Anda di halaman 1dari 5

Fisiologi dan Biokimia dalam pubertas

Melissa Lenardi, 0906508296

I. Pendahuluan
Pubertas (pu´bәr-te) merupakan periode ketika ciri-ciri seks sekunder mulai berkembang
dan kemampuan reproduksi mulai didapat. Pada anak perempuan, hal ini ditandai dengan
perluasan pinggul, pengembangan payudara, pertumbuhan rambut pubis, dan onset menstruasi.
Sedangkan pada laki-laki, pubertas ditandai oleh perluasan bahu, perubahan warna suara,
pertumbuhan rambut pubis dan wajah. Anak perempuan biasanya mencapai pubertas pada usia
11-13 tahun, dan anak laki-laki antara 13-15 tahun. 1
Peningkatan sekresi GnRH oleh hipotalamus penting untuk reaktivasi jaras Hipotalamus-
Pituitari/Hipofisis-Gonad (H-P-G axis) yang terjadi selama pubertas, sehingga secara
neurobiologi, pubertas merupakan proses perubahan sistem saraf dalam pengontrolan sekresi
GnRH. Sekresi GnRH mengandung berbagai informasi pemicu perubahan metabolic fuels,
penyimpanan energi, perubahan somatik, dan perkembangan perilaku. 2

II. Isi
II.1. Kontrol dari kemunculan pubertas
Selama masa kanak-kanak hipotalamus tidak menyekresikan GnRH dalam jumlah yang
bermakna. Salah satu alasan untuk hal tersebut adalah bahwa selama masa kanak-kanak,
sekresi hormon steroid seks yang terkecil sudah mempunyai efek penghambat yang kuat
terhadap sekresi GnRH oleh hipotalamus. Namun, oleh sebab yang belum diketahui, pada saat
pubertas, sekresi GnRH hipotalamus mampu melawan inhibisi yang timbul pada masa kanak-
kanak, dan masa seksual dewasa pun dimulai.
Pemicu pubertas sendiri sampai saat ini masih belum pasti, namun terdapat beberapa
hipotesis yang menjelaskan pemicu pubertas, diantaranya faktor nutrisi berupa rasio tinggi dan
berat badan, maturasi hipotalamus, peningkatan jumlah neurotransmitter pada SSP, onset
altivitas androgen adrenal.

Gambar 1.perubahan konsentrasi hormon saat pubertas pada pria (yang


atas) dan perempuan (yang bawah). Tahap 1 pubertas adalah pra-remaja.
Pada pria, tahap 2 ditandai dengan mulai membesarnya testis, tahap 3
dengan membesarnya penis, tahap 4 mulai berkembangnya glans penis,
tahap 5 dengan genitalia pria. Pada perempuan, tahap 2 ditandai dengan
munculnya tunas payudara, tahap 3 dengan membesarnya payudara, tahap
4 dengan proyeksi areolar, tahap 5 dengan payudara dewasa.3

Sebenarnya, ada 2 macam pubertas, yakni pubertas


adrenarche (pubertas mini)  dimulai ± 2-3 tahun (sekitar
usia 6-8 tahun) sebelum pubertas gonadarche, dimana terjadi
peningkatan produksi androgen oleh korteks adrenal yang
menyebabkan tumbuhnya rambut pubis dan aksila. Yang
kedua adalah pubertas gonadarche  peningkan produksi
GnRH, meningkatkan kadar gonadotropin dan sex steroid
yang menginduksi gametogenesis dan matangnya organ
reproduksi.

Boys Girls

Onset (yrs) 12.5 11.5


(9.5-13.5) (8-13)

1st sign of puberty Testes volume Breast budding


(≥ 4ml)

Max growth velocity (cm/yr) 10.3 9.0


(Tanner III-IV) (Tanner II-III)

Duration of puberty (yrs) 3.2 ± 1.8 2.4 ±1.1

1
II.2. Jaras H-P-G
Jaras Hipotalamus-Hipofisis-Gonad merupakan bagian utama dalam perkembangan dan
regulasi berbagai sistem tubuh, terutama sistem reproduksi. Dimulai dengan sekresi GnRH
(gonadotropin releasing hormone) oleh hipotalamis, selanjutnya, hormon ini merangsang
hipofisis anterior untuk mensekresikan hormon-hormon gonadotropin, meliputi LH (luteinizing
hormone) dan FSH (folicle stimulating hormone).3

Gambar 2. Pengaturan Jaras Hipotalamus-Hipofisis-Gonad pada pria dan wanita 3


Pada wanita, FSH merupakan perangsang utama dalam pematangan folikel, sehingga
pada akhirnya akan terjadi ovulasi dan merangsang sel theca menghasilkan estrogen, yang
berfungsu untuk memicu uterus untuk berpoliferasi, menipiskan serviks untuk memudahkan
sperma masuk, dan merupakan umpan balik positif untuk hipotalamus dan hipofisis untuk
memproduksi LH. LH akan memicu penyelesaian oogenesis, menstimulasi produksi progresteron,
dan menyebabkan ruptur folikel, sehingga menyebabkan ovulasi. Jika terjadi pembuahan,
progresteron akan dihasilkan oleh janin, hingga ovulasi selanjutnya tidak akan terjadi lagi. Jika
tidak terjadi pembuahan, sekresi progresteron akan menurun sehingga hipotalamus akan
kembali menghasilkan GnRH.4
Pada pria, LH merupakan rangsangan utama untuk sekresi testosteron oleh sel-sel leydig
di testis. Hormon testosteron akan melekat pada sel sertoli di dalam tubulus seminiferus untuk
memulai spermatogenesis, selain itu, testosteron pun memiliki mekanisme umpan balik negatif.
Sedangkan FSH akan langsung berikatan dengan sel sertoli untuk menstimulasi pengeluaran
cairan testikular dan sintesis protein reseptor androgen pada sel spermatogonium. Sel sertoli ini
akan menghasilkan inhibin/follistatin dan aktivin sebagai mekanisme umpan balik negatif dan
positif setinggi hipofisis. 4
Pengaktifan ini juga mengakibatkan perubahan karakteristik seks sekunder. Pada pria,
produksi GnRH, LH, dan FSH sama, namun menghasilkan efek yang berbeda. Pada pria, FSH
menstimulasi sel sustentacular untuk melepaskan androgen-binding protein sehingga memicu
perlekatan testosteron. LH melekat pada bagian interstitial, menyebabkan sekresi testosteron. 4

II.3. Pengaruh neurohumoral


1. GnRH dan Pengaruhnya dalam Meningkatkan Sekresi LH dan FSH
GnRH merupakan suatu peptida dengan 10 asam amino yang disekresikan oleh neuron
yang badan selnya terletak di nucleus arkuartus hipotalamus. Bagian ujung dari neuron ini
berakhir di eminensia mediana hipotalamus (tempat neuron-neuron tersebut melepaskan GnRH
ke dalam sistem pembuluh porta hipotalamus-hipofisis). GnRH kemudian diangkut ke kelenjar
2
hipofisis anterior melalui darah porta hipofisis dan merangsang pelepasan dua jenis gonadotropin
(LH dan FSH).
GnRH disekresikan secara intermiten selama beberapa menit setiap 1 sampai 3 jam.
Intensitas perangsangan hormon ini ditentukan oleh dua cara, yaitu oleh frekuensi siklus sekresi
tersebut dan oleh jumlah GnRH yang dilepaskan pada setiap siklus. 4,5
Sekresi LH oleh kelenjar hipofisis anterior merupakan suatu siklus. Sekresi LH hampir
selalu mengikuti pelepasan bertahap dari GnRH. Sebaliknya, peningkatan dan penurunan sekresi
FSH hanya sedikit yang mengikuti setiap fluktuasi sekresi GnRH; bahkan, sekresi FSH berubah
lebih lambat setelah beberapa jam sebagai respons terhadap perubahan jangka panjang dari
GnRH. GnRH juga dapat disebut sebagai LHRH (LH releasing hormone). 4

2. Hormon Gonadotropin (LH dan FSH)


Kedua hormon gonadotropin, LH dan FSH, disekresikan oleh sel yang sama, yang disebut
sel gonadotrop, di kelenjar hipofisis anterior. Bila tidak ada sekresi GnRH dari hipotalamus,
gonadotrop di kelenjar hipofisis hampir tidak akan menyekresi LH atau FSH. 5,6
LH dan FSH merupakan suatu glikoprotein. LH dan FSH mengeluarkan pengaruhnya pada
jaringan target di dalam testis melalui aktivasi sistem second messenger siklik adenosin
monofosfat, yang selanjutnya akan mengaktifkan sistem enzim khusus di sel-sel target
berikutnya. 5,6

3. Estrogen dan Progrestin pada wanita


Estrogen
Pada wanita yang tidak sedang hamil, estrogen diproduksi di ovarium dan korteks
adrenal, sedangkan pada wanita hamil estrogen diproduksi oleh plasenta. Ada tiga macam
estrogen yang terdapat dalam jumlah signifikan: β-estradiol, estrone, dan estriol. β-estradiol
banyak diproduksi di ovarium sedangkan estrone lebih banyak diproduksi di korteks adrenal dan
sel-sel teka. Adapun estriol adalah turunan β-estradiol dan estrone yang sudah dikonversi di hati.
Karena β-estradiol memiliki potensi estrogenik 12 kali lebih kuat dibanding estrone dan 80 kali
lebih kuat dari estriol, maka β-estradiol dikatakan sebagai estrogen mayor. 5,6
Efek dari estrogen adalah menstimulasi proliferasi seluler dan pertumbuhan organ seks
dan jaringan lainnya terkait reproduksi. Berikut adalah efek estrogen secara spesifik:
1. Uterus dan organ seks eksternal
Pada masa pubertas, estrogen diproduksi sekitar 20 kali lipat lebih banyak dibanding masa
prepubertas. Peningkatan kadar hormon ini, bersamaan dengan penimbunan lemak,
menyebabkan perubahan-perubahan spesifik yaitu pembesaran ovarium, tuba fallopi,
uterus dan vagina.
Estrogen juga mengubah epitel vagina dari epitel kuboid menjadi epitel bertingkat yang
lebih resisten terhadap trauma dan infeksi.
2. Tuba fallopi
Estrogen menyebabkan proliferasi jaringan pada lapisan mukosa tuba fallopi. Selain itu
estrogen juga meningkatkan jumlah dan aktivitas sel-sel silia, yang penting dalam
pergerakan ovum yang telah difertilisasi.
3. Payudara
Estrogen menyebabkan perkembangan jaringan stromal pada kelenjar payudara,
pertumbuhan sistem duktus, serta deposisi lemak. Lobulus-lobulus dan alveoli berkembang
menjadi lebih luas.
4. Sistem rangka
Estrogen menghambat aktivitas osteoklas sehingga mengurangi penyerapan osteosit dan
meningkatkan pertumbuhan tulang. Estrogen juga menyebabkan penyatuan epifisis pada
tulang-tulang panjang. Diketahui bahwa efek estrogen pada wanita lebih kuat
dibandingkan efek testosteron pada pria, namun penghentiannya yang cepat menyebabkan
wanita cenderung lebih pendek dibanding pria.
5. Deposisi protein
Estrogen menyebabkan peningkatan protein total tubuh, hal ini dibuktikan oleh
keseimbangan nitrogen yang lebih positif setelah pemberian estrogen. Namun jika
dibandingkan dengan testosteron, efek deposisi protein yang ditimbulkan oleh testosteron
lebih kuat dibandingkan estrogen.

3
6. Metabolisme tubuh dan deposisi lemak
Estrogen meningkatkan laju metabolik tubuh, namun lebih lemah jika dibandingkan
dengan efek yang sama oleh testosteron pria. Selain itu estrogen juga meningkatkan
jumlah lemak subkutan dan mendeposisinya pada daerah-daerah tertentu seperti
payudara, bokong, dan paha sehingga memunculkan gambaran melekuk wanita yang khas.
7. Distribusi rambut
Estrogen tidak memiliki efek besar terhadap pendistribusian rambut. Adapun tumbuhnya
rambut di daerah pubis dan aksila merupakan peran dari androgen adrenal.
8. Kulit
Estrogen menyebabkan kulit wanita memiliki tekstur yang lembut dan halus namun lebih
tebal jika dibandingkan dengan kulit anak-anak. Selain itu estrogen juga menyebabkan
kulit menjadi lebih vaskular. Hal ini sering diasosiasikan dengan peningkatan suhu pada
kulit dan perdarahan yang lebih banyak jika terjadi sayatan pada kulit wanita dibandingkan
dengan kulit pria.
9. Kesetimbangan elektrolit
Estrogen menyebabkan retensi air dan sodium oleh tubulus-tubulus ginjal. 5,6

Progestin
Progestin terpenting adalah progesteron. Pada wanita yang sedang tidak hamil,
progesteron diproduksi oleh korpus luteum pada paruh terakhir siklus ovarium. Fungsi
progesteron berdasarkan organ yang dipengaruhinya adalah:
1. Uterus
Fungsi terpenting progesteron adalah meningkatkan perubahan sekretorik pada
endometrium uterin selama paruh akhir siklus seksual sehingga mempersiapkan uterus
untuk implantasi ovum. Selain itu progesteron juga mengurangi frekuensi dan intensitas
kontraksi uterine, sehingga dengan demikian mengurangi risiko terjadinya peluruhan ovum
yang telah diimplantasi.
2. Tuba fallopi
Progesteron meningkatkan sekresi lapisan mukosa yang ada pada tuba fallopi. Sekresi ini
diperlukan untuk nutrisi ovum yang telah difertilisasi sebelum mengalami implantasi.
3. Kelenjar payudara
Progesteron memicu perkembangan lobulus dan alveoli pada payudara, menyebabkan sel-
sel alveolar berproliferasi, membesar, dan menjadi sekretorik. Namun progesteron tidak
berperan dalam sekresi ASI.
Progesteron juga menyebabkan pembesaran kelenjar payudara karena peningkatan cairan
di jaringan subkutan. 5,6
__
4. Testosteron pada Pria
Setelah pubertas, peningkatan sekresi testosteron menyebabkan testis, skrotum, dan
penis membesar kira-kira delapan kali lipat sebelum mencapai usia 20 tahun. Selain itu,
testosteron menyebabkan sifat kelamin sekunder pria berkembang, mulai saat pubertas dan
berakhir pada maturitas.5,6
1. Distribusi rambut tubuh
Testosteron menimbulkan pertumbuhan rambut di atas pubis, di sepanjang linea alba
kadang-kadang sampai ke umbilikus dan di atasnya, wajah, dada dan ada kemungkinan
pada punggung.
2. Kebotakan
Testosteron mengurangi pertumbuhan rambut di bagian atas kepala. Pada seorang pria
yang tidak memiliki testis yang berfungsi, tidak akan menjadi botak. Akan tetapi, banyak
pria jantan tidak menjadi botak karena kebotakan merupakan akibat dari dua faktor yaitu
latar belakang genetik untuk mengalami kebotakan dan superimposisi dari latar belakang
genetik ini, yaitu banyaknya hormon androgen.
3. Suara
Testosteron yang disekresi oleh testis atau disuntikkan ke dalam tubuh akan menimbulkan
hipertrofi mukosa laring dan pembesaran laring. Pengaruh pada suara awalnya akan
menjadi serak namun secara bertahap berubah menjadi suara orang dewasa maskulin
yang khas.
4. Ketebalan kulit serta memicu pertumbuhan jerawat
4
Testosteron meningkatkan ketebalan kulit di seluruh tubuh dan meningkatkan kekasaran
jaringan subkutan. Testosteron juga meningkatkan kecepatan sekresi beberapa atau
semua kelenjar sebasea tubuh. Hal yang paling penting adalah kelebihan sekresi oleh
kelenjar sebasea wajah dapat menyebabkan jerawat. Oleh karena itu, jerawat merupakan
salah satu gambaran yang umum dari remaja pria ketika tubuh pertama kali mengalami
peningkatan sekresi testosteron. Setelah beberapa tahun, kulitnya dapat beradaptasi
terhadap testosteron sehingga memungkinkan kulit tersebut bebas dari jerawat.
5. Pembentukan protein dan perkembangan otot
Salah satu karakteristik pria adalah terjadinya peningkatan perkembangan otot yang
mengikuti masa pubertas. Rata-rata sekitar 50% massa otot pria meningkat melebihi
massa otot wamita. Hal ini berhubungan dengan peningkatan protein di bagian lain dari
tubuh yang tidak berotot.

III. Kesimpulan dan Keterkaitan dalam Pemicu


Terdapat berbagai mekanisme yang menjelaskan proses terjadinya pubertas seperti telah
dijelaskan sebelumnya. Perkembangan karakter seks sekunder meliputi pembesaran ovarium,
uterus, vagina, labium, payudara, rambut pubis dan aksila merupakan tanda awal. Dalam
pubertas, dikenal pubarche (pertumbuhan pubis), thelarche (pertumbuhan payudara),
gnecomastia (pembesaran payudara pada pria), menarche (menstruasi pertama).

IV. Daftar pustaka


1. Dorlan, W.A. Newman. Kamus kedokteran Dorland. Andy Setiawan dkk., penerjemah; Herni
Koesoemawati, penyunting. Ed ke-29. Jakarta: ECG; 2002. Terjemahan dari: Dorland’s
Illustrated Medical Dictionary.
2. Ebling FJP. The neuroendocrine timing of puberty [online]. 2005 [cited 2010 October 2];
available from: URL: http://www.reproduction-online.org/cgi/content/full/129/6/675
3. Guyton AC, Hall JE. Textbook of medical physiology. 11 th ed. Pennsylvania: Elsevier Inc;
2006. p. 1011-22.
4. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. 2nd ed. Jakarta: EGC; 2001. p. 633-732.
5. Vander et.al. Human physiology – the mechanism of body function. 8 th ed. USA: The
McGraw-Hill Companies; 2001. p. 681-3.
6. Ganong WF. Review of medical physiology. 20th ed. USA: The McGraw-Hill Companies; 2001.
p.505-6.

Anda mungkin juga menyukai