Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap manusia akan menjalani beberapa fase dalam kehidupannya mulai

dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa hingga lanjut usia. Saat ini populasi

penduduk tua kian bertambah di Indonesia dimana hal ini terkait peningkatan

pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2018 telah naik 0,58 poin dari

tahun sebelumnya. Kondisi ini mengakibatkan meningkatnya usia harapan hidup

di Indonesia yang saat ini rata-rata adalah 71,2 tahun (Badan Pusat Statistik,

2019). Penyakit tidak menular yang banyak diderita lansia di Indonesia adalah

penyakit kardiovaskular yang merupakan penyebab kematian terbesar pada

populasi usia 65 tahun ke atas dengan jumlah kematian yang lebih banyak

ditemukan pada negara berkembang (Rasmaliah dkk, 2018). Proses penuaan

mempengaruhi perubahan fisik dan mental yang mengakibatkan penurunan daya

tahan tubuh sehingga mengakibatkan lansia cenderung mengalami penyakit

kardiovaskular. Salah satu penyakit yang umumnya dialami oleh masyarakat

adalah hipertensi atau tekanan darah tinggi (Wahyuni, 2015). Hipertensi telah

lama diketahui sebagai penyakit yang melibatkan banyak faktor baik faktor

internal seperti jenis kelamin, umur, genetik dan faktor eksternal seperti pola

makan, kebaisaan olahraga dan lain-lain (Sartik, 2017).


World Health Organization (2016) menyebutkan bahwa jumlah penderita

hipertensi akan terus meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang bertambah.

Tahun 2020 diperkirakan sekitar 29 % warga dunia akan terkena hipertensi.

Kemenkes RI (2017) dalam jurnal Infodatin Lansia menyatakan bahwa di dunia,

terdapat 554 juta penduduk lansia di negara maju 287 juta penduduk lansia di

negara berkembang. Bahkan pada tahun 2020-2025, Indonesia akan menduduki

peringkat negara dengan struktur penduduk lanjut usia tertinggi setelah Tiongkok,

India dan Amerika Serikat dimana usia rata-rata harapan hidup lansia Indonesia

akan melebihi 70 tahun (Nugroho, 2012). Hipertensi menjadi penyebab kematian

nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis dimana proporsi kematiannya mencapai

6,7 % dari populasi kematian semua umur di Indonesia. Dari 19 provinsi yang

ada di Indonesia, Bali menempati urutan ke empat prosentase lansia terbesar

dengan jumlah 10,71 % (Depkes RI, 2017). Menurut Sumirta (2017) tiap tahun,

sekitar 20% - 40% lansia di Bali mengalami gangguan pola tidur atau insomnia.

Hipertensi dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko. Menurut Heriziana

(2017, dalam Yuliwar dkk, 2018) mengungkapkan ada sejumlah faktor risiko

yang berhubungan dengan hipertensi yaitu; riwayat keluarga, jenis kelamin,

kebiasaan merokok, kurangnya aktivitas fisik dan pola makan yang salah.

Hipertensi sering tidak menimbulkan gejala spesifik pada pada penderitanya

sehingga penderita lebih sering abai dan baru sadar setelah muncul gangguan

berupa penyakit kronis seperti stroke, gangguan fungsi jantung, gangguan fungsi

ginjal dan lainnya sehingga hipertensi sering disebut sebagai “silent killer” atau
pembunuh diam-diam. Hipertensi yang terjadi pada masyarakat sering

menimbulkan masalah, salah satunya adalah gangguan pola tidur (Wahid, 2018).

Pola tidur menjadi salah satu faktor risiko dari kejadian hipertensi. Pola

tidur yang tidak adekuat mengakibatkan gangguan keseimbangan fisiologis dan

psikologis dalam diri seseorang. Khusus untuk lansia, gangguan pola tidur pada

lansia disebabkan oleh beberapa faktor seperti; faktor penyakit dimana penyakit

kardiovaskular memiliki pengaruh besar terhadap pola tidur lansia, faktor

lingkungan, penggunaan obat-obatan tertentu seperti obat tidur, pola hidup yang

tidak baik seperti mengonsumsi alkohol dan merokok, yang terakhir adalah

manajemen stress yang tidak baik (Arysta, 2018). Sebenarnya yang terjadi bukan

perubahan jumlah total tidur, tetapi kualitas tidur yang akan berubah, akan terjadi

penurunan episode tidur REM yang akan cenderung memendek (Martini, 2018).

Penelitian yang dilakukan oleh Javaheri (2017) menyebutkan bahwa

gangguan pola tidur, kualitas tidur yang buruk, dan durasi tidur yang pendek

berkontribusi terhadap tekanan darah tinggi. Hipertensi dapat dicegah dengan

mengendalikan faktor risiko yang sebagian besar merupakan faktor perilaku

berupa kebiasaan hidup salah satunya pola tidur. Apabila seseorang menerapkan

pola hidup yang baik, maka hipertensi bisa dihindari (Lubis, 2011).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengangkat masalah

tentang “Gambaran Kualitas Tidur pada Lansia dengan Hipertensi di Desa Marga,

Kec. Marga, Tabanan”

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimanakah Gambaran Kualitas Tidur pada Lansia dengan Hipertensi di

Desa Marga, Kec. Marga, Tabanan ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui gambaran pola tidur pada lansia dengan hipertensi di Desa

Marga, Kec. Marga, Tabanan

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik lansia berdasarkan usia, jenis kelamin,

penyakit, dan lingkungan

b. Mengidentifikasi gambaran pola tidur pada lansia di Desa Marga, Kec.

Marga, Tabanan

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Keperawatan

Menambah wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi terapan di bidang

keperawatan dalam hal menangani pola tidur pada lansia dengan hipertensi

b. Bagi Penulis

Memperoleh pengalaman dalam mengimplementasikan tindakan

keperawatan dalam hal mengatasi gangguan pola tidur pada lansia dengan

hipertensi

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Masyarakat
Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam melakukan perawatan pola

tidur pada lansia dengan hipertensi

b. Bagi Instansi Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan di institusi

pelayanan kesehatan dalam memberikan asuhan keperawatan terkait

gangguan pola tidur pada lansia dengan hipertensi

c. Bagi Penderita Hipertensi

Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan penjelasan mengenai

gambaran pola tidur penderita hipertensi agar nantinya bisa digunakan

sebagai referensi dalam mengatasi dampak dari hipertensi

Anda mungkin juga menyukai