LTM-4. Fisiologi Dan Biokimia Pubertas
LTM-4. Fisiologi Dan Biokimia Pubertas
I. Pendahuluan
Pubertas (pu´bәr-te) merupakan periode ketika ciri-ciri seks sekunder mulai berkembang
dan kemampuan reproduksi mulai didapat. Pada anak perempuan, hal ini ditandai dengan
perluasan pinggul, pengembangan payudara, pertumbuhan rambut pubis, dan onset menstruasi.
Sedangkan pada laki-laki, pubertas ditandai oleh perluasan bahu, perubahan warna suara,
pertumbuhan rambut pubis dan wajah. Anak perempuan biasanya mencapai pubertas pada usia
11-13 tahun, dan anak laki-laki antara 13-15 tahun. 1
Peningkatan sekresi GnRH oleh hipotalamus penting untuk reaktivasi jaras Hipotalamus-
Pituitari/Hipofisis-Gonad (H-P-G axis) yang terjadi selama pubertas, sehingga secara
neurobiologi, pubertas merupakan proses perubahan sistem saraf dalam pengontrolan sekresi
GnRH. Sekresi GnRH mengandung berbagai informasi pemicu perubahan metabolic fuels,
penyimpanan energi, perubahan somatik, dan perkembangan perilaku. 2
II. Isi
II.1. Kontrol dari kemunculan pubertas
Selama masa kanak-kanak hipotalamus tidak menyekresikan GnRH dalam jumlah yang
bermakna. Salah satu alasan untuk hal tersebut adalah bahwa selama masa kanak-kanak,
sekresi hormon steroid seks yang terkecil sudah mempunyai efek penghambat yang kuat
terhadap sekresi GnRH oleh hipotalamus. Namun, oleh sebab yang belum diketahui, pada saat
pubertas, sekresi GnRH hipotalamus mampu melawan inhibisi yang timbul pada masa kanak-
kanak, dan masa seksual dewasa pun dimulai.
Pemicu pubertas sendiri sampai saat ini masih belum pasti, namun terdapat beberapa
hipotesis yang menjelaskan pemicu pubertas, diantaranya faktor nutrisi berupa rasio tinggi dan
berat badan, maturasi hipotalamus, peningkatan jumlah neurotransmitter pada SSP, onset
altivitas androgen adrenal.
Boys Girls
1
II.2. Jaras H-P-G
Jaras Hipotalamus-Hipofisis-Gonad merupakan bagian utama dalam perkembangan dan
regulasi berbagai sistem tubuh, terutama sistem reproduksi. Dimulai dengan sekresi GnRH
(gonadotropin releasing hormone) oleh hipotalamis, selanjutnya, hormon ini merangsang
hipofisis anterior untuk mensekresikan hormon-hormon gonadotropin, meliputi LH (luteinizing
hormone) dan FSH (folicle stimulating hormone).3
3
6. Metabolisme tubuh dan deposisi lemak
Estrogen meningkatkan laju metabolik tubuh, namun lebih lemah jika dibandingkan
dengan efek yang sama oleh testosteron pria. Selain itu estrogen juga meningkatkan
jumlah lemak subkutan dan mendeposisinya pada daerah-daerah tertentu seperti
payudara, bokong, dan paha sehingga memunculkan gambaran melekuk wanita yang khas.
7. Distribusi rambut
Estrogen tidak memiliki efek besar terhadap pendistribusian rambut. Adapun tumbuhnya
rambut di daerah pubis dan aksila merupakan peran dari androgen adrenal.
8. Kulit
Estrogen menyebabkan kulit wanita memiliki tekstur yang lembut dan halus namun lebih
tebal jika dibandingkan dengan kulit anak-anak. Selain itu estrogen juga menyebabkan
kulit menjadi lebih vaskular. Hal ini sering diasosiasikan dengan peningkatan suhu pada
kulit dan perdarahan yang lebih banyak jika terjadi sayatan pada kulit wanita dibandingkan
dengan kulit pria.
9. Kesetimbangan elektrolit
Estrogen menyebabkan retensi air dan sodium oleh tubulus-tubulus ginjal. 5,6
Progestin
Progestin terpenting adalah progesteron. Pada wanita yang sedang tidak hamil,
progesteron diproduksi oleh korpus luteum pada paruh terakhir siklus ovarium. Fungsi
progesteron berdasarkan organ yang dipengaruhinya adalah:
1. Uterus
Fungsi terpenting progesteron adalah meningkatkan perubahan sekretorik pada
endometrium uterin selama paruh akhir siklus seksual sehingga mempersiapkan uterus
untuk implantasi ovum. Selain itu progesteron juga mengurangi frekuensi dan intensitas
kontraksi uterine, sehingga dengan demikian mengurangi risiko terjadinya peluruhan ovum
yang telah diimplantasi.
2. Tuba fallopi
Progesteron meningkatkan sekresi lapisan mukosa yang ada pada tuba fallopi. Sekresi ini
diperlukan untuk nutrisi ovum yang telah difertilisasi sebelum mengalami implantasi.
3. Kelenjar payudara
Progesteron memicu perkembangan lobulus dan alveoli pada payudara, menyebabkan sel-
sel alveolar berproliferasi, membesar, dan menjadi sekretorik. Namun progesteron tidak
berperan dalam sekresi ASI.
Progesteron juga menyebabkan pembesaran kelenjar payudara karena peningkatan cairan
di jaringan subkutan. 5,6
__
4. Testosteron pada Pria
Setelah pubertas, peningkatan sekresi testosteron menyebabkan testis, skrotum, dan
penis membesar kira-kira delapan kali lipat sebelum mencapai usia 20 tahun. Selain itu,
testosteron menyebabkan sifat kelamin sekunder pria berkembang, mulai saat pubertas dan
berakhir pada maturitas.5,6
1. Distribusi rambut tubuh
Testosteron menimbulkan pertumbuhan rambut di atas pubis, di sepanjang linea alba
kadang-kadang sampai ke umbilikus dan di atasnya, wajah, dada dan ada kemungkinan
pada punggung.
2. Kebotakan
Testosteron mengurangi pertumbuhan rambut di bagian atas kepala. Pada seorang pria
yang tidak memiliki testis yang berfungsi, tidak akan menjadi botak. Akan tetapi, banyak
pria jantan tidak menjadi botak karena kebotakan merupakan akibat dari dua faktor yaitu
latar belakang genetik untuk mengalami kebotakan dan superimposisi dari latar belakang
genetik ini, yaitu banyaknya hormon androgen.
3. Suara
Testosteron yang disekresi oleh testis atau disuntikkan ke dalam tubuh akan menimbulkan
hipertrofi mukosa laring dan pembesaran laring. Pengaruh pada suara awalnya akan
menjadi serak namun secara bertahap berubah menjadi suara orang dewasa maskulin
yang khas.
4. Ketebalan kulit serta memicu pertumbuhan jerawat
4
Testosteron meningkatkan ketebalan kulit di seluruh tubuh dan meningkatkan kekasaran
jaringan subkutan. Testosteron juga meningkatkan kecepatan sekresi beberapa atau
semua kelenjar sebasea tubuh. Hal yang paling penting adalah kelebihan sekresi oleh
kelenjar sebasea wajah dapat menyebabkan jerawat. Oleh karena itu, jerawat merupakan
salah satu gambaran yang umum dari remaja pria ketika tubuh pertama kali mengalami
peningkatan sekresi testosteron. Setelah beberapa tahun, kulitnya dapat beradaptasi
terhadap testosteron sehingga memungkinkan kulit tersebut bebas dari jerawat.
5. Pembentukan protein dan perkembangan otot
Salah satu karakteristik pria adalah terjadinya peningkatan perkembangan otot yang
mengikuti masa pubertas. Rata-rata sekitar 50% massa otot pria meningkat melebihi
massa otot wamita. Hal ini berhubungan dengan peningkatan protein di bagian lain dari
tubuh yang tidak berotot.