Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENANGGUNG JAWABAN

PPI DENGAN ETIKA BATUK DAN BERSIN DI RUANG CEMPAKA

RSUD BANYUMAS

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat dan Tugas

Stase Keperawatan Manajemen

Di Susun Oleh :

Vatin Ashari Rahmawati

2011040145

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN XV


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2020/2021
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Etika Batuk adalah tata cara batuk yang baik dan benar, dengan cara menutup
hidung dan mulut dengan tissue atau lengan baju. jadi bakteri tidak menyebar ke udara
dan tidak menular ke orang lain. Kebersihan pernapasan dan etika batuk adalah dua
cara penting untuk mengendalikan penyebaran infeksi di sumbernya. Semua pasien,
pengunjung, dan petugas kesehatan harus dianjurkan untuk selalu mematuhi etika batuk
dan kebersihan pernapasan untuk mencegah sekresi pernapasan.
Dengan melakukan etika batuk.
Batuk adalah Mekanisme pertahanan tubuh di saluran pernafasan dan merupakan
gejala suatu penyakit atau reaksi tubuh terhadap iritasi di tenggorokan karena
adanya lendir, makanan, debu, asap dan sebagainya. Etika adalah Suatu norma atau
aturan yang berlaku pada masyarakat .
Kontrol terhadap infeksi, diaplikasikan secara langsung dengan upaya pencegahan
dan penurunan penyebaran penyakit infeksi yang berakibat menurunnya insiden penyakit
infeksi dan penggunaan antibiotik dan selanjutnya dapat mengurangi terjadinya resistensi
antibiotik. Kurangnya kebijakan kontrol terhadap infeksi paling banyak dilaporkan
berhubungan dengan faktor fasilitas pelayanan kesehatan yang dihubungkan dengan
peningkatan resiko terjadinya kolonisasi atau infeksi organisme yang pathogen.
Termasuk diantaranya etika batuk Oleh karenanya screning terhadap petugas kesehatan
sebaiknya dilakukan secara reguler, khususnya untuk menilai kolonisasi organisme
pathogen pada petugas kesehatan.
Dan dari hasil pengkajian yang dilaksanakan pada tanggal 23-25 Februari 2021 di
Ruang Cempaka RSUD Banyumas didapatkan temuan masalah pada PPI dengan
kurangnya penerapan etika batuk dan bersin sebesar 50 %, maka dari itu kelompok 31
akan melakukan implementasi etika batuk dan bersin, yang bertujuan untuk
meningkatkan etika batuk dan bersin dengan benar, ntuk mengurangi atau mencegah
terjadinya penularan infeksi dari batuk dan bersin yang disebarkan melalui droplets dan
airbrone.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan praktik manajemen keperawatan di Ruang Cempaka RSUD
Banyumas, kelompok 31 mampu menemukan masalah dan menyelesaikan
dengan menggunakan konsep kepemimpinan dan teori majanemen keperawatan
pada ruangan di Rumah Sakit untuk menghasilkan kualitas pelayanan profesional
yang berkualitas tinggi dan tercapainya manajerial yang lengkap di ruang
Cempaka.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan implementasi pada PPI dengan etika batuk dan bersin di ruang
Cempaka RSUD Banyumas, Mahasiswa mampu
a) Mampu membuat dan melaksanakan POA etika batuk dan bersin
b) Mampu mengoptimalkan atau meningkatkan etika batuk dan bersin
diruang Cempaka RSUD Banyumas.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pencegahan dan pengendalian Infeksi (PPI)


1. Definisi PPI
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) adalah suatu upaya yang dilakukan oleh
fasilitas kesehatan lain yang ditujukan untuk mencegah transmisi penyakit menular di
semua tempat pelayanan kesehatan. Dalam penerapan PPI, rumah sakit dan faskes
lainnya melaksanakan prosedur standar yang bertujuan untuk melindungi pasien
(klien), dan petugas kesehatan serta pengunjung atau keluarga pasien dari
kemungkinan kejadian infeksi pada saat memperoleh pelayanan kesehatan di fasilitas
kesehatan.
2. Tujuan PPI
Berikut ini adalah tujuan dari Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) adalah:
a) Membantu mengurangi penyebaran infeksi yang terkait dengan pelayanan
kesehatan, dengan penilaian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi oleh
National Infection Control Policies.
b) Mendukung promosi kualitas pelayanan kesehatan yang aman bagi pasien,
petugas kesehatan, dan orang lain dalam perawatan kesehatan dan lingkungan
dengan cara yang hemat biaya.
3. Penerapan Program PPI di Rumah Sakit
Setiap rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya harus menerapkan
program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI). Adapun pedoman yang
digunakan oleh rumah sakit dalam pelaksanaan PPI adalah Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Berikut tahapan implementasi yang perlu dilakukan oleh RS dalam program PPI:
a) Rumah sakit membentuk Komite PPI dan Tim PPI yang langsung berada
dibawah koordinasi Direktur.
b) Komite dan tim PPI bertugas dan memiliki fungsi dan kewenangan yang jelas
sesuai pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan.
c) Rumah harus menyiapkan dan memiliki Infection Prevention Control Nurse
(IPCN) yang dalam tugasnya dapat dibantu beberapa IPCLN (Infection
Prevention and Control Link Nurse) dari tiap unit, terutama yang berisiko
terjadinya infeksi. Ketentuan ratio dari IPCN adalah IPCN yang bekerja purna
waktu, dengan ratio 1 (satu) IPCN untuk tiap 100 - 150 tempat tidur di rumah
sakit.
4. Berikut ini program yang termasuk pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) yaitu :
a) Pengendalian Manajerial
Komitmen pihak manajerial baik pimpinan Fasyankes maupun Dinas
Kesehatan Provinsi dan Kab/Kota dalam memberikan dukungan manajemen
yang efektif berupa penguatan dari upaya manajerial bagi program PPI yang
meliputi:
- Membuat kebijakan pelaksanaan PPI yang merupakan bagian dari program
PPI Fasyankes dengan mengeluarkan SK penunjukkan tim/ penanggung
jawab.
- Membuat kebijakan dan standar operasionak prosedur (SOP) yang
mengatur mengenai alur pasien untuk semua pasien batuk, alur pelaporan
dan surveilans.
- Memberi pelatihan PPI bagi petugas yang terlibat dalam program PPI.
- Membuat perencanaan program PPI secara komprehensif.
- Membuat dan memastikan desain, konstruksi dan persyaratan bangunan
serta pemeliharaannya sesuai PPI.
- Menyediakan sumber daya untuk terlaksananya program PPI meliputi
tenaga, anggaran, sarana dan prasarana yang dibutuhkan termasuk aspek
kesehatan kerja.
- Melakukan monitoring dan evaluasi.
- Melakukan kajian di unit terkait penularan penyakit infeksi dengan
menggunakan daftar tilik, menganalisis dan memberikan rekomendasi
untuk perbaikan.
- Melaksanakan advokasi, komunikasi, mobilisasi dan sosialisasi terkait PPI.
- Memfasilitasi kegiatan riset operasional.
b) Pengendalian Administratif
Pengendalian administratif merupakan upaya yang dilakukan untuk
mencegah/mengurangi pajanan virus ataupun bakteri penyebab infeksi dengan
menyediakan, mensosialisasikan dan memantau pelaksanaan standar prosedur
dan alur pelayanan. Upaya yang bisa diterapkan oleh RS dan fasyankes lainnya
adalah sebagai berikut:
- Melaksanakan triase (triage), yaitu mengidentifikasi pasien melalui
pemisahan pasien batuk, mulai dari “pintu masuk” pendaftaran fasyankes
- Memberikan penyuluhan pasien mengenai etika batuk
- Menempatkan semua suspek dan pasien terinfeksi (confirm) di ruang
tunggu yang mempunyai ventilasi baik, diupayakan ≥12 ACH dan terpisah
dengan pasien umum.
- Menyediakan tisu, masker kepada pengunjung ataupun pasien, serta
menyediakan fasilitas tempat sampah yang dikategorikan infeksius dan
non-infeksius. Untuk sampah infeksius pada kantong plastik berwarna
kuning, sedangkan sampah noninfeksius atau umum pada kantong plastik
warna hitam.
- Memasang poster, spanduk dan bahan untuk KIE.
- Mempercepat proses penatalaksanaan pelayanan bagi pasien suspek dan
confirmed termasuk diagnostik, terapi dan rujukan sehingga waktu berada
pasien di fasyankes dapat sesingkat mungkin.
- Melaksanakan skrining bagi petugas yang merawat pasien confirmed.
- Menerapkan SOP bagi petugas (perawat) yang tertular confirmed
c) Pengendalian Lingkungan
Berikut ini adalah upaya yang termasuk di dalam pengendalian lingkunganPPI:
- Peningkatan dan pengaturan aliran udara/ventilasi untuk
mengurangi konsentrasi droplet nuklei di udara dengan menyalurkannya ke
arah tertentu (directional airflow) dan atau ditambah dengan radiasi
utraviolet sebagai germisida.
- Pembersihan ruangan menggunakan desinfektan
- Pemisahan ruang rawat inap antara pasien non-penyakit menular dan pasien
berpenyakit menular
d) Pengendalian dengan Alat Pelindung Diri (APD)
Penggunaan alat pelindung diri (APD) pernapasan oleh petugas kesehatan
termasuk perawat di tempat pelayanan sangat penting untuk menurunkan
resiko terpajan, sebab kadar percik renik tidak dapat dihilangkan dengan upaya
administratif dan lingkungan . Petugas kesehatan perlu menggunakan masker
respirator pada saat melakukan prosedur yang beresiko tinggi, misalnya
bronkoskopi, intubasi, induksi sputum, aspirasi sekret saluran napas, dan
pembedahan paru. Selain itu, penggunaan APD level 1,2, atau 3 disesuaikan
dengan tindakan juga perlu digunakan saat memberikan perawatan kepada
pasien confirmed atau saat menangani pasien suspected di poliklinik maupun di
rawat inap
e) Dilakukannya surveilans (HAIs dan Proses: audit kepatuhan petugas untuk cuci
tangan dan memakai APD)
Surveilans pada PPI di fasilitas pelayanan kesehatan merupakan surveilans
HAIs yaitu kegiatan yang komprehensif dalam mengumpulkan dan mencatat
data, identifikasi, analisa, evaluasi data HAIs secara terus menerus di fasyankes
untuk kemudian memberikan rekomendasi ataupun laporan kejadian tersebut
pada pihak yang berkepentingan agar dapat segera dilakukan upaya PPI yang
diperlukan.
f) Dilakukannya surveilans bertujuan untuk mendapatkan data dasar laju infeksi
fasilitas pelayanan kesehatan, menurunkan Laju Infeksi fasyankes, identifikasi
dini terkait ada atau tidanya Kejadian Luar Biasa (KLB), meyakinkan para
tenaga kesehatan untuk menerapkan upaya PPI, mengukur dan menilai
keberhasilan suatu program PPI di fasyankes, memenuhi standar mutu
pelayanan medis dan keperawatan dan salah satu unsur pendukung untuk
memenuhi akreditasi fasyankes.
B. Etika Batuk Dan Bersin
1. Pengertian Etika Batuk dan bersin
Etika batuk adalah tata cara batuk yang baik dan benar dengan cara menutup hidung
dan mulut dengan tissue atau lengan baju bagian dalam, dengan tujuan bakteri atau
virus tidak menyebar keudara dan tidak menular ke orang lain, (Umar,et all.2015).
Batuk bukanlah penyakit, batuk merupakan mekanisme pertahanan tubuh pernapasan
dan merupakan gejala suatu penyakit atau reaksi tubuh terhadap iritasi di tenggorokan
karena adanya lendir, makanan, debu, asap dan sebagainya.
2. Tujuan Etika batuk dan bersin
Tujuan dari etika batuk yaitu untuk mencegah penyebaran suatu penyakit secara luas
melalui udara bebas, droplets, dan membuat kenyamanan pada orang lain di
sekitarnya.
3. Cara Batuk dan bersin yang Baik dan Benar
Cara batuk yang baik dan benar yaitu dengan menggunakan penuup mult dan hidung
seperti tissue, lengan baju bagian dalam, atau dengan menggunakan masker. Dan
apabila menggunakan tissue, segera dibuang ketempat sampah infeksius, dan jangan
lupa cuci tangan dengan cara handwash yaitu dengan air mengalir dan sabun dengan
waktu 40 – 60 detik, atau dengan cara handscrub yaitu dengan menggunakan cairan
antiseptik selama 20- detik.
BAB III
PERENCANAAN

A. Masalah
Berdasarkan hasil pengkajian manajemen keperawatan yang dilaksanakan selama 3
hari yaitu pada tanggal 23 Februari 2021 – 25 Februari 2021 diruang Cempaka RSUD
Banyumas, di dapatkan temuan masalah belum optimalnya PPI dalam etika batuk dan
bersin, yang di dapatkan hasil pengkajian sebesar 50%.
Berdasarkan hasil pengkajian, kami dari kelompok 31 stase manajemen mengangkat
masalah belum optimalnya PPI dalam etika batuk dan bersin dengan prosentase awal
50% yang akan di implementaasikan dengan peningkatan prosentase 50% yang tadinya
50% menjadi 100%, dengan tujuan untuk mengurangi resiko infeksi yang ditularkan
melaui batuk dan bersin, melalui droplet, dan airbrone. Dengan diterapkannya etika batuk
dan bersin dapat mengurangi resiko infeksi.
B. Hasil pengkajian
Hasil pengkajian kuersioner PPI dengan etika batuk dan bersin yang di laksanakan pada
tanggal 23 Februari 2021 – 25 Februari 2021 diruang Cempaka RSUD Banyumas,
sebagai berikut :

Tabel 3.3 Pengkajian Etika Batuk Dan Bersin di


Ruang Cempaka Tanggal 23 – 25 Februari
2021 N = 3
Pasien/ keluarga

NO INDIKATOR pasien/ perawat


1 2 3
1. Petugas dengan gejala infeksi saluran √ √ √
napas menggunakan
Masker
2. Menutup hidung dan mulut dengan tisu / - - -
sapu tangan / lengan atas ketika batuk /
Bersin
3. Tisu dibuang ketempat sampah NA NA NA

4. Melakukan kebersihan tangan setelah NA NA NA


menutup mulut saat bersin atau setelah
membuang
Tisu
JUMLAH 1 1 1

PROSENTASE 3
x 100% = 50%
6
Sumber : hasil pengkajian mahasiswa Ners diruang Cempaka

Analisis data :

Dari data observasi yang didapatkan berdasarkan hasil pengkajian PPI dengan
etika batuk dan bersin yang dilakukan selama 3 hari yaitu tanggal 23 – 25 Februari
2021 di ruang Cempaka didapatkan hasil 50% , yang artinya masuk kedalam
kategori cukup.
C. POA (PLAN OF ACTION)

No Masalah Sub Masalah Target Prioritas Uraian Kegiatan Waktu


. Masalah
1. PPI Belum Pelaksanaan etika 2 1. koordinasi 3 Maret 2021
(Etika Batuk dan optimalnya batuk dan bersin dengan
Bersin) pelaksanaan meningkat sesuai kepala ruang
etika batuk dan dengan cara yang
bersin secara benar atau sesuai 2. mencari 3 Maret 2021
benar atau SOP dengan literatur
sesuai SOP di peningkatan tentang etika
ruang Cempaka prosentase 50%, bersin dan
RSUD dengan batuk
Banyumas prosentase awal
dengan 50% menjadi 3. menyiapkan 4-5 Maret 2021
prosentase 50% 100%. sarana leaflet
dan poster
etika batuk
dan bersin.

4. Sosialisasika 8 Maret 2021


n dengan
perawat
ruangan
mengenai
etika batuk
dan bersin

5. Role play 8 – 9 Maret


etika batuk 2021
dan bersin
dengan benar

6. Memberikan 10 -11 Maret


kesempatan 2021
kepada
ruangan

7. Edukasi 11 Maret 2021


dengan
pasien terkait
etika batuk
dan bersin
dengan benar

8. Evaluasi 12 – 13 Maret
2021

9. Pemasangan 13 Maret 2021


poster dan
Dokumentasi
BAB IV

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

A. Implementasi
Kami berencana untuk meningkatkan etika batuk dan bersin di Ruang Cempaka
RSUD Banyumas dari 50% menjadi 100% dengan kenaikan sebesar 50%. Penanggung
jawab pada kegiatan ini adalah Vatin Ashari Rahmawati.,S.Kep, namun untuk
pelaksanaan dilakukan oleh seluruh rekan profesi Ners dan perawat, pasien dan keluarga
pasien yang ada di ruang Cempaka RSUD Banyumas.
Uraian kegiatan yang telah terlaksana di ruang Cempaka selama 10 hari, yang
dimulai dari tanggal 3 Maret 2021 – 13 Maret 2021 dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 4.1 Rencana Pelakanaan Peningkatan Etika Batuk dan Bersin di
Ruang Cempaka RSUD Banyumas

No Kegiatan Tanggal Pelaksanaan


3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1. Koordinasi dengan kepala X
ruang 
2, Mencari literatur tentang X
etika batuk dan bersin 
dengan benar
3. Menyiapkan sarana X X
leaflet dan poster etika  
batuk dan bersin.
4. Sosialisasikan dengan X
perawat ruangan 
mengenai etika batuk
dan bersin
5. Role play etika batuk X X
dan bersin dengan benar  
6. Memberikan kesempatan X X
kepada ruangan  
7. Edukasi dengan pasien X
terkait etika batuk dan 
bersin dengan benar
8. Melakukan Evaluasi X X
 
9. Pemasangan poster dan X
Dokumentasi 
Sumber : Data Primer Mahasiswa Ners UMP 2021

Keterangan :

X : Rencana

 : Pelaksanaan

Analisis :

Berdasarkan tabel diatas, rencana kegiatan sudah dilakukan seluruhnya (100%),


rencana kegiatan sudah sesuai dengan rencana tetapi ada 1 jadwal yang maju yaitu
pemasangan poster dan dokumentasi yang direncanakan tanggal 12 – 13 Maret 2021,
namun adapun rencana kegiatan yang maju dengan rencana awal tanggal 13 Maret 2021,
dan dilaksanakan pada tanggal 10 Maret 2021.

B. Evaluasi
Kegiatan evaluasi yang sudah kami lakukan selama 2 hari yaitu tanggal 12-13 Maret
2021 didapatkan peningkatan hasil setelah dilakukan implementasi kepada perawat
ruangan, pasien dan keluarga pasien. Adapun hasil evaluasi dilihat pada tabel sebagai
berikut :
Tabel 4.2 Evaluasi Pelaksanaan Etika Batuk Dan Bersin di Ruang
CempakaRSUD Banyumas Periode 12 – 13 Maret 2021

Faktor penghambat diantaranya yaitu, terkadang perawat ruangan tidak


menegur pasien dan keluarga pasien yang tidak melakukan etika batuk dan bersin
dengan benar, dan juga perawat tidak mengenalkan adanya poster etika batuk
atau mengajarkan cara etika batuk dan bersin dengan benar pada saat orientasi
penerimaan pasien baru, disamping itu pasien terkadang tidak memperhatikan dan
membacanya poster etika batuk yang sudah ada ditembok setiap kamar pasien.
D. Kesinambungan
Dalam mempertahankan etika batuk dan bersin dengan benar di ruang Cempaka,
sebaiknya perawat ruangan tetap mempertahankan melakukan etika batuk dan bersin
dengan benar, menegur apabila ada sesama perawat, pasien, keluarga pasien apabila tidak
melakukan etika batuk dan bersin dengan benar, dan juga perlu adanya sosialisasi pada
saat orientasi penerimaan pasien baru untuk tetap mempertahankan tingkat kualitas PPI
dengan etika batuk dan bersin dengan benar di Ruang Cempaka RSUD Banyumas.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pelaksanaan peningkatan etika batuk dan besin di ruangan Cempaka sebesar 50 % dari
50% menjadi 100% setelah dilakukan pelaksanaan sosialisasi dengan perawat,
penyuluhan dengan pasien dan penempelan poster etika batk dan bersin disetiap kamar
pasien dan diruang perawat atau nurse station didapatkan hasil evaluasi 100% dalam hal
terebut terjadi peningkatan sebesar 50 % yang artinya target sudah tercapai.
B. Saran
1. Dalam mempertahankan etika batuk dan bersin dengan benar di ruang Cempaka,
sebaiknya perawat ruangan tetap mempertahankan melakukan etika batuk dan bersin
dengan benar untuk menjadi contoh untuk pasien dan keluarga pasien.
2. Menegur apabila ada sesama perawat, pasien, keluarga pasien apabila tidak melakukan
etika batuk dan bersin dengan benar
3. Perlu adanya sosialisasi pada saat orientasi penerimaan pasien baru untuk tetap
mempertahankan tingkat kualitas PPI dengan etika batuk dan bersin dengan benar di
Ruang Cempaka RSUD Banyumas.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, K (2015) . Buku Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah
Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya. Jakarta: Depkes RI.

DEPKES RI. (2003). Pedoman Pelaksanaan Kewaspadaan Universal di Pelayanan


Kesehatan.Jakarta: Depkes RI

Kemenkes. 2015. Etika Batuk yang Baik dan Benar, (dikutip


dari www.depkes.go.id/etika- batuk-yang-baik-dan-benar, diakses pada 13 Meret 2021)

Saugi, M. (2011). Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) dan PPI-TB di Rumah Sakit hal
122. Jakarta: Ditjen Bina Pelayanan Medik.

Anda mungkin juga menyukai