Anda di halaman 1dari 27

TUGAS

KEPERAWATAN DASAR II

OLEH :

NAMA : VIRA NUR AZIZAH

NIM : 1914201148

KELAS : 2 C

DOSEN PEMBIMBING :

Ns. Rebbi Permatasari M.KeP

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG

TAHUN AJARAN 2019/2020


ANATOMI DAN FISIOLOGI KULIT

A. FISIOLOGI KULIT

Kulit merupakan organ tubuh paling besar yang melapisi seluruh bagian tubuh,
membungkus daging dan organ-organ yang ada di dalamnya. Luas kulit pada manusia
rata-rata + 2 meter persegi dengan berat 10 kg jika ditimbang dengan lemaknya atau 4
kg jika tanpa lemak atau beratnya sekitar 16 % dari berat badan seseorang. Kulit
merupakan suatu kelenjar holokrin yang cukup besar dan seperti jaringan tubuh lainnya,
kulit juga bernafas (respirasi), menyerap oksigen dan mengeluarkan karbondioksida.
Kulit menyerap oksigen yang diambil lebih banyak dari aliran darah, begitu pula dalam
pengeluaran karbondioksida. Kulit memiliki fungsi melindungi bagian tubuh dari berbagai
macam gangguan dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah
mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus menerus
(keratinisasi dan pelepasan sel-sel kulit ari yang sudah mati), respirasi dan pengaturan
suhu tubuh, produksi sebum dan keringat serta pembentukan pigmen melanin untuk
melindungi kulit dari bahaya sinar ultra violet. Kulit bersifat lentur dan elastis yang
menutupi seluruh permukaan tubuh dan merupakan 15% dari total berat badan orang
dewasa.

B. ANATOMI KULIT
Struktur kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu :

1. Kulit ari (epidermis), sebagai lapisan yang paling luar,

2. Kulit jangat (dermis, korium atau kutis), dan

3. jaringan penyambung di bawah kulit (tela subkutanea, hipodermis atau subkutis).

1. Kulit Ari (epidermis)

Epidermis adalah lapisan kulit pertama dan yang terluar, satu-satunya lapisan


kulit yang bisa dilihat oleh mata telanjang. Anatomi kulit epidermis sebagian besar
dibentuk oleh lapisan keratinosit, yang memproduksi keratin.

Epidermis itu sendiri kemudian dibagi lagi menjadi 5 lapisan, yaitu:

 Stratum basal: tempat produksi keratinosit yang utama

 Stratum spinosum: keratinosit yang terbentuk kemudian berikatan dengan


sambungan interseluler yang disebut desmosom

 Stratum granulosum: tempat sel-sel kulit menghasilkan lemak dan molekul


lainnya

 Stratum lucidum: berfungsi untuk memproduksi keratin yang lebih banyak

 Stratum korneum: lapisan epidermis teratas, yang tetap memproduksi keratin

Keratinosit biasanya membutuhkan waktu antara 30 sampai 40 hari untuk melakukan


perjalanan dari stratum basale ke stratum korneum.

Ada juga 3 lapisan sel non-keratinosit yang menghuni epidermis, yaitu:

 Melanosit: bertanggung jawab dalam memproduksi melanin (pigmen pemberi


warna kulit). Semakin banyak melanin yang diproduksi, warna kulit akan semakin
gelap. Produksi melanin dipengaruhi oleh genetik Anda.

 Sel langerhans: berfungsi sebagai sel penghubung dan sistem pertahanan kulit

 Sel merkel: fungsinya sebagai salah satu reseptor kulit


2. Dermis

Dermis adalah lapisan kulit kedua setelah epidermis. Dermis berfungsi sebagai
pelindung dalam tubuh. Strukturnya lebih tebal daripada dermis, meski hanya terdiri dari
dua lapisan — lapisan papiler superfisial dan lapisan retikuler.Lapisan retikuler jauh lebih
tebal daripada lapisan papiler dan memiliki kumpulan serat kolagen.

Beberapa struktur sel yang dapat ditemukan di dermis, yaitu:

 Fibroblas berfungsi untuk memproduksi kolagen dan elastin


 Sel mast sel ini mengandung histamin granul yang berasal dari sistem kekebalan
tubuh
 Pelengkap kulit tempat berkumpulnya folikel rambut, kelenjar sebasea (kelenjar
minyak), dan kelenjar keringat. Pertumbuhan kuku juga dimulai di sini.

3. Subkutan (hipodermis)

Lapisan hipodermis adalah lapisan kulit paling terdalam, yang juga sering disebut
dengan lapisan subkutan atau subkutis. Lapisan subkutan mengandung lemak paling
banyak untuk melindungi tubuh serta membantu tubuh untuk menyesuaikan diri dengan
suhu luar. Hipodermis juga berperan sebagai pengikat kulit ke otot dan berbagai jaringan
yang ada di bawahnya.

Namun jangan khawatir, lemak yang terdapat dalam lapisan ini tidak sama
dengan lemak viseral yang jahat akibat gaya hidup yang buruk. Lapisan lemak dalam
lapisan subkutan akan selalu berada di bawah kulit. Jumlahnya pun bisa bervariasi pada
setiap individu tergantung dari komposisi lemak dalam tubuh. Selain mengandung
lemak, di lapisan ini juga terdapat banyak pembuluh darah.

FUNGSI KULIT

Kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna dalam menjaga homeostasis tubuh.
Fungsi-fungsi tersebut dapat dibedakan menjadi fungsi proteksi, absorpsi, ekskresi,
persepsi, pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), dan pembentukan vitamin D. Kulit juga
sebagai barier dan memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan.

a) Fungsi proteksi Kulit menyediakan proteksi terhadap tubuh dalam berbagai cara
sebagai berikut:

 Keratin melindungi kulit dari mikroba, abrasi (gesekan), panas, dan zat kimia.
 Lipid yang dilepaskan mencegah evaporasi air dari permukaan kulit dan
dehidrasi, selain itu juga mencegah masuknya air dari lingkungan luar tubuh
melalui kulit.

 Sebum yang berminyak dari kelenjar sebasea mencegah kulit dan rambut dari
kekeringan serta mengandung zat bakterisid yang berfungsi membunuh bakteri
di permukaan kulit.

 Pigmen melanin melindungi dari efek dari sinar UV yang berbahaya.

 Selain itu ada sel-sel yang berperan sebagai sel imun yang protektif

b) Fungsi absorpsi

Kulit tidak bisa menyerap air, tapi bisa menyerap material larut-lipid seperti
vitamin A, D, E, dan K, obat-obatan tertentu, oksigen dan karbon dioksida Permeabilitas.
kulit terhadap oksigen, karbondioksida dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil
bagian pada fungsi respirasi. Selain itu beberapa material toksik dapat diserap seperti
aseton, CCl4, dan merkuri. Beberapa obat juga dirancang untuk larut lemak, seperti
kortison, sehingga mampu berpenetrasi ke kulit dan melepaskan antihistamin di tempat
peradangan. Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi,
kelembaban, metabolisme dan jenis vehikulum. Penyerapan dapat berlangsung melalui
celah antarsel atau melalui muara saluran kelenjar, tetapi lebih banyak yang melalui sel-
sel epidermis daripada yang melalui muara kelenjar

c) Fungsi ekskresi Kulit

Juga berfungsi dalam ekskresi dengan perantaraan dua kelenjar eksokrinnya,


yaitu kelenjar sebasea dan kelenjar keringat:

 Kelenjar sebasea Kelenjar sebasea merupakan kelenjar yang melekat pada


folikel rambut dan melepaskan lipid yang dikenal sebagai sebum menuju lumen.

 Kelenjar keringat Walaupun stratum korneum kedap air, namun sekitar 400 mL
air dapat keluar dengan cara menguap melalui kelenjar keringat tiap Selain
mengeluarkan air dan panas, keringat juga merupakan sarana untuk
mengekskresikan garam, karbondioksida, dan dua molekul organik hasil
pemecahan protein yaitu amoniak dan urea. Terdapat dua jenis kelenjar keringat,
yaitu kelenjar keringat apokrin dan kelenjar keringat merokrin.
i. Kelenjar keringat apokrin terdapat di daerah aksila, payudara dan pubis, serta
aktif pada usia pubertas dan menghasilkan sekret yang kental dan bau yang
khas.. Kelenjar keringat apokrin bekerja ketika ada sinyal dari sistem saraf dan
hormon sehingga sel-sel mioepitel yang ada di sekeliling kelenjar berkontraksi
dan 14 menekan kelenjar keringat apokrin. Akibatnya kelenjar keringat apokrin
melepaskan sekretnya ke folikel rambut lalu ke permukaan luar

ii. Kelenjar keringat merokrin (ekrin) terdapat di daerah telapak tangan dan kaki.
Sekretnya mengandung air, elektrolit, nutrien organik, dan sampah metabolism.
Kadar pH-nya berkisar 4,0−6,8 dan fungsi dari kelenjar keringat merokrin adalah
mengatur temperatur permukaan, mengekskresikan air dan elektrolit serta
melindungi dari agen asing .

d) Fungsi persepsi Kulit

Mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Terhadap


rangsangan panas diperankan oleh badan-badan Ruffini di dermis dan subkutis.
Terhadap dingin diperankan oleh badan-badan Krause yang terletak di dermis, badan
taktil Meissner terletak di papila dermis berperan terhadap rabaan, demikian pula badan
Merkel Ranvier yang terletak di epidermis

e) Fungsi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi)

Kulit berkontribusi terhadap pengaturan suhu tubuh (termoregulasi) melalui dua


cara: pengeluaran keringat dan menyesuaikan aliran darah di pembuluh kapiler. Pada
saat suhu tinggi, tubuh akan mengeluarkan keringat dalam jumlah banyak serta
memperlebar pembuluh darah (vasodilatasi) sehingga panas akan terbawa keluar dari
tubuh. Sebaliknya, pada saat suhu rendah, tubuh akan mengeluarkan lebih sedikit
keringat dan mempersempit pembuluh darah (vasokonstriksi) sehingga mengurangi
pengeluaran panas oleh tubuh.

f) Fungsi pembentukan vitamin D

Sintesis vitamin D dilakukan dengan mengaktivasi prekursor 7 dihidroksi


kolesterol dengan bantuan sinar ultraviolet (Djuanda, 2007). Enzim di hati dan ginjal lalu
memodifikasi prekursor dan menghasilkan kalsitriol, bentuk vitamin D yang aktif.
KLASIFIKASI LUKA

A. Berdasarkan pembagian luka

1. Luka Terbuka

Luka terbuka adalah rusak atau terbukanya jaringan internal atau eksternal di
dalam tubuh. Sebagian besar luka terbuka melibatkan kulit yang terbuka dan mengalami
perdarahan. Kejadian ini jarang sekali terjadi pada masyarakat kecuali mereka
mengalami kecelakaan besar. Sering kali luka terbuka hanya luka minor atau kecil yang
bisa dirawat di rumah. Kalau tubuh mengalami luka cukup dalam dan pendarahan terjadi
hingga lebih dari 20 menit, kemungkinan besar akan terjadi masalah. Segera datang ke
dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Beberapa jenis luka terbuka adalah :

 Luka Lecet

Sesuai namanya, luka lecet atau abrasi bisa terjadi saat kulit kita bergesekan dengan
permukaan yang kasar maupun keras. Meski terasa sakit, luka lecet biasanya tidak
mengeluarkan banyak darah atau mengalami pendarahan besar. Walau luka tidak
mengalami banyak pendarahan, luka tetap harus digosok dan dibersihkan untuk
mencegah munculnya infeksi.

 Luka Robek
Saat tubuh terjatuh, pada umumnya akan menimbulkan luka pada tubuh baik hanya
berupa memar atau robek yang mengeluarkan darah. luka robek pada kulit dapat
menimbulkan darah dan memerlukan penanganan khusus untuk menghentikan darah
terlebih dahulu. Luka robek merupakan kerusakan pada jaringan tubuh yang terbuka dan
dapat mengeluarkan darah.

 Luka Tusukan

Luka tusukan juga disebabkan oleh benda yang tajam, bedanya luka tusukan terjadi
karena tertusuk benda yang runcing, seperti paku atau ujung jarum. Biasanya, luka
tusuk ini tidak mengeluarkan banyak darah, namun kalau luka terlalu dalam dan
mengenai organ di balik kulit atau lapisan di bawahnya, maka pendarahan bisa terjadi.

 Luka Bakar

Luka bakar adalah kerusakan lapisan kulit yang disebabkan oleh benda panas,
termasuk api, air panas, dan uap panas. Rusaknya kulit akibat luka bakar membuat
penderitanya rentan mengalami infeksi, karena kulit merupakan lapisan pertahanan awal
tubuh untuk melawan infeksi. Oleh karena itu, penanganan perlu dilakukan secepatnya.
2. Luka Tertutup

Jenis luka ini terdapat di jaringan bawah kulit. Bisa berupa cedera pada tulang
dan ligament yang patah atau retak serta terjadinya penggumpalan darah. Macam-
macam luka tertutup :

 Memar

Merupakan jenis luka tertutup yang paling sering ditemukan. Pada luka jenis
ini, lapisan epidermis kulit utuh, namun sel dan pembuluh darah pada lapisan
dermis rusak. Perdarahan yang terjadi di bawah kulit bervariasi dan dapat
berlangsung sampai beberapa jam. Pada daerah luka umumnya terjadi nyeri,
bengkak dan perubahan warna. Perubahan warna dan pembengkakan dapat
terjadi secara singkat ataupun 24-48 jam kemudian. Pembengkakan dan
perubahan warna terjadi sebagai akibat dari penumpukan darah di bawah kulit
atau di antara jaringan yang rusak .

 Hematoma

pada luka jenis hematoma, penumpuka darah hampir selalu terjadi pada
daerah yang cedera dalam rongga tubuh. Hematoma berbeda dengan luka memar.
Pada luka jenis hematoma kerusakan jaringan dan pembuluh darah yang terlibat
lebih luas juga kehilangan darah lebih besar.
B. Berdasarkan kontaminasi luka
 Luka Bersih (Clean Wounds)

Yaitu luka bedah tak terinfeksi yang mana tidak terjadi proses peradangan
(inflamasi) dan infeksi pada sistem respirasi, traktus digestivus, genital dan
traktusurinari. Biasanya menghasilkan luka tertutup Kemungkinan terjadinya infeksi pada
luka sekitar 1%-5%.

 Luka bersih terkontaminasi (Clean-contamined Wounds)

Jenis luka ini adalah luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan,
genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, dan
kemungkinan terjadinya infeksi luka pada luka jenis ini adalah 3% – 11%.

 Luka terkontaminasi (Contamined Wounds)


Yang dimaksud dengan luka terkontaminasi adalah luka terbuka, fresh, luka
akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau
kontaminasi dari saluran cerna. Pada jenis kategori ini juga termasuk insisi akut,
inflamasi nonpurulen. Kemungkinan terjadinya infeksi pada jenis luka ini adalah berkisar
10% – 17%.

 Luka kotor atau infeksi (Dirty or Infected Wounds)

Jadi yang dimaksud dengan luka jenis ini adalah terdapatnya mikroorganisme
pada luka. Dan tentunya kemungkinan terjadinya infeksi pada luka jenis ini akan
semakin besar dengan adanya mikroorganisme tersebut.

C. Berdasarkan Penampilan luka

1) Hitam ( Nekrotik)

Nekrosis merupakan kondisi cedera pada sel yang mengakibatkan kematian dini
sel-sel dan jaringan hidup. Nekrosis disebabkan oleh faktor-faktor eksternal seperti
infeksi, racun, atau trauma yang menyebabkan  pencernaan komponen-komponen sel
menjadi tidak teratur. Nekrosis hampir selalu merugikan dan bisa berakibat fatal. Selain
itu, tidak seperti apoptosis,  sel-sel yang mati karena nekrosis biasanya tidak
mengirimkan sinyal-sinyal kimia kepada tubuh.

2) Kuning (slough)

Luka dengan warna dasar kuning/kuning kecoklatan/kuning kehijauan/kuning


pucat adalah jaringan nekrosis merupakan kondisi luka yang terkontaminasi atau
terinfeksi dan avaskuler
3) Merah atau Granulasi

Yaitu jaringan granulasi sehat. Luka dengan warna dasar merah tua atau terang
dan selalu tampak lembap merupakan luka bersih dengan banyak vaskulerisasi,
karenanya luka mudah berdarah.

4) Pink atau Epithellating

Yaitu terjadi epitelisasi

5) Hijau ( Terinfeksi)

yaitu terdapat tanda-tanda klinis infeksi seperti nyeri,panas, bengkak, kemerahan


dan peningkatan exudate.

D. FASE PENYEMBUHAN LUKA


1) Fase Inflamasi

Inflamasi adalah fase pertama dari proses penyembuhan luka. Fase


penyembuhan luka berupa inflamasi kemudian terbagi lagi menjadi 2 (dua), yaitu
inflamasi awal (hemostatis) dan inflamasi akhir (lag phase).

 Inflamasi Awal (Hemostatis)

Saat jaringan kulit mengalami luka, pembuluh darah akan pecah dan
mengakibatkan perdarahan. Pada kondisi ini, tubuh secara otomatis akan memberikan
reaksi yang disebut sebagai inflamasi awal (hemostatis) guna menghentikan perdarahan
tersebut. Caranya, tubuh akan ‘mengerahkan’ faktor koagulasi (intrinsik dan ekstrinsik)
sehingga terjadi penyempitan pembuluh darah yang lantas menyebabkan
penggumpalan trombosit pada area luka. Aktivitas ini berujung pada pembekuan darah.
Setelahnya, pembuluh darah akan kembali melebar guna memberikan jalan bagi darah
menuju luka.

 Inflamasi Akhir (Lag Phase)

Setelah darah membeku, maka yang dilakukan oleh tubuh selanjutnya adalah
mengirimkan ‘pasukan’ sel darah putih (leukosit) guna mencegah terjadinya infeksi agen
mikrobial patogen, pun membuang jaringan rusak yang telah mati. Leukosit dan sel
radang akut akan menyerang area peradangan guna membasmi bakteri dan debris
matriks sekuler. Fase penyembuhan luka inflamasi akhir (lag phase) terjadi 5 hari pasca
trauma luka muncul.

2) Fase Proliferasi

Setelah fase inflamasi, proses penyembuhan luka berlanjut pada fase proliferasi,
di mana fase penyembuhan luka ini berlangsung dari hari ke-3 hingga 2 minggu pasca
trauma. Proliferasi diawali oleh aktivitas fibroblast men-sintesis kolagen dan proteoglikan
yang menghasilkan jaringan parut (terjadi di hari ke-5 pasca luka). Fase proliferasi
diakhiri dengan tumbuhnya jaringan epitel, yang mana ini berperan dalam meningkatkan
aliran darah menuju area luka. Darah akan menyalurkan nutrisi dan oksigen yang
dibutuhkan jaringan untuk melancarkan proses penyembuhan luka.

3) Fase Maturasi

Proses penyembuhan luka yang terakhir adalah maturasi. Fase penyembuhan


luka ini dimulai pada hari ke-20 pasca luka dan berakhir dalam kurun waktu tahunan (1-2
tahun). Di sini, fibroblast secara berkelanjutan akan mensintesis kolagen, yang
berdampak pada mengecilnya area luka, penurunan elastisitas kulit, dan munculnya
garis putih di sekitar luka. Setelah itu, timbul jaringan parut yang memiliki tensi atau
kekuatan serupa dengan jaringan yang sudah rusak akibat luka. Kendati begitu, kulit
baru secara penampilan tidak sama dengan kulit lama, terutama dari aspek kelenturan
kulit. Kulit baru cenderung tidak selentur kulit sebelum mengalami luka. Hal ini
dikarenakan elastin, protein yang berperan dalam membentuk kelenturan kulit, tidak
dapat diproduksi kembali seperti halnya kolagen.
MEKANISME LUKA

a. Luka insisi (Incised wounds)

Terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam. Misal yang terjadi akibat
pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh suturaseterah seluruh
pembuluh darah yang luka diikat (Ligasi)

b. Luka memar (Contusion Wound )

Terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dandikarakteristikkan oleh cedera pada
jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.
c. Luka lecet (Abraded Wound )

terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang biasanya dengan benda yang
tidak tajam.

d. Luka tusuk (Punctured Wound )

terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisauyang masuk kedalam kulit
dengan diameter yang kecil.

e. Luka gores (Lacerated Wound )

terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atauoleh kawat.
f. Luka tembus (Penetrating Wound )

Yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya pada bagian awal . masuk
diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar.

g. Luka Bakar ( combustion)

Bulnus Combustion adalah jenis luka bakar yang di akibatkan rusaknya jaringan
kulit akibat thermis, radiasi, elektrik ataupun kimia.

h. Luka Tekan / Dekubitis

Ulkus dekubitus adalah luka terbuka pada kulit yang disebabkan oleh tekanan
berkepanjangan pada kulit. Luka ini juga dikenal dengan istilah bedsores atau luka
tekan. Luka tekan banyak terjadi pada kulit yang menyelubungi area bertulang pada
tubuh. Misalnya, panggul, punggung, pergelangan kaki, tulang ekor, dan bokong. Meski
dapat terjadi pada siapa saja, ulkus dekubitus sering terjadi pada orang yang mengalami
keterbatasan gerak. Contohnya, pada pasien yang menghabiskan banyak waktu di
tempat tidur (seperti pasien koma) atau orang yang menggunakan kursi roda.

i. Luka Penetrasi

Luka tembak adalah suatu cedera pada tubuh akibat efek penetrasi proyektil atau
peluru dari senjata api. Kerusakan jaringan tubuh akibat luka tembak bergantung pada
energi kinetik yang dihasilkan oleh peluru pada senjata api. Energi kinetik adalah massa
dikali dengan kecepatan dalam kuadrat, kemudian dibagi 2. Semakin besar kecepatan
peluru, semakin parah atau semakin fatal kerusakan jaringan tubuh yang diakibatkan
oleh luka tembak.

FASE PENYEMBUHAN LUKA

1) Fase Inflamasi

Fase inflamasi ini akan berlangsung sejak terjadinya luka sampai kira – kira hari
kelima. Pembuluh darah yang terputus pada luka yang diderita tersebut akan
menyebabkan perdarahan dan tubuh dalam hal ini akan berusaha menghentikannya
dengan cara vasokonstriksi, pengerutan ujung pembuluh yang putus (retraksi), dan
reaksi hemostasis. Hemostasis terjadi karena trombosit yang keluar dari pembuluh
darah saling melengket, dan bersama dengan jala fibrin yang terbentuk membekukan
darah yang keluar dari pembuluh darah. Sementara itu terjadi reaksi inflamasi. Sel mast
dalam jaringan ikat menghasilkan serotonin dan histamine yang meningkatkan
permeabilitas kapiler sehingga terjadi eksudasi cairan, penyebukan sel radang, disertai
vasodilatasi setempat yang menyebabkan udem dan pembengkakan. Tanda dan gejala
klinik reaksi radang menjadi jelas berupa warna kemerahan karena kapiler melebar
(rubor), suhu hangat (kalor), rasa nyeri (dolor), dan pembengkakan (tumor).

Aktifitas seluler yang terjadi adalah pergerakan leukosit menembus dinding


pembuluh darah (diapedesis) menuju luka karena daya kemotaksis. Leukosit
mengeluarkan enzim hidrolitik yang membantu mencerna bakteri dan kotoran luka.
Limfosit dan monosit yang kemudian muncul ikut menghancurkan dan memakan kotoran
luka dan bakteri (fagositosis). Fase ini disebut juga fase lamban karena reaksi
pembentukan kolagen baru sedikit dan luka hanya dipertautkan oleh fibrin yang amat
lemah.

2) Fase Proliferasi

Fase proliferasi disebut juga fase fibroplasia karena yang menonjol adalah
proses proliferasi fibroblast. Fase ini berlangsung dari akhir fase inflamasi sampai kira –
kira akhir minggu ketiga. Fibroblast berasal dari sel mesenkim yang belum
berdiferensiasi, menghasilkan mukopolisakarida, asama aminoglisin, dan prolin yang
merupakan bahan dasar kolagen serat yang akan mempertautkan tepi luka.
Pada fase ini serat dibentuk dan dihancurkan kembali untuk penyesuaian diri dengan
tegangan pada luka yang cenderung mengerut. Sifat ini, bersama dengan sifat kontraktil
miofibroblast, menyebabkan tarikan pada tepi luka. Pada akhir fase ini kekuatan
regangan luka mencapai 25% jaringan normal. Nantinya, dalam proses penyudahan
kekuatan serat kolagen bertambah karena ikatan intramolekul dan antar molekul. Pada
fase fibroplasia ini, luka dipenuhi sel radang, fibroblast, dan kolagen, membentuk
jaringan berwarna kemerahan dengan permukaan yang berbenjol halus yang disebut
jaringan granulasi. Epitel tepi luka yang terdiri dari sel basal terlepas dari dasarnya dan
berpindah mengisi permukaan luka

Proses migrasi hanya bisa terjadi ke arah yang lebih rendah atau datar, sebab
epitel tak dapat bermigrasi ke arah yang lebih tinggi. Proses ini baru berhenti setelah
epitel saling menyentuh dan menutup seluruh permukaan luka. Dengan tertutupnya
permukaan luka, proses fibroplasia dengan pembentukan jaringan granulasi juga akan
berhenti dan mulailah proses pematangan dalam fase penyudahan.

3) Fase penyudahan ( Remodelling)

Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapan kembali
jaringan yang berlebih, pengerutan sesuai dengan gaya gravitasi, dan akhirnya
perupaan kembali jaringan yang baru terbentuk. Fase ini dapat berlangsung berbulan –
bulan dan dinyatakan berkahir kalau semua tanda radang sudah lenyap. Tubuh
berusaha menormalkan kembali semua yang menjadi abnormal karena proses
penyembuhan. Odema dan sel radang diserap, sel muda menjadi matang, kapiler baru
menutup dan diserap kembali, kolagen yang berlebih diserap dan sisanya mengerut
sesuai dengan regangan yang ada. Selama proses ini dihasilkan jaringan parut yang
pucat, tipis, dan lemas serta mudah digerakkan dari dasar. Terlihat pengerutan
maksimal pada luka. Pada akhir fase ini, perupaan luka kulit mampu menahan regangan
kira – kira 80% kemampuan kulit normal. Hal ini tercapai kira – kira 3-6 bulan setelah
penyembuhan.

TIPE PENYEMBUHAN LUKA

1. Primary intention healing (penyembuhan luka primer)

penyembuhanyang terjadi setelah diusahakan bertautnya tepi luka, biasanya dengan 
jahitan, plester, skin graft, atau flap. Hanya sedikit jaringan yang hilang dan luka bersih.
Baringan granulasi sangat sedikit. Re - epitelisasi sempurna dalam 10 – 14 hari,
menyisakan jaringan parut tipis. Kontraindikasi Penutupan luka Sec Primer:

 infeksi
 luka dg jaringan nekrotik
 waktu terjadinya luka > 6 jam sebelumnya, kecuali luka di area wajah
 Masih tdpt benda asing dlm luka
 Perdarahan dr luka
 Diperkirakan tdpt “dead space” setelah dilakukan jahitan
 Tegangan dlm luka atau kulit di sekitar luka terlalu tinggi
 perfusi jaringan buruk.

2. Secondary intention healing (penyembuhan luka sekunder)

yaitu luka yang tidak mengalami penyembuhan primer. Dikarakteristikkan oleh luka
yang luas dan hilangnya jaringan dalam jumlah besar. Tidak ada tindakan aktif menutup
luka, luka sembuh secara alamiah (intervensi hanya berupa pembersihan luka, dressing,
dan pemberian antibiotika bila perlu). Proses penyembuhan lebih kompleks dan lama.
Luka jenis ini biasanya tetap terbuka dan terbentuk jaringan granulasi yang cukup
banyak. Luka akan ditutup oleh re – epitelisasi dan deposisi jaringan ikat sehingga
terjadi kontraksi. Jaringan parut dapat luas / hipertrok, terutama bila luka berada di
daerah presternal, deltoid dan leher.

Indikasi Penutupan luka secara sekunder :

 Luka kecil ( < 1,5 cm )


 Struktur penting di bawah kulit tidak terpapar
 Luka tidak terletak di area persendian dan area yg penting secara kosmetik
 Luka bakar derajat 2
 Waktu terjadinya luka > 6 jam sebelumnya, kecuali bila luka di area wajah
 Luka terkontaminasi (highly contaminated wounds)
 Diperkirakan terdapat “dead space” setelah dilakukan jahitan
 Darah terkumpul dlm dead space
 Kulit yg hilang cukup luas
 Oedema jaringan yg hebat sehingga jahitan terlalu kencang dan mengganggu
vaskularisasi yang dapat menyebabkan iskemia & nekrosis.

3. Tertiary Intention Healing ( penyembuhan luka tertier)

Adalah
luka yangdibiarkan terbuka selama beberapa hari setelah tindakan debridement. Setelah
diyakini bersih, tepi luka dipertautkan ( 4 – 7 ) hari. Luka ini merupakan tipe
penyembuhan luka yang terakhir. Delayed primary closure yang terjadi setelah
mengulang debridement dan pemberian terapi antibiotika.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LUKA DAN PENYEMBUHAN LUKA

1. Infeksi

Kulit adalah dinding pertahanan pertama yang dimiliki tubuh untuk melindungi diri
dari serangan bakteri. Ketika kulit rusak karena luka maka bakteri dari luar dapat masuk
ke dalam tubuh menyebabkan infeksi sehingga menghambat penyembuhan. Luka yang
terinfeksi punya ciri khas kulit sekitarnya merah, bengkak, nyeri, dan muncul nanah
dengan bau busuk.

2. Kurang nutrisi

Apakah kamu cukup makan buah dan sayur? Vitamin di dalamnya dapat membantu
tubuh untuk memperbaiki luka lebih cepat terutama vitamin A dan C. Selain vitamin,
tubuh juga memerlukan asupan protein yang cukup sebagai bahan baku untuk
memperbaiki luka. Hal ini bisa tercapai karena protein asam amino bisa memiliki peran
meregenerasi sel-sel yang rusak.

3. Usia
Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua. Orang tua
lebih sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat mengganggu sintesis
dari faktor pembekuan darah.

4. Sirkulasi (Hipovolemia) dan Oksigenasi

Sejumlah kondisi fisik dapat mempengaruhi penyembuhan luka. Adanya


sejumlah besar lemak subkutan dan jaringan lemak (yang memiliki sedikit pembuluh
darah). Pada orang-orang yang gemuk penyembuhan luka lambat karena jaringan lemak
lebih sulit menyatu, lebih mudah infeksi, dan lama untuk sembuh. Aliran darah dapat
terganggu pada orang dewasa dan pada orang yang menderita gangguan pembuluh
darah perifer, hipertensi atau diabetes millitus. Oksigenasi jaringan menurun pada orang
yang menderita anemia atau gangguan pernapasan kronik pada perokok. Kurangnya
volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan menurunnya ketersediaan
oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.

5. Hematoma

Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara


bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan
yang besar hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga
menghambat proses penyembuhan luka.

6. Benda asing

Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan terbentuknya


suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dari serum, fibrin,
jaringan sel mati dan lekosit (sel darah putih), yang membentuk suatu cairan yang kental
yang disebut dengan nanah (“Pus”).

7. Iskemia

Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah


pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat dari
balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu adanya
obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.

8. Diabetes Mellitus

Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula darah,


nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi penurunan
protein-kalori tubuh.
9. Keadaan Luka

Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas


penyembuhan luka. Beberapa luka dapat gagal untuk menyatu.

10. Obat

Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti neoplasmik
mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik yang lama dapat membuat
seseorang rentan terhadap infeksi luka.

a. Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap cedera

b. Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan

c. Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri penyebab


kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan tertutup, tidak akan
efektif akibat koagulasi intravaskular.

Faktor yang menghambat penyembuhan luka

1. Infeksi

Kulit adalah dinding pertahanan pertama yang dimiliki tubuh untuk melindungi diri
dari serangan bakteri. Ketika kulit rusak karena luka maka bakteri dari luar dapat masuk
ke dalam tubuh menyebabkan infeksi sehingga menghambat penyembuhan.Luka yang
terinfeksi punya ciri khas kulit sekitarnya merah, bengkak, nyeri, dan muncul nanah
dengan bau busuk.

2. Kurang nutrisi

"Apakah kamu cukup makan buah dan sayur? Vitamin di dalamnya dapat
membantu tubuh untuk memperbaiki luka lebih cepat terutama vitamin A dan C," tulis dr
Manny.Selain vitamin, tubuh juga memerlukan asupan protein yang cukup sebagai
bahan baku untuk memperbaiki luka. Hal ini bisa tercapai karena protein asam amino
bisa memiliki peran meregenerasi sel-sel yang rusak.

3. Diabetes

Karena kandungan gula dalam darah yang tinggi, orang dengan diabetes lukanya dapat
lebih lama sembuh. Ini karena gula tinggi punya dampak negatif terhadap sirkulasi darah
dan kerja sistem imun.Selain itu orang dengan diabetes juga bisa mengalami kerusakan
saraf membuat diri jadi sulit untuk merasakan sakit. Karena tidak merasa sakit
seseorang bisa jadi tidak tahu kalau ada sesuatu yang menyakiti tubuhnya hingga
berujung pada lebih banyak luka.

4. Pengaruh obat

Kadang kala efek samping dari obat-obatan bisa jadi penyebab mengapa luka di
tubuh jadi lebih lama sembuh.Sebagai contoh obat kemoterapi dan radioterapi dapat
mengganggu kerja sistem imun yang berdampak pada proses penyembuhan luka. Obat
antibiotik dapat membunuh bakteri baik sehingga risiko infeksi pada luka dapat
meningkat. Terakhir obat antiradang juga bisa mengganggu peradangan yang
diperlukan dalam proses penyembuhan luka.

5. Sirkulasi darah buruk

Bagaimana luka bisa sembuh pada dasarnya karena peran darah merah
membawa apa yang dibutuhkan untuk sel-sel baru tumbuh. Oleh sebab itu bila
seseorang memiliki sirkulasi darah yang buruk di area luka maka proses penyembuhan
juga jadi akan lebih lama. Kondisi seperti diabetes, penyumbatan arteri, penggumpalan
darah, hingga obesitas dapat jadi penyebab buruknya sirkulasi darah.

6. Ulkus kulit

Ulkus kulit atau oleh orang awam disebut eksim basah merupakan luka yang
disebabkan oleh tekanan berlebih. Bila seseorang misalnya tidak bisa bangun dari
tempat tidur untuk waktu yang lama maka akan ada tekanan pada bagian tubuh yang
bersentuhan langsung dengan kasur.Tekanan tersebut dapat menyebabkan munculnya
luka dengan tingkat keparahan tertentu. Bila luka masih ringan maka bisa sembuh
dengan sendirinya, namun bila sudah berat dibutuhkan pengobatan medis.

7. Minum alkohol

Satu studi tahun 2014 yang dipublikasi di jurnal Alcoholism: Clinical and
Experimental Research menyebut bahwa konsumsi alkohol juga bisa memperlambat
penyembuhan luka. Alasannya karena orang yang sering minum-minum dapat
pengurangan sel darah putih yang berperan melawan infeksi.Karena minim sel darah
putih maka risiko infeksi pun akan meningkat secara signifikan.
Komplikasi penyembuhan luka

1. Infeksi

Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama pembedahan
atau setelah pembedahan. Gejala dari infeksi sering muncul dalam 2 – 7 hari setelah
pembedahan. Gejalanya berupa infeksi termasuk adanya purulent, peningkatan
drainase, nyeri, kemerahan dan bengkak di sekeliling luka, peningkatan suhu, dan
peningkatan jumlah sel darah putih.

2. Perdarahan

Perdarahan dapat menunjukkan adanya pelepasan jahitan, darah sulit membeku


pada garis jahitan, infeksi, atau erosi dari pembuluh darah oleh benda asing (seperti
drain). Waspadai terjadinya perdarahan tersembunyi yang akan mengakibatkan
hipovolemia. Sehingga balutan (dan luka di bawah balutan) jika mungkin harus sering
dilihat selama 48 jam pertama setelah pembedahan dan tiap 8 jam setelah itu. Jika
perdarahan berlebihan terjadi, penambahan tekanan luka dan perawatan balutan luka
steril mungkin diperlukan. Pemberian cairan dan intervensi pembedahan juga mungkin
diperlukan.

3. Dehiscence dan Eviscerasi

Dehiscence dan eviscerasi adalah komplikasi operasi yang paling serius.


Dehiscence adalah terbukanya lapisan luka partial atau total. Eviscerasi adalah
keluarnya pembuluh melalui daerah irisan. Sejumlah faktor meliputi, kegemukan, kurang
nutrisi, ,multiple trauma, gagal untuk menyatu, batuk yang berlebihan, muntah, dan
dehidrasi, mempertinggi resiko klien mengalami dehiscence luka. Dehiscence luka dapat
terjadi 4 – 5 hari setelah operasi sebelum kollagen meluas di daerah luka. Ketika
dehiscence dan eviscerasi terjadi luka harus segera ditutup dengan balutan steril yang
lebar, kompres dengan normal saline. Klien disiapkan untuk segera dilakukan perbaikan
pada daerah luka.
Tanda tanda infeksi pada luka

1. Munculnya nanah dengan rasa sakit yang tak tertahankan pada area sekitar luka

Nanah merupakan cairan yang keluar dari luka berasal dari sel mati atau sel
hidup yang merupakan bagian dari sel darah putih yang diproduksi oleh sum-sum tulang,
berwarna kuning keputihan atau kuning kecoklatan. Ketika terjadi luka sel darah putih
akan melawan kuman atau bakteri pada luka, apabila sel darah putih tersebut kalah atau
mati maka akan berkumpul menjadi nanah yang muncul pada area luka. Warna nanah
pada luka infeksi berbeda tergantung protein yang dihasilkan sel darah putih.

2. Keluar bau tak sedap

Munculnya aroma tak sedap pada area luka disebabkan adanya infeksi bakteri
yang diakibatkan luka yang tidak bersih, perawatan luka yang kurang maksimal, luka
sering terkontaminasi dengan debu atau benda yang tidak steril. Pada umumnya infeksi
disebabkan oleh luka gigitan, cedera atau operasi.

3. Area luka berwarna kemerahan atau hitam

Perubahan warna kulit pada area sekitar luka dapat menjadi warna kemerahan
bahkan hitam. Hal ini disebabkan darah mengalir pada area luka untuk mengisi sel-sel
darah kecil yang dapat meningkatkan volume darah dan mengakibatkan pelebaran
pembuluh darah yang kecil sehingga terjadi perubahan warna atau dikenal dengan
istilah hyperemia.

4. Keluar darah pada area sekitar luka

Darah yang keluar dari luka infeksi pada umumnya berwarna merah yang
menandakan terjadinya infeksi bakteri. Namun apabila darah merah yang muncul
bercampur dengan warna putih atau dikenal dengan serum, maka hal ini merupakan
pertanda bahwa luka akan segera sembuh. Namun, tetap harus diperhatikan apabila
cairan tersebut terus-menerus keluar sebaiknya lekas berkonsultasi dengan dokter.

5. Nyeri pada area sekitar luka


Rasa nyeri yang ditimbulkan pada area sekitar luka yang menandakan bahwa
ada sesuatu yang tidak normal pada tubuh akibat reaksi yang dikeluarkan oleh tubuh
terhadap zat tertentu.

6. Bengkak pada area luka lebih dari 5 hari

Bengkak pada area sekitar luka disebabkan peningkatan volume darah pada
area luka, sehingga kumpulan darah menumpuk di sekitar area luka. Bengkak pada luka
dikenal dengan istilah pitting edema yang disebabkan oleh gangguan aliran darah pada
area infeksi dengan disertai rasa panas pada jaringan yang sehat dan rasa nyeri.

7. Demam tinggi diatas 38 derajat celcius

Demam terjadi akibat mekanisme tubuh mengirimkan darah yang lebih banyak
pada area luka untuk mengirim lebih banyak antibodi saat sehingga terjadi proses
melawan kuman atau bakteri penyebab infeksi yang mengakibatkan peningkatan suhu
tubuh.

8. Anggota tubuh pada area sekitar luka terasa kaku untuk digerakkan

Perubahan fungsi pada jaringan yang terkena infeksi. Hal ini ditandai pada area
sekitar luka yang kaku atau terasa sulit digerakkan.

Anda mungkin juga menyukai