Anda di halaman 1dari 4

Banyak anggapan di masyarakat bahwa untuk memelihara gigi hanya perlu dilakukan

dengan sikat gigi saja. Anggapan seperti ini bisa benar, tetapi bisa juga salah, artinya tidak
hanya dengan sikat gigi saja. Yang terpenting disini bukanlah persoalan benar atau tidak,
tetapi bagaimana masyarakat mengerti manfaat dari setiap unsur yang mendukung
pemeliharaan atau pencegahan kerusakan gigi.
Diantara unsur yang ada tersebut adalah zat fluor yang ada di pasta gigi, yang digunakan
setiap hari pada waktu sikat gigi. Zat tersebut berperan penting dalam pencegahan kerusakan
gigi.

B.       Tujuan
Penggunaan fluor dapat dijadikan program peningkatan kesehatan gigi. Fluor bukan
untuk menyembuhkan gigi yang sudah rusak, tetapi memperkuat daya tahan gigi terhadap
pengaruh keasaman yang menyebabkan gigi berlubang. Fluor berfungsi melapisi struktur gigi
dan ketahanannya terhadap proses pembusukan serta pemicu proses mineralisasi. Unsur
kimia dalam zat ini mengeraskan email gigi pada persenyawaannya. Sehingga, tujuan dari
penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu bentuk sosialisasi bagi pembaca mengenai
penggunaan flour dalam bahan-bahan rumah tangga.

Peletakan Flour Pada Email


Banyak cara mempengaruhi kadar fluor dalam email karena fluor dapat memasuki email
dalam tiga tahap pada periode pertumbuhannya. Fluor dalam kadar rendah, sesuai dengan
rendahnya kadar fluor dalam cairan jaringan, akan menyatu dengan kristal apatit selama
periode pembentukan gigi. Setelah klasifikasi gigi selesai, tapi sebelum erupsi, lebih banyak
lagi fluor di serap oleh permukaan email yang berkontak dengan cairan jaringan. Akhirnya,
setelah erupsi dan selama hidup, email terus menyerap fluor dari lingkungan sekitarnya. Pada
saat ini penyerapan fluor dipengaruhi oleh keadaan email misalnya apakah email tersebut
sehat atau tidak, atau apakah proses etsa atau karies telah menyebabkannya lebih porus
karena larutnya substansi interprismata. Meningkatnya keporusan email akan memudahkan
difusi dan penyerapan flournya. Pada gigi yang baru erupsi emailnya juga akan menyerap
fluor lebih banyak daripada email yang telah matang.

D.      Mekanisme Kariostatika  Flour


Berbagai cara penambahan fluor pada email, dengan menggunakan berbagai media yang
kadar fluornya bervariasi, telah dites selama lebih dari empat dekade terakhir ini. Mungkin
bergantung pada tahap tertentu dalam pelarutan emailnya, atau pada macam preparat, kadar,
dan berapa sering aplikasi fluornya.
Selain itu, fluor dalam lingkungan oral terdapat dalam plak (5-10),saliva (0,002bps) dan
cairan celah gingival sebanyak 0.008 bps. Dengan demikian, bisa lebih dari satu macam
mekanisme kerja serentak bekerja.
1.      Efek pra Erupsi
Jika ada flour selama periode pembentukan gigi, maka hasilnya adalah pembentukan
email dengan kristal-kristal yang lebih baik yang akan lebih resisten terhadap serangan asam.
Kadar flour yang optinum menyebabkan terbentuknya kristal yang lebih besar, lebih
sempurna dengan kandungan karbonat yang lebih rendah sehingga kelarutannya terhadap
asam dapat dikurangi. Selain itu diduga bahwa adanya flour selama periode pembentukan
gigi menyebabkan bentuk gigi yang sedikit lebih kecil dengan tonjol yang lebih membulat
serta fisur yang lebih dangkal. Walaupun penyelidikan pada binatang menyokong pendapat
ini, tetapi hasil penyelidikan pada manusia tidak konsisten. Penghentian flouridasi air minum
ternyata telah mengakibatkan peningkatan terjadinya karies. Ini memberi pikiran bahwa efek
pra erupsi dari flour tidak besar.
2.      Efek pasca Erupsi     
Efek pada demineralisasai dan remineralisasi. Bertahun-tahun lamanya, alasan
pemberian aplikasi topikal flour pada email adalah untuk meningkatkan kandungan flour
email sekaligus menurunkan kelarutan email dalam asam. Akan tetapi, pendapat ini kini
dianggap terlalu memyederhanakan persoalan. Beberapa penelitian klinis melaporkan
kurangnya korelasi antara jumlah penyerapan total flour oleh permukaan email dengan
penurunan insidens karies. Dan hasil penyelidikan laboratorium baru – baru ini
memperkirakan bahwa mungkin ada level optinum penyerapan tertentu yang kalau tidak
dicapai tidak akan memberikan manfaat. Apalagi sejak diketahui bahwa karies ditandai oleh
periode demineralisasi atau perusakan dan remineralisasi atau perbaikan yang silih berganti,
maka pandangan mengenai ‘cara kerja’ flour telah berubah.
Selama proses demineralisasi email, zat-zat yang terlarutnya,bersama-sama dengan ion
bufernya yang berdifusi ke dalam plak dari saliva, akan menetralkan asam yang dihasilkan
oleh kuman plak. Akibatnya plak menjadi sangat penuh dengan mineral terutama  jenis apatit
yang berarti peletakkan mineral memang bisa terjadi. Ada dua aktivitas flour yang sangat
penting disini yaitu kehadirannya dalam asam membantu menghambat demineralisasi
disamping juga meningkatkan remineralisasi sehingga merangsang perbaikan atau
penghentian lesi karies awal.
3.      Efek pada Kuman Plak dan Metabolismenya
Bergantung kepada konsentrasi dan pH, flour dapat menimbulkan efek antibakteri dan
antienzim. Pada aplikasi topikal dengan konsentrasi lebih dari 1% F,baik APF (pH 3,2)
maupun SnF (pH 2,1) ternyata toksis terhadap S. mutans. Tapi hal ini hanya efek sementara.
Konsentrasi yang rendah  (2-10 bagian/106 dapat menghambat enzim yang terlibat dalam
pembentukkan asam serta pengangkutan dan penyimpanan glukosa dan analog glukosa dalam
streptococus oral. Juga dapat mencampuri sintesis polisakarida intrasel sehingga membatasi
penyediaan bahan cadangan untuk pembuatan asam. Dengan demikian, adanya ion flour
dengan kosentrasi yang rendah dalam plak dapat menurunkan efek kariogenik dengan jalan
menghambat pembentukan asam dan penurunan pH yang diakibatkannya. Agar supaya
efektif, flour harus dalam bentuk ion. Walaupun kebanyakan flour yang terdapat dalam plak
berbentuk ikatan yang longgar, ion F dapat bebas jika pHnya turun sampai 4 atau 5 sehingga
akan menaikkan kosentrasi ion F yang biasanya rendah pada cairan plak (0,08-0,8 bps).
4.      Efek pada Endapan Plak
Kemampuan bubuk hidroksi apatit dalam menyerap protein saliva berkurang secara
bermakna jika dilakukan terapi flour. Oleh karna itu diperkirakan bahwa flour mampu
menghambat penyerapan protein saliva pada permukaan email sehingga melambatkan
pembentukan pelikel dan plak. Akan tetapi, penelitian klinik tidak mengungkapkan hasil
yang jeles dan tidak pula ada bukti bahwa endapan plak itu berbeda jumlahnya pada daerah
berkadar flour tinggi dan rendah.

Hasil uji klinik dari pasta gigi yang mengandung fluor memperhatikan adanya penurunan insidensi
karies yang bervariasi antara 17% pada penduduk yang tinggal di daerah yang mengandung kadar
fluor optimum sampai 34% pada penduduk dari daerah yang kadar kandungan fluornya nol. Oleh
karena itu, penggunaan pasta gigi yang mengandung fluor harus dianjurkan pada semua orang. Akan
tetapi pemakaiannya pada anak pra sekolah harus diawasi karena pada umumnya mereka masih
belum mampu berkumur dengan baik sehingga sebagian pasta giginya bisa tertelan. Kebanyakan
pasta gigi yang kini terdapat dipasaran mengandung kira-kira 1 mg F/g ( 1 gram setara dengan 12
mm pasta gigi pada sikat gigi), meskipun ada juga yang mengandung 1,45 mg F/g. Diduga bahwa
anak-anak pra sekolah rata-rata menelan 0,3-0,4 g setiap kali menggosok gigi sehingga jumlah fluor
yang masuk ke tubuh tiap harinya bisa mencapai 0,5 mg. Pada level ini, walaupun bahaya terhadap
kesehatan tubuh tidak ada, tidak mustahil terjadi fluorosis email pada gigi yang sedang tumbuh jika
anak tersebut juga diberi tablet fluor. Tidaklah praktis menganjurkan pemakaian pasta gigi yang tak
mengandung fluor pada satu individu sedangkan individu lainnya pada keluarga itu dianjurkan
memakai pasta yang mengandung fluor. Oleh karena itu, kalau anak pra sekolah telah
mengkonsumsi tablet fluor, orang tuanya harus dinasehati agar membatasi penggunaaan pasta gigi
fluor sebesar 0,3 g saja yang besarnya kira-kira sama dengan ukuran kacang polong kecil. Kekerapan
penyikatanpun hendaknya dibatasi sampai dua kali saja.

Anda mungkin juga menyukai