperti pada infeksi HSV, virus varisela
serta herpes zoster namun sebagian besar infeksi lainnya dapat dieradikasi oleh sistem imun
tubuh.(3)
Konjungtiva merupakan organ yang terpapar banyak mikroorganisme dan faktor
lingkungan lain yang mengganggu. Beberapa mekanisme melindungi permukaan mata dari
substansi luar. Pada film air mata, unsur berairnya mengencerkan materi infeksi, mucus
menangkap debris dan kerja memompa dari pelpebra secara tetap menghanyutkan air mata ke
duktus lakrimalis dan air mata mengandung substansi antimikroba termaskl lisozim. Adanya
agen perusak, menyebabkan cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti edema epitel,
kematian sel dan eksfoliasi, hipertrofi epitel atau granuloma. Mungkin pula terdapat edema
pada stroma konjungtiva (kemosis) dan hipertrofi lapisan limfoid stroma (pembentukan
folikel). Sel-sel radang bermigrasi dari stroma konjungtiva melalui epitel kepermukaan. Sel-
sel kemudian bergabung dengan fibrin dan mucus dari sel goblet, membentuk eksudat
konjungtiva yang menyebabkan perlengketan tepian palpebra saat bangun tidur.(14)
Konjungtivitis sering terjadi bersama atau sesudah infeksi saluran napas dan
umumnya terdapat riwayat kontak dengan pasien konjungtivitis viral. Penyebaran virus
umumnya terjadi melalui tangan, peralatan mandi yang digunakan bersama, bantal kepala
yang digunakan bersama atau kontak dengan alat pemeriksaan mata yang terkontaminasi.(3,5)
8. Manifestasi Klinik
Gejala penting konjungtivitis adalah sensasi benda asing, yaitu sensasi tergores
atau terbakar, sensasi penuh di sekeliling mata, gatal, dan fotofobia. Sensasi benda sing
dan sensasi tergores atau terbakar sering dihubungkan dengan edema dan hipertrofi
papilla yang biasanya menyertai hyperemia, konjungtiva. Jika ada rasa sakit, kornea
agaknya juga terkena. Tanda-tanda penting konjungtivitis adalah hyperemia, mata
berair, eksudasi, pseudoptosis, hipertrofi papilar, kemosis, fokikel, pseudomembran dan
membrane, granuloma, dan adenopati pre-aurikular.(5)
Konjungtivitis alergi dijumpai paling sering di daerah dengan alergen musiman yang
tinggi.(24) Konjungtivitis vernal merupakan salah satu bentuk konjungtivitis allergi yang
berulang khas musiman, bersifat bilateral, sering pada orang dengan riwayat alergi pada
keluarga, sering ditemukan pada anak laki yang berusia kurang dari 10 tahun, diperkirakan
diseluruh dunia insiden konjungtivitis vernal berkisar antara 0,1 % – 0,5 % dan cenderung
lebih tinggi di negara berkembang.(5,22,23)
Konjungtivitis vernalis dikenal juga sebagai “konjungtivitis musiman” atau
“konjungtivitis musim kemarau” biasanya berlangsung dalam tahun-tahun prapubertas.
Kurun waktu pada konjungtivitis vernal rata-rata berkisar 5-10 tahun. Penyakit ini tergolong
penyakit pada anak, jarang terjadi pada pasien usia di bawah 3 tahun atau di atas 25 tahun.
Dari 1000 kasus yang tercatat di literatur, 750 kasus terjadi pada pasien dengan usia 5 tahun
sampai 20 tahun. Umumnya terdapat riwayat keluarga yang bersifat alergi atopik (turunan).
Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa 65% penderita konjungtivitis vernal memiliki satu
atau lebih sanak keluarga yang memiliki penyakit turunan misalnya asma, demam rumput,
iritasi kulit turunan, atau alergi selaput lendir hidung yang permanen. Penyakit-penyakit
turunan ini umumnya ditemukan pada pasien itu sendiri. Semua penelitian tentang penyakit
ini melaporkan bahwa biasanya kondisi akan memburuk pada musim semi dan musim panas
di belahan bumi utara, seperti sehingga dinamakan “konjungtivitis vernal” atau “musim
semi”.(5,10)
Di belahan bumi selatan penyakit ini lebih menyerang pada musim gugur dan musim
dingin. Akan tetapi, banyak pasien mengalami gejala sepanjang tahun, mungkin disebabkan
berbagai sumber alergi yang silih berganti sepanjang tahun. Terdapat beberapa negara yang
sering mengalami penyakit ini pada iklim panas, misalnya di Italia, Yunani, Israel, dan
sebagian Amerika Selatan. Sedangkan iklim dingin, misalnya Amerika Serikat, Swedia,
Rusia dan Jerman.(5,10)
12. Etiologi Konjungtivitis Vernal
14. Patofisiologi
Gambar 12. Konjungtivitis vernal terlihat banyak sel radang terutama eosinofil
17. Tatalaksana
1. Terapi lokalis
Steroid topical penggunaannya efektif pada keratokonjungtivitis vernal, tetapi harus
hati-hati kerana dapat menyebabkan glaucoma. Pemberian steroid dimulai dengan
pemakaian sering (setiap 4 jam) selama 2 hari dan dilanjutkan dengan terapi maintainance
3-4 kali sehari selama 2 minggu. Steroid yang sering dipakai adalah fluorometholon,
medrysone, betamethasone, dan dexamethasone. Fluorometholon dan medrysone adalah
paling aman antara semua steroid tersebut.(4,5,26)
• Mast cell stabilizer seperti sodium cromoglycate 2%
• Antihistamin topical
• Acetyl cysteine 0,5%
• Siklosporin topical 1%
2. Terapi sistemik
Anti histamine oral untuk mengurangi gatal. Steroid oral untuk kasus berat dan non
responsive.
Berbagai terapi pembedahan papil raksasa pada konjungtiva tarsal kini sudah tidak di
lakukan, mengingat banyaknya efek samping dan terbukti tidak efektif, karena dalam
waktu dekat akan tumbuh kembali.
18. Komplikasi
Komplikasi pada konjungtivitis yang paling sering adalah ulkus pada kornea dan
infeksi sekunder. Sedangkan komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan
jaringan sikratik yang dapat mengganggu penglihatan.(27) Komplikasi lain yang sering
ditimbulkan dari konjungtivitis vernal adalah konjungtivitis stafilokok dan blefaritis.
Apabila teradi komplikasi ini maka diperlukan penanganan segera dengan pemberian
terapi.(5)
Diagnosis banding untuk penyakit konjungtivitis vernal yaitu konjugtivitis alergi tipe
lain, konjungtivitis virus, serta konjungtivitis bakteri.
• Konjungtivitis Iatrogenic
Konjungtivitis akibat pengobatan yang diberikan oleh dokter. Berbagai obat dapat
memberikan efek samping pada tubuh, demikian pula pada mata yang dapat terjadi
dalam bentuk konjungtivitis.
20. Prognosis
Prognosis penderita konjungtivitis baik karena sebagian besar kasus dapat
sembuh spontan (self-limited disease), namun komplikasi juga dapat terjadi apabila
tidak ditangani dengan baik.(9,32) Meskipun angka kejadian kekambuhan dari penyakit
ini pasti terjadi, khususnya pada musim semi dan musim panas, tetapi setelah sejumlah
kekambuhan yang terjadi seperti pada papillae sama sekali menghilang tanpa
meninggalkan jaringan parut.
21. Kesimpulan
Konjungtiva adalah selaput lendir atau lapisan mukosa yang melapisi permukaan
dalam kelopak mata (konjungtiva palpebra), berlanjut ke pangkal kelopak (konjungtiva
forniks) dan melipat balik melapisi bola mata hingga tepi kanan (konjungtivita bulbi).(5)
Konjungtiva mengandung kelejar musin yang dihasilkan oleh sel Goblet, musin bersifat
membasahi bola mata.(7). Salah satu kelainan pada konjungtiva yang sering terjadi, yaitu
konjungtivitis.
Konjungtivitis adalah suatu inflamasi jaringan pada konjungtiva yang dapat
disebabkan oleh invasi mikroorganisme, reaksi hipersensitivitas atau perubahan degeneratif
di konjungtiva. Pasien biasanya mengeluh mata merah, edema konjungtiva, dan keluar sekret
berlebih.(11) Berdasarkan penyebabnya konjungtivitis dibagi menjadi empat, yaitu
konjungtivitis yang diakibatkan karena bakteri, virus, allergen dan jamur.(10)
Konjungtivitis vernal adalah suatu peradangan bilateral konjungtiva yang berulang
menurut musim, sebagai akibat reaksi hipersensitif tipe I dengan gambaran spesifik hipertropi
papil di canal tarsus dan limbus.(5) Konjungtivitis vernal merupakan salah satu bentuk
konjungtivitis allergi yang berulang khas musiman, bersifat bilateral, sering pada orang
dengan riwayat alergi pada keluarga, sering ditemukan pada anak laki yang berusia kurang
dari 10 tahun, diperkirakan diseluruh dunia insiden konjungtivitis vernal berkisar antara 0,1
% – 0,5 % dan cenderung lebih tinggi di negara berkembang.(5,22,23) Terdapat dua tipe
konjungtivitis vernal, yaitu tipe palpebral dan tipe limbal.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan klinis, dan laboratorium.
Penanganan dari konjungtivitis alergi adalah berdasar pada identifikasi antigen spesifik dan
eliminasi dari pathogen spesifik. Pengobatan suportif seperti lubrikan dan kompres dingin
dapat membantu meredakan gejala yang dirasakan oleh pasien. Steroid topical
penggunaannya efektif pada keratokonjungtivitis vernal, tetapi harus hati-hati kerana dapat
menyebabkan glaucoma.(4,5,26)
Anti histamine oral untuk mengurangi gatal. Steroid oral untuk kasus berat dan non
responsive. Menghindari tindakan menggosok-gosok mata dengan tangan atau jari tangan,
karena telah terbukti dapat merangsang pembebasan mekanis dari mediator -mediator sel
mast. Di samping itu, juga untuk mencegah super infeksi yang pada akhirnya berpotensi ikut
menunjang terjadinya glaukoma sekunder dan katarak.
Komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik yang dapat
mengganggu penglihatan.(27) Komplikasi lain yang sering ditimbulkan dari konjungtivitis vernal
adalah konjungtivitis stafilokok dan blefaritis.(5) Diagnosis banding untuk penyakit
konjungtivitis vernal, yaitu konjugtivitis alergi tipe lain, konjungtivitis virus, serta
konjungtivitis bakteri. Prognosis penderita konjungtivitis baik karena sebagian besar kasus
dapat sembuh spontan (self-limited disease), namun komplikasi juga dapat terjadi apabila
tidak ditangani dengan baik.(5,24)
DAFTAR PUSTAKA
25. Wade PD, Iwuora AN, Lopez L. Allergic Conjunctivitis at Sheikh Zayed Regional
Eye Care Center Gambia. J Ophtalmic Vis Res. 2012. 7(1) : 24 – 28
26. Medicastore. Konjungtivitis Vernalis. 2012. Diunduh dari
http://www.medicastore.com/penyakit/865/Keratokonjungtivitis_Vernalis.ht ml .
25 No vember 2012.
27. Konjungtivitis. 2010. Diunduh dari http:// repository. usu. ac. id/ bitstream
/123456789/ 31458/4/Chapter%20II.pdf. 25 November 2012.