Anda di halaman 1dari 17

1 l JURNAL INSPIRATIF p-ISSN : 2442-8876, e-ISSN : 2528-0475

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN


MASALAH MATEMATIKA SISWA DENGAN
MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN
PROBLEM BASED LEARNING
DI KELAS X SMA

Marojahan Panjaitan, Sri R Rajagukguk


Prodi Pendidikan Matematika , Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Negeri Medan (UNIMED), 2201 Medan, Sumatera Utara, Indonesia
E-mail : marojahanpjtn@yahoo.com
E-mail: srirez216@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peningkatan kemampuan siswa


dalam memecahkan masalah matematika pada materi persamaan Linear dua variabel di
kelas X SMA Negeri 14 Medan setelah diterapkan model pembelajaran Problem Based
Learning. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2
siklus yang masing-masing siklus dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan. Subjek dalam
penelitian ini adalah siswa kelas X yang berjumlah 35 orang. Objek dalam penelitian ini
adalah upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika pada materi
persamaan Linear dua variabel.Berdasarkan hasil tes diagnostik diketahui tingkat
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa tergolong rendah dimana jumlah
siswa yang telah mencapai ketuntasan sebanyak 4 siswa dari 35 siswa atau 11,43%,
sedangkan jumlah siswa yang belum mencapai ketuntasan sebanyak 31 siswa dari 35
siswa atau 88,57% dengan nilai rata-rata kelas 20,06. Setelah pemberian tindakan pada
siklus I, diperoleh sebanyak 24 siswa dari 35 siswa atau 68,57%, telah mencapai
ketuntasan kemampuan pemecahan masalah, sedangkan sebanyak 11 siswa dari 35 siswa
atau 31,42% belum tuntas dengan nilai rata-rata kelas 70,79 dapat dilihat bahwa tingkat
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa masih dalam kategori sedang dan
kemampuan guru mengelola pembelajaran adalah 2,85 dengan kategori baik.
Selanjutnya, setelah pelaksanaan tindakan pada siklus II, diperoleh jumlah siswa yang
telah mencapai ketuntasan belajar sebanyak 33 siswa atau 94,29% dari seluruh siswa
dan 2 siswa dari 35 siswa atau 5,71% belum tuntas dengan nilai rata-rata kelas 84,36
sehingga kemempuan pemecahan masalah siswa sudah dalam kategori baik. Kemampuan
guru mengelola pembelajaran adalah 3,35 dengan kategori sangat baik. Dengan
demikian dapat dikatakan kelas tersebut telah terdapat lebih dari 85% siswa yang telah
tuntas memecahkan masalah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Sehingga pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning ini dapat dijadikan salah
satu alternatif pembelajaran.
Kata kunci : Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika, model pembelajaran
Problem Based Learning, Sistem Persamaan Linear dua variabe

Marojahan Panjaitan, Sri R Rajagukguk. Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah


Matematika Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning di Kelas
X SMA. Jurnal Inspiratif, Vol. 3 No. 2 Agustus 2017
2 l JURNAL INSPIRATIF p-ISSN : 2442-8876, e-ISSN : 2528-0475

ABSTRACT
This study aims to find out how to improve the ability of students in solving mathematical
problems on the matter of Linear equations of two variables in class X SMA Negeri 14
Medan after applied model of learning Problem Based Learning. This study is a
classroom action research conducted in 2 cycles, each cycle is implemented in 3
meetings. Subjects in this study were students of class X which amounted to 35 people.
The object of this research is the effort to improve the problem solving ability of
mathematics on the material of Linear equation of two variables. .Based on the
diagnostic test results known level of problem solving ability of students mathematics
classified low where the number of students who have reached mastery as many as 4
students from 35 students or 11.43%, while the number of students who have not reached
completeness as many as 31 students from 35 students or 88.57% with grade average
grade 20.06. After giving the action in cycle I, obtained as many as 24 students from 35
students or 68,57%, have reached the completeness of problem solving ability, while as
many as 11 students from 35 students or 31,42% not yet complete with grade average
grade 70,79 it can be seen that the level of problem solving ability of student math is still
in the medium category and the ability of teachers to manage learning is 2.85 with good
category. Furthermore, after the implementation of the action in cycle II, obtained the
number of students who have achieved mastery of learning as much as 33 students or
94.29% of all students and 2 students of 35 students or 5.71% not complete with the
average grade grade 84.36 so that the problem solving of students is in good category.
The ability of teachers to manage learning is 3.35 with very good category. Thus it can be
said that the class has been there more than 85% of students who have completed solve
the problem. So it can be concluded that there is an increase in problem solving skills of
mathematics students. So that the learning by using the model of learning Problem Based
Learning can be used as an alternative learning.
Keywords: Mathematical Problem Solving Abilities, Problem Based Learning, Linear
Equation in two variable System.

Pendahuluan memegang peranan yang sangat penting


dalam membentuk siswa yang
Pendidikan merupakan usaha berkualitas, dan cerdas. Karena
sadar untuk menumbuhkembangkan matematika merupakan suatu sarana
potensi yang ada dalam diri manusia berpikir untuk mengkaji sesuatu secara
melalui kegiatan pengajaran. Pendidikan logis dan sistematis dalam
adalah perbuatan atau proses untuk perkembangan teknologi saat ini,
memperoleh pengetahuan. Pembelajaran dimana tujuan pembelajaran matematika
merupakan proses komunikasi dua arah, dalam BSNP (dalam Wicaksana, 2014) :
mengajar yang dilakukan oleh guru, dan 1. Melatih cara berpikir dalam bernalar
belajar yang dilakukan oleh siswa. atau menarik kesimpulan, misalnya
Dalam hal ini, peranan guru bukan melalui kegiatan penyelidikan,
semata-mata memberikan informasi, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan
melainkan juga mengarahkan dan kesamaan, perbedaan, konsistens,
memberi fasilitas belajar agar proses dan inkonsistens.
belajar lebih memadai. 2. Mengembangkan aktifitas yang
Matematika sebagai salah satu menyebabkan imajinasi, intuisi, dan
pengetahuan mendasar dinilai penemuan, mengembangkan

Marojahan Panjaitan, Sri R Rajagukguk. Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah


Matematika Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning di Kelas
X SMA. Jurnal Inspiratif, Vol. 3 No. 2 Agustus 2017
3 l JURNAL INSPIRATIF p-ISSN : 2442-8876, e-ISSN : 2528-0475

pemikiran divergen orisinal, rasa Indonesia hanya menduduki peringkat


ingin tahu, membuat prediksi, dan 61 dari 65 negara dengan rata- rata skor
dugaan sementara serta mencoba– 371, sementara rata- rata skor
coba. internasional adalah 496. Sedangkan
3. Mengembangkan kemampuan pada Hasil studi Programme for
memecahkan masalah. International Student Assessment (PISA)
4. Mengembangkan kemampuan 2012 menunjukkan sistem pendidikan
menyampaikan informasi atau Indonesia masih sangat rendah. Dari 65
mengkomunikasikan gagasan antara negara anggota PISA, pendidikan
lain melalui pembicaraan lisan, Indonesia berada di bawah peringkat 64.
catatan, grafik, peta, diagram dalam Untuk literasi matematika, pelajar
menjelaskan. Indonesia berada di peringkat 64 dengan
skor 375. Adapun skor literasi sains
Hasratuddin (2015:30) juga berada di peringkat 64 dengan skor 382.
mengungkapkan bahwa: Berdasarkan hasil studi PISA 2009 dan
Matematika merupakan suatu sarana 2012 dapat dilihat bahwa Indonesia
atau cara menemukan jawaban terhadap mengalami kemerosotan dalam
masalah yang dihadapi manusia, Sejalan pendidikan, terbukti pada tahun 2009
dengan pendapat di atas, belajar indonesia berada pada peringkat ke 61
matematika diharapkan dapat dan pada tahun 2012 Indonesia
meningkatkan kemampuan berpikir, memperoleh peringkat ke 64 dari 65
bernalar, mengkomunikasikan gagasan negara. Selain itu, Berdasarkan laporan
serta dapat meningkatkan aktifitas dari TIMSS (Trends in International
kreatif dan pemecahan masalah. Mathematic And Science Study) yang
diikuti siswa kelas VIII Indonesia tahun
Ini menunjukkan bahwa 2011 untuk bidang matematika,
matematika memiliki manfaat dalam Indonesia berada diurutan ke – 38 dari
mengembangkan kemampuan siswa 42 negara yang siswanya di tes dengan
sehingga perlu untuk dipelajari. skor 386, sedangkan skor rata-rata
Cornelius (Abdurahman, M. 2009:253) internasional 500. Oleh karena itu,
mengemukakan bahwa kualitas pendidikan matematika di
Lima alasan perlunya belajar Indonesia hendaknya ditingkatksan
matematika karena matematika seiring dengan perkembangan zaman.
merupakan (1) sarana berpikir yang jelas Pada umumnya disekolah-
dan logis, (2) memecahkan masalah sekolah sering dijumpai siswa- siswi
dalam kehidupan sehari-hari, (3) yang tidak tertarik belajar matematika.
mengenal pola- pola hubungan dan Hal ini terjadi karena pada kenyataannya
generalisasi pengalaman, (4) dalam pelaksanaan pembelajaran
mengembangkan kreativitas, dan (5) matematika, metode pembelajaran yang
meningkatkan kesadaran terhadap diterapkan masih konvensional, yaitu
perkembangan budaya. berpusat pada guru. Sebagaimana
Hasil studi Programme for dinyatakan oleh Trianto (2010:1) bahwa:
International Student Assessment (PISA) “Berdasarkan hasil penelitian terhadap
2009 (dalam Wardhani & Rumiati, rendahnya hasil belajar peserta didik, hal
2011) menunjukkan sistem pendidikan tersebut disebabkan oleh pembelajaran
indonesia yang masih sangat rendah. yang didominasi oleh pembelajaran
Marojahan Panjaitan, Sri R Rajagukguk. Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning di Kelas
X SMA. Jurnal Inspiratif, Vol. 3 No. 2 Agustus 2017
4 l JURNAL INSPIRATIF p-ISSN : 2442-8876, e-ISSN : 2528-0475

tradisional. Pada pembelajaran ini menafsirkan (interprenting) dalam


suasana kelas cenderung teacher-centred proses pemahaman matematis.
sehingga siswa menjadi pasif”. Selain Sesuai yang dikemukakan oleh
itu, metode pembelajaran yang Mullis, dkk (dalam Minarni,2012)
dilakukan guru kurang menciptakan bahwa hasil pencapaian belajar
komunikasi dan interaksi yang baik matematika siswa SMP di Indonesia,
antara guru dengan siswa dan juga rata-rata internasional dalam
antara siswa dengan siswa yang kemampuan pemecahan masalah
menyebabkan proses belajar mengajar dibidang aljabar hanya 8%. Ini
yang monoton. Siswa juga kurang menunjukkan betapa rendahnya siswa
berinteraksi dengan lingkungannya Indonesia dalam penguasaan
dalam proses pembelajaran. kemampuan pemecahan masalah
Hal ini sesuai dengan yang matematis siswa.
diungkapkan oleh Isjoni (2009:40) Hasil studi pendahuluan yang
menyatakan bahwa: ”Interaksi antara dilakukan peneliti kepada siswa kelas X
guru dengan siswa dan interaksi antar SMA Negeri 14 Medan pada Mei 2017,
siswa dalam kelas sangat berpengaruh diperoleh bahwa hasil belajar siswa
besar terhadap hasil belajar. Interaksi masih tergolong rendah. Pada saat
yang saling mempengaruhi antar warga peneliti melakukan observasi pada
dikelas, melahirkan apa yang biasa proses pembelajaran dikelas guru
dinamakan iklim atau suasana kelas”. menggunakan metode ceramah dan
Nurdalilah, dkk (2013) pada tanya jawab namun pada kenyataan
penelitiannya menyatakan bahwa dikelas siswa tidak berperan aktif dalam
banyak siswa yang mengalami kesulitan menjawab pertanyaan dari guru
untuk memahami soal, menemukan dari sehingga mengakibatkan pengajaran
apa yang diketahui dari soal, rencana yang bersifat satu arah. Hasil studi
penyelesaian tidak terarah dan proses pendahuluan yang dilakukan peneliti
perhitungan atau strategi penyelesaian kepada siswa kelas X SMA Negeri 14
dari jawaban yang dibuat siswa tidak Medan pada Mei 2017, diperoleh bahwa
benar. hasil belajar siswa masih tergolong
Rendahnya kemampuan rendah. Pada saat peneliti melakukan
pemecahan matematika siswa juga observasi pada proses pembelajaran
diungkapkan oleh Napitupulu dan dikelas guru menggunakan metode
Mansyur (2011) dalam penelitiannya, ceramah dan tanya jawab namun pada
yaitu kinerja siswa dalam pemecahan kenyataan dikelas siswa tidak berperan
masalah masih dibawah 50%. Hal ini aktif dalam menjawab pertanyaan dari
sangat lemah dan jauh untuk dapat guru sehingga mengakibatkan
dikatakan tuntas. pengajaran yang bersifat satu arah.
Sama halnya dengan yang Metode mengajar konvensional yang
dikemukakan oleh Minarni (2013) digunakan guru memperkecil
Sebagian besar siswa tidak mampu kemungkinan siswa utuk terlibat aktif
membuat gambar, tabel dan atau dalam bertanya, menjawab pertanyaan,
diagram untuk membantunya mengeluarkan pendapat, dan berdiskusi
menyelesaiakan masalah (soal). dengan teman lain. Adapun yang
Kemampuan ini merupakan aspek menjawab biasanya siswa
menyelesaikan soal dengan cara
Marojahan Panjaitan, Sri R Rajagukguk. Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning di Kelas
X SMA. Jurnal Inspiratif, Vol. 3 No. 2 Agustus 2017
5 l JURNAL INSPIRATIF p-ISSN : 2442-8876, e-ISSN : 2528-0475

menirukan cara guru atau contoh soal merepresentasikan masalah ke dalam


yang ada. Selain itu masalah ini bentuk konsep dasar yang benar, serta
diperkuat dengan hasil wawancara mampu menerapkan strategi dan
dengan guru mata pelajaran matematika memecahkan masalah walaupun masih
di kelas X SMA Negeri 14 Medan yang salah dalam perhitungan. Sementara itu,
mengatakan bahwa siswa masih terdapat 34 siswa (89,47 %) yang
mengalami kesulitan dalam pelajaran memiliki kemampuan pemecahan
Sistem persamaan linear dua variabel, masalah dengan kategori rendah
terutama dalam memecahkan masalah dikarenakan siswa belum mampu
dan menentukan langkah- langkah memahami masalah dengan benar.
penyelesaian serta metode apa yang Hudojo (2005) menyatakan bahwa :
harusnya dilakukan untuk Pemecahan masalah merupakan suatu
menyelesaikan setiap masalah tersebut. hal yang sangat essensial didalam
Abdurrahman ( 2009: 257) pengajaran matematika, disebabkan (1)
mengemukakan bahwa: “Dalam siswa menjadi terampil menyeleksi
menyelesaikan soal- soal cerita banyak informasi yang relevan, kemudian
anak yang mengalami kesulitan. menganalisanya dan akhirnya meneliti
Kesulitan tersebut tampak terkait dengan hasilnya, (2) kepuasan intelektual akan
pengajaran yang menuntut anak timbul dari dalam, (3) potensi intelektual
membuat kalimat matematika tanpa siswa meningkat.
terlebih dahulu memberikan petunjuk Seorang siswa dikatakan
tentang langkah- langkah yang harus memiliki kemampuan pemecahan
ditempuh”. Kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran
masalah siswa yang rendah akan matematika ketika siswa mencapai
mengakibatkan hasil belajar siswa kriteria-kriteria tertentu atau biasa
rendah pula. Siswa cenderung dikenal dengan indikator. Ada empat
menghafalkan konsep- konsep indikator pemecahan masalah
matematika sehingga kemampuan siswa matematika menurut Polya (1973:5),
dalam memecahan masalah sangat yaitu: 1) Understanding the problem
kurang. (memahami masalah), yaitu mampu
Hasil tes awal kepada 38 orang membuat apa (data) yang diketahui , apa
siswa kelas X MIPA 1 SMA N 14 yang tidak diketahui (ditanyakan),
Medan menunjukkan bahwa apakah informasi cukup, kondisi (syarat)
kemampuan pemecahan masalah siswa apa yang harus dipenuhi, dan
masih rendah. Pemberian tes awal menyatakan kembali masalah asli dalam
menunjukkan bahwa siswa kurang bentuk yang lebih operasional (dapat
mampu dalam menyelesaikan masalah dipecahkan), 2) Devising a plan
yang diberikan. Dari 4 buah soal yang (merencanakan penyelesaian), yaitu
diberikan kepada 38 siswa, diperoleh dengan mencoba mencari atau
deskripsi kemampuan siswa dalam mengingat masalah yang pernah
memecahkan masalah, yaitu; Dari 38 diselesaikan yang memiliki kemiripan
siswa, hanya 4 siswa (10,05 %) yang dengan masalah yang akan dipecahkan,
memiliki kemampuan pemecahan mencari pola atau aturan, dan menyusun
masalah dengan kategori sedang karena prosedur penyelesaian (membuat
sudah mampu memahami masalah konjektur), 3) Carrying out the plan
dengan benar, mampu (melaksanakan rencana), yaitu
Marojahan Panjaitan, Sri R Rajagukguk. Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning di Kelas
X SMA. Jurnal Inspiratif, Vol. 3 No. 2 Agustus 2017
6 l JURNAL INSPIRATIF p-ISSN : 2442-8876, e-ISSN : 2528-0475

menjalankan prosedur yang telah dibuat tersebut dapat diselesaikan. Guru


untuk mendapatkan penyelesaian, dan 4) menciptakan suasana kelas yang
Looking back (melihat kembali), fleksibel dan berorientasi pada upaya
memeriksa bagaimana hasil itu penyelidikan siswa. (Trianto, 2011 : 23).
diperoleh, memeriksa sanggahannya, Padmavathy dan Maaresh
mencari hasil itu dengan cara yang lain, (2013:47) mengemukakan bahwa: “PBL
melihat apakah hasilnya dapat dilihat menggambarkan kegiatan belajar
dengan sekilas dan memeriksa apakah dimana dengan adanya masalah
hasil atau cara itu dapat digunakan untuk mendorong pembelajaran. Artinya,
soal-soal lainnya. pembelajaran dimulai dengan masalah
Dengan demikian, maka perlu yang harus diselesaikan, dan masalah
adanya perbaikan dalam proses yang diajukan adalah sedemikian rupa
pembelajaran yang menerapkan masalah sehingga siswa perlu mendapatkan
sebagai awal pembelajaran guna siswa pengetahuan baru sebelum mereka dapat
dapat membangun pengetahuannya. memecahkan masalah”. Sejalan dengan
Sebuah pembelajaran yang menantang hal tersebut, Regehr dan Norman dalam
dan memberikan kesempatan pada siswa (Mansor dkk. 2014:261) menyatakan
untuk belajar mengkontruksi bahwa: “PBL didasarkan pada asumsi
pengetahuannya. Arends (dalam bahwa belajar bukanlah Proses
Trianto, 2011: 25) menyeleksi enam penerimaan, melainkan, konstruksi
model pengajaran yang sering dan pengetahuan baru”.
praktis digunakan guru dalam mengajar, Penelitian ini mengangkat
yaitu: presentasi, pengajaran langsung, salah satu materi pokok matematika
pengajaran konsep, pembelajaran SMA yang sulit dipelajari oleh siswa.
kooperatif, pembelajaran berdasarkan Salah satunya adalah Sistem Persamaan
masalah, dan diskusi kelas. Arends dan Linear Dua Variabel. Materi pokok ini
pakar model pembelajaran yang lain dipilih dengan dasar pemikiran siswa
berpendapat, bahwa tidak ada satu sering menemukan kesulitan dalam
model pembelajaran yang paling baik di pengoperasian bilangan bulat dan
antara yang lainnya, karena masing- kurang teliti dalam menghitung. Siswa
masing model pembelajaran dapat sering mengalami kesulitan dalam
dirasakan baik, apabila telah penggunaan atau penentuan simbol yang
diujicobakan untuk mengajarkan materi digunakan sebagai variabel dari soal
pelajaran tertentu. yang akan dijawab dan bagaimana cara
Salah satu model menyelesaikannya dan memecahkan
permbelajaran yang dapat masalahnya, siswa sering mengalami
meningkatkan kemampuan pemecahan kesulitan dalam hal menghitung pecahan
masalah adalah pembelajaran berbasis dalam bentuk aljabar, dan siswa sering
masalah atau yang dikenal dengan mengalami kesulitan dalam
Problem Based Learning, dimana dalam menterjemahkan kalimat cerita menjadi
pembelajaran ini guru memandu siswa kalimat matematika dalam bentuk
menguraikan rencana pemecahan persamaan, dan siswa kurang teliti
masalah menjadi tahap-tahap kegiatan; dalam memeriksa kembali hasil yang
guru memberi contoh mengenai telah diperoleh.
penggunaan keterampilan dan strategi Dalam pembelajaran ini
yang dibutuhkan supaya tugas-tugas masalah-masalah yang dijadikan sebagai
Marojahan Panjaitan, Sri R Rajagukguk. Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning di Kelas
X SMA. Jurnal Inspiratif, Vol. 3 No. 2 Agustus 2017
7 l JURNAL INSPIRATIF p-ISSN : 2442-8876, e-ISSN : 2528-0475

fokus dapat diselesaikan siswa melalui PTK dilakukan melalui


kerja kelompok sehingga dapat memberi beberapa tahapan siklus yang akan
pengalaman-pengalaman belajar yang dihentikan jika sudah memenuhi
beragam pada siswa sebagai kerjasama indikator keberhasilan. Siklus artinya
dan interaksi dlam kelompok, disamping putaran dan tiap siklus dilakukan
pengalaman belajar yang berhubungan melalui lima langkah yaitu perencanaan,
dengan pemecahan masalah seperti tindakan, pengamatan, evaluasi dan
membuat hipotesis, merancanag refleksi. Pada penelitian ini jika siklus
percobaan, melakukan penyelidikan, pertama tidak berhasil, yaitu proses
mengumpulkan data belajar mengajar belum meningkatkan
menginterpretasikan data, membuat hasil belajar dan kemampuan
kesimpulan, mempresentasikan, komunikasi siswa yang terlihat dari tes
berdiskusi dan membuat laporan. kemampuan komunikasi matematika,
maka akan diadakan siklus lanjutan
Metode Penelitian sampai peningkatan hasil belajar dan
Subjek dan Objek Penelitian kemampuan komunikasi matematika
Subjek dalam penelitian ini siswa tercapai. Penelitian tindakan kelas
adalah siswa kelas X MIPA 1 SMA termasuk penelitian kualitatif meskipun
Negeri 14 Medan sebanyak 35 siswa. data yang dikumpulkan dapat bersifat
Pengambilan kelas X MIPA 1 sebagai kuantitatif, dimana uraiannya bersifat
subjek dilakukan berdasarkan dari hasil deskriptif dalam bentuk kata-kata,
tes awal siswa Kelas X MIPA 1 peneliti merupakan instrumen utama
menunjukkan kemampuan pemecahan dalam pengumpulan data, proses sama
masalah matematika di kelas tersebut pentingnya dengan produk. Perhatian
masih rendah. Sehingga peneliti akan peneliti diarahkan kepada pemahaman
mengadakan penelitian di kelas tersebut. bagaimana berlangsungnya suatu
Objek dalam penelitian ini kejadian atau efek dari suatu tindakan.
adalah Penerapan Model Pembelajaran Adapun prosedur
Problem Based Learning (PBL) untuk penelitiannya adalah sebagai berikut :
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah matematika siswa.

HASIL PENELITIAN
Gambar 1. Prosedur Penelitian
Hasil Penelitian pemecahan masalah matematika siswa
Berdasarkan hasil penelitian pada materi sistem persamaan linear dua
dapat disimpulkan bahwa kemampuan variabel melalui penerapan Model
Marojahan Panjaitan, Sri R Rajagukguk. Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning di Kelas
X SMA. Jurnal Inspiratif, Vol. 3 No. 2 Agustus 2017
8 l JURNAL INSPIRATIF p-ISSN : 2442-8876, e-ISSN : 2528-0475

Pembelajaran Berbasis Masalah Nilai rata-rata kelas pada tes


mengalami peningkatan. Hal ini dapat kemampuan komunikasi siklus I 70,79
dilihat dari : dan meningkat menjadi 84,36 pada
1. Peningkatan nilai rata-rata yang siklus II. Lebih jelasnya dapat dilihat
diperoleh siswa pada tabel berikut
:
Tabel 1. Deskripsi Kemampuan Siswa Setiap Siklus
Interval Nilai Kategori Tes Diagnostik Siklus I Siklus II
90 – 100 Sangat Tinggi 0 2 13
80 – 89 Tinggi 1 7 11
70 – 79 Sedang 3 15 9
60 – 69 Rendah 15 10 2
0 – 59 Sangat Rendah 16 1 0
Jumlah 35 35 35
Rata-rata kelas 50,14 70,79 84,36
Persentase ketuntasan klasikal 11,43% 65,71% 94,29%
Persentase yang tidak tuntas 88,57% 34,29% 5,71%
18 16
16 15 15
14
12 11
10
10 9
8 Tes Diagnostik
8 7
6 Siklus I
4 3
2 2 Siklus II
2 1 1
0 0
0
Kemampuan Kemampuan Kemampuan Kemampuan Kemampuan
Sangat Tinggi Sedang Rendah Sangat
Tinggi Rendah

Gambar 2. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Pada Setiap Tindakan

1. Deskripsi Hasil Tes 1. Kemampuan siswa dalam


Kemampuan Pemecahan memahami masalah, dalam hal ini
Masalah I tingkat kemampuan siswa dalam
Adapun pelaksanaan tes siklus I menulis apa yang diketahui dan apa
setelah pembelajaran dengan yang ditanya dala soal (kategori I)
menggunakan Model Pembelajaran pada lampiran 20, terdapat 13 siswa
Problem Based Learning yang telah dari 35 siswa atau 37,14% yang
dilaksanakan pada tanggal 21 November memiliki kemampuan sangat tinggi,
2017 dengan 35 siswa. Berdasarkan 4 siswa dari 35 siswa atau 11,43%
hasil jawaban siswa dari tes kemampuan yang memiliki kemampuan tinggi,
pemecahan masalah siswa sebagai 14 siswa dari 35 siswa atau 40%
berikut: yang memiliki kemampuan sedang,
4 siswa dari 35 siswa atau 11,43%

Marojahan Panjaitan, Sri R Rajagukguk. Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah


Matematika Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning di Kelas
X SMA. Jurnal Inspiratif, Vol. 3 No. 2 Agustus 2017
9 l JURNAL INSPIRATIF p-ISSN : 2442-8876, e-ISSN : 2528-0475

yang memiliki kemampuan rendah. siklus I adalah 6,43 dengan


Rata-rata skor kemampuan siswa persentasi 80% hasil lengkapnya
dalam memahami masalah pada tes dapat dilihat tabel berikut :
kemapuan pemecahan masalah

Tabel 2. Tingkat Kemampuan siswa Memahami Masalah Pada Tes Kemampuan


Pemecahan Masalah I
Nilai Tingkat Banyak Persentasi Rata-rata
Kemampuan Siswa Jumlah Siswa Kemampuan
Siswa
90-100 Sangat tinggi 13 orang 37,14%
80-89 Tinggi 4 orang 11,43%
6,43
70-79 Sedang 14 orang 41,17% (80%)
50-69 Rendah 4 orang 11,76% Sedang
0-49 Sangat rendah 0 orang 0%
Jumlah 35 orang 100%
2. Kemampuan siswa dalam 2,86% yang memiliki kemampuan
merencanakan pemecahan masalah rendah, dan terdapat 6 siswa dari 35
(kategori II) pada lampiran 20, siswa atau 17,14% yang memiliki
terdapat 5 siswa dari 35 siswa atau kemampuan sangat rendah. Rata-
14,29% yang memiliki kemampuan rata skor kemampuan siswa dalam
sangat tinggi, terdapat 11 siswa dari merencanakan pemecahan masalah
35 siswa atau 31,43% yang pada tes kemampuan pemecahan
memiliki kemampuan tinggi, 12 masalah siklus I adalah 8,77 dengan
siswa dari 35 siswa atau 34,29% persentase 73,10% hasil
yang memiliki kemampuan sedang, selengkapnya dapat dilihat dari
terdapat 1 siswa dari 35 siswa atau tabel berikut:
Tabel 3. Tingkat Kemampuan Siswa Merencanakan Pemecahan Masalah
Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I
Nilai Tingkat Banyak Persentasi Rata-rata
Kemampuan Siswa Jumlah Siswa Kemampuan
Siswa
90-100 Sangat tinggi 5 orang 14,29%
80-89 Tinggi 11 orang 31,43%
8,77
70-79 Sedang 12 orang 34,29% (73,10%)
50-69 Rendah 1 orang 2,86% Sedang
0-49 Sangat rendah 6 orang 17,14%
Jumlah 35 orang 100%
3. Kemampuan siswa dalam terdapat 5 siswa dari 35 siswa atau
melaksanakan pemecahan masalah 14,29% yang memiliki kemampuan
(kategori III) pada lampiran 20, sangat tinggi, terdapat 11 siswa dari
Marojahan Panjaitan, Sri R Rajagukguk. Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning di Kelas
X SMA. Jurnal Inspiratif, Vol. 3 No. 2 Agustus 2017
10 l JURNAL INSPIRATIF p-ISSN : 2442-8876, e-ISSN : 2528-0475

35 siswa atau 31,43% yang rendah. Rata-rata skor kemampuan


memiliki kemampuan tinggi, siswa dalam melaksanakan
terdapat 4 siswa dari 35 siswa atau pemecahan masalah pada tes
11.43% yang memiliki kemampuan kemampuan pemecahan masalah
sedang, terdapat 13 siswa dari 35 siklus I adalah 8,86 dengan
siswa atau 37,14% yang memiliki persentase 73,81% hasil
kemampuan rendah, dan terdapat 2 selengkapnya dapat dilihat dari
siswa dari 35 siswa atau 2,71% tabel berikut:
yang memiliki kemampuan sangat
Tabel 4. Tingkat Kemampuan Siswa Melaksanakan Pemecahan Masalah Pada
Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I
Nilai Tingkat Banyak Persentasi Rata-rata
Kemampuan Siswa Jumlah Siswa Kemampuan Siswa

90-100 Sangat tinggi 5 orang 14,29%


80-89 Tinggi 11 orang 31,43%
70-79 Sedang 4 orang 11,43% 8,86
(73,81%)
50-69 Rendah 13 orang 37,14%
Sedang
0-49 Sangat rendah 2 orang 2,71%
Jumlah 35 orang 100%
4. Kemampuan siswa dalam kemampuan rendah, dan terdapat
memeriksa kembali pemecahan 20 siswa dari 35 siswa atau 57,14%
masalah (kategori IV) pada yang memiliki kemampuan sangat
lampiran 20, terdapat 1 siswa dari rendah. Rata-rata skor kemampuan
35 siswa atau 2,86% yang memiliki siswa dalam memeriksa kembali
kemampuan sangat tinggi, 1 siswa pemecahan masalah pada tes
dari 35 siswa atau 2,86% yang kemampuan pemecahan masalah
memiliki kemampuan tinggi, siklus I adalah 4,69 dengan
terdapat 7 siswa dari 35 siswa atau persentase 58,57% hasil
20% yang memiliki kemampuan selengkapnya dapat dilihat dari
sedang, terdapat 6 siswa dari 35 tabel berikut:
siswa atau 17,14% yang memiliki
Tabel 5. Tingkat Kemampuan Siswa Memeriksa Kembali Pemecahan Masalah
Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I
Nilai Tingkat Banyak Persentasi Rata-rata
Kemampuan Siswa Jumlah Siswa Kemampuan
Siswa
90-100 Sangat tinggi 1 orang 2,86%
80-89 Tinggi 1 orang 2,86%
4,69
70-79 Sedang 7 orang 20%
(58,57%)
50-69 Rendah 6 orang 17,14% Rendah
0-49 Sangat rendah 20 orang 57,14%
Dari data di atas dapat dilihat berdasarkan diagram sebagai berikut:

Marojahan Panjaitan, Sri R Rajagukguk. Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah


Matematika Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning di Kelas
X SMA. Jurnal Inspiratif, Vol. 3 No. 2 Agustus 2017
11 l JURNAL INSPIRATIF p-ISSN : 2442-8876, e-ISSN : 2528-0475

80 73,81
73,1

Tingkat Kemampuan
80 58,57
60

Siswa
40
20
0
Memahami Merencanakan Melaksanakan Memeriksa
Masalah Pemecahan Pemecahan Kembali
Masalah Masalah

Gambar 3. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Pada


Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I
Berdasarkan tes kemampuan kemampuan pemecahan masalah
pemecahan masalah I yang telah sedang, terdapat 10 siswa dari 35 siswa
diberikan kepada 35 siswa, berikut atau 28,57% mempunyai kemampuan
rincian indikator pencapaian pemecahan masalah rendah, dan terdapat
kemampuan pemecahan masalah, 1 siswa dari 35 siswa atau 2,86%
terdapat 2 siswa dari 35 siswa atau mempunyai kemampuan pemecahan
5,71% mempunyai kemampuan masalah sangat rendah. Rata-rata skor
pemecahan masalah yang sangat tinggi, kemampuan siswa dalam menyelesaikan
terdapat 7 siswa dari 35 siswa atau 20% tes kemampuan pemecahan masalah
mempunyai kemampuan pemecahan siklus I adalah 28,54 dengan persentase
masalah tinggi, terdapat 15 siswa dari 70,79% hasil selengkapnya dapat dilihat
35 siswa atau 42,86% mempunyai dari tabel berikut:
Tabel 6. Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
Pada Tes Kemampuan Pemecahan I
Nilai Tingkat Banyak Persentasi Rata-rata
Kemampuan Siswa Jumlah Siswa Kemampuan
Siswa
90-100 Sangat tinggi 2 orang 5,71%
80-89 Tinggi 7 orang 20%
70-79 Sedang 15 orang 42,86% 28,54
50-69 Rendah 10 orang 28,57% (70,79%)
0-49 Sangat rendah 1 orang 2,86% Sedang
Jumlah 35 orang 100%
Secara keseluruhan, tingkat sebanyak 23 siswa dari 35 siswa atau
kemampuan siswa dalam memecahkan 65,71%, sedangkan jumlah siswa yang
masalah pada tes kemampuan belum mencapai ketuntasan sebanyak 12
pemecahan masalah I adalah 70,79% siswa dari 34 siswa atau 34,29%. Hal ini
dengan nilai rata-rata 28,54. Jumlah dapat dilihat dari diagram sebagai
siswa yang telah mencapai ketuntasan berikut:

Marojahan Panjaitan, Sri R Rajagukguk. Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah


Matematika Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning di Kelas
X SMA. Jurnal Inspiratif, Vol. 3 No. 2 Agustus 2017
12 l JURNAL INSPIRATIF p-ISSN : 2442-8876, e-ISSN : 2528-0475

15
15
10

Banyak Siswa
10 7

5 2
1

0
Kemampuan Kemampuan Kemampuan Kemampuan Kemampuan
Sangat Tinggi Sedang Rendah Sangat
Tinggi Rendah

Gambar 4. Deskripsi Tingkat Keampuan Pemecahan Masalah Siswa


Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I

2. Deskripsi Hasil Tes 1. Kemampuan siswa dalam memahami


Kemampuan Pemecahan masalah, dalam hal ini tingkat
Masalah II kemampuan siswa dalam menulis apa
Kriteria penilaian pada tes yang diketahui dan apa yang ditanya
pemecahan masalah II ini, sama dengan dala soal (kategori I) pada lampiran 26,
kriteria penilaian pemecahan masalah terdapat 19 siswa dari 35 siswa atau
pada siklus I, yaitu penilaian pada setiap 54,29% yang memiliki kemampuan
langkah pemecahan masalah (1) sangat tinggi, 7 siswa dari 35 siswa
kemampuan memahami masalah, (2) atau 20% yang memiliki kemampuan
kemampuan merencanakan pemecahan tinggi, dan 9 siswa dari 35 siswa atau
masalah, (3) kemampuan melaksanakan 25,71% yang memiliki kemampuan
pemecahan masalah sesuai rencana, dan sedang. Rata-rata skor kemampuan
(4) kemampuan memeriksa kembali siswa dalam memahami masalah pada
pemecahan masalah. Berdasarkan data tes kemapuan pemecahan masalah
pada tes kemampuan pemecahan siklus I adalah 7,29 dengan persentasi
masalah II, dapat dilihat kemampuan 91,07% hasil lengkapnya dapat dilihat
siswa dalam menyelesaikan sebagai tabel berikut:
berikut:
Tabel 7. Tingkat Kemampuan siswa Memahami Masalah
Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II
Nilai Tingkat Banyak Persentasi Rata-rata
Kemampuan Siswa Jumlah Siswa Kemampuan
Siswa

90-100 Sangat tinggi 19 orang 54,29%


80-89 Tinggi 7 orang 20 %
7,29
70-79 Sedang 9 orang 25, 71 % (91,07%)
50-69 Rendah 0 orang 0% Sangat Tinggi
0-49 Sangat rendah 0 orang 0%
Jumlah 35 orang 100%

Marojahan Panjaitan, Sri R Rajagukguk. Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah


Matematika Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning di Kelas
X SMA. Jurnal Inspiratif, Vol. 3 No. 2 Agustus 2017
13 l JURNAL INSPIRATIF p-ISSN : 2442-8876, e-ISSN : 2528-0475

2. Kemampuan siswa dalam yang memiliki kemampuan sedang.


merencanakan pemecahan masalah Rata-rata skor kemampuan siswa
(kategori II) pada lampiran 26, dalam memahami masalah pada tes
terdapat 6 siswa dari 35 siswa atau kemampuan pemecahan masalah II
17,14% yang memiliki kemampuan adalah 9,34 dengan persentase
sangat tinggi, 8 siswa dari 35 siswa mencapai 77,95%. Hasil
atau 20,58% yang memiliki selengkapnya dapat dilihat pada
kemampuan tinggi, dan terdapat 21 tabel sebagai berikut:
siswa dari 35 siswa atau 61,76%
Tabel 8. Tingkat Kemampuan siswa Merencanakan Masalah
Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II
Nilai Tingkat Banyak Persentasi Rata-rata
Kemampuan Siswa Jumlah Siswa Kemampuan
Siswa
90-100 Sangat tinggi 6 orang 17,14%
80-89 Tinggi 8 orang 22,86%
70-79 Sedang 21 orang 60% 9,26
50-69 Rendah 0 orang 0% (77,14%)
0-49 Sangat rendah 0 orang 0% Sedang
Jumlah 35 orang 100%

3. Kemampuan siswa dalam memiliki kemampuan sedang. Rata-


melaksanakan pemecahan masalah rata skor kemampuan siswa dalam
(kategori III) pada lampiran 26, melaksanakan masalah pada tes
terdapat 18 siswa dari 35 siswa atau kemampuan pemecahan masalah
51,43% yang memiliki kemampuan siklus I adalah 10,74 dengan
sangat tinggi, 13 siswa dari 35 persentasi 89,52% hasil
siswa atau 37,14% yang memiliki lengkapnya dapat dilihat tabel
kemampuan tinggi, dan 4 siswa dari berikut:
35 siswa atau 11,43% yang

Tabel 9. Tingkat Kemampuan Siswa Melaksanakan Pemecahan Masalah


Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II
Nilai Tingkat Banyak Persentasi Rata-rata
Kemampuan Siswa Jumlah Siswa Kemampuan
Siswa

90-100 Sangat tinggi 18 orang 51,43%


80-89 Tinggi 13 orang 37,14%
10,74
70-79 Sedang 4 orang 11,43% (89,52%)
50-69 Rendah 0 orang 0% Sangat Tinggi
0-49 Sangat rendah 0 orang 0%
Jumlah 35 orang 100%

Marojahan Panjaitan, Sri R Rajagukguk. Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah


Matematika Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning di Kelas
X SMA. Jurnal Inspiratif, Vol. 3 No. 2 Agustus 2017
14 l JURNAL INSPIRATIF p-ISSN : 2442-8876, e-ISSN : 2528-0475

4. Kemampuan siswa dalam dan 5 siswa dari 34 siswa atau


memeriksa kembali pemecahan 14,70% yang memiliki kemampuan
masalah (kategori IV) pada rendah. Rata-rata skor kemampuan
lampiran 26, terdapat 11 siswa dari siswa dalam memeriksa kembali
34 siswa atau 32,35% yang pada tes kemampuan pemecahan
memiliki kemampuan sangat tinggi, masalah II adalah 6,85 dengan
9 siswa dari 34 siswa atau 26,47% persentase mencapai 85,64%. Hasil
yang memiliki kemampuan tinggi, selengkapnya dapat dilihat pada
9 siswa dari 34 siswa atau 26,47% tabel sebagai berikut:
yang memiliki kemampuan sedang,
Tabel 10. Tingkat Kemampuan Siswa Memeriksa Kembali Pemecahan Masalah
Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II
Nilai Tingkat Banyak Persentasi Rata-rata
Kemampuan Siswa Jumlah Siswa Kemampuan
Siswa

90-100 Sangat tinggi 12 orang 34,29%


80-89 Tinggi 9 orang 25,71%
70-79 Sedang 9 orang 25,71% 6,80
50-69 Rendah 5 orang 14,29% (85 %)
0-49 Sangat rendah 0 orang 0% Tinggi
Jumlah 35 orang 100%
Dari data di atas dapat dilihat berdasarkan diagram sebagai berikut:
Tingkat Kemampuan

95 91,07
89,52
90 85
Siswa

85
80 77,14

75
70
Memahami Merencanakan Melaksanakan Memeriksa
Masalah Pemecahan Pemecahan Kembali
Masalah Masalah

Gambar 5. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa


Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II
Berdasarkan tes kemampuan pemecahan 29,41% mempunyai kemampuan
masalah II yang telah diberikan kepada pemecahan masalah tinggi, dan 9 siswa
34 siswa, berikut rincian indikator dari 34 siswa atau 26,47% mempunyai
pencapaian kemampuan pemecahan kemampuan pemecahan masalah
masalah siswa, terdapat 13 siswa dari 34 sedang, dan 2 siswa dari 34 siswa atau
siswa atau 38,23% mempunyai 5,88% mempunyai kemampuan
kemampuan pemecahan masalah sangat pemecahan masalah rendah.
tinggi, 10 siswa dari 34 siswa atau

Marojahan Panjaitan, Sri R Rajagukguk. Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah


Matematika Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning di Kelas
X SMA. Jurnal Inspiratif, Vol. 3 No. 2 Agustus 2017
15 l JURNAL INSPIRATIF p-ISSN : 2442-8876, e-ISSN : 2528-0475

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang dibangun dalam diri seseorang melalui


diperoleh bahwa model pembelajaran proses interaksi yang berkesinambungan
berbasis masalah dapat meningkatkan dengan lingkungan. Menurut psikologi
kemampuan pemecahan masalah kognitif, belajar diapndang sebagai suatu
matematika pada siswa kelas X SMA usaha untuk mengerti sesuatu. Usaha itu
Negeri 14 Medan pada materi system dilakukan oleh siswa. Keaktifan itu
persamaan linear dua variabel. dapat berupa mencari pengalaman,
Peningkatan kemampuan pemecahan mencari informasi, memecahkan
masalah matematika siswa terlihat dari masalah, mencermati lingkungan,
peningkatan nilai rata-rata, peningkatan mempraktikkan sesuatu untuk mencapai
penguasaan (kemampuan pemecahan suatu tujuan tertentu (Surya, 2017).
masalah matematika) siswa persentase Dengan melihat hasil pengamatan dan
ketuntasan belajar individu dan hasil belajar siswa yang diperoleh dalam
ketuntasan belajar klasikal. Dengan siklus II, maka hipotesis dapat dicapai,
demikian model pembelajaran berbasis sehingga tidaklah perlu dilakukan siklus
masalah merupakan salah satu upaya selanjutnya.
yang dapat dilakukan untuk Hasil penelitian ini juga
meningkatkan kemampuan pemecahan didukung oleh penelitian yang
masalah matematika siswa. sebelumnya yang dilakukan oleh Anting
Ada beberapa teori belajar (2015) di kelas VIII SMP Negeri 1
yang mendukung hasil tersebut, yaitu Badiri, menyatakan bahwa terdapat
teori belajar Konstruktivisme. Menurut peningkatan pemecahan masalah. Nilai
pandangan konstruktivisme, belajar rata-rata kemampuan pemecahan
merupakan suatu proses pembentukan masalah yang berjumlah 42 siswa pada
pengetahuan. Pembentukan ini harus tes diagnostik adalah 27,74%. Setelah
dilakukan oleh siswa. Ini berarti sesuai dilakukannya tes pada siklus I, nilai rata-
dengan karakteristik dari Problem Based rata kemampuan pemecahan masalah
Learning (PBL) bahwa pembelajaran itu meningkatkan menjadi 63,03 dengan
harus berpusat pada siswa. Teori ini tingkat ketuntasan klasikal 52,94% dan
menjelaskan peranan utama dalam setelah dilakukan siklus II, diperoleh
kegiatan belajar adalah aktivitas siswa rata-rata tes kemampuan pemecahan
dalam mengkonstruksi pengetahuannya masalah siswa menjadi 32,45 dengan
sendiri, melalui bahan, media, peralatan, ketuntasan klasikal 85,29%.
lingkungan, dan fasilitas lainnya yang Data yang diperoleh di atas
disediakan untuk membantu menunjukkan bahwa kegiatan belajar
pembentukan tersebut. Peranan guru mengajar dan penyampaian materi
pada pendekatan ini lebih sebagai pelajaran pada pokok bahasan system
mediator dan fasilitator bagi siswa. Hal persamaan linear dua variabel dapat
senada yang datang dari teori belajar diupayakan berhasil dengan
yang mengemukakan bahwa menggunakan model pembelajaran
pengetahuan yang dimiliki seseorang Problem Based Learning dan dapat
merupakan hasil konstruksi(bentukan) ditingkatkan. Dengan demikian
orang itu sendiri. Selanjutnya menurut pembelajaran dengan menerapkan model
teori belajar kognitivistik, pengetahuan pembelajaran Problem Based Learning
Marojahan Panjaitan, Sri R Rajagukguk. Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning di Kelas
X SMA. Jurnal Inspiratif, Vol. 3 No. 2 Agustus 2017
16 l JURNAL INSPIRATIF p-ISSN : 2442-8876, e-ISSN : 2528-0475

mempunyai peranan penting sebagai kemampuan pemecahan masalah


salah satu upaya untuk meningkatkan matematika siswa.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembelajaran baik yang dialami siswa
pembahasan bab IV, kesimpulan yang maupun guru pada pembelajaran ini
diperoleh pada penelitian adalah dapat diatasi dengan segera mungkin.
penerapan model pembelajaran Problem Hal ini dapat dilihat dari peningkatan
Based Learning dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa
kemampuan pemecahan masalah sebesar 28,58% dari 65,71% pada siklus
matematika siswa kelas X MIPA 1 SMA I meningkat menjadi 94,29% pada siklus
Negeri 14 Medan dengan membagi II. Selain itu, pada siklus I jumlah siswa
setiap kelompok terdiri dari 5-6 orang, yang mencapai peningkatan kemampuan
memberikan masalah – masalah yang pemecahan masalah sebanyak 23 siswa
berkaitan dengan dunia nyata yang lebih dari 35 siswa pada siklus I meningkat
bervariasi, guru memberikan reward menjadi 33 siswa pada siklus II. Nilai
kepada kelompok yang terbaik, selalu rata-rata kelas 70,79 pada siklus I dan
mengadakan evaluasi dan refleksi pada meningkat menjadi 84,36 pada siklus II
akhir pembelajaran yang telah sehingga diperolah peningkatan nilai
dilakukan, sehingga kesulitan yang rata-rata kemampuan pemecahan
mempengaruhi keberhasilan masalah siswa sebesar 13,57.

Saran meningkatkan kemampuan


Adapun saran yang dapat pemecahan masalah matematika
diambil dari hasil penelitian ini, yaitu: siswa..
1. Kepada guru khususnya guru 2. Kepada peneliti lanjutan agar hasil
matematika disarankan dan perangkat penelitian ini dapat
memperhatikan kemampuan siswa dijadikan pertimbangan untuk
dalam memecahkan masalah dan menerapkan model pembelajaran
melibatkan siswa dalam proses Problem Based Learning pada
pembelajaran yang aktif, dan materi sistem persamaan linier dua
menggunakan model pembelajaran variabel ataupun materi lain yang
Problem Based Learning sebagai dapat dikembangkan untuk
salah satu alternatif untuk penelitian selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono, (2012), Cockroft, W.H., (1982), Mathematics


Pendidikan Bagi Anak Count, Commercial Colour Press,
Berkesulitan Belajar, Rineka London.
Cipta, Jakarta. Hadijah, S., dkk, (2016), Pengaruh
BSNP, (2006), Permendiknas No. 22 Pembelajaran Kooperatif Tipe
Tahun 2006, Depdiknas : Jakarta. Jigsaw Terhadap Kemampuan
Pemahaman Konsep dan
Marojahan Panjaitan, Sri R Rajagukguk. Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning di Kelas
X SMA. Jurnal Inspiratif, Vol. 3 No. 2 Agustus 2017
17 l JURNAL INSPIRATIF p-ISSN : 2442-8876, e-ISSN : 2528-0475

Komunikasi Matematik Siswa, Jurnal Pendidikan Matematika


Jurnal Tabularasa PPS PARADIKMA, 6 : 109-119
UNIMED, 13 : 285 – 298 Padmavathy, R.D, dan K,
Hasratuddin., (2015), Mengapa Harus Maaresh.Effectiveness of
Belajar Matematika, Malang: Problem Based Learning In
Perdana Publishing, Jakarta. Mathematics. International
Hudojo., (2005), Pengembangan Multidisciplinary e-Journal.
Kurikulum dan Pembelajaran ISSN 2277-4262, 2013.
Matematika. Penerbit UM Press. Diambil dari
Isjoni,H., (2009), Pembelajaran http://shreeprakashan.com/Doc
Kooperatif, Pustaka Belajar, uments/2013128181315606.6.
Yogyakarta. %20Padma%20Sasi.pdf(diakse
Lubis, D.S., dkk., (2015), Peningkatan s pada tanggal 20 Agustus
Kemampuan Pemecahan 2017).
Masalah Matematik dan PISA 2012. 2013. Result in Focus, What
Kemandirian Belajar Siswa 15-Year- Olds Known and Why
SMP melalui Model They can do with what they
Pembelajaran Berbasis Masalah, know. OECD, Programme for
Jurnal Paradikma, Vol.8, International Student
Nomor3 Assesment.
Minarni, A., (2013), Pengaruh Polya, G., (1973), How To Solve It, A
Pembelajaran Berbasis Masalah New Aspect of Mathematical
Terhadap Kemampuan Method, Princeton University,
Pemahaman Matematis Siswa Princeton.
SMP Negeri Di Kota Bandung, Surya, E dan Novalina, R. (2017).
Jurnal Paradikma, Vol.6, Pengaruh Problem Based
Nomor 2 Learning (PBL) Terhadap
Minarni, A., (2012), Pengaruh Kemampuan Pemecahan
Pembelajaran Berbasis Masalah Masalah Matematika Siswa
Terhadap Kemampuan SMP. Jurnal Kepustakaan.
Pemahaman Matematis. https://www.researchgate.net/pu
Prosiding Seminar Nasional blication/320322613
FMIPA UNIMED, ISBN:978- Trianto, (2011), Mendesain Model
979-16353-8-7. (Diakses 17 Pembelajaran Inovatif-
September 2017). Progresif, Kencana Prenada
Napitupulu dan Mansyur. (2011). Media grup, Jakarta.
Kemampuan Pemecahan Wicaksana,A. 2014 .Komparasi
Masalah Matematis Siswa. Kemampuan Pemecahan
Generasi Kampus, 4 : 139-148. Masalah Antara Pembelajaran
Nurdalilah, dkk. 2013. Perbedaan MEAs Dan Arias Materi
Kemampuan Penalaran Kubus dan Balok Kelas-VIII .
Matematika dan Pemecahan Diambil dari
Masalah pada Pembelajaran http://lib.unnes.ac.id/21271/1/4
Berbasis Masalah dan 101410053-S.pdf (15 Agustus
Pembelajaran Konvensional di 2017).
SMA negeri 1 Kualuh Selatan,

Marojahan Panjaitan, Sri R Rajagukguk. Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah


Matematika Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning di Kelas
X SMA. Jurnal Inspiratif, Vol. 3 No. 2 Agustus 2017

Anda mungkin juga menyukai