DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
T.A 2020/2021
1
Lembar Pengesahan
Judul Laporan
2
KATA PENGANTAR
Penyusun
3
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................2
KATA PENGANTAR....................................................................................3
DAFTAR ISI...................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................5
B. Tujuan...................................................................................................6
C. Manfaat.................................................................................................6
A. Konsep Teori.........................................................................................7
1. Kebutuhan cairan dan elektrolit......................................................7
2. Anemia pada ibu hamil...................................................................18
3. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit pada ibu hamil dengan
anemia.............................................................................................28
B. Konsep Askeb.......................................................................................38
BAB IV PEMBAHASAN...............................................................................68
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................74
B. Saran.....................................................................................................76
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................77
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan Dasar Manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan
oleh manusia dalam mempertahanankan keseimbangan fisiologi maupun
psikologi.
Manusia membutuhkan cairan dan elektrolit dalam jumlah dan
proporsi yang tepat di berbagai jaringan tubuh agar dapat mempertahankan
kesehatan dan kehidupannya. Hal tersebut dapat dicapai dengan serangkaian
manuver fisika-kimia yang kompleks. Air menempatai proporsi yang besar
dalam tubuh. Air menyusun 75% berat badan bayi, 70% berat badan pria
dewasa dan 55% tubuh pria usia lanjut, karena wanita memiliki simpanan
lemak yang relative banyak (relative bebas air), kandungan air dalam tubuh
wanita 10% lebih sedikit dibandingkan dengan pria . Air tersimpan dalam dua
kompartemen utama dalam tubuh yaitu, cairan intra selular dan cairan ekstra
seluler ( Wahit, 2007).
Pemberian cairan infus dengan kandungan natrium klorida bisa
membantu mengembalikan cairan tubuh dan elektrolit yang hilang akibat
kekurangan cairan yang menyebabkan badan leas dan salah satunya anemia.
Selain melalui infus, suplemen yang mengandung elektrolit yang dibutuhkan
dapat diberikan untuk meningkatkan elektrolit yang rendah. Terkadang orang
yang mengidap penyakit ini membutuhkan obat-obatan untuk mengurangi
jumlah elektrolit berlebih di dalam darah, misalnya diberikan insulin saat
terjadi hiperkalemia. Namun, hal yang paling penting adalah mengatasi
penyebab dari gangguan elektrolit itu sendiri.
5
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kebutuhan cairan dan elektrolit?
2. Apa yang dimaksud dengan anemia pada ibu hamil?
3. Bagaimana gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit pada ibu hamil
dengan anemia?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kebutuhan cairan dan elektrolit
2. Untuk mengetahui anemia pada ibu hamil
3. Untuk mengetahui gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit pada ibu
hamil dengan anemia
D. Manfaat Penulisan
Dari tujuan masalah diatas, dapat diambil sebagai manfaatnya yaitu
dapat meningkatkan ilmu pengetahuan tentang kebutuhan cairan dan
elektrolit serta dapat mengetahui implementasi asuhan kebidanan tentang
kebutuhan cairan dan elektrolit dalam melakukan suatu praktek.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. KONSEP TEORI
A. KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
1. Pengertian Cairan dan Elektrolit
Cairan tubuh adalah cairan yang terdiri dari air dan zat terlarut (Price,
2006). Kemudian elektrolit itu sendiri adalah zat kimia yang menghasilkan
partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan
(Price, Silvia, 2006). Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka
menjaga kondisi tubuh tetap sehat.Keseimbangan cairan dan elektrolit di
dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis.
Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan
perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam
tubuh melalui makanan,minuman,dan cairan intravena (IV) dan di distribusi
ke seluruh bagian tubuh.Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya
distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh
bagian tubuh.Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu
dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada
yang lainnya.
7
3. Cairan dan Elektolit dalam Tubuh
a. Cairan dalam Tubuh Manusia
Agar dapat mempertahankan kesehatan dan kehidupannya,
manusia membutuhkan cairan dan elektrolit dalam jumlah dan proporsi
yang tepat di berbagai jaringan tubuh. Hal tersebut dapat dicapai dengan
serangkaian manuver fisika-kimia yang kompleks. Air menempati
proporsi yang besar dalam tubuh. Seseorang dengan berat 70 kg bisa
memiliki sekitar 50 liter air dalam tubuhnya. Air menyusun 75% berat
badan bayi, 70% berat badan pria dewasa, dan 55% tubuh pria lanjut usia.
Karena wanita memiliki simpanan lemak yang relative banyak (relative
bebas-air), kandungan air dalam tubuh wanita 10% lebih sedikit
dibandingkan pria. Air tersimpan dalam dua kompartemen utama dalam
tubuh, yaitu :
Cairan intraselular (CIS). CIS adalah cairan yang berada dalam
sel di seluruh tubuh. Cairan ini berfungsi sebagai media penting dalam
proses kimia. Jumlahnya sekitar 2/3 dari jumlah cairan tubuh atau 40%
dari berat badan. Elektrolit kation terbanyak adalah K+, Mg+, sedikit Na+.
Elektolit anion terbanyak adalah HPO42-, protein-protein, sedikit HCO3-,
SO42-, Cl-
Cairan ekstraselular (CES). CES merupakan cairan yang terdapat
di luar sel dan menyusun sekitar 30% dari total cairan tubuh. CES
meliputi cairan intravascular, cairan interstisial, dan cairan transeluler.
Cairan interstisial terdapat dalam ruang antar-sel, plasma darah, cairan
serebrospinal, limfe, serta cairan rongga serosa dan sendi. Akan tetapi,
jumlahnya terlalu sedikit untuk berperan dalam keseimbangan cairan.
Guna mempertahankan keseimbangan kimia dan elektrolit tubuh serta
mempertahankan pH yang normal, tubuh melakukan mekanisme
pertukaran dua arah antara CIS dan CES. Elektrolit yang berperan
adalah : kation dan anion.
8
b. Elektrolit Utama Tubuh Manusia
Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan
nonelektrolit.Non elektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam
larutan dan tidak bermuatan listrik, seperti: protein, urea, glukosa, oksigen,
karbon dioksida dan asam-asam organik .Sedangkan elektrolit tubuh
mencakup natrium (Na+),kalium (K+), Kalsium (Ca++),magnesium (Mg+
+), Klorida (Cl-), bikarbonat(HCO3-), fosfat (HPO42-), sulfat (SO42-).
9
1) Membantu dalam perpindahan cairan antara ruangan dalam sel
dan di luar sel terutama denga adanya natrrium. Apabila jumlah
natrium dalam CES meningkat maka sejumlah cairan akan
berpindah menuju CES untuk keseimbangan cairan.
2) Mengatur keseimbangan asam basa dan menentukan pH darah
dengan adanya sistem bufer.
3) Dengan adanya perbedaan komposisi elektrolit di CES dan CIS
maka akan terjadi perpindahan yang menghasilkan implus –
implus saraf dan mengakibatkan terjadinya kontraksi otot.
10
aktif adalah gerakan partikel dari konsentrasi lain tanpa
memandang tingkatannya. Proses ini membutuhkan energy dalam
bentuk adenosine trifosfat (ATP). ATP berguna untuk
mempertahankan konsentrasi ion natrium dan kalium dalam ruang
ekstrasel dan intrasel melalui suatu proses yang disebut pompa
“natrium-kalium”.
6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan Dan
Elektrolit
a. Usia
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam
hal ini, usia berpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas permukaan
tubuh, kebutuhan metabolik, serta berat badan. Bayi dan anak di
masa pertumbuhan memiliki proporsi cairan tubuh yang lebih
besar dibandingkan orang dewasa.Karenanya, jumlah cairan yang
diperlukan dan jumlah cairan yang hilang juga lebih besar
dibandingkan orang dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada
bayi dan anak-anak juga dipengaruhi oleh laju metabolik yang
tinggi serta kondisi ginjal mereka yang belum atur dibandingkan
ginjal orang dewasa. Kehilangan cairan dapat terjadi akibat
pengeluaran cairan yang besar dari kulit dan pernapasan. Pada
individu lansia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sering
disebabkan oleh masalah jantung atau gangguan ginjal
b. Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap
kebutuhan cairan dan elektrolit. Aktivitas menyebabkan
peningkatan proses metabolisme dalam tubuh. Hal ini
mengakibatkan penigkatan haluaran cairan melalui keringat.
Dengan demikian, jumlah cairan yang dibutuhkan juga
meningkat. Selain itu, kehilangan cairan yang tidak disadari
(insensible water loss) juga mengalami peningkatan laju
pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat.
11
c. Iklim
Normalnya, individu yang tinggal di lingkungan yang
iklimnya tidak terlalu panas tidak akan mengalami pengeluaran
cairan yang ekstrem melalui kulit dan pernapasan. Dalam situasi
ini, cairan yang keluar umumnya tidak dapat disadari (insensible
water loss, IWL). Besarnya IWL pada tiap individu bervariasi,
dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat metabolisme,dan usia.
Individu yang tinggal di lingkungan yang bertsuhu tinggi atau di
dearah deangan kelembapan yang rendah akan lebih sering
mengalami kehilangan cairandan elektrolit. Demikian pula pada
orang yang bekerja berat di lingkungan yang bersuhu
tinggi,mereka dapat kehilangan cairan sebanyak lima litet sehaei
melalui keringat. Umumnya, orang yang biasa berada di
lingkungan panas akan kehilangan cairan sebanyak 700 ml per
jam saat berada ditempat yang panas, sedangkan orang yang tidak
biasa berada di lingkungan panas dapat kehilangan cairan hingga
dua liter per jam.
d. Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan
dan elektrolit. Jika asupan makanan tidak seimbang, tubuh
berusaha memcah simpanan protein dengan terlebih dahulu
memecah simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini
menyebabkan penurunan kadar albumin.
e. Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan
elektrolit tubuh. Saat stress, tubuh mengalami peningkatan
metabolism seluler, peningkatan konsentrasi glukosa darah, dan
glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan
natrium.Disamping itu, stress juga menyebabkan peningkatan
produksi hormone anti deuritik yang dapat mengurangi produksi
urine.
12
f. Penyakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh Misalnya : Trauma
seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui
IWL,penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi
proses regulator keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
g. Tindakan Medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder
terhadap kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Tindakan
pengisapan cairan lambung dapat menyebabkan penurunan kadar
kalsium dan kalium.
h. Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif
secara berlebihan dapat menyebabkan peningkatan kehilangan
cairan dalam tubuh.Akibatnya, terjadi defist cairan tubuh. Selain
itu, penggunan diuretic menyebabkan kehilangan natrium
sehingga kadar kalium akan meningkat. Penggunaan
kortikostreroid dapat pula menyebabkan retensi natrium dan air
dalam tubuh.
i. Pembedahan
Klien yang menjalani pembedahan beresiko tinggi
mengalami ketidakseimbangan cairan. Beberapa klien dapat
kehilangan banyak darah selama perode operasi, sedangkan
beberapa klien lainya justru mengalami kelebihan beban cairan
akibat asupan cairan berlebih melalui intravena selama
pembedahan atau sekresi hormon ADH selama masa stress akibat
obat- obat anastesia.
13
Hal ini dapat terjadi apabila mekanisme kompensasi tubuh tidak
mampu mempertahankan homeostatis. Gangguan keseimbangan
cairan dapat berupa defisit volume cairan atau sebaliknya.
1)Defisit volume cairan (fluid volume defisit [FVD])
Defisit volume cairan adalah suatu kondisi
ketidakseimbangan yang ditandai dengan defisiensi cairan dan
elektrolit di ruang ekstrasel, namun proporsi antara keduanya
(cairan dan elektrolit) mendekati normal. Kondisi ini dikenal
juga dengan istilah hipovolemia. Pada keadaan hipovolemia,
tekanan osmotik mengalami perubahan sehingga cairan
interstisial menjadi kosong dan cairan intrasel masuk ke ruang
interstisial sehingga mengganggu kehidupan sel. Secara umum,
kondisi defisit volume cairan (dehidrasi) terbagi menjadi tiga,
yaitu :
1) Dehidrasi isotonik. Ini terjadi apabila jumlah cairan yang
hilang sebanding dengan jumlah elektrolit yang hilang.
Kadar Na+ dalam plasma 130-145 mEq/l.
2) Dehidrasi hipertonik.Ini terjadi jika jumlah cairan yang
hilang sebanding dengan jumlah elektrolit yang hilang.
Kadar Na+ dalam plasma 130-150 mEq/l.
3) Dehidrasi hipotonik.Ini terjadi apabila jumlah cairan
yang hilang lebih sedikit daripada jumlah elektrolit yang
hilang. Kadar Na+ dalam plasma darah adalah 130 mEq/l.
14
kelainan lain yang menyebabkan pengeluaran urine berlebih. Lebih
lanjut, kondisi dehidrasi dapat digolongkan menurut derajat
keparahan menjadi :
15
ekstrasel ke intrasel sehingga sel menjadi bengkak.
Hiponatremia umumnya disebabkan oleh penyakit ginjal,
penyakit Addison, kehilangan natrium melalui pencernaan,
pengeluaran keringat berlebih, dieresis, serta asidosis
metabolic. Hipernatremia adalah kelabihan kadar natrium di
cairan ekstrasel yang menyebabkan peningkatan tekanan
osmotic ekstrasel. Kondisi ini mengakibatkan berpindahnya
cairan intrasel keluar sel. Penyebab hipernatremia meliputi
asupan natrium yang berlebihan, kerusakan sensasi haus,
disfagia, diare, kehilangan cairan berlebih dari paru-paru,
poliuria karena diabetes insipidus. Tanda dan gejalanya
meliputi kulit kering, mukosa bibir kering, pireksia, agitasi,
kejang, oliguria, atau anuria
b. Hipokalemia dan hiperkalemia
Hipokalemia adalah kekurangan kadar kalium di
cairan ekstrasel yang menyebabkan pindahnya kalium keluar
sel. Akibatnya, ion hydrogen dan kalium tertahan di dalam sel
dan menyebabkan gangguan atau perubahan pH plasma. Gejala
defisiensi kalium pertama kali terlihat pada otot, distensi usus,
penurunan bising usus, serta denyut nadi yang tidak teratur.
hiperkalemia adalah kelebihan kadar kalium di cairan
ekstrasel. Kasus ini jarang sekali terjadi, kalaupun ada, tentu
akan sangat membahayakan kehidupan sebab akan
menghambat trasmisi impuls jantung dan menyebabkan
serangan jantung. Saat terjadi hiperkalemia, salah satu upaya
yang dapat dilakukan adalah memberikan insulin sebab insulin
dapat membantu mendorong kalium masuk ke dalam sel.
Tanda dan gejala hiperkalemia sendiri meliputi cemas,
iritabilitas, irama jantung ireguler, hipotensi, parastesia, dan
kelemahan
c. Hipokalsemia dan hiperkalsemia
16
Hipokalsemia adalah kekurangan kadar kalsium di
cairan ekstrasel. Bila berlangsung lama, kondisi ini dapat
menyebabkan osteomalasia sebab tubuh akan berusaha
memenuhi kebutuhan kalsium dengan mengambilnya dari
tulang. Tanda dan gejala hipokalsemia meliputi spasme dan
tetani, peningkatan motilitas gastrointestinal, gangguan
kardiovaskuler, dan osteoporosis. Hiperkalsemia adalah
kelebihan kadar kalsium pada cairan ekstrasel. Kondisi ini
menyebabkan penurunan eksitabilitas otot dan saraf yang pada
akhirnya menimbulkan flaksiditas. Tanda dan gejala
hiperkalsemia meliputi penurunan kemampuan otot, anoreksia,
mual, muntah, kelemahan dan letargi, nyeri punggung, dan
serangan jantung
d. Hipomagnesemia dan hipermagnesemia.
Hipomagnesemia terjadi apabila kadar magnesium serum
urang dari 1,5 mEq/l. Umumnya, kondisi ini disebabkan oleh
konsumsi alohol yang berlebih, malnutrisi, diabetes mellitus,
gagal hati, absorpsi usus yang buruk. Tanda dan gejalanya
meliputi tremor, refleks tendon profunda yang hiperaktif,
konfusi, disorientasi, halusinasi, kejang, takikardi, dan
hipertensi.Hipermagnesemia adalah kondisi meningkatnya
kadar magnesium di dalam serum. Meski jarang ditemui,
namun kondisi ini dapat menimpa penderita gagal ginjal.,
terutama yang mengkonsumsi antasida yang mengandung
magnesium. Tanda dan gejala hipermagnesemia meliputi
aritmia jantung, depresi refleks tendon profunda, depresi
pernapasan
e. Hipokloremia dan hiperkloremia
Hipokloremia adalah penurunan kadar ion klorida dalam
serum. Secara khusus, kondisi ini disebabkan oleh kehilangan
sekresi gastrointestinal yang berlebihan, seperti muntah, diare,
17
dieresis, serta pengisapan nasogastrik. Tanda dan gejala yang
muncul menyerupai alkalosis metabolic, yaitu apatis,
kelemahan, kekacauan mental, kram, dan pusing.
Hiperkloremia adalah peningkatan kadar ion klorida serum.
Kondisi ini kerap dikaitkan dengan hipernatremia, khususnya
saat terdapat dehidrasi dan masalah ginjal
f. Hipofosfatemia dan hiperfosfatemia
Hipofosfatemia adalah penurunan kadar fosfat di dalam
serum. Kondisi ini dapat muncul akibat penurunan absorpsi
fosfat di usus, peningkatan ekskresi fosfat, dan peningkatan
ambilan fosfat untuk tulang. Hipofosfatemia dapat terjadi
akibat alkoholisme, malnutrisi, ketoasidosis diabetes, dan
hipertiroidisme. Tanda dan gejalanya meliputi anoreksia,
pusing, parestesia, kelemahan otot, serta gejala neurologis
yang tersamar. Hiperfosfatemia adalah peningkatan kadar ion
fosfat dalam serum. Kondisi ini dapat muncul pada kasus gagal
ginjal atau saat kadar hormon paratiroid menurun. Selain itu,
hiperfosfatemia juga bisa terjadi akibat asupan fosfat berlebih
atau penyalahgunaan laksatif yang mengandung fosfat.
1. Anemia DalamKehamilan
18
Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar
hemoglobin (Hb) yang berada di bawah normal. Di Indonesia,
anemia umumnya disebabkan oleh kekurangan zat besi, sehingga
lebih dikenal dengan istilah Anemia Gizi Besi. Anemia defisiensi
besi merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi
selama kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi
sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan
untuk metabolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka akan
menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu turun sampai di
bawah 11 gr/dl selama trimester III (Waryana, 2010).
19
kehamilan atau hemodilusi, yang menyebabkan terjadinya penurunan
hematokrit (20-30%), sehingga hemoglobin dari hematokrit lebih
rendah secara nyata dari pada keadaan tidak hamil. Hemoglobin dari
hematokrit mulai menurun pada bulan ke 3-5 kehamilan, dan
mencapai nilai terendah pada bulan ke 5-8. Cadangan besi wanita
hamil mengandung 2 gram, sekitar 60-70% berada dalam sel darah
merah yang bersirkulasi, dan 10- 30% adalah besi cadangan yang
terutama terletak di dalam hati, empedu, dan sumsum tulang.
Kehamilan membutuhkan tambahan zat besi sekitar 800-1000 mg
untuk mencukupi kebutuhan yang terdiri dari :
1) Terjadinya peningkatan sel darah merah membutuhkan
300-400 mg zat besi dan mencapai puncak pada 32
minggukehamilan.
2) Janin membutuhkan zat besi 100-200mg.
2) Pembentukanplasenta300 mgr
3) Pertumbuhandarahjanin100 mgr
3. EtiologiAnemia
Ketika ibu hamil, jumlah darah bertambah (hypervolemia)
sehingga terjadi pengenceran darah. Kondisi tersebut disebabkan
karena pertambahan sel-sel darah tidak sebanding dengan
pertambahan plasma darah. Berikut adalah perbandingannya.
a. Plasma darah bertambah 30%.
20
b. Sel-sel darah bertambah18%.
c. Hemoglobin bertambah19%.
b. pusing,lemah;
c. nyerikepala;
d. luka padalidah;
e. kulitpucat;
g. bantalan kukupucat;
21
menggunakanalat pemeriksaan Hb. Hasil pemeriksaan Hb dapat
digolongkan sebagai berikut (Manuaba, 2010).
Hb11 g% tidak anemia
Hb 9 –10 g% anemiaringan
Hb 7 –8 g%anemiasedang
Hb<7g% anemiaberat
6. Macam-MacamAnemia
Menurut Prawirohardjo (2010), macam-macam anemia adalah
sebagai berikut (Astarina, 2014).
a. Anemia DefisiensiBesi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan
oleh kurangnya mineral Fe. Kekurangan ini dapat disebabkan
karena kurang masuknya unsur besi dengan makanan, karena
gangguan absorbsi atau terlampau banyaknya keluar dari badan,
misalnya pada perdarahan (Prawirohardjo, 2010).
b. AnemiaMegaloblastik
Anemia megaloblastik adalah gangguan darah di mana
ukuran sel lebih besar dari sel darah merah normal. Anemia ini
biasanya disebabkan oleh defisiensi asam folat dan jarang sekali
karena defisiensi vitamin B12. Anemia ini sering ditemukan
pada wanita yang jarang mengonsumsi sayuran hijau segar atau
makanan dengan protein tinggi (Proverawati, 2011).
c. AnemiaHemolitik
22
Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan
karena sumsum tulang belakang kurang mampu membuat sel-sel
darah yang baru (Prawirohardjo, 2010). Pada sepertiga kasus
anemia dipisu oleh obat atau zat kimia lain, infeksi, radiasi,
leukemia, dan gangguan imunologis (Fraser, 2009).
7. DampakAnemia
Anemia dapat terjasi pada setiap ibu hamil, karena itulah
kejadian ini harus selalu diwaspadai. Penyakit anemia yang
menyerang ibu hamil, berpengaruh terhadap kehamilan, persalinan,
dam saat masa nifas. Adapun pengaruh anemia terhdap kehamilan,
persalinan dan nifas daoat mengakibatkan sebagai berikut (Astarina,
2014).
a) Abortus.
b) Persalinanprematur.
e) Perdarahanantepartum.
2) Bahaya saatPersalinan
Bahaya anemia saat persalinan adalah sebagai berikut.
a) Gangguanhis.
b) Kala Imemanjang.
23
c) Persalinan dengan tindakan yang disebabkan karena ibu
cepat lelah.
d) Retensioplasenta.
e) Atoniauteri.
3) Pada MasaNifas
Berikut adalah bahaya anemia pada masa nifas.
a) Subinvolusi.
b) Perlukaan sukarsembuh.
c) Infeksipuerperium.
d) Pengeluaran ASIberkurang.
e) Anemia masanifas.
f) Infeksimamae.
2) IUFD.
3) BBLR.
4) Kelahiran dengananemia.
5) Cacatbawaan.
6) Mudah terkenainfeksi.
a. Faktor Dasar
24
1) Sosialekonomi
Pada ibu hamil dengan tingkat sosial ekonomi yang
baik, otomatis akan mendapatkan kesejahteraan fisik dan
psikologis yang baik pula. Status gizipun akan meningkat
karena nutrisi yang didapatkan berkualitas. Tingkat sosial
ekonomi terbukti sangat berpengaruh terhadap kondisi
kesehatan fisik dan psikologis ibu hamil (Sulistyawati, 2009
dalam Nurhidayati, 2013).
2) Pengetahuan
Tingkatan pengetahuan ibu mempengaruhi
perilakunya, makin tinggi pendidikan atau pengetahuannya,
makin tinggi kesadaran untuk mencegah terjadinya anemia.
3) Pendidikan
Pendidikan yang baik akan mempermudah untuk
mengadopsi pengetahuan tentang kesehatannya. Rendahnya
tingkat pendidikan ibu hamil dapat menyebabkan
keterbatasan dalam upaya menangani masalah gizi dan
kesehatan keluarga.
b. Faktor TidakLangsung
1) Kunjungan Antenatal Care(ANC)
Antenatal Care adalah pengawasan sebelum persalinan terutama
pada partumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Kasus
anemiadefisiensi gizi umumnya selalu disertai dengan mal nutrisi
infestasi parasit, semua ini berpangkal pada keengganan ibu untuk
menjalani pengawasan antenatal.
2) Umur Ibu
Semakin muda dan semakin tua umur seorang ibu
yang sedang hamil, akan berpengaruh terhadap kebutuhan
gizi yang diperlukan. Umur muda (<20 tahun) perlu
25
tambahan gizi yang banyak karena selain digunakan untuk
pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri juga harus
berbagi dengan janin yang sedang dikandung. Sedangkan
untuk umur yang tua di atas 30 tahun perlu energi yang besar
juga karena fungsi organ yang makin melemah dan
diharuskan untuk bekerja maksimal maka memerlukan
tambahan energi yang cukup guna mendukung kehamilan
yang sedang berlangsung (Kristiyanasari, 2010 dalam
Nurhidayati, 2013).
c. FaktorLangsung
1) Kecukupan konsumsi tabletbesi
Tablet besi adalah tablet tambah darah untuk
menanggulangi anemia gizi besi yang diberikan kepada ibu
hamil.
2) Jarakkehamilan
Ibu dikatakan terlalu sering melahirkan bila jaraknya
kurang dari 2 tahun.
3) Paritas
Paritas adalah kelahiran setelah gestasi 20 minggu,
tanpa memperhatikan apakah bayi hidup atau mati. Paritas
ibu merupakan frekuensi ibu pernah melahirkan anak hidup
atau mati, tetapi bukan aborsi.
4) Statusgizi
26
sangatlah penting dilakukan (Nurhidayati,2013).
5) PenyakitInfeksi
Beberapa infeksi penyakit memperbesar risiko
anemia. Infeksi itu umumnya adalah TBC, cacingan dan
malaria, karena menyebabkan terjadinya peningkatan
penghancuran sel darah merah dan terganggunya eritrosit.
Cacingan jarang sekali menyebabkan kematian secara
langsung, namun sangat mempengaruhi kualitas hidup
penderitanya. Infeksi cacing akan menyebabkan malnutrisi
dan dapat mengakibatkan anemia defisiensi besi. Infeksi
malaria dapat menyebabkan anemia.
9. PencegahanAnemia
a. PemberianFe
Pencegahan anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan
suplementasi besi dan asam folat. WHO menganjurkan untuk
memberikan 60 mg besi selama 6 bulan untuk emmenuhi kebutuhan
fisiologik selama kehamilan. Di wilayah-eilayah dengan prevalensi
anemia yang tinggi, dianjurkan untuk memberikan suplementasi
sampai tiga bulan postpartum (Prawirohaedjo dalam Astarina, 2014).
Pemberian tablet besi merupakan salah satu pencegahan
anemia. Pemerintah saat ini mulai melihat calon pengantin perempuan
sebagai target. Mereka diberikan tablet tiap minggu selama 16 minggu
ditambah 1 tablet tiap hari selama haid. Dosis mingguan ini ternyata
cukup efekstif dalam meningkatkan kadar hemoglobin (Asrtarina,
2014).
b. Nutrisi IbuHamil
Nutrisi pada ibu hamil sangat menentukan status kesehatan dan
27
janinnya. Beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi menurut
Arisman (2004) dalam Yanti (2010) adalah sebagaiberikut.
1) Keadaan sosial ekonomi keluarga ibu hamil
28
C. GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
PADA IBU HAMIL DENGAN ANEMIA.
29
maka dibelakukan tindakan pemenuhan keb.nutrisi dan cairan melalui infus
sebagai pengganti cairan tubuh dan elektrolit yang hilang akibat anemia
PEMASANGAN INFUS
(CAIRAN DAN ELEKTROLIT)
- Selang infus
- Kran
30
- Buka kran dan dikeluarkan cairan melalui jarum infus dalam
bengkok dengan posisijarum keatas untuk mengeluarkan udara,
kemudian kran ditutup kembali
- Bak steril yang berisi sarung tangan dan kassa steril yang telah
disiapkan
- Bengkok 1 buah
- Potongan plester
- Kantung plastik
1. PELAKSANAAN
31
No LANGKAH KERJA GAMBAR
1 Persiapan keluarga
1. Menyapa pasien/keluarga
5. Pastikan pasien/keluarga
mengerti dengan penjelasan
dari:
2) Selang infus
4) Kran
1. Tutup botoldihapushamakan 32
Hari/Tanggal :....
Jam :....
Tempat :….
Pengkaji :….
I. PENGKAJIANDATA
A. DataSubjektif
1. Identitas
Namaibu/suami : Ny…/Tn...
Umur : ......tahun
Pendidikan :Untuk mengetahui tingkat pengetahuan
Pekerjaan : Untuk mengetahui tingkat ekonomi
Suku : Untuk mengetahui kebudayaan
Agama :Untuk mengetahui tingkat kepercayaan
Alamat :Untuk mengetahui tempat tinggal
2. Anamnesis/Keluhan
- Ibu mengatakan ini kehamilan ke.....
- Ibu mengatakan badannya terasa lemah, pusing dan
terlihat pucat
3. RiwayatPerkawinan
33
a. Pernikahanke : …x
b. Usiasaatmenikah : … tahun
c. UsiaPerkawinan : … tahun
4. Riwayat kesehatan
Ibumengatakantidaksedangmenderita/sedangmenderit
apenyakit menular seperti TBC, hepatitis, HIV/AIDS
maupun penyakit keturunan seperti jantung, asma,
dan kencingmanis.
5. RiwayatMenstruasi
Mennarche : ….th
Siklus :…..hari
Lamanya : …..hari
Banyaknya :…..ganti pembalut/hari)
Disminore :ada/tidak
Masalah :ada/tidak
34
Kehamilan yanglalu Jeniskontrasepsi : ...
Lamapemakaian :…
Alasanberhenti :…
Kehamilanke :…
HPHT : ...
TP :…
Periksahamil :…
TrimesterI : …x
Keluhan : mual muntah,lemas
TrimesterII :…x
Keluhan :-
TrimesterIII :…x
Keluhan : susah BAB, seringkencing
9. Riwayat Persalinan
Sekarang TanggalPersalinan :
…
35
JamPersalinan : …WIB
JenisPersalinan :normal/sesar
Penolong :bidan/dokter
a. Kala I : … jam
Penyulit :ada/tidak
Tidakan :…
b. Kala II : … Jam
Penyulit :ada/tidak
Tindakan :…
c. KalaIII : … jam
Penyulit :ada/tidak
Tindakan :…
d. KalaIV : … jam
Penyulit :ada/tidak
Tindakan :…
BBL
JenisKelamin : laki-laki/perempuan
BB :…gr
PB :…cm
Makan
Frekuensi : (2x/hari)
36
Nafsu Makan : biasa/ kurang/lebih banyak
Pantangan : ada/ tidakada
Minum
Frekuensi : (9gelas/hari)
Jenis : air putih/tehmanis/susu/jus
Masalah : ada/ tidakada
b. Eliminasi
BAB
Frekuensi : (1x/hari)
Konsistensi : lunak/padat/cair
Warna : kuningkecoklatan
Bau : khasfeses
Masalah : ada/tidakada
BAK
Frekuensi :(3x/hari)
Warna :kuning
Bau : khasurin
Masalah : ada/tidakada
c. Istirahat dantidur
Siang : ± ... jam
Malam : ± ....jam
Masalah : ada/tidakada
Hubungansuamiistri : harmonis
37
Kelahiranyangdiharapkan :ya/tidak
Peran suami ikut sertamerawatbayinya : ya/tidak
Keyakinanterhadapagama :baik/kurang
B. DataObjektif
1. PemeriksaanUmum
KeadaanUmum : baik/lemah
Kesadaran : composmenthis
Tanda-TandaVital
TD : 90/120 – 60/80mmHg
Suhu :36-37,5˚C
Nadi :60-80x/menit
Pernafasan :18-24x/menit
2. PemeriksaanFisik
a. Inspeksi
Kepala : Kebersihan : baik/ cukup/ kurang
Kerontokan : ada/tidak
Keadaan : Pucat
Sclera : an ikterik
38
Hidung : Kebersihan : bersih/cukup/ kurang
Gusi : courbut
Putingsusu
: menonjol/ datar
Payudara
Mammae
: ya/tidak
Lesi
: ada/ tidakada
Pengeluaran
: ASI(+/-)
Nyeritekan
: ada/ tidakada
39
Massa/benjolan abnormal : ada/ tidak ada
Leopold I :
TFU :
- 29 cm di bagian atas perut ibu teraba
bagian agak bulat, lunak, dan tidak
ada lentingan.
Leopold II :
- Bagian perut kanan ibu teraba
bagian- bagian kecil janin.
- Bagian perutkiri ibu teraba keras
seperti tahanan memanjang dari atas
kebawah.
Leopold III :
- Bagian terbawah perut ibu teraba
bulat, keras, dan ada lentingan.
Leopold IV :4/5 divergen
Auskultasi
DJJ :
40
Keadaan perineum : bersih / tidak
CVA : (+/-)
Ektermitas
Atas
- Warnakuku : pucat
- Oedema : ada/ tidakada
- Bawah
- Warnakuku : pucat
- Oedema : ada/ tidakada
- Varises : ada/ tidakada
3. PemeriksaanPenunjang
Darah
HB : ... gr % (<11gr%)
Leukosit : …μ L (9000-12000 μ L)
Hematokrit : …% (38-46%)
II. INTERPRETASIDATA
A. Diagnosa
Ny...umur...G..P..A.. dengan gangguan cairan dan elektolit pada
anemia
41
Data Subjektif
Ibu mengatakan :
DataObjektif
Keadaanumum : baik/lemah
Kesadaran : composmenthis
TTV
TD : 90/120 - 60/80 mmHg
Suhu : 36 -37,5˚C
Nadi :60-80x/menit
Pernafasan :18-24x/menit
Sclera : an ikterik
Ektermitas
Atas
- Warnakuku : pucat
- Oedema : ada/ tidakada
- Bawah
- Warnakuku : pucat
- Oedema : ada/ tidakada
- Varises : ada/ tidakada
42
B. Masalah:
1. Lemas dan Pucat
C. Kebutuhan:
1. Penkes mengenai nutrisi
2. Menjelaskan mengenai kebutuhan istirahat dan tidur
3. Pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit
III. MASALAHPOTENSIAL
Dehidrasi
IV. KEBUTUHANSEGERA
Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian obat sesuai therapy
V. INTERVENSI
N TUJUAN/KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
O
Dx Tujuan : kebutuhan 1) Lakukan 1.Dengan melakukan
cairan dan nutrisi informedconsent informed consent
terpenuhi pada ibu dan diharapkan ibu dan
keluarga untuk keluarga mengetahui
Kriteria
tindakan yang dan menyetujui
akan dilakukan tindakan yang akan
- K/U baik
dilakukan.
- TTV dalam
2) Lakukan 2.Anamnesa dan
batas normal
anamnesa dan pemeriksaan fisik dapat
- Hasil
pemeriksaan fisik mendeteksi kelainan
pemeriksaan
yang mungkin terdapat
fisik dalam
pada ibu hamil maupun
batas normal
janin sehingga kita
dapat memberikan
asuhan yang sesuai
dengan kebutuhan ibu
43
dan janin.
3.Penjelasan hasil
3) Beri tahu ibu pemeriksaan dilakukan
berdasarkan hasil agar ibu mengetahui
pemeriksaan bagaimana kondisinya
yang telah serta kondisi janinnya
dilakukan. saat ini sehingga ibu
tidak merasa khawatir
akan keadaannya.
4.Dengan menganjurkan
ibu untuk
4) Anjurkan ibu
mengkonsumsi
untuk
makanan yang bergizi
mengkonsumsi
seimbang sehingga
makanan bergizi
kebutuhan nutrisi ibu
seimbang dan
terpenuhi, sehingga
minum
dapat memulihkan
secukupnya.
tenaga ibu
5.Dengan menganjurkan
ibu untuk istirahat
5) Anjurkan ibu
diharapkan ibu tidak
istirahat yang
merasa lelah dan
cukup, tidur
kebutuhan istirahat ibu
siang ±2 jam,
terpenuhi.
tidur malam
±8jam.
6.Dengan dipasangkan
44
infus sehingga
6) Melakukan
kebutuhan cairan dan
kolaborasi
elektrollit ibu dapat
dengna dokter
terpenuhi
untuk
pemasangan
infus dan
pemberian obat-
obatan.
VI. IMPLEMENTASI
Sesuai dengan intervensi tindakan yang diberikan
VII. EVALUASI
Dilakukan untuk mengevaluasi keefektitas tindakan yang dilakukan
BAB III
45
TINJAUAN KASUS
Hari/Tanggal :10-12-2020
Pengkaji :Kelompok 2
I. PENGKAJIANDATA
A. DataSubjektif
1. Identitas
Nama ibu : Ny. P
Umur : 29 tahun
Pendidikan :DIII Akutansi
Pekerjaan : Perangkat Desa
Suku : Rejang
Agama :Islam
Alamat :Suro Ilir
Namasuami : Tn. D
Umur : 29 tahun
Pendidikan :DIII Teknik Sipil
Pekerjaan : Petani
Suku : Rejang
Agama :Islam
Alamat :Suro Ilir
2. Keluhan
- Ibu mengatakan ini kehamilan ke dua
46
- Ibu mengatakan badannya terasa lemah, pusing dan
terlihat pucat
3. RiwayatPerkawinan
d. Pernikahanke :1x
e. Usiasaatmenikah :23 tahun
f. UsiaPerkawinan : 7 tahun
4. Riwayat kesehatan
Ibumengatakantidaksedangmenderita/sedangmenderitapenyakit
menular seperti TBC, hepatitis, HIV/AIDS maupun penyakit
keturunan seperti jantung, asma, dan kencingmanis.
5. RiwayatMenstruasi
Mennarche : 16 tahun
Siklus : 28 hari
Lamanya : 5-7 hari
Banyaknya : 2-3 ganti pembalut/hari
Disminore :tidak
Masalah :tidak
6. Riwayat Kontrasepsi Sebelum
Kehamilan yanglalu Jeniskontrasepsi : Suntik Kb 3 bulan
47
7. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan Anak yang Lalu
Kehamilan Persalinan BBL Nifas
No Th AN Temp Penolo Penyuli Lakta Penyul
UK Jenis JK BB
n C at Ng T si it
1 2016 39 5x Bidan Dokter/ Sponta Tida pr 300 + Tidak
Bidan n k 0 gr ada
mg
Pervagi ada
nam
Kehamilanke :2
HPHT : 03-03-2020
TP :28-12-2020
Periksa hamil :6 kali
9. Pemenuhan KebutuhanSehari-Hari
d. Nutrisi
Makan
Frekuensi : (2x/hari)
Porsi Nasi : 1-2piring
LaukPauk : 2-3 potong lauk
Polamakan :teratur
Nafsu Makan : biasa
Pantangan : tidakada
Minum
Frekuensi : (9gelas/hari)
48
Jenis : air putih
e. Eliminasi
BAB
Frekuensi : (1x/hari)
Konsistensi : padat
Warna : kuningkecoklatan
Bau : khasfeses
Masalah : tidakada
BAK
Frekuensi :(3x/hari)
Warna :kuning
Bau : khasurin
Masalah : tidakada
f. Istirahat dantidur
Siang : ± 2 jam
Malam : ± 8 jam
Masalah : tidakada
Hubungansuamiistri : harmonis
49
B. DataObjektif
1. PemeriksaanUmum
KeadaanUmum : lemah
Kesadaran : composmenthis
Tanda-TandaVital
TD : 120/80mmHg
Suhu :36,5˚C
Nadi :76 x/menit
Pernafasan :22 x/menit
2. PemeriksaanFisik
Kepala : Kebersihan : baik
Kerontokan : tidak
Keadaan : Pucat
Masalah : ada
Sclera : An ikterik
50
Mukosa bibir : kering
Gusi : courbut
Kebersihan : bersih
Kelainan : tidakada
Putingsusu
: menonjol
Payudara
Mammae
: ya
Lesi
: ada
Pengeluaran
: ASI(+)
Nyeritekan
: tidakada
Linea : alba
Striae : albicans
Palpasi
51
Leopold I :
TFU :
- 29 cm di bagian atas perut ibu teraba
bagian agak bulat, lunak, dan tidak
ada lentingan.
Leopold II :
- Bagian perut kanan ibu teraba
bagian- bagian kecil janin.
- Bagian perutkiri ibu teraba keras
seperti tahanan memanjang dari atas
kebawah.
Leopold III :
- Bagian terbawah perut ibu teraba
bulat, keras, dan ada lentingan.
Leopold IV :4/5 divergen
Auskultasi
DJJ :
Ektermitas
Atas
- Warnakuku : pucat
- Oedema : tidakada
- Bawah
- Warnakuku : pucat
- Oedema : tidakada
52
- Varises : tidakada
Kebersihan :bersih
CVA : (+)
3. PemeriksaanPenunjang
Darah
Golongan Darah :A
HB : 6,1gr % (<11gr%)
II. INTERPRETASIDATA
A. Diagnosa
Ny. P umur 29 G2P1A0 kebutuhan dasar cairan dan elektrolit dengan
anemia
Data Subjektif
Ibu mengatakan :
DataObjektif
53
Suhu : 36,5˚C
Nadi :76x/menit
Pernafasan :22x/menit
: tidakada
Muka : Oedema
Keadaan : Pucat
Masalah : ada
Sclera : An ikterik
Ektermitas
Atas
- Warnakuku : pucat
- Oedema : tidakada
- Bawah
- Warnakuku : pucat
- Oedema : tidakada
- Varises : tidakada
B. Masalah:
1. Lemas dan Pucat
C. Kebutuhan:
54
1. Penkes mengenai nutrisi
2. Menjelaskan mengenai kebutuhan istirahat dan tidur
3. Pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit
III. MASALAHPOTENSIAL
Dehidrasi
IV. KEBUTUHANSEGERA
Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian obat sesuai therapy
V. INTERVENSI
N TUJUAN/KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
O
Dx Tujuan : kebutuhan 1. Lakukan 1. Dengan melakukan
cairan dan nutrisi informedconsent informed consent
terpenuhi pada ibu dan diharapkan ibu dan
keluarga untuk keluarga mengetahui
Kriteria
tindakan yang akan dan menyetujui
dilakukan tindakan yang akan
- K/U baik
dilakukan.
- TTV dalam
2. Anamnesa dan
batas normal
2. Lakukan anamnesa pemeriksaan fisik
- Hasil
dan pemeriksaan dapat mendeteksi
pemeriksaan
fisik kelainan yang
fisik dalam
mungkin terdapat pada
batas normal
ibu hamil maupun
janin sehingga kita
dapat memberikan
asuhan yang sesuai
dengan kebutuhan ibu
55
dan janin.
3. Penjelasan hasil
3. Beri tahu ibu pemeriksaan
berdasarkan hasil dilakukan agar ibu
pemeriksaan yang mengetahui
telah dilakukan bagaimana kondisinya
serta kondisi janinnya
saat ini sehingga ibu
tidak merasa khawatir
akan keadaannya.
4. Dengan menganjurkan
4. Anjurkan ibu untuk ibu untuk
mengkonsumsi mengkonsumsi
makanan bergizi makanan yang bergizi
seimbang dan seimbang sehingga
minum secukupnya kebutuhan nutrisi ibu
terpenuhi, sehingga
dapat memulihkan
tenaga ibu
5. Dengan menganjurkan
5. Anjurkan ibu ibu untuk istirahat
istirahat yang diharapkan ibu tidak
cukup, tidur siang merasa lelah dan
±2 jam, tidur kebutuhan istirahat ibu
malam ±8jam. terpenuhi.
6. Dengan dipasangkan
6. Melakukan infus sehingga
kolaborasi dengna kebutuhan cairan dan
dokter untuk elektrollit ibu dapat
pemasangan infus terpenuhi
dan pemberian
56
obat-obatan.
VI. IMPLEMENTASI
HARI/TANGGAL IMPLEMENTASI RASIONAL
Kamis,10 Desember 1. Lakukan 1. Ibu dan keluarga
2020 informedconsent pada menyetujui tindakan yang
ibu dan keluarga akan melakukan
17.00 Wib
untuk tindakan yang
akan dilakukan
17.15 Wib
2. Melakukan
anamnesa,
pemeriksaan fisik dan
2. Dari hasil pemeriksaan
pemeriksaan
yang didapatkan tidak
penunjang (Hb urine
terjadi kelainan pada
protein dan urine
pemeriksaan fisik, dan pada
reduksi) untuk
pemeriksaan penunjang
mendeteksi dan
Hb : 6,1 gr %, urine protein
mengetahui kelainan
dan urine reduksi hasilnya
yang mungkin
negaif..
terdapat pada ibu dan
janin.
17. 30 Wib
3. Memberitahukan
hasil pemeriksaan
pada ibu yaitu
keadaan umum ibu
dan janin baik, TTV
ibu dalam batas
normal dan tidak
57
terdapat masalah atau 3. Ibu telah mengerti dengan
kelainan hasil pemeriksaan, ibu
VII. EVALUASI
Hari/tanggal EVALUASI
58
- Mengetahui hasil pemeriksaan
- Mau mengikuti anjuran yang telah di jelaskan oleh
bidan
- Mau memenuhi kebutuhan dasarnya
- Mau mengonsumsi makan-makanan yang bergizi
seimbang serta menghindari makanan yang
menganggu penyerapan zat besi dalam .
- Mau menjaga kebersihan dirinya
O:
- KU : Lemah
- TD :120/80 mmHg
- N : 76 x/ menit
- RR : 22 x / menit
- Pemeriksaan fisik :
1) Muka
Warna : Pucat
2) Mata
Konjungtiva : Anemis
- DJJ 141 x/menit
- HB 6,1gr% protein urine (-), Glukosa urine (-)
CATATAN PERKEMBANGAN
HARI/TANGGAL EVALUASI
59
08.00 WIB - Masih merasa lemah
- Tidurnya terganggu
O:
- KU : lemah
- TD :120/80 mmHg
- N : 80 x/menit
- RR: 20 x/menit
- Pemeriksaan fisik :
3) Muka
Warna : Pucat
4) Mata
Konjungtiva : Anemis
O:
- KU : lemah
- TD :100/70 mmHg
- N : 80 x/menit
- RR: 24 x/menit
- Pemeriksaan fisik :
5) Muka
60
Warna : Pucat
6) Mata
Konjungtiva : Anemis
P:
61
O:
- KU : baik
- TD :120/80 mmHg
- N : 75 x/menit
- RR: 22 x/menit
- Pemeriksaan fisik :
7) Muka
Warna : tidak pucat
8) Mata
Konjungtiva : An anemis
P:
62
pencabutan infuse
Respon : infuse di lepaskan dan pasien di izin kan
pulang
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini kelompok akan menguraikan mengenai proses asuhan pada
Ny. P dengan anemia kebutuhan cairan dan elektrolit menggunkan pendekatan
management kebidanan menurut Varney yang terdiri dari 7 langkah, mulai dari
pengkajian sampai evaluasi dengan ada tidaknya kesenjangan antara teori dan
praktek yang penulis alami di lapangan.
1. PENGKAJIAN
Dalam langkah ini tahap pengumpulan data dilakukan dengan
wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Untuk data penunjang
dilakukan pemeriksaan laboratorium.
Pada data subjektif Ny. P mengetahui kehamilan ini yang kedua, umur
kehamilan 38 minggu. Keluhan pada waktu masuk RS ibu mengatakan Ia merasa
lemah dan lemas, ketika dilakukan pemeriksaan hb didapatkan kadar hbnya 6.1 pada
63
pukul 14.00 WIB.Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan
menggunakanalat pemeriksaan Hb. Hasil pemeriksaan Hb dapat digolongkan sebagai
berikut (Manuaba, 2010).Hb11 g% tidak anemia, Hb 9 –10 g% anemiaringan,
Hb 7 –8 g% anemiasedang, Hb<7g%anemiaberat
Pada langkah pertama ini penulis tidak menemukan kesenjangan
anatara teori dan kasusu yang terjadi dilapangan. Semua data yang
dibutuhkan dapat diperoleh karena keluarga kooperatif dan adanya kerja sama
dengan petugas diruangan
2. INTERPRETASI DATA
Data yang telah dikumpulkan, diinterpretasikan, menurut diagnose
kebidanan, masalah dan kebutuhan. Masalah yang timbul adalah ibu merasa
lemas dan pucat. Hal- hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum
teridentifikasi dalam diagnose masalah yang didapat dengan melakukan
analisa data (Nursalam, 2003).
Pada kasus ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktek
karena dalam kasus Ny. P muncul persaan lemas dan pucat. Dukungan yang
diberikan kepada Ny. P yaitu dengan memberikan informasi tentang keadan
kehamilannya.
3. MASALAH POTENSIAL
Diagnosa potensial dari ibu hamil dengan anemia kebutuhan cairan
dan elektrolit adalah dehidrasi. Menurut mentes dan kang (2013) dehidrasi
adalah suatu keadaan penurunan total air didalam tubuh karena hilangnya
cairan secara patologis, asupan air tidak adekuat atau kombinasi keduanya.
4. TINDAKAN SEGERA
Pada langkah antisipasi ini dilakukan pengidentifikasian tindakan
segera dari bidan untuk dikonsultasikan kepada dokter SPOG. Antisipasi
yang pertama yang perlu dilakukan pasien dengan anemia yaitu kolaborasi
dengan dokter SPOG pemberian obat sesuai dengan terapi.
64
Pada kasus ini tidak terjadi kesenjangan antar teori dan praktek karena
dalam kasus Ny. P melakukan kolaborasi dengan dokter SPOG Untuk
pemeberian terapi.
5. INTERVENSI
Dalam rangka perencanaan asuhan pada ibu hamil dengan anemia
telah diberikan rencana tindakan berdasarkan diagnose, masalah dan
kebutuhan ibu serta berdasarkan teori yang mendukung menurut Winjosastro
(2008), rencana asuhan kebidanan pada pasien dengan anemia adalah yaitu
dengan observasi keadaan umum, vital sign, menganjurkan ibu untuk istirahat
yang cukup, mengkonsumsi makanan yang bergizi dan minum yang cukup,
melakukan kolaborasi dengan dokteruntuk pemberian cairan, dan obat-obatan
serta memantau keadaan ibu.
Pada kasus ini penulis merencanakan asuhan yang sama terhahap
Ny.P yaitu dengan observasi keadaan umum vital sign, beri informasi pada
ibu tentang keadaan ibu dan janin, informasikan pada keluarga mengenai
tindakan yang akan dilakukan, , menganjurkan ibu untuk istirahat yang
cukup, mengkonsumsi makanan yang bergizi dan minum yang cukup,
melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian cairan, dan obat-
obatan serta memantau keadaan ibu.
6. IMPLEMENTASI
Ibu hamil sangat rentan mengalami anemia. Hal ini disebabkan oleh
meningkatnya kebutuhan tubuh Ibu akan zat besi, seiring dengan
65
bertambahnya usia kehamilan. Saat Ibu mengalami anemia, darah Ibu tidak
memiliki sel darah merah yang cukup sehat untuk mengangkut oksigen ke
jaringan Ibu dan kepada janin. Selama masa kehamilan, tubuh Ibu akan
memproduksi lebih banyak darah demi mendukung perkembangan janin di
dalam kandungan Ibu. Jika Ibu tidak mendapatkan zat besi yang cukup atau
nutrisi penting lainnya, maka tubuh Ibu tidak akan mampu memproduksi sel
darah merah.
66
ringan. Kadar hemogloblin (Hb) berkisar antara 8–9,5 g/dL, berarti Anda
mengalami anemia sedang. Kadar hemogloblin (Hb) berada di bawah 8 g/dL,
7. EVALUASI
Setelah di lakukan pengawasan dan pelaksanaan rencana tindakan
pada ibu hamil dengan anemia kebutuhan cairan dan elektrolit. Adanya kerja
sama yang baik dari pasien, keluarga, dan tenaga medis yang lain, dan dalam
praktek adalah keadaan ibu dan janin baik tidak terjadi hal-hal yang menjadi
komplikasi dari tindakan yang di lakukan selama ibu dirawat di rs kepahiang.
Kebersihasilan dari evaluasi ini dapat di lihat dari pemeriksaan perkembangan
kesehatan ibu yang tertulis dalam caatatan medis dan hasil dari wawancara
pada pasien maupun keluarganya dan hasil asuhannnya.
Pada pukul 08.00 keadaan umum baik, tanda-tanda vital dalam batas
normal wajah ibu masih sedikit pucat
67
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
68
yang kedua, umur kehamilan 38 minggu. Keluhan pada waktu masuk RS
ibu mengatakan Ia merasa lemah dan lemas, ketika dilakukan
pemeriksaan hb didapatkan kadar hbnya 6.1 pada pukul 14.00 WIB.
2. Interpretasi data adalah data dasar yang telah di kumpulkan
diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnose dan masalah
yang spesifik. Dari hasil pengkajuan di peroleh Pada kasus ini tidak
terjadi kesenjangan antara teori dan praktek karena dalam kasus Ny. P
muncul persaan lemas dan pucat. Dukungan yang diberikan kepada Ny. P
yaitu dengan memberikan informasi tentang keadan kehamilannya.
3. Diagnosa potensial dari ibu hamil dengan anemia kebutuhan cairan dan
elektrolit adalah dehidrasi. Menurut mentes dan kang (2013) dehidrasi
adalah suatu keadaan penurunan total air didalam tubuh karena hilangnya
cairan secara patologis, asupan air tidak adekuat atau kombinasi
keduanya.
4. Pada langkah antisipasi ini dilakukan pengidentifikasian tindakan segera
dari bidan untuk dikonsultasikan kepada dokter SPOG. Antisipasi yang
pertama yang perlu dilakukan pasien dengan anemia yaitu kolaborasi
dengan dokter SPOG pemberian obat sesuai dengan terapi.Pada kasus ini
tidak terjadi kesenjangan antar teori dan praktek karena dalam kasus Ny.
P melakukan kolaborasi dengan dokter SPOG Untuk pemeberian terapi.
5. Dalam rangka perencanaan asuhan pada ibu hamil dengan anemia telah
diberikan rencana tindakan berdasarkan diagnose, masalah dan
kebutuhan ibu serta berdasarkan teori yang mendukung menurut
Winjosastro (2008), rencana asuhan kebidanan pada pasien dengan
anemia adalah yaitu dengan observasi keadaan umum, vital sign,
menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, mengkonsumsi makanan
yang bergizi dan minum yang cukup, melakukan kolaborasi dengan
dokteruntuk pemberian cairan, dan obat-obatan serta memantau keadaan
ibu.Pada kasus ini penulis merencanakan asuhan yang sama terhahap
Ny.P yaitu dengan observasi keadaan umum vital sign, beri informasi
pada ibu tentang keadaan ibu dan janin, informasikan pada keluarga
69
mengenai tindakan yang akan dilakukan, , menganjurkan ibu untuk
istirahat yang cukup, mengkonsumsi makanan yang bergizi dan minum
yang cukup, melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
cairan, dan obat-obatan serta memantau keadaan ibu.
6. Didalam praktek lapangan melaksanakan asuhan kebidanan sesuai apa
yang direncanakan kepadaklien tanpa ada tindakan yang menyimpang
dari rencana yang telah disusun. Jadi pada kasus ini tidak terdapat
kesenjangan anatara teoti dan kasus
B. Saran
70
Daftar pustaka
Sunita Almatsier. 2009. “Prinsip Dasar Ilmu Gizi” Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
71
Astarina, Dita. 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungandengan Anemia pada Ibu
Hamil di Puskesmas Kelurahan Rawabadak Utara Tahun 2014. Jakarta:
Poltekkes Jakarta III.
72