Anda di halaman 1dari 17

Onkologi Umum dan Onkogenesis

Melissa Lenardi, 0906508296

I. Pendahuluan
Kanker merupakan penyebab kematian nomor 5 di Indonesia setelah penyakit
kardiovaskuler, infeksi pernafasan dan pencernaan, dengan peningkatan kasus kematian
penyakit kanker dari 3,4% pada tahun 1980 menjadi 6% pada tahun 2001.1 Yang lebih
menyakitkan daripada angka kematian adalah penderitaan emotional dan fisik yang
ditimbulkan oleh neoplasma. Pasien dan masyarakat sering bertanya, “Kapan ada obat yang
dapat menyembuhkan kanker?” Jawaban bagi pertanyaan sederhana ini sulit karena kanker
bukanlah suatu penyakit, tetapi beragam penyakit yang sama-sama memiliki gambaran
kekacauan pengendalian pertumbuhan. Satu-satunya harapan untuk mengendalikan kanker
adalah dengan mempelajari lebih banyak mengenai kanker itu sendiri2

II. Isi
II.1. Pengertian Neoplasma
Definisi Neoplasma (aka. Tumor) menurut Black’s Medical Dictionary adalah bentuk
formasi baru yang merupakan penambahan massa membentuk tumor jinak. 3 Sedangkan
menurut Willis, neoplasma adalah massa abnormal jaringan yang pertumbuhannya berlebihan
dan tidak terkoordinasi dengan pertumbuhan jaringan normal serta terus demikian walaupun
rangsangan yang memicu perubahan tersebut telah berhenti.2
Neoplasma berperilaku seperti parasit dan bersaing dengan sel dan jaringan normal untuk
memenuhi kebutuhan metaboliknya. Tumor mungkin saja tumbuh pada pasien yang kurus
kering. Sampai tahap tertentu, neoplasma memiliki otonomi dan sedikit banyak terus
membesar tanpa bergantung pada lingkungan lokal dan status kesehatan penjamu, walaupun
neoplasma tetap bergantung pada penjamu untuk memenuhi kebutuhan gizi dan aliran darah.2
Neoplasma diklasifikasikan menjadi tumor jinak dan tumor ganas. Tumor ganas ini
disebut juga kanker. Kanker merupakan penyakit genetik pada tingkat seluler yang
menyebabkan keganasan. Sampai saat ini, lebih dari 100 macam kanker telah diidentifikasi.4
Karakteristik Kanker secara umum ialah:
1. Kebanyakan kanker berasal dari sel tunggal. Kanker sering disebut sel klonal, karena
berasal dari sel tunggal dan sel anakan yang mengalami perubahan secara genetis
selama pembelaha sel.

1
2. Dalam tahap selular dan genetik, kanker merupakan proses multistep yang dimulai
dari perubahan genetik prekanker (tumor jinak) dan dilanjutkan dengan perubahan
geenetik lain yang menuju ke tahap kanker
3. Ketika sel telah menjadi kanker, pertumbuhannya disebut malignant. Dan kanker
bersifat invasive (menginvasi sel sehat) dan metastatic (dapat berpindah ke bavgian
tubuh yang lain)4

II.2. Tata Nama


Tumor Jinak diberi nama dengan tambahan akhiran –oma ke jenis sel asal tumor tersebut.
Seperti fibroma (berasal dari jaringan fibrosa), kondroma (dari tulang rawan). Namun pada
kelas tumor epitel jinak, terdapat beberapa penamaan lain berdasarkan pola mikroskopik
maupun makroskopisnya, yakni:
 Adenoma untuk tumor epitel jinak yang menghasilkan pola kelenjar maupun
neoplasma kelenjar yang tidak membentuk pola kelenjar
 Papiloma untuk tumor epitel jinak yang timbul di permukaan membentuk pola seperti
jari (makroskopis maupun mikroskopis)
 Polip untuk pola massa yang menonjol di permukaan mukosa (seperti pada usus,
untuk membentuk suatu struktur yang terlihat dengan mata telanjang)
 Krostadenoma adalah masa kistik berongga (khusus ditemukan di ovarium)2

Tumor Ganas / kanker diberi nama mengikuti penamaan tumor jinak dengan penambahan
dan pengecualian tertentu, secara umum dibesakan menjadi:
 Sarkoma merupakan tumor ganas yang berasal dari mesenkim dan turunannya
o Fibrosarkoma, kanker dari jaringan fibrosa
o Kondrosarkoma, kanker dari kondrosit
 Karsinoma merupakan tumor ganas yang berasal dari jaringan epitel (baik pada
lapisan ektoderm, mesoderm, maupun endoderm); pembagian karsinoma:
o Karsinoma sel squamosa kanker yan sel tumornya mirip epitel squamosa
berlapis
o Adenokarsinoma merupakan lesi pada epitel yang membentuk pola kelenjar
 Limfoma merupakan tumor ganas yang berasal dari jaringan limfoid2

2
5
Gambar 1. Perbedaan sel normal dengan sel tumor

II.3. Transformasi
Tahap peralihan dari sel normal menjadi sel tumor disebu dengan transformasi. Sel normal
berdiferensiasi dan membelah untuk menjalankan fungsi tertentu dan terhenti pada fase G0
ketika menjalankan fungsinya. Bentuk eksternal bervariasi dan ditentukan oleh struktur
sitokseleton yang kuat. Namun sel tumor membelah tanpa henti. Permukaan sel juga berubah
dan mengganggu sel-sel di sekitarnya. Sitoskeletonnya juga mungkin akan mengalami
degradasi, inti sel dapat berubah, baik dalam jumlah maupun ukuran. Tahap transisi ini
terbagi dalam beberapa tahap:
1. Tumor initiation. Hampir semua tumor dimulai dengan kerusakan DNA sebuah sel.
Defek genetik ini pasti disebabkan oleh agen luar (sepeerti tumor-inducing chemicals
atau karsinogen, paparan fisika seperti sinar UV dan radiasi sinar X, dan dalam beberapa
kasus, oleh virus. Diperkirakan sekitar 1014 sel dalam tubuh manusia secara alami akan
mengalami mutasi, namun biasanya dilakukan berbagai macam pengecekan dan repair.
Kanker biasanya disebabkan defek pada proto-onkogen yang berperan dalam inisiasi
tumor. Namun, kehilangan antionkogene juga dapat menyebabkan inisiasi tumor
2. Tumor Promotion merupakan pproses terjadinya replikasi oleh sel tang terlah
bertransformasi. Proses ini terjadi dalam waktu yang panjang dan lambat, namun dapat
dipercepat oleh beberapa senyawa, seperti phorbol ester
3. Tumor Progression merupakan keadaan tumor yang telah dapat dilihat oleh mata
telanjang sebgaai akibat dari pertumbuhan abnormal. Tumor yang bersifat solid ini
bervariasi dalam ukurannya, dan terdapat pembentukan vaskular untuk memenuhi
kebutuhan oksigen sel-sel kanker (angiogenesis).

3
Telah terbentuk kolagenase (enzim pemecah kolagen) berperan penting pada tahap ini,
untuk membantu proses metastasis ke pembuluh darah, dengan merusak jaringan
kolagen.5

5
Gambar 2. Transformasi Tumor

II.4. Karakteristik neoplasma jinak dan ganas


Tumor Jinak Tumor Ganas
Cara pertumbuhan Ekspansif Infiltratif
Batas Tumor Jelas Tidak Jelas
Kecepatan Tumbuh Lambat Cepat
Diferensiasi sel Baik Baik sampai buruk
Inti sel:
Bentuk Normal/atipia ringan Pleomerfik, hiperkhromatik,
butir inti mencolok
Mitosis Sangat Jarang Sering
Nekrosis Jarang ditemukan Sering ditemukan
Penyebaran Tidak bermetastasis Umumnya bermetastasis
2
Tabel 1. Perbedaan Tumor Jinak dengan Tumor Ganas

4
Secara umum, tumor ganas memiliki beberapa ciri, yaitu6:
1. Infiltratif, yaitu tumbuh bercabang-cabang menyebuk ke dalam jaringan sehat di
sekitarnya, menyerupai jari-jari kepiting (cancer), maka tumor ganas disebut kanker yang
telah terintegrasi maksimal dan sulit digerakkan.
Sedangkan tumor Jinak bersifat Ekspansif, yaitu mendesak jaringan sehat di sekitarnya
dan jaringan yang terdesak ini membentuk simpai = kapsel dari tumor; maka dikatakan
tumor jinak umumnya besimpai atau berkapsel.
2. Residif (kambuh)
Setelah diangkata tau diberi pengobatan dnegan penuinaran sering tumor ganas
tumbuh lagi, Keadaan ini disebabkan karena terdapat sle-sel tumor yang tertinggal, yang
kemudian tumbuh dan menjadi besar membentuk tumor pada tempat yang sa,a. Hal ini
berbeda dengan tumor jinak karena tuumor jinak bersimpai, maka bila diangkat mudah
dikeluarkan seluruhnya, sehingga tidak ada jaringan tumor yang tertinggal dan tidak
residif.
3. Metastasis (anaksebar)
Walaupun tidak semuanya, tetapi umumnya tumor ganas sanggup mengadakan
anaksebar di tempat lain melalui peredaran darah atau cairan getah bening, tumor jinak
tidak mengadakan anaksebar.
4. Tumor ganas tumbuhnya cepat, maka secara klinik tumor hana cepat membesar, dan
mikroskopik banyak ditemukan mitosis yang abnormal (bipolar), maupun mitosis yang
abnormal (atipik). Sebuah sel membelah menjadi dua dengan membentuk bipolar
spindle.
Pada tumor ganas terjadi pembelahan yang multiple pada saat bersamaan sehingga
dari sebuh seldapat menjadi 3 atau 4 anak sel.
Pembelahan abnormail ini akan memberikan gambaran mikroskopik mitosis yang
atipik seperti mitosis tripolar atau multipolar.
Tumor jinak tumbuhnya lambat, sehingga tumornya tidak cepat membesar, dan pada
pemeriksaan mikroskopik tidak ditemukan gambaran mitosis abnormal.
5. Perubahan-perubahan pada inti sel
Pembelahan diatur oleh inti sel, yaitu oleh nukleoprotein dan kromatin. Oleh karena
itu untuk menentukan keganasan harus memperhatikan adanya perubahan-perubahan
pada inti sel. Inti sel tampak lebih besar, menyebabkan perbandingan inti dengab
sitoplasma 1 : 1 atau 1 : 2. Seperti kita ketahui, perbandingan inti terhadap sitoplasma sel

5
normal kira-kira 1 : 4. Perubahan bukan disebabkan oleh ukuran inti yang bertambah
melainkan karena jumlah sitoplasma sel yang berkurang. Bentuk dan ukuran inti sel
sangat berbeda-beda. Perbedaan ini disebut pleomorfi. Kromatin ini bertambah jumlahnya
menyebabkan gambaran yang besar dan berkelompok di tepi inti, keadaan demikian
disebut hiperkromasi. Nukleolus sering lebih besar kadang-kadang multiple dan biasanya
dikelilingi halo, menyebabkan gambaran mata burung hantu (owl-eye)
Sering ditemukan inti-inti yang bentuknya tidak teratur (bizzare) dan sel datia tumor
dengan beberapa inti. Tampak pula banyak gambaran mitosis yang menunjukkan
cepatnya pertumbuhan, diantaranya tampak mitosis abnormal sepetri tri-, quadri- atau
multipolar. Inti sel tumor jinak masih menyerupai inti sel jaringan asalnya, bentuknya
teratur dan uniform.
6. Anaplasia
Tumor terdiri dari dua kompone, yaitu parenchym yang terdiri atas sel-sel tumor yang
berpoliferasi dan stroma yang terdiri atas jaringan ikat dan pembuluh. Stroma mendukung
parenkim dan memberi makanan melalui pembuluh darah.
Parenkim yaitu sel-sel tumor, pada keadaan ganas dengan membelah diri akan
mengalami perubahan-perubahan sehingga mungkin tidak menyerupai sel-sel asalnya
lagi.
Derajat morfologi sel tumor menyerupai sel-sel normal (asalnya) disebut
dediferensiasi atau anaplasi. Makin anaplastik suatu tumor, makin ganas tumor itu.
(Pada anaplasi sebetulnya terjadi penyimpangan sifat sel-selnya, juga susunan serta
bentuknya.)
Pada tumor jinak, sel0selnya masih menyerupai sel-sel jaringan asalnya maka tumor
jinak dikatakan berdiferensiasi baik
7. Kehilangan polaritas
Sel-sel epitel yang normal biasanya membentuk susunan tertentu, misalnya epidermis
mempunyai susunan yang terdiri dari lapis basal, lapis spinosum, lapis franilosum dsb.
Jadi ada polaritas. Pada tumor ganas, susunan yang teratur ini akan hilang sehingga letak
sel yang satu terhadap yang lain tisak teratur lagi. Sebagai contoh dapat dilihat pada
carcinoma in situ pada serviks uteri; epitel gepeng berlapis ini stratifikasinya sudah tidak
jelas lagi dan sel-selnya menunjukkan tanda ganas, walaupun sel-sel ini belum menembus
membran basal. Pada tumor hinak tidak ditemukan “loss of polarity”

6
8. Tumor ganas jika tidak diobati akan menyebabkan meninggalnya penderita walaupun
letaknya misalnya hanya di kaki atau di tangan. Hal ini berbeda dengan tumor jinak yang
biasanya tidak menyebabkan kematian bila letaknya tidak pada alat tubuh vital6

II.5. Staging dan Grading


Staging dan grading penting untuk menentukan terapi (protokol) dan peramalan prognosis.
Terapi protokol profesi yang ditawarkan umumnya berupa terapi bedah, Sitostatika, radiasi,
dan terapi biologik (masih dalam tahap pengembangan). Prognosis dilakukan untuk
memperkirakan 5 year survival rate, maupun 10 year survival rate.

II. 4. 1. Grading
Penggolongan berdasarkan diferensiasi histopatologik, diferensiasi, border
Terdapat 4 kelas dalam grading
i. Kelas I Diferensiasi baik
ii. Kelas II Diferensiasi menengah, moderat
iii. Kelas III Deferensiasi moderat, buruk
iv. Kelas IV Anaplastic (tidak berdiferensiasi)

II. 4. 2. Staging
Penggolongan / staging kanker didasari oleh sifat klinis dari kanker. Pada awalnya, hanya
dikenal klasifikasi Dukes, yang mengelompokkan pasien ke dalam 3 kategori (stage A, B,
C), sistem ini kemuadian dimodifikasi oleh Asler-Coller, dan ditambahkan kategori ke empat
(stage D). Namun pada saat ini, AJCC (American Joint Committee on Cancer) telah
memperkenalkan sistem stadium TNM, yang mengelompokkan pasien ke dalam 4 kelompok,
yaitu stage I-IV.7
a. Klasifikasi Dukes (pada kanker kolorektal)7
i. Dukes A Tumor menembus ke dalam mukosa dinding usus
ii. Dukes B Tumor menembus ke dalam, namun belum menembus lapisan
otot dalam
iii. Dukes C Tumor menembus lapisan otot dinding usus, mulai terlihat
kanker di KGB
iv. Dukes D Tumor yang telah menyebar keluar dari KGB (pada organ lain seperti
hati, paru-paru, tulang.)

7
b. Definisi TNM8
TNM merupakan penggolongan yang didasari oleh T (Primary Tumor), N (Region Nodus
Limfa), M (Jangkauan Metastasis)
i. Primary Tumor (T)
1. Tx : Tumor yang belum dapat digolongkan
2. T0 : Tidak terdapat tumor primer
3. Tis : kanker intraduktal, ditemukan kanker lobular in situ,
4. T1 : Dimensi tumor terbesar kurang dari 2 cm
5. T2 : Tumor yang dimensi terbesarnya lebih dari 2,0 cm, kurang dari 5,0 cm
6. T3 : Tumor dengan dimensi terbesarnya lebih dari 5,0 cm.
ii. Region Nodus Limfa (N)
1. Nx : Region peyebaran belum dapat diidentifikasi
2. N0 : Tidak ada metastasis KGB
3. N1 : Metastasis ke KGB ipsilateral axillary lymph node(s)
4. N2 : Metastasis ke KGB menuju ke kelenjar lain (berdasarkan pemerik)
5. N3 : Metastasis lewat KGB dan telah menyebar ke bagia-bagian tubuh yang lain
iii. Jangkauan Metastasis (M)
1. Mx : Penyebaran belum dapat dipastikan
2. M0 : Metastasis tidak jauh (in situ)
3. M1 : Metastasis berjarak satu dengan yang lain)
c. Klasifikasi TNM8
i. Stage 0 (Tis, N0, M0)
ii. Stage I (T1, N0, M0)
iii. Stage IIA (T0-N1-M0; T1-N1-M0; T2-N0-M0)
iv. Stage IIB (T2-N1-M0; T3-N0-M0)
v. Stage IIIA (T0-N2-M0; T1-N2-M0; T2-N2-M0; T3-N1-M0; T3-N2-M0)
vi. Stage IIIB (T4-N4-M0; T4-N1-M0; T4-N2-M0)
vii. Stage IIIC (Any T-N3-M0)
viii. Stage IV Any T-any N-M1

8
II.6. Karsinogenesis : Dasar Molekular kanker
Karsinogenesis merupakan suatu proses bertahap, baik dalam tingkat fenotip maupun
genotip yang menunjukkan adanya pertumbuhan berlebihan, sifat invasif lokal, kemampuan
metastasis jauh yang disebabkan adanya perubahan genetik.2
Regulasi gen normal diatur oleh protoonkogene (yang mendorong pertumbuhan), tumor
supressor gene (gen penekan tumor), dan gen pengatur apoptosis. Alel mutan protoonkogen
bersifat dominan karena transformasi sel terjadi walaupun padanan normalnya ada, sedangkan
alel mutan Tumor supressor gene dan apoptosis bersifat resesif (kedua alel harus mengalami
kerusakan sebelum transformasi dapat berlangsung).2
Tiap kanker memiliki regulasi spesifik pada tiap jenisnya. Namun, perubahan mendasar
dalam fisiologis sel kanker meliputi:
1. Self-sufficiency (menghasilkan sendiri) signal pertumbuhan
2. Insensitivitas terhadap sinyal penghambat pertumbuhan
3. Menghindari apoptosis
4. Potensi replikasi tanpa batas (mengalahkan penuaan sel)
5. Angiogenesis berkelanjutan
6. Kemampuan menginvasi sel dan beranaksebar2

II.6.1. Menghasilkan sendiri sinyal pertumbuhan


Gen yang meningkatkan pertumbuhan otonom disebut onkogen. Gen ini berasal dari
mutasi protoonkogen dan ditandai dengan kemampuan mendorong pertumbuhan sel walaupun
tidak terdapat sinyal pendorong pertumbuhan normal. (produk : onkoprotein), yang bersifat
mirip seperti produk protoonkogen, namun onkoprotein tidak memiliki elemen regulatorik
yang penting, dan produksi gen tersebut dalam sel yang mengalami transformasi tudak
bergantung pada faktor pertumbuhan atau sinyal eksternal lainnya. 2
Pada keadaan fisiologik, poliferasi sel dapat dengan mudah dibagi menjadi langkah-
langkah berikut:
 Terikatnya suatu faktor pertumbuhan ke reseptor spesifiknya di membran sel
 Aktivasi reseptor faktor pertumbuhan secara transien dan terbatas, yang kemudian
mengaktifkan beberapa protein transduksi-sinyal di lembar dalam membran plasma
 Transmisi sinyal ditransduksi melintasi sitosol menuju inti sel melalui perantara kedua
(akhirnya akan berhubungan dengan faktor transkripsi nukleus)

9
 Induksi dan aktivasi faktor regulatorik inti sel yang memicu transkripsi DNA
(berhubungan dengan siklin dan CDK / cyclin dependent kinase, yang merupakan
faktor inisiasi poliferasi dalam siklus sel)
 Sel masuk ke dalam dan mengikuti siklus sel yang akhirnya menyebabkan sel
membelah2

Gambar 3. Model kerja gen RAS2

Contoh : Apabila sel normal dirangsang melalui suatu reseptor faktor pertumbuhan, RAS
inaktif (terikat ke GDP) diaktifkan menjadi bentuk yang terikat ke GTP, RAS aktif merekrut
RAF-1 dan merangsang jalur MAP-kinase untuk menyalurkan sinyal pendorong pertumbuhan
ke nukleus. Protein RAS mutan mengalami aktivasi terus-menerus karena tidak mampu
menghidrolisis GTP sehingga sel terus-menerus terangsang tanpa adanya pemicu eksternal.
Melekatnya RAS ke membran sel oleh gugus famesil merupakan hal esensial untuk kerjanya,
dan obat yang menghambat farnesilasi dapat menghambat kerja RAS2

II.6.2. Insensivitas Terhadap Sinyal yang Menghambat Pertumbuhan


Sel dalam perkembangannya, walaupun onkogen mereproduksi berbagai protein yang
mendorong pertumbuhan sel terdapat produk tumor receptor gene yang menjadi rem bagi

10
poliferasi sel. Gangguan terhadap gen ini menyebabkan sel refrakter terhadap inhibisi
pertumbuhan dan mirip dengan efek mendorong pertumbuhan onkogen2
 Kasus retinoblastoma. (prototipe gen penekan kanker yang pertama kali ditemukan
dan bersifat autosomal; berupa kasus sporadik dan familial; dibutuhkan ke-2 alel
bermutasi untuk menghasilkan kasus retinoblastoma, sedangkan pada kasus familial
hanya dibutuhkan satu kali mutasi untuk menghasilkan kedua alel mutan) 2

Gambar 4. Patogenesis retinoblastoma.


Dua mutasi lokus RB pada kromosom 13q14 menyebabkan proliferasi neoplastik sel
retina. Pada bentuk familial, semua sel somatik mewarisi satu gen RB mutan dari kedua orang
tua yang merupakan pembawa sifat. Mutasi kedua memengaruhi lokus RB di alah satu sel

11
retina setelah lahir. Pada bentuk sporadik, kedua mutasi di lokus RB diperoleh oleh sel retina
setelah lahir2

 Gen TP53 : pengawal genom


Gen ini memiliki banyak fungsi dan tidak dapat diklasifikasikan dengan mudah ke dalam
kelompok fungsional untuk mencegah tumor. TP53 dapat menimbulkan efek antipoliferasi,
tetapi yang tidak kalah penting, gen ini juga mengendalikan apoptosis. Gen TP53 ini
merupakan gen yang paling peka terhadap stress dan perubahan lingkungan. 2

Gambar 5. Peran TP53 dalam mempertahankan integritas genom. 2

Aktivasi tp53 oleh zat yang merusak DNA atau oleh hipoksia menyebabkan siklus sel
terhenti di G1 dan terjadi perbaikan DNA, melalui peningkatan transkripsi gen inhibitor
kinase dependant siklin. p21 dan GADD45. Berhasilnya perbaikan DNA menyebabkan sel
melanjutkan siklus membelahnya; apabila perbaikan DNA gagal, terjadi aktivasi gen BAX
yang akan menyebabkan apoptisis. Di sel yang kehilangan atau mengalami mutasi di sel
TP53, kerusakan DNA tidak memicu sel untuk menghentikan siklus atau memperbaiki DNA,
12
dan sel yang secara genetis cacat terus berpoliferasi hingga akhirnya menimbulkan neoplasma
ganas2

II.6.3. Menghindar dari Apoptosis


Dalam rangkaian normal dan sederhana, rangkaian kejadian yang menyebabkan apoptosis
oleh sinyal melalui reseptor kematian CD95 (Fas) dan oleh rusaknya DNA. Saat berikatan
dengan lugannya, CD95L, dan CD95 mengalami trimerisasi, dan domain kematian
sitoplasmanya menarik protein adaptor intrasel FADD. Protein ini merekrut prokaspase untuk
membentuk komplek sinyal penginduksi kematian. 2
Kejadian kunci dalam apoptosis ialah pembebasan sitokrom c, yang dikendalikan oleh
gen pada famili BCL2 (menghambat apoptosis dengan mencegah pembebasan sitokrom c
maupun merangsang apoptosis dengan mendorong pelepasan sitokrom c). Dari semua gen,
sudah dipastikan adalah peran BCL 2 dalam melindungi sel tumor dari apoptosis. Ekspresi
berlebihan BCL2 melindungin sel dari apoptosis dan menyebabkan sel tersebut bertahan
lama; terjadi akumulasi berkelanjutan limfosit B yang menyebabkan limfasenopati dan
infiltrasi sumsum tulang. 2
TP53 adalah suatu gen proapoptotik penting yang memicu apoptisis pada sel yang tidak
mampu memperbaiki DNA, kerja TP53 sebagian besar diperantarai oleh pengaktivan
transkripsi ona BAX. Kerusakan pada gen TP53 ini tentunya akan menghambat jalur
apoptotik oleh gen TP53. 2

Gambar 6 (A) dan (B). Prinsip dasar Apoptosis9


13
Gambar 7. Regulasi apoptosis pada sel kanker 9

II.6.4. Kemampuan replikasi tanpa batas


Normalnya, sel manusia memiliki kapasitas untuk mengandakan diri 60-70 kali, kemudian
kehilangan kemampuan membelah karena adanya pemendekan progresif telomer di ujung-
ujung kromosom yang terjadi pada tiap pembelahan. 2
Sel tumor menghindar dari proses penuaan, kanker mengaktifkan enzim telomerase untuk
mempertahankan panjang telomer. Sekitar 85% sampai 95% kanker disebabkan oleh
peningkatan enzim telomerase. 2

II.6.5. Terjadinya angiogenesis berkelanjutan


Neovaskularisasi memiliki efek ganda pada pertumbuhan tumor. Perfusi menyalurkan
nutrien dan oksiden, dan sel endotel yang baru terbentuk merangsang pertumbuhan tumor
disekitarnya dengan mengeluarkan berbagai polipeptida, seperti indulin-like growth factor.
Akhirnya angiogenesis ini tidak hanya membantu dalam mencukupi nutrisi dan oksigen yang
dibuthkan kanker, juga berpoeran dalam permudahan proses metastasis. 2
Faktor angiogenik terkait-tumor (tumor associated angiogenic factor) dihasilkan oleh sel
tummor atau mungkin berasal dari sel radang (misal: makrofag) yang menyerang tumor.
Pembebasan HIF-1 (hipoxia-inducible factor-1) yang dihasilkan ketika terjadi hipoxia
jaringan tumor. juga dapat menginduksi angiogenesis. TAAF ini terdiri dari sekitar selusi
faktor, namun, yang paling penting adalah VEGF (vascular endothelial growth factor) dan
basic fibroblast growth factor. Tumor tidak hanya menghasilkan faktor angiogenik, tetapi

14
juga menginduksi molekul antiangiogenesis; yang muncul adalah faktor pertumbuhan yang
dikendalikan oleh kesetimbangan kedua faktor ini. 2
Pada awal pertumbuhannya, tumor tetap kecil / in situ selama bertahun-tahun sampai
terjdi angio swich yang mengakhiri stadium quiescene vaskular. 2

II.6.6. Kemampuan melakukan invasi dan metastasis


Penyebaran tumor merupakan sebuah proses yang rumit adan melibatkan serangkaian
tahap.Sel di dalam tumor bersifat heterogen dalam kaitannya dengan kemampuan
bermetastasis. Vase ini dibagi menjadi dua, yaitu invasi matriks ekstrasel serta penyebaran
dan pergerakan sel tumor menuju sasaran melalui pembuluh darah. 2

II.6.6.1. Invasi matriks Ekstrasel


Jaringan manusia tersusun atas beberapa kompartemen yang dipisahkan satu sama lain
dengan dua jenis matriks ekstraseluler (ECM:Extra Cellular Matrix): membran basal dan
jaringan ikat intersium. Walaupun tertata dan terbagi secara berlainan, tiap-tiap komponen
ECM terdiri atas kolagen, protein, dan peptidoglikan. Suatu karsinoma akan melewati
membran basal dibawahnya, kemudian berjalan melintasi jaringan ikat interstisium, dan
akhirnya memperoleh akses ke sirkulasi dengan menembus membran basal pembuluh darah,
Siklus ini berulang saat embolus sel tumor mengalami ekstravasasi di tempat yang jauh. 2
Invasi ECM merupakan suatu proses aktif yang diselesaikan dalam empat langkah2:
1. Terlepasnya sel tumor satu sama lain (ikatan E-kadherin lepas)
2. Melekatnya sel tumor ke komponen matriks.(melekatnya sel tumor ke berbagai protein
ECM, seperti laminin dan fibronektin)
3. Penguraian ECM dengan mengeluarkan produk proteolitik . Enzim penghancur serat ini
adalah metaloproteinase termasuk protease, gelatinasi, kolagenase, stromelisin)
4. Migrasi sel tumor yang diperantarai oleh berbagai sitokin yang berasal dari sel tumor,
misalnya faktor motilitas autokrin

II.6.6.2. Penyebaran Vaskular dan sasaran sel tumor


Di dalam aliran darah, sebagian besar sel tumor membentuk embolus dengan membentuk
gumpalan dan melekat ke leukosit, terutama trombosit. Ekstravasi sel tumor bebas atau
embolus sel memerlukan perlekatan ke endotel vaskular yang diikuti oleh pergerakan melalui
membran basal dnegan mekanisme yang serupa dengan yang berperan dalam invasi.

15
Tempat ekstravasasi dan distribusi organ pada metastasis umumnya dapat diperkirakan
berdasarkan lokasi tumor preimer dan drainase vaskular atau limpenya. Mekanisme baru
lainnya dalam penyebaran spesifik-tempat ini melibatkan berbagai kemokin dan reseptornya.
Berdasarkan fakta ini, diperkirakan blokase reseptor kemokin dapat menghambat metastasis.
Walaupun demikian, untuk sebagian bedar kanker, lokalisasi pasti metastasis tidak dapat
diperkirakan.2

2 2
Gambar 8. Proses Invasi Gambar 9. Proses metastasis

III. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan di atas, kanker dapat diinduksi oleh berbagai zat karsinogen
sehingga terkadi perubahan genetik pada pasien, dimana sel-sel tubuhnya memiliki sifat
keganasan (pembelahan autonom) yang dapat berbahaya, bahkan dapat menyebabkan
kematian.

16
IV. Daftar Pustaka

1. Departemen Kesehatan RI. Peringatan hari kanker se-dunia. [online]. [cited on 12 april
2010 pkl. 20:55 WIB]. Available from http://www.depkes.go.id/index.php/berita/info-
umum-kesehatan/149-peringatan-hari-kanker-se-dunia.html
2. Kumar V, Abbas AK, Fausto N, et al. Pathologic Basis of Disease. 8th ed. Philadelphia :
Elsevier Inc; 2010. p. 259-330.
3. Marcovitch H. Black’s Medical Dictionary. 41th ed. London: Black Publishers Limited;
2005. p. 488.
4. Brooker RJ. Genetics analysis & Prinsiples. 3rd ed. London: McGraw-Hill Higher
Education; 2009. p. 610.
5. Koolman J, Roehm KH. Color Atlas of Biochemistry. 2nd ed. New York: Thieme
Stutgart; 2005. p. 398-401.
6. Hirmawan S. Kumpulan Kuliah Patologi. Jakarta: Bagian patologi Anatomi FKUI; 1997.
p. 78-79
7. Breast. American Joint Committee on Cancer.: AJCC Cancer Staging Manual. 6th ed.
New York: Springer; 2002. P. 171-180. 
8. Woodward WA, Strom EA, Tucker SL, et al. Changes in the 2003 American Joint
Committee on Cancer staging for breast cancer dramatically affect stage-specific
survival. New York: J Clin Oncol; 2003. 21 (17): 3244-8.
9. Smith CM, Marks AD, Lieberman. Basic Medical Biochemistry. 2nd ed. Williams &
Wilkins: 2001.p. 317 – 366.

17

Anda mungkin juga menyukai