Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi Hipertensi

Menurut Nurarif (2015), hipertensi adalah peningkatan tekanan darah

sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg.

Hipertensi tidak hanya berisiko tinggi menderita penyakit jantung, tapi juga

menderita penyakit lainnya seperti penyakit saraf, ginjal dan pembuluh darah.

Semakin tinggi tekanan darah, maka semakin besar pula risikonya

2. Etiologi

Menurut Nurarif (2015), etiologi hipertensi berdasarkan penyebabnya

dibagi menjadi 2 golongan, diantaranya :

a. Hipertensi Primer

Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya.

Faktor yang mempengaruhinya yaitu : genetika, lingkungan, hiperaktifitas saraf

simpatis sistem renin, angiotensin dan peningkatan kadar natrium dan kalium

intraseluler. Faktor – faktor yang meningkatkan risiko hipertensi primer antara

lain

: obesitas, merokok, alkohol dan lainnya

b. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang diketahui penyebabnya seperti

: penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom cushing dan hipertensi yang

berhubungan dengan kehamilan.


Secara klinis, derajat hipertensi dapat dikelompokkan menjadi beberapa

bagian seperti yang dijelaskan pada tabel 2.1 dibawah ini :

Tabel 2.1 Derajat hipertensi

No Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


1 Optimal < 120 <80
2 Normal 120-129 80-84
3 High normal 130-139 85-89
4 Grade 1 (ringan) 140-159 90-99
5 Grade 2 (sedang) 160-179 100-109
6 Grade 3 (berat) 180-209 110-119
7 Grade 4 (sangat berat) >210 >120
Sumber : Nurarif (2015)

3. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala pada pasien hipertensi dibedakan menjadi :

a. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan

peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang

memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika

tekanan arteri tidak teratur

b. Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi

nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim

yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis. Beberapa

pasien akan mengalami keluhan seperti : mengeluh sakit kepala, pusing, lemas,

kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual, muntah, epistaksis dan kesadaran menurun.

4. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada pasien dengan hipertensi antara lain :

a. Pemeriksaan laboratorium
1) Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan

(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor risiko seperti

hipokoagulabilitas, anemia.

2) BUN/Kreatinin memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal

3) Glukosa : hiperglikemi didapatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin

4) Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal

dan ada DM

b. CT Scan : mengkaji adanya tumor cereberal, encelopati

c. EKG : dapat menunjukkan pola renggangan, dimana luas, peninggian

gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi

d. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti batu ginjal,

perbaikan ginjal

e. Photo dada : menunjukan destruksi klasifikasi pada area katup pembesaran

jantung

5. Komplikasi

Menurut Bianti (2015) Hipertensi yang tidak terkontrol akan menimbulkan

komplikasi seperti : bila mengenai jantung kemungkinan dapat terjadi infark

miokard, jantung koroner, gagal jantung kongestif, bila mengenai otak, apabila

tergolong ringan, makan akan mengalami kesulitan tidur, gangguan konsentrasi

dan gelisah, namun apabila sudah tahap lanjut, maka akan terjadi stroke,

ensevalopati hipertensif, apabila mengenai ginjal terjadi gagal ginjal kronis,

sedangkan bila mengenai mata akan terjadi retinopati hipertensif. Dari berbagai

komplikasi yang mungkin timbul merupakan penyakit yang sangat serius dan

berdampak terhadap
psikologis penderita karena kualitas hidupnya rendah terutama pada kasus stroke,

gagal ginjal, dan gagal jantung.

6. Patofisiologi

Tekanan darah arteri sistemik merupakan hasil perkalian total resistensi/

tahanan perifer dengan curah jantung (cardiac output). Hasil Cardiac Output

didapatkan melalui perkalian antara stroke volume (volume darah yang dipompa

dari ventrikel jantung) dengan hearth rate (denyut jantung). Sistem otonom dan

sirkulasi hormonal berfungsi untuk mempertahankan pengaturan tahanan perifer.

Hipertensi merupakan suatu abnormalitas dari kedua faktor tersebut yang ditandai

dengan adanya peningkatan curah jantung dan resistensi perifer yang juga

meningkat (Kowalak, 2011 dalam Ardiansyah, 2012).

Berbagai teori yang menjelaskan tentang terjadinya hipertensi, teoriteori

tersebut antara lain (Kowalak, 2011):

a. Perubahan yang terjadi pada bantalan dinding pembuluh darah arteri yang

mengakibatkan retensi perifer meningkat.

b. Terjadi peningkatan tonus pada sistem saraf simpatik yang abnormal dan

berasal dalam pusat vasomotor, dapat mengakibatkan peningkatan retensi

perifer.

c. Bertambahnya volume darah yang disebabkan oleh disfungsi renal atau

hormonal.

d. Peningkatan penebalan dinding arteriol akibat faktor genetik yang

disebabkan oleh retensi vaskuler perifer.


e. Pelepasan renin yang abnormal sehingga membentuk angiotensin II yang

menimbulkan konstriksi arteriol dan meningkatkan volume darah. Tekanan

darah yang meningkat secara terus-menerus pada pasien hipertensi dapat

menyebabkan beban kerja jantung akan meningkat. Hal ini terjadi karena

peningkatan resistensi terhadap ejeksi ventrikel kiri.

Agar kekuatan kontraksi jantung meningkat, ventrikel kiri mengalami

hipertrofi sehingga kebutuhan oksigen dan beban kerja jantung juga meningkat.

Dilatasi dan kegagalan jantung bisa terjadi, jika hipertrofi tidak dapat

mempertahankan curah jantung yang memadai. Karena hipertensi memicu

aterosklerosis arteri koronaria, maka jantung bisa mengalami gangguan lebih

lanjut akibat aliran darah yang menurun menuju ke miokardium, sehingga timbul

angina pektoris atau infark miokard. Hipertensi juga mengakibatkan kerusakan

pada pembuluh darah yang semakin mempercepat proses aterosklerosis dan

kerusakan organorgan vital seperti stroke, gagal ginjal, aneurisme dan cedera

retina (Kowalak, 2011). Kerja jantung terutama ditentukan besarnya curah jantung

dan tahanan perifer. Umumnya curah jantung pada penderita hipertensi adalah

normal. Adanya kelainan terutama pada peninggian tahanan perifer. Peningkatan

tahanan perifer disebabkan karena vasokonstriksi arteriol akibat naiknya tonus

otot polos pada pembuluh darah tersebut. Jika hipertensi sudah dialami cukup

lama, maka yang akan sering dijumpai yaitu adanya perubahan-perubahan

struktural pada pembuluh darah arteriol seperti penebalan pada tunika interna dan

terjadi hipertrofi pada tunika media. Dengan terjadinya hipertrofi dan hiperplasia,

maka sirkulasi darah


dalam otot jantung tidak mencukupi lagi sehingga terjadi anoksia relatif. Hal ini

dapat diperjelas dengan adanya sklerosis koroner (Riyadi, 2011).

7. Klasifikasi

Klasifikasi hipertensi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2014)

adalah sebagai berikut :

a. Hipertensi Pulmonal

Hipertensi pulmonal adalah suatu penyakit yang ditandai dengan

peningkatan tekanan darah padaq pembuluh darah arteri paru-paru yang

menyebabkan sesak nafas, pusaing dan pingsan saat melakukan aktivitas.

Berdasarkan penyebabnya hipertensi pulmonal dapat menjadi penyakit berat yang

ditandai dengan penurunan toleransi dalam melakukan aktivitas dan gagal jantung

kanan. Hipertensi pulmonal primer sering didapatkan pada usia muda dan usia

pertengahan, lebih sering didapatkan pada perempuan dengan perbandingan 1:1,

angka kejadian pertahun sekitar 2-3 kasus per 1 juta penduduk, dengan mean

survival sampai timbulnya gejalan penyakit sekitar 2-3 tahun.

b. Hipertensi pada Kehamilan

Pada dasarnya terdapat 4 jenis hipertensi yang umumnya terdapat pada

saat kehamilan, yaitu :

1) Preeklampsia-eklampsia atau disebut juga sebagai hipertensi yang

diakibatkan kehamilan/keracunan kehamilan (selain tekanan darah

yang meninggi, juga didapatkan kelainan pada air kencingnya).

Preeklamsi adalah penyakit yang timbul dengan tanda-tanda

hipertensi, edema dan proteinuria yang timbul karena kehamilan.


2) Hipertensi kronik yaitu hipertensi yang sudah ada sejak sebelum ibu

mengandung janin

3) Preeklampsia pada hipertensi kronik yang merupakan gabungan

preeklampsia dengan hipertensi kronik

4) Hipertensi gestasional atau hipertensi yang sesaat

Penyebab hipertensi dalam kehamilan sebenarnya belum jelas. Ada yang

mengatakan bahwa hal tersebut diakibatkan oleh kelainan pembuluh darah, ada

yang mengatakan karena faktor diet, tetapi ada juga yang mengatakan disebabkan

faktor keturunan dan lain sebagainya.

8. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hipertensi

1. Usia

Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif, dengan

bertambahnya umur, maka tekanan darah juga akan meningkat yang disebabkan

beberapa perubahan fisiologis. Pada proses fisiologis terjadi peningkatan

resistensi perifer dan peningkatan aktifitas simpatik, dinding arteri akan

mengalami penebalan karena kolagen yang menumpuk pada lapisan otot,

sehingga pembuluh darah berangsur menjadi sempit dan kaku (Noerinta, 2018).

2. Jenis Kelamin

Rasio kenaikan tekanan darah pada laki-laki mencapai 2,29 untuk

kenaikan tekanan darah sistolik dan 3,76 untuk kenaikan tekanan darah diastolik.

Hal ini disebabkan karena angka istirahat jantung dan indeks kardiak pada pria

lebih rendah dan tekanan peripheralnya lebih tinggi jika dibandingkan dengan

perempuan (Desy, 2018).


3. Pendidikan

Pendidikan berkaitan erat dengan tingkat pengetahuan seseorang terhadap

penyakit dalam hal ini adalah hipertensi. Pengetahuan dan kesadaran yang rendah

pada penderita hipertensi berisiko membuat kondisi hipertensi tidak terkontrol

dengan baik. Hipertensi yang tidak terkontrol dengan baik dapat menyebabkan

beragam komplikasi di kemudian hari (Adysha, 2018).

4. Pekerjaan

Hipertensi disebabkan oleh stres terkait dengan pekerjaan mereka. Hal ini

dapat dipengaruhi karena tuntutan kerja yang terlalu banyak (bekerja terlalu keras

dan sering kerja lembur). Orang yang memiliki jam kerja padat, duduk terlalu

lama dan kurangnya waktu dalam berolahraga membuat tingkat stress seseorang

meningkat dan ini memberikan efek buruk dalam sistem peredaran darah

seseorang sehingga menimbulkan hipertensi (Sinubu, dkk, 2015).

B. Konsep Dasar Kulitas Tidur

1. Definisi

Tidur adalah suatu keadaan berulang, teratur, mudah reversibel yang

ditandai dengan keadaan relatif tidak bergerak dan tingginya peningkatan ambang

respon terhadap stimulus eksternal dibandingkan dengan keadaan terjaga (Sadock,

2010). Waktu tidurnya kurang dari 3 jam dalam 24 jam dapat menyebabkan

seseorang mudah marah dan cakupan perhatiannya berkurang. Kurang tidur dalam

waktu lama menyebabkan kesulitan berkonsentrasi, kemunduran performa umum,

mudah terpengaruh dan bisa terjadi halusinasi (Puri K, 2011).


2. Kualitas Tidur

Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga

seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, lesu dan apatis,

kehitaman di sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih,

perhatian terpecah-pecah, sakit kepala dan sering menguap atau mengantuk

(Wicaksono, 2012).

Kualitas tidur seseorang dapat dianalisa melalui pemeriksaan laboratorium

yaitu EEG yang merupakan rekaman arus listrik dari otak. Perekaman listrik dari

permukaan otak atau permukaan luar kepala dapat menunjukkan adanya aktivitas

listrik yang terus menerus timbul dalam otak. Ini sangat dipengaruhi oleh derajat

eksitasi otak sebagai akibat dari keadaan tidur, keadaan siaga atau karena penyakit

lain yang diderita (Wahab, 2017)

Berikut merupakan pembagian kelompok usia yang mempengaruhi

kualitas tidur menurut (Depkes RI, 2009 dalam Muchammad, 2017) :

1. Masa balita = 0 – 5 tahun,

2. Masa kanak-kanak = 6 – 11 tahun.

3. Masa remaja Awal = 12 – 16 tahun.

4. Masa remaja Akhir = 17 – 25 tahun.

5. Masa dewasa Awal = 26 – 35 tahun.

6. Masa dewasa Akhir = 36 – 45 tahun.

7. Masa Lansia Awal = 46 – 55 tahun.

8. Masa Lansia Akhir = 56 – 65 tahun.

9. Masa Manula = 65 – atas


Penelitian ini menggunakan rentang usia dewasa akhir yaitu dari usia 36-

45 tahun sampai dengan lansia (dari awal sampai akhir) yaitu antara 46-65 tahun.

3. Fisiologi Tidur

Fisiologi tidur dibedakan menjadi dua tipe: tidur rapid eye movement

(REM) dan non-REM (NREM). Kedua tipe ini ditentukan oleh perbedaan dalam

pola electroencephalogram (EEG), gerakan mata, dan tonus otot (CDC, 2008).

Reticular Activating System (RAS) dapat memberikan stimulasi dari korteks

serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam keadaan sadar, neuron

dalam RAS akan melepaskan katekolamin seperti norepineprin dan pada saat tidur

disebabkan adanya pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons

dan batang otak tengah yaitu Bulbar Synchronizing Regional (BSR). Sistem pada

batang otak yang mengatur siklus dalam tidur yaitu RAS dan BSR. Tidur REM

(Rapid Eye Movement) dimulai dengan meningkatnya asetilkolin, yang

mengaktifkan korteks serebrum sementara bagian otak lain tidak aktif, kemudian

tidur REM (Rapid Eye Movement) diakhiri dengan meningkatnya serotonin dan

norpinefrin serta meningkatkan aktivasi otak (Wahab, 2017)

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tidur

a. Penyakit

Penyakit dapat menyebabkan nyeri atau distress fisik yang dapat

menyebabkan gangguan tidur seperti penyakit degeneratif berupa :

hipertensi, gagal ginjal dan beberapa penyakit medis lain seperti kanker,

fraktur. Individu yang sakit membutuhkan waktu tidur yang banyak


daripada biasanya. Di samping itu siklus bangun- tidur selama sakit dapat

mengalami gangguan.

b. Jenis Kelamin

Jenis kelamin memberikan pengaruh terhadap gangguan tidur, jenis

kelamin laki-laki berisiko lebih besar daripada perempuan akibat dari

kebiasaan begadang dan beban pekerjaan yang dialami sehingga laki-laki

cenderung lebih mudah stress dan berpengaruh dalam kualitas tidur.

c. Pendidikan

Pendidikan yang tinggi memberikan seorang individu kemampuan yang

lebih dalam menyerap informasi sehingga orang yang pendidikannya

tinggi lebih bisa mengelola stress dan mengatasi gangguan tidur di malam

hari.

d. Pekerjaan

Pada umumnya pekerjaan yang berat dapat memperburuk kondisi fisik

sehingga nantinya dapat menimbulkan penyakit dan mengganggu kualitas

tidur. Mata pencaharian seseorang berpengaruh terhadap gangguan tidur

dimana seseorang bekerja dengan fisik berat umumnya mengalami rasa

tidak nyaman di tubuh dan mengalami gangguan tidur.

e. Lingkungan

Lingkungan dapat membantu sekaligus menghambat proses tidur. Tidak

adanya stimulus tertentu atau adanya stimulus yang asing dapat

menghambat upaya tidur.

f. Kelelahan
Kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi pola tidur seseorang.

Semakin lelah seseorang, semakin pendek siklus REM yang dilaluinya.

Setelah beristirahat biasanya siklus REM akan kembali memanjang.

g. Gaya hidup

Individu yang bergantu jam kerja harus mengatur aktivitasnya agar bisa

tidur dalam waktu yang tepat.

h. Stress emosional

Anxietas (kegelisahan) dan depresi sering kali mengganggu tidur

seseorang. Kondisi anxietas dapat meningkatkan kadar norepinephrin

darah melalui stimulus saraf simpatis.

i. Stimulan dan alkohol

Kafein yang terkandung dalam beberapa minuman dapat merangsang

sistem saraf pusat sehingga dapat mengganggu pola tidur. Sedangkan

konsumsi alkohol yang berlebihan dapat mengganggu siklus tidur REM.

j. Medikasi

Obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorrang.

Betabloker dapat menyebabkan insomnia dan mimpi buruk, sedangkan

narkotik, diketahui dapat menekan tidur REM dan menyababkan seringnya

terjaga di malam hari.

k. Motivasi

Keinginan untuk tetap terjaga terkadang dapat menutupi perasaan lelah

seseorang. Sebaliknya perasaan bosan atau tidak adanya motivasi untuk

terjaga sering kali dapat menyebabkan kantuk.


l. Nutrisi

Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat proses

tidur. Protein yang tinggi dapat mempercepat terjadinya proses tidur,

karena adanya tryptophan yang merupakan asam amino dari protein yang

dicerna. Demikian sebaliknya, kebutuhan gizi yang kurang dapat juga

mempengaruhi proses tidur, bahkan terkadang sulit untuk tidur (Wahab,

2017)

5. Alat Ukur Kualitas Tidur

Menurut (Wicaksono, 2012) Kualitas tidur merupakan kepuasan seseorang

terhadap tidurnya, sehingga seseorang tidak merasakan kelelahan, sering menguap

dan mengantuk di pagi hari. Kuisioner kualitas tidur diambil dari Pittsburgh Sleep

Quality Index (PSQI) (Smyth, 2018). Kuesioner PSQI terdiri dari 7 komponen

penilaian diantaranya kualitas tidur, latensi tidur, durasi tidur, efisiensi tidur,

mengganggu tidur dan disfungsi aktivitas siang hari.

Tidur merupakan alah satu cara untuk melepas kelelahan baik jasmani

maupun mental. PSQI dikembangakan untuk mengukur kualitas tidur pada 1

bulan terakhir dan membedakan individu yang memliki kualitas tidur yang baik

dan buruk. Tujuan pembuatan PQSI adalah untuk menyediakan standar

pengukuran kualitas tidur yang valid dan terpercaya, membedakan antara tidur

yang baik dan tidur yang buruk, menyediakan indeks yang mudah dipakai oleh

subjek dan interpetasi oleh peneliti, dan digunakan sebagai ringkasan dalam

pengkajian gangguan tidur yang bisa berdampak pada kualitas tidur (Iqbal, 2017).
Validitas dan reabilitas kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index sudah

diuji sebelumnya oleh Fatmawati (2013) pada penelitian dengan judul Pengaruh

Senam Lansia Terhadap Pola Tidur Lansia di Posyandu Sumarah RW 08

Suronatan Yogyakarta. Pengujian validitas ini menggunakan formulasi koefisien

korelasi Pearson Product Movement. Hasil yang didapatkan yaitu tingkat korelasi

r hitung 0,487 - 0,778 (nilai r table > 0,444) mempunyai makna memenuhi taraf

signifikansi. Pengujian reabilitas menggunakan formulasi koefisien reliabilitas

Alfa Cronbach dan didapatkan hasil 0,841 yang berarti instrumen ini reliabel,

karena nilai Alfa Cronbach > 0,6.


BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah kaitan atau hubungan antara konsep satu dengan

konsep lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka konsep didapatkan dari

konsep ilmu/teori yang dipakai sebagai landasan penelitian (Setiadi, 2013).

Definisi operasional variabel pada penelitian ini dijabarkan pada gambar 3.1 :

Kualitas Tidur pada


Penderita Hipertensi

Faktor yang mempengaruhi


kualitas tidur pada
penderita Hipertensi
1. Penyakit
2. Lingkungan
3. Kelelahan Derajat gangguan tidur
4. Gaya hidup 1. Kualitas tidur baik
5. Stress 2. Kualitas tidur buruk
6. Alkohol
7. Medikasi
Keterangan : 8. Motivasi
9. Nutrisi
: Faktor yang diteliti

: Faktor yang tidak diteliti

: Alur Pikir

Gambar 3.1
Kerangka konsep pada penelitian tentang Gambaran Kualitas Tidur pada
Penderita Hipertensi di Desa Temukus, Kec. Banjar, Kab. Buleleng,
Bali
B. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional

1. Identifikasi Variabel

Penelitian ini merupakan penelitian sederhana

sehingga hanya menggunakan variabel tunggal yaitu

variabel yang hanya hanya mendeskripsikan satu faktor saja

(Nursalam, 2011). Variabel dalam penelitian ini yaitu ;

Kualitas tidur pada penderita hipertensi

2. Definisi Operasional

Pada bagian ini berisi tentang penjelasan atau

definisi yang di buat oleh peneliti tentang fokus studi yang

di rumuskan secara oprasional yang akan digunakan pada

penelitian dan bukan merupakan definisi konseptual

berdasarkan literatur. Berikut adalah tabel 3.1 tentang

definisi operasional :

Tabel 3.1 Definisi Operasional variabel

Definisi Operasional Skala Hasil


Variabel Alat Ukur
Variabel Ukur Pengukuran

1 2 4 5 6
Kualitas Kualitas tidur adalah Kuesioner Ordinal Skor ≤ 5
Tidur kepuasan seseorang Pittsburgh Sleep berarti
terhadap tidur, sehingga Quality Index kualitas tidur
seseorang tersebut tidak (PSQI) yang terdiri baik
memperlihatkan perasaan dari 7 komponen
lelah, lesu dan apatis, yaitu kualitas tidur Skor ≥ 5
kehitaman di sekitar mata, subjektif, latensi berarti
kelopak mata bengkak, tidur, durasi tidur, kualitas tidur
konjungtiva merah, mata efisiensi tidur, buruk
perih, perhatian terpecah- gangguan tidur,
pecah, sakit kepala dan penggunaan obat
sering menguap atau tidur dan disfungsi
mengantuk aktivitas siang hari

Anda mungkin juga menyukai