Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

SEJARAH SINGKAT PERKEMBANGAN USHUL FIQH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah


Ilmu Fiqih

OLEH:

MUHAMMAD PUTRA AL MAULUDI-60100120026

RUSLAN-60100120007

FARHAN WIRAHMAN-60100120031

KELAS 1/A

TEKNIK ARSITEKTUR

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji

dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Taufiq

dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas berupa makalah

tentang sejarah singkat perkembangan ushul fiqh.

Makalah ini telah kami susun secara maksimal dan mendapatkan bantuan

dari berbegai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk

itu penulis berterimakasih kepada pihak yang turut serta baik secara langsung

maupun tidak langsung dalam penulisan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik dari

segi materi maupun dari susunan dan tata bahasanya, oleh karena itu kami sangat

megharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar dapat

memperbaiki makalah ini. Akhirnya kami berharap makalah ini dapat menjadi

sumber pengetahuan dan wawasan pembaca mengenai sejarah perkembangan

ushul fiqhi

Makassar, November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................................................

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1

C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3

A. Periode Sahabat...............................................................................................................3

B. Periode Tabi’in................................................................................................................4

C. Periode Imam Mujtahid..................................................................................................5

BAB III PENUTUP...................................................................................................................7

A. Kesimpulan.....................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ushul fiqih adalah ilmu untuk berijtihad dalam beberapa masalah

yang hadir silih berganti pada setiap zaman, terkadang kasus-kasus itu

timbul yang belum pernah ada dalam kata lain yaitu masalah baru yang

belum ada hukumnya didalam al-Qur’an dan as-Sunnah. Setiap orang

mampu berijtihad, tentulah berbeda antara ijtihad para sahabat dan ijtihad

para tabi’in begitupun seterusnya. Kadar keilmuanlah yang mampu

memberi bobot pendapat yang didirikannya untuk dipertanggungjawabkan,

jika dalam seseorang berijtihad benar maka mendapatkan dua kebaikan,

jika ijtihadnya salah maka mendapatkan satu kebaikan. Artinya islam

adalah agama yang penuh rahmat bagi ummat Nabi Muhammad SAW.

Ilmu ushul fiqih selalu berkembang di setiap zaman, mulai dari

zaman para Sahabat sampai saat ini. para mujtahid saling mengedepankan

argumen kuat selama tidak bertentangan syariah. Ada penambahan bahkan

penyempurnaa ilmu ushul fiqih pada ijtihad para Sahabat sampai dengan

para mujtahid setelah sahabat, terutama pada masa Imam Syafi’i mulai

membukukan kitab ushul fiqih yang terkenal dengan nama ar-Risalah ini

sebagai acuan para ulama fiqih berlomba-lomba untuk membukukan

pemikiran ushul fiqih mulai dari perkara yang diajarkan guru Madzhab

sampai kepada kasus-kasus masyarakat.

B. Rumusan Masalah

Adapun Rumusan masalah pada makalah ini adalah Bagaimana

sejarah perkembangan Ushul fiqh.

1
2

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dari penulisan makalah ini

adalah untuk mengetahui sejarah perkembangan Ushul fiqh.


BAB II

PEMBAHASAN

Perkembangan Ushul Fiqh secara sederhana dapat dibagi menjadi tiga periode,

yaitu periode sahabat, periode tabi’in dan periode imam mujtahid.

A. Periode Sahabat

Periode sahabat, dalam melakukan ijtihad untuk melahirkan

hukum, pada hakikatnya para sahabat menggunakan ushul fiqh sebagai

alat untuk berijtihad. Hanya saja, ushul fiqh yang mereka gunakan baru

dalam bentuknya yang paling awal, dan belum banyak terungkap dalam

rumusan rumusan sebagaimana yang kita kenal sekarang.

Pada era sahabat ini digunakan beberapa cara baru untuk

pemecahan hukum, para sahabat telah mempraktikkan ijma’, qiyas, dan

istishlah (maslahah mursalah) bilamana hukum suatu masalah tidak

ditemukan secara tertulus dalam al-Qur’an dan as-Sunnah.

Pertama, khalifah biasa melakukan musyawarah untuk mencari

kesepakatan bersama tentang persoalan hukum. Musyawarah tersebut

diikuti oleh para sahabat yang ahli dalam bidang hukum. Keputusan

musyawarah tersebut biasanya diikuti oleh para sahabat yang lain sehingga

memunculkan kesepakatan sahabat. Itulah momentum lahirnya ijma’

sahabat, yang di kemudian hari diakui oleh sebagian ulama, khususnya

oleh Imam Ahmad bin Hanbal dan pengikutnya sebagai ijma’ yang paling

bisa diterima.

Kedua, sahabat mempergunakan pertimbangan akal (ra’yu), yang

berupa qiyas dan maslahah. Penggunaan ra’yu (nalar) untuk mencari

pemecahan hukum dengan qiyas dilakukan untuk menjawab kasus-kasus

3
4

baru yang belum muncul pada masa Rasulullah saw. Qiyas dilakukan

dengan mencarikan kasus-kasus baru contoh pemecahan hukum yang

sama dan kemudian hukumnya disamakan.

Penggunaan maslahah juga menjadi bagian penting fiqh sahabat.

Umar bin Khattab dikenal sebagai sahabat yang banyak memperkenalkan

penggunaan pertimbangan maslahah dalam pemecahan hukum. Hasil

penggunaan pertimbangan maslahah tersebut dapat dilihat dalam

pengumpulan al-Qur’an dalam satu mushaf.

Dengan demikian, para sahabat telah mempraktikan ijma’, qiyas, dan

istislah (maslahah mursalah) bilamana hukum suatu masalah tidak ditemukan

secara tertulis dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Praktik ijtihad para sahabat dengan

memakai metode-metode tersebut telah mampu memenuhi kebutuhan masyarakat

yang baru mulai berkembang waktu itu.

B. Periode Tabi’in

Tabi’in adalah generasi setelah sahabat. Mereka bertemu dengan sahabat

dan belajar kepada sahabat. Pada masa tabi’in, metode istinbath menjadi semakin

jelas dan meluas disebabkan bertambah luasnya daerah Islam, sehingga banyak

permasalahan baru yang muncul. Banyak para tabi’in hasil didikan para sahabat

yang mengkhususkan diri untuk berfatwa dan berijtihad, antara lain Sa’id ibn al-

Musayyab di Madinah dan Alqamah ibn al-Qays serta Ibrahim al-Nakha’i di Irak.

Metode istinbath tabi’in umumnya tidak berbeda dengan metode

istinbath sahabat. Hanya saja pada masa tabi’in ini mulai muncul dua fenomena

penting: 1). Pemalsuan hadits. 2). Perdebatan mengenai penggunaan ra’yu yang

memunculkan kelompok Irak (ahl al-ra’yi) dan kelompok Madinah (ahl al-

hadits). Dengan demikian muncul bibit-bibit perbedaan metodologis yang lebih


5

jelas disertai dengan perbedaan kelompok ahli hukum (fuqaha) berdasarkan

wilayah geografis. Dalam melakukan ijtihad, sebagaimana generasi sahabat, para

ahli hukum generasi tabi’in juga menempuh langkah-langkah yang sama dengan

yang dilakukan para pendahulu mereka. Akan tetapi, dalam pada itu, selain

merujuk Al-Qur’an dan sunnah, mereka telah memiliki tambahan rujukan hukum

yang baru, yaitu ijma’ ash-shahabi, ijma’ahl al madinah, fatwa ash shahabi, qiyas,

dan maslahah mursalah yang telah dihasilkan oleh generasi sahabat.

C. Periode Imam Mujtahid

Periode imam mujtahid. Dalam periode ini, muncul para tokoh

mujtahid seperti Imam Hanafi, Imam Malik, Imam Syafi’i, dan

sebagainya.

1. Imam Abu Hanifah

Imam Abu Hanifah an-Nu’man (w. 150 H), pendiri mazhab Hanafi

umpamanya, seperti dikemukakan Muhammad Abu Zahrah,

menjelaskan dasar-dasar istinbat-nya.yaitu, berpegang kepada

Kitabullah, jika tidak ditemukan di dalamnya, ia berpegang kepada

Sunnah Rasulullah. Jika tidak didapati di dalamnya ia berpegang

kepada pendapat yang disepakati para sahabat. Jika mereka berbeda

pendapat, ia akan memilih salah satu dari pendapatpendapat itu dan ia

tidak akan mengeluarkan fatwa yang menyalahi pendapat sahabat.

Dalam melakukan ijtihad, Abu Hanifah terkenal banyak melakukan

qiyas dan istihsan. Abu Hanifah tidak meninggalkan buku Ushul Fiqh.

2. Imam Malik

Demikian pula Imam Malik bin Anas (w. 178 H), pendiri mazhab

Maliki, dalam berijtihad mempunyai metode yang cukup jelas, seperti


6

tergambar dalam sikapnya dalam mempertahankan praktik penduduk

Madinah sebagai sumber hukum. Satu hal yang perlu dicatat adalah

bahwa sampai masa Imam Malik Ushul Fiqh belum dibukukan secara

lebih lengkap dan sistematis.

3. Imam Syafi’i

Pada penghujung abad kedua dan awal abad ketiga, Imam

Muhammad bin Idris alSyafi’i (150 H-204 H) tampil berperan dalam

meramu, mensistematisasi, dan membukukan Ushul Fiqh. Imam

Syafi’i banyak mengetahui tentang metodologi istinbath para imam

mujtahid sebelumnya, seperti Imam Abu Hanifah, Imam Malik, dan

metode istinbath para sahabat, serta mengetahui di mana kelemahan

dan keunggulannya. Imam Syafi’i menyusun sebuah buku yang

diberinya judul al-Kitab dan kemudian dikenal dengan sebutan al-

Risalah yang berarti sepucuk surat. Dikenal demikian karena buku itu

pada mulanya merupakan lembaran-lembaran surat yang dikirimkan

kepada Abdurrahman al-Mahdi (w. 198 H), seorang pembesar dan ahli

hadits ketika itu. Munculnya buku al-Risalah merupakan fase awal

dari perkembangan ushul fiqh sebagai satu disiplin ilmu. Secara

umum pembicaraan dalam buku ini ber- kisar pada landasan-landasan

pembentukan fikih, yaitu Al- Qur'an, Sunnah Rasulullah, ijma’, fatwa

sahabat, dan qiyas:


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Syariat Islam yang datang Kepada kita dasarnya ialah Qur’an

kemudian Qur’an itu di jelaskan Nabi Muhammad S.A.W, baik dari

dengan kata kata dan perbuatan inilah yang dikatakan sunnah.

Sahabat-sahabat Nabi dan para Tabi’in sempurna pengetahuannya

tentang bahasa arab, dan mengetahui pula sebab-sebab turunnya, rahasia-

rahasia syariat dan tujuannya. Pengetahuan ini disebabakan karena

pergaulan mereka dengan Nabi SAW, disamping kecerdasan mereka

sendiri. Karena itu, mereka tidak memerlukan peraturaan-peraturan dalam

mengambil sesuatu hukum (istinbat), sebagaimana mereka tidak

membutuhkan qaidah-qaidah untuk mengetahui bahasa mereka sendiri

(bahasa Arab).

Para ulama yang telah tersebar di negeri-negeri yang baru dan telah

terpengaruh pula oleh linkungan dan cara berfikir negeri itu yang berbeda

satu sama lain. Karena itu masing masing ulama dalam melakukan ijtihad

dan mencari hukum menempuh jalannya fikirannya. Keadaan ini sudah

barang tentu menimbulkan perbedaan pendapat.

Timbullah fikiran untuk membuat peraturan-peraturan dalam

ijtihad dan pengambilan hukum, agar dengan peraturan-peraturan ini dapat

diperoleh pendapat yang benar dan agar diperdekatkan jarak perbedaan-

perbedaan pendapat.

7
DAFTAR PUSTAKA

Atmaja, Fatkan Karim. 2017. Perkembangan Ushul Fiqh Dari Masa Ke Masa.
Jurnal Ilmu Syariah. Vol. 5 No. 1. 23-38

Harisudin, M. Noor. 2020. Ilmu Ushul Fiqih. (Cetakan ke-8). Jember: Pena
Salsabila

Hanafie, A. 1975. Usul Fiqh. (Cetakan ke-6). Jakarta: Widjaya

Shidiq, H. Sapiudin. 2017. Ushul Fiqh. (Edisi 1. Cetakan ke-3). Jakarta: Kencana

Anda mungkin juga menyukai