Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELITUS

Disusun Oleh :
RISKA FAUZIANA
2011040142

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADYAH PURW0KERTO
2020/2021
A. Definisi
Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan
sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis
mikrovaskular,makrovaskuler, dan neuropati (Yuliana elin, 2016)
Nilai normal gula darah puasa (GDP): <100mg/dl (normal), 100mg/dl-125mg/dl
(prediabetes), ≥ 126mg/dl (diabetes). Nilai normal oral glucose tolerance
test(OGTT): <140 mg/dl (normal), 140mg/dl-199mg/dl (prediabetes), ≥ 200mg/dl
(diabetes). Nilai normal gula darah sehari (GDS) 200mg/dl (American Diabetes
Assosiation, 2020).

B. Etiologi
1. Diabetes tipe I
a. Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe
antigen HLA.
b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana
antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu
otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
destruksi selbeta.
2. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Faktor-faktor
resiko:
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga

C. Tanda dan Gejala


Menurut Smetzer et al (2017) secara umum gejala penderita DM yaitu:
a. Poliuri (banyak kencing)
b. Polidipsi (banyak minum)
c. Polifagia (banyak makan)
d. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang.
e. Mata kabur
D. Patofisiologi

Insulin yang disekresi oleh sel beta pada pulau Langerhans di pankreas. Ketika
seseorang makan sekresi insulin akan meningkat dan memindahkan glukosa dari
darah ke otot, hati, sel lemak. Insulin memiliki fungsi: transpot dan metabolisme
glukosa menjadi energi, menstimulasi penyimpanan glukosa ke hati dan otot (dalam
bentuk glikogen), sinyal untuk hati untuk menghentikan pelepasan glukosa,
Meningkatkan penyimpanan lemak makanan dalam jaringan adiposa, mempercepat
pengangkutan asam amino dari makanan ke dalam sel. Ketika kadar gula darah
rendah, hormon glucagon yang disekresi oleh sel alpha dari pulau Langerhans di
pancreas akan menstimulasi hati untuk melepas glucagon agar kadar gula dalam darah
tetap seimbang.
Pada DM tipe 1 terjadi kerusakan sel beta di pankreas yang dapat dipicu oleh
faktor genetik, imun (autoimun), dan kondisi tertentu (seperti serangan virus)
sehingga tubuh kekurangan insulin ( DM tergantung insulin). Pada DM tipe 2, insulin
dapat diproduksi namun jumlahnya terbatas sehingga tidak mampu memenuhi
metabolisme glukosa. Atau insulin mengalami resisten sehingga efektivitas kerja
insulin menurun, metabolisme glukosa terhambat (DM tidak tergantung insulin)
(Smetzer et al, 2017).
E. Pathway

Pola hidup

Sel-sel tidak dapat mengguanakan gula darah dengan baik


karena terganggunya respon

DM tipe 1

Sel beta pancreas rusak

Penurunsan pemakaian
Sel tubuh menolak sinyal glukosa
dari hormon insulin

Sering buang air kecil


Kerusakan pada antibodi dengan volume banyak

Neuropati sensori perifer Sering merasa haus


dan minum banyak

Cedera pada sel dan berakibat


kematian dini sel-sel dan jaringan hidup
Nafsu makan
meningkat dan kurang tenaga

Gangren

Ketidakstabilan
Gangguan
Operasi eksisi kadar glukosa
intrgritas
darah
kulit/jaringan

Klien merasa sakit pada luka

Nyeri akut
F. Pemeriksaan Penunjang
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien DM menurut Mansjoer, dkk (2018) yaitu
1. Diet
2. Latihan/Olahraga
3. Pemantauan
4. Terapi (jika diperlukan)
5. Pendidikan kesehatan

H. Fokus Pengkajian
a. Demografi
Klien dengan penyakit diabetes melitus (DM) secara umum di klasifikasikan
menjadi 2 yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2. Pada klien DM biasanya dipengaruhi
oleh kerusakan sel beta ataupun faktor risiko lain seperti umur, riwayat keluarga,
hipertensi dan obesitas.
b. Riwayat penyakit yang diderita klien sebelum DM biasanya disebabkan oleh
hipertensi. Pada penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi kronis seperti
retinopati, neropati dan nefropati.
c. Pengkajian bio-psiko-sosial
1. Aktivitas istirahat
Gejala :
kelelahan ekstrem kelemahan dan malaise, gangguan tidur (insomnia/ gelisah
atau somnolen).
Tanda
kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.
2. Sirkulasi
Gejala :
Riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi : nyeri dada (angina)
Tanda :
Hipertensi : nadi kuat, edema jaringan umum dan piting pada kaki, telapak
tangan, nadi lemah dan halus, hipotensi ortostatik menunjukkan hipovolemia
yang jarang terjadi pada penyakit tahap akhir, friction rub pericardial (respon
terhadap akumulasi rasa) pucat, kulit coklat kehijauan, kuning,
kecenderungan pendarahan.
3. Integritas Ego
Gejala :
Faktor stres, contoh finansial, hubungan, dan sebagainya. Peran tak berdaya,
tak ada harapan, tak ada kekuatan.
Tanda :
Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian.
4. Eiminasi
Gejala :
Peningkatan berat badan cepat (edem), penurunan berat badan (malnutrisi).
Anoreksia, Malnutrisi, kembung, diare, konstipasi.
Tanda :
Perubahan warna urin, contoh kuning pekat, merah, coklat, berwarna.
Oliguria, dapat menjadi anuria.
5. Makanan / Cairan
Gejala :
Peningkatan berat badan cepat (edem), penurunan berat badan (malnutrisi).
Anoreksia, nyeri ulu hati, mual / muntah, rasa metalik tidak sedap pada
mulut (pernafasan amonia), pengguanaan diuretik.
Tanda :
Distensi abdomen / asietas, pembesaran hati (tahap akhir). Perubahan turgor
kulit. Edem (umum, tergantung). Ulserasi gusi, pendarahan gusi / lidah.
Penurunan otot, penurunan lemak subkutan, tampak tak bertenaga.
6. Nyeri / Kenyamanan
Gejala :
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot / nyeri kaki. Memburuk pada malam
hari.
Tanda :
perilaku berhati-hati dan gelisah.
7. Pernafasan
Gejala :
nafas pendek : dipsnea, nokturnal parosimal, batuk dengan / tanpa sputum
kental atau banyak.
Tanda :
takiepna, dispnea, peningkatan frekuensi / kedalaman (Pernafasan kusmaul).
Batuk produktif dengan sputum merah muda encer (edema paru).
8. Pemeriksaan fisik
1) Penampilan / keadaan umum.
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri.
Kesadaran klien dari compos mentis sampai coma.
2) Tanda-tanda vital.
Tekanan darah naik, respirasi rate naik, dan terjadi dispnea, nadi
meningkat dan reguler.
3) Kepala.
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran
telinga, hidung kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum, bibir
kering dan pecah-pecah, mukosa mulut pucat dan lidah kotor.
4) Leher dan tenggorok.
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.
5) Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat
otot bantu napas, pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara
tambahan pada paru (rongkhi basah), terdapat pembesaran jantung,
terdapat suara tambahan pada jantung.
6) Abdomen.
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan peristaltik, turgor jelek, perut
buncit.
7) Genital.
Kelemahan dalam libido, genitalia kotor, ejakulasi dini, impotensi,
terdapat ulkus.
8) Ekstremitas.
Kelemahan fisik, aktifitas klien dibantu, terjadi edema, pengeroposan
tulang, dan Capillary Refill lebih dari 1 detik.
9) Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan
mengkilat / uremia, dan terjadi perikarditis.

I. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
2. Gangguan intergritas kulit/jaringan b.d neuropati perifer

J. Intervensi
1. Nyeri akut
Observasi
- Mengidentifikasi lokasi,durasi,kualitas nyeri, frkuensi nyeri,
- Mengidentifikasi skala nyeri
- Mengidentifikasi respon nyeri non verbal
Rasional: Untuk mengetahui tingkat nyeri klien
Terapeutik
- Memberikan teknik non farmakologis teknik relaksasi nafas dalam
- Teknik relaksasi benson
- Mempertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Rasional: Untuk mencegah ketidaknyamanan klien
Edukasi
- Menjelaskan penyebab dan pemicu nyeri
- Menjelaskan strategi meredakan nyeri
- Mengajarkan teknik non farmakologis untuk mngurangi nyeri
Rasional: Untuk menurunkan nyeri klien
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional: Untuk mengurangi nyeri klien

2. Gangguan intergritas kulit/jaringan


Observasi
- Monitor karakteristik luka
- Monitor tanda-tanda infeksi
Rasional: untuk mengetahui karakteristik luka dan tanda-tanda infeksi
Terapeutik
- Lepaskan balutan dan plster secara perlahan
- Bersihkan dengan cairan NaCL
- Pasang balutan sesuai jenis luka
- Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka
Rasional: untuk mencegah terjadinya infeksi
Edukasi
- Jelaskan tanda-tanda infeksi
- Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein
- Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
Rasional: untuk mencegah terjadinya infeksi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
Rasional: untuk membantu menghentikan infeksi
3. Ketidakstabilan kadar glukosa darah
Observasi
- Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
- Monitor kadar glukosa darah
- Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
Rasional: untuk memantau kadar gula darah dan mengetahui penyebab
serta tanda dan gejala klien
Terapeutik
- Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap ada dan
memburuk
Rasional : Poliuria, polidipsia dan polifagia dapat menyebabkan tingkat
kelesuan berlebih pada tubuh klien karena pengontrolan fungsi yang tidak
sesuai.
Edukasi
- Anjurkan menghindari olahraga saat kadar glukosa dalam darah
≥ 250 mg/dL
- Anjurkan kepatuhan diit dan olahraga
- Anjurkan monitor kadar gula darah secara mandiri
Rasional: untuk menghindari komplikasi DM dan untuk memantau kadar
gula darah
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan iv
Rasional untuk menstabilkan glukosa darah

KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi yang dapat dialami pasien diabetes tipe 2 meliputi:
- Penyakit jantung dan pembuluh darah, seperti serangan jantung, dan stroke.
- Kerusakan saraf (neuropati diabetik). Kondisi ini sering terjadi pada kaki, dengan
gejala yang muncul dapat berupa mati rasa hingga nyeri. Pada pria, kerusakan pada
saraf juga berkaitan dengan terganggunya fungsi seksual.
- Kerusakan ginjal (nefropati diabetik). Kerusakaan yang parah dapat menyebabkan
gagal ginjal. Jika diabetes dibiarkan dalam waktu yang lama, kerusakan ginjal bisa
mencapai stadium akhir.
- Kerusakan mata (retinopati diabetik). Kerusakaan pada pembuluh darah retina
berpotensi menyebabkan gangguan penglihatan.
- Gangguan pendengaran.
- Gangguan kulit, seperti lebih mudah terjangkit infeksi bakteri maupun virus.

PROGNOSIS
Prognosis diabetes mellitus tipe 2 ditentukan oleh modifikasi gaya hidup pasien, kontrol gula
darah yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Assosiation (ADA). (2020). Diabetes Overvew: Diagosis. Retrieved April
22nd, 2020, from, https://www.diabetes.org/a1c/diagnosis
Mansjoer, A dkk. (2018). Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Berman, A., Snyder, S. & Fradsen, G. (2016). Konzier & Erb’s Fundamentals of Nursing
(10th ed). USA: Pearson Education.
Smeltzer, S. C., Bare,B. G., Hinkle, J. L., & Cheever, F. H. (2017). Brunner and Suddarth’s
Textbook of Medical-Surgical Nursing (12th ed.). Philadelphia:Lippincott Williams &
Wilkins
Yuliana Elin, Andrajat Retnosari, 2016. ISO Farmakoterapi. Jakarta : ISFI

Anda mungkin juga menyukai