Anda di halaman 1dari 4

TUGAS SURVEILANS KESMAS

Oleh :

TRI IVO GIANTI NORA


KELAS C ( KESMAS )
TAHUN AKADEMIK 2021-2022

DOSEN: RAHMI KURNIA GUSTIN, SKM.M.KES

INSTITUT KESEHATAN
PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI
2021
.
Kegiatan surveilans KLB!
Penyakit-penyakit yang dapat ditularkan melalui serangga maupun vector antara lain adalah Demam
Kuning ( Yellow Fever ), Demam Berdarah, Malaria, Pes, Tifus, Kolera, dan lain-lain. Penyakit-penyakit
tersebut dapat menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) yang membutuhkan respon cepat dan
penaganan.
Tinjauan Umum Tentang Kejadian Luar Biasa DBD
1. Definisi KLB DBD KLB-DBD adalah peningkatan kejadian kesakitan 2 kali atau lebih jumlah kasus
DBD dalam suatu wilayah, dalam kurun waktu 1 Minggu/1 bulan dibandingkan dengan
minggu/bulan sebelumnya atau bulan yang sama pada tahun lalu.
2. Penyelidikan KLB Penyelidikan Kejadian Luar Biasa dilakukan berdasarkan laporan, baik dari
masyarakat maupun sarana kesehatan lainnya.

Kegiatan Pokok Program Ada 6 pokok program meliputi :


1. Surveylans Epidemiologi Terdiri dari kegiatan-kegiatan :
a. Penemuan dan pelaporan penderita, di Rumah Sakit, di Puskesmas, di klinik/dokter praktek
swasta, menggunakan sistem pelaporan yang telah baku. Penyakit DBD termasuk salah satu
penyakit menular yang dapat menimbulkan wabah, sesuai dengan UU Wabah No 4 tahun 1984,
PP no. 4 tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah dan PERMENKES No 560 th 1989
tentang jenis penyakit yg dapat menimbulkan wabah, maka penderita DBD wajib dilaporkan
dalam waktu <24 jam. Dokter yg menemukan penderita/tersangka DBD wajib melaporkannya ke
Puskesmas setempat sesuai dengan tempat tinggal penderita.
Metode :
1) Surveilans pasif : menerima pelaporan.
2) Surveilans aktif : petugas Dinas Kesehatan mendatangi RS/sarana pelayanan kesehatan
yang merawat penderita DBD.
b. Tindak lanjut penanggulangan kasus DBD di lapangan :
1) Penyelidikan epidemiologi
2) Penanggulangan seperlunya meliputi foging fokus, penggerakkan masyarakat dan
penyuluhan untuk PSN serta larvasidasi.
3) Melakukan analis berdasarkan PWS ( Pemantauan Wilayah Setempat )
2. Pemberantasan Vektor
a. Fase vektor :
1) Nyamuk dewasa : Untuk memutuskan mata rantai penularan maka nyamuk dewasa yang diduga
telah terinfeksi ( sesuai kriteria PE ) harus segera diberantas dengan cara pengasapan .
Bila sebuah daerah dinyatakan KLB, maka pengasapan massal seluruh area merupakan metode
yang harus dilakukan.
2) Jentik : dengan melakukan PSN dengan kegiatan 3 M Plus :
a) Secara fisik : 3 M (Menguras, Menutup, Mengubur)
b) Secara kimiawi : Larvasidasi (”Abate/altosid”)
c) Secara biologis : Ikanisasi; ikan adu/cupang/tempalo Cara mandiri lainnya untuk mencegah dan
mengusir nyamuk seperti menggunakan repelan, obat nyamuk bakar, obat nyamuk semprot,
menggunakan kelambu, memasang kawat kasa, mendaur ulang barang-barang bekas dll.

b. Kegiatan Pengamatan Vektor:


Pengamatan terhadap vektor khususnya jentik nyamuk perlu dilakukan terus menerus, paling tidak
seminggu sekali oleh masyarakat sendiri dengan peran aktif KADER dan dimonitor oleh petugas
puskesmas. Bulan kewaspadaan “gerakan 3M“. Pada saat Sebelum Musim Penularan, dipimpin
oleh kepala wilayah (Gubernur, Bupati, Walikota, camat/lurah). Tujuannya untuk meningkatkan
kewaspadaan dan kepedulian masyarakat memasuki musim penghujan. Kegiatannya meliputi :
 Penyuluhan intensif
 Kerja bakti ”3M PLUS”
 Kunjungan rumah
 Pemantauan Jentik Berkala di desa endemis setiap tiga bulan sekali, dilaksanakan oleh
PUSKESMAS.
 Pemantauan Jentik oleh JUMANTIK (Juru Pemantau Jentik)
 Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) dan dikomunikasikan kepada pimpinan wilayah pada rapat
bulanan, sebagai alat monitoring.
Indikator yang digunakan adalah : - Angka Bebas Jentik (ABJ) - Kontainer Indeks.

c. Pada Situasi KLB :


Perlu persiapan sarana dan prasarana termasuk mesin fogging, ULV dipastikan dalam keadaan
berfungsi, kecukupan insektisida dan larvasida dan penyediaan biaya operasional, seringkali hal-hal ini
yang menyebabkan keterlambatan dalam penanggulangan KLB. Demikian pula kesiagaan di RS untuk
dapat menampung pasien-pasien DBD, baik penyediaan tempat tidur, sarana logistik dan tenaga
medis, paramedis dan laboratorium yang siaga 24 jam. Pemerintah daerah menyiapkan anggaran
untuk perawatan gratis bagi pasien-pasien tidak mampu dan perawatan di kelas III.
3. Tata laksana kasus :
a. Pelatihan Tatalaksana klinis bagi dokter anak/penyakit dalam, dokter Puskesmas dan para medis.
b. Pelatihan bagi petugas laboratorium (klinis dan serologis)
c. Penyediaan sarana dan prasarana seperti tersedia tensimeter anak untuk melakukan test torniquet,
alat pemeriksaan trombosit dan hematokrit, cairan infus, infus set dll.

4. Penyuluhan Promosi kesehatan penyakit DBD


tidak sekedar membuat leaflet atau poster saja melainkan suatu komunikasi perubahan Perilaku dalam
Pemberantasan Sarang Nyamuk melalui pesan pokok “3M PLUS”, merupakan suatu kegiatan yang
terencana sejak dari tahap analisa situasi, perencanaan kegiatan hingga ke pelaksanaan dan evaluasi.
pencanangan Gerakan Serentak PSN (GERTAK PSN) dan Gerakan Bebas Nyamuk (GEBAS
Nyamuk). Gerakan-gerakan ini dapat disesuaikan dengan gerakan serupa yang telah ada seperti
Gerakan Jum’at Bersih, Lomba-lomba Kota bersih/kota sehat dll.

Anda mungkin juga menyukai