Anda di halaman 1dari 3

Janganlah Menyelisihi 

Sunnah
Posted by Admin pada 18/04/2009

Allah mengancam dengan keras orang-orang yang berani membantah ajaran Nabi-Nya. Tidak saja
diancam dengan adzab akhirat, namun banyak yang disegerakan hukumannya di dunia.

Salah seorang murid Imam Ahmad bernama Abu Thalib mengatakan: “Saya mendengar Imam Ahmad
ditanya tentang sebuah kaum yang meninggalkan hadits dan cenderung kepada pendapat Sufyan (salah
seorang ulama kala itu).” Maka Imam Ahmad berkata: “Saya meresa heran terhadap sebuah kaum yang
tahu hadits dan tahu sanad hadits serta keshahihannya lalu meninggalkannya, lantas pergi kepada
pendapat Sufyan dan yang lainnya padahal Allah berfirman: “Maka hendaklah berhati-hati orang yang
menyelisihi perintah Rasul-Nya untuk tertimpa fitnah atau tertimpa adzab yang pedih.” (An-Nur: 63).
Tahukah kalian apa arti fitnah? Fitnah adalah kufur. Allah berfirman . “Dan fitnah itu lebih besar daripada
pembunuhan.” (Fathul Majid: 466)

Ayat yang dibacakan oleh Imam Ahmad tersebut benar-benar merupakan ancaman keras bagi orang-
orang yang menyelisihi Sunnah Nabi. Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini katanya: “Hendaklah takut siapa
saja yang menyelisihi syariat Rasul secara lahir maupun bathin untuk tertimpa fitnah dalam hatinya baik
berupa kekafiran, kemunafikan atau bid’ah atau tertimpa adzab yang pedih di dunia dengan dihukum mati
atau dihukum had atau dipenjara atau sejenisnya.” (Tafsir Ibnu Katsir: 3/319)

Allah juga berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman janganlah kalian keraskan suara kalian di atas suara Nabi dan jangan
kalian bersuara keras terhadap Nabi sebagaimana kerasnya suara sebagian kalian kepada sebagian
yang lain supaya tidak gugur amal kalian sedangkan kalian tidak menyadarinya.” (Al Hujurat: 2)

Ibnul Qayyim menjelaskan ayat ini katanya: “Allah memperingatkan kaum mukminin dari gugurnya amal-
amal mereka dengan sebab mereka mengeraskan suara kepada Rasul sebagaimana kerasnya suara
mereka kepada sebagian yang lain. Padahal amalan ini bukan merupakan kemurtadan bahkan sekedar
maksiat, akan tetapi ia dapat menggugurkan amalan dan pelakunya tidak menyadari. Lalu bagaimana
dengan yang mendahulukan ucapan, petunjuk, dan jalan seseorang di atas ucapan, petunjuk dan jalan
Nabi?! Bukankah yang demikian telah menggugurkan amalannya sedang dia tidak merasa?” (Kitabush
Shalah, 65, Al Wabilush Shayyib, 24 dan Ta’dhimus Sunnah, 22-23).

Dalam hadits yang lalu Nabi menyebutkan:

“Barangsiapa yang membenci Sunnahku,dia bukan dari golonganku.” (Shahih, HR Muslim).

Maksud bukan dari golonganku artinya dia termasuk orang kafir jika ia berpaling dari Sunnah Nabi, tidak
meyakini Sunnah itu sesuai dengan nyatanya. Tapi jika ia meninggalkannya karena
menggampangkannya maka ia tidak di atas tuntunan Nabi. (Lihat Syarh Shahih Muslim, Al Imam An
Nawawi: 9/179 dan Nashihati Linnisa’ hal. 37)

Ancaman-ancaman tersebut cukup menakutkan tapi ada yang tak kalah menakutkan yaitu bahwa orang
yang menentang Sunnah Nabi terkadang Allah percepat hukumannya semasa mereka di dunia
sebagaimana diriwayatkan dalam beberapa riwayat, di antaranya:

“Dari Abdulah bin Abbas, dari Nabi bahwa beliau bersabda: ‘Jangan kalian datang kepada istri kalian
(dari safar) di malam hari.’ Kemudian di suatu saat Nabi datang dari safar maka tiba-tiba dua orang pergi

Page 1 of 3
mendatangi istri mereka (di malam hari) maka keduanya mendapati istri mereka sudah bersama laki-laki
lain. (Sunan Ad Darimi, 1/118)

Didapatinya istri mereka bersama laki-laki lain adalah hukuman bagi mereka dimana mereka melanggar
larangan Nabi untuk mendatangi istri mereka di malam hari sepulangnya dari safar, kecuali jika
sebelumnya mereka sudah terlebih dahulu memberi tahu bahwa mereka akan datang di malam itu maka
yang demikian diperbolehkan sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari (9/240, 242)

Salamah bin Al Akwa’ berkata: “Bahwa seseorang makan dengan tangan kiri di hadapan Rasulullah
maka Rasulullah menegurnya: ‘Makanlah dengan tangan kananmu.’ Ia menjawab: ‘Saya tidak bisa.’
Maka Nabi katakan: ‘Semoga kamu tidak bisa. Tidaklah menghalangi dia kecuali sombong.’ Akhirnya ia
tidak dapat mengangkat tangannya ke mulutnya.” (Shahih, HR Muslim).

Abdurrahman bin Harmalah mengisahkan, seseorang datang kepada Said bin Al Musayyib megucapkan
salam perpisahan untuk haji atau umrah, lalu Said mengatakan kepadanya: “Jangan kamu pergi hingga
kamu shalat dulu karena Rasulullah bersabda: ‘Tidaklah ada yang keluar dari masjid setelah adzan
kecuali seorang munafik, kecuali seorang yang terdorong keluar karena kebutuhannya dan ingin kembali
ke masjid.’ Kemudian orang itu menjawab: “Sesungguhnya teman-temanku berada di Harrah,” lalu
keluarlah dia dari masjid, maka Said terus terbayang-bayang mengingatnya sampai beliau dikhabari
bahwa orang tersebut jatuh dari kendaraannya dan patah pahanya. (Sunan Ad Darimi 1/119, Ta’dhimus
Sunnah hal. 31, Miftahul Jannah hal.134)

Abu Abdillah Muhammad bin Ismail At Taimi mengatakan, dirinya membaca pada sebagian kisah-kisah
bahwa sebagian ahlul bid’ah ketika mendengar sabda Nabi:

“Jika salah seorang dari kalian bangun dari tidurnya maka janganlah ia celupkan tangannya ke bejana
sebelum mencucinya terlebih dahulu karena sesungguhnya ia tidak tahu di mana tangannya barmalam.”
(Shahih, HR Al Bukhari dan Muslim)

Maka ahlul bid’ah tersebut mengatakan dengan nada mengejek: “Saya tahu di mana tanganku bermalam,
tanganku bermalam di kasur.” Lalu paginya dia bangun dari tidurnya dalam keadaan tangannya sudah
masuk ke dalam duburnya sampai ke lengannya.

At Taimy lalu berkata: “Maka berhati-hatilah seseorang untuk menganggap remeh Sunnah dan sesuatu
yang bersifat mengikut perintah agama. Lihatlah bagaimana akibat jeleknya menyampaikan kepadanya.”

Al Qadhi Abu Tayyib menceritakan kejadian yang ia alami, katanya: “Kami berada di sebuah majlis kajian
di masjid Al Manshur. Datanglah seorang pemuda dari daerah Khurasan, ia bertanya tentang masalah
musharat lalu dia minta dalilnya sehingga disebutkan dalilnya dari hadits Abu Hurairah yang menjelaskan
masalah itu. Dia -orang itu bermadzhab Hanafi – mengatakan: ‘Abu Hurairah tidak bisa diterima
haditsnya…’ Maka belum sampai ia tuntaskan ucapannya tiba-tiba jatuh seekor ular besar dari atap
masjid sehingga orang-orang loncat karenanya dan pemuda itu lari darinya. Ular itupun terus
mengikutinya. Ada orang mengatakan: ‘Taubatlah engkau! Taubatlah engkau!’ Kemudian dia
mengatakan ‘Saya bertaubat.’ Maka pergilah ular itu dan tidak terlihat lagi bekasnya.” Adz Dzahabi
berkata bahwa sanad kisah ini adalah para imam.

Itulah beberapa kejadian nyata -insya Allah- dan bukan cerita fiktif yang diada-adakan, tetapi cerita-cerita
yang diriwayatkan dengan sanad. Tentu yang demikian menjadi pelajaran buat kita karena bukan hal
yang mustahil kejadian di atas terjadi di masa kita sebagaimana terjadi di masa dulu manakala ada
seseorang yang menghina Sunnah Nabi. Ancaman ini telah ditetapkan di dalam Al Qur’an sebagaimana
firman-Nya:

“Sesungguhnya orang yang mencelamu, dialah yang terputus.” (Al Kautsar: 3)

Page 2 of 3
Yakni terputus dari segala kebaikan (Taisir Al Karimirrahman: 935)

Ibnu Katsir menjelaskan: “yang mencelamu artinya yang membencimu wahai Muhammad, dan yang
membenci apa yang engkau bawa dari petunjuk dan kebenaran serta bukti yang nyata. Dan yang terang
dialah yang akan terputus, yang hina, dan tidak akan dikenang namanya (dengan baik).

Ibnu Abbas mengatakan bahwa makna yang mencelamu adalah musuh-musuhmu. Dan ini mencakup
siapa saja yang memiliki sifat itu baik yang disebut atau yang lain.” (Tafsir Ibnu Katsir, 4/598)

Jadi apa yang telah Allah ancamkan sangat mungkin terjadi pada individu atau kelompok pada
masyarakat kita jika Allah tidak memberi rahmat-Nya. Bahkan bagi seseorang yang mengagungkan
Sunnah-Sunnah Nabi lalu ia perhatikan perilaku manusia dalam mensikapinya dengan sikap negatif, dia
akan mendapatkan kebenaran firman Allah ? di atas di mana ia akan melihat tidak sedikit dari orang-
orang yang tertimpa musibah lantaran menghina Sunnah Nabi.

Dikutip dari ttp://www.asysyariah.com, Penulis : Al Ustadz Qomar Suaidi, Lc, Judul asli: Menyelesihi sunnah menuai ancaman

Diarsipkan pada: http://qurandansunnah.wordpress.com/

Page 3 of 3

Anda mungkin juga menyukai