Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Transportasi laut merupakan suatu unsur yang sangat penting di dalam

dunia perdagangan.karena merupakan suatu media transportasi yang efisien dan

menguntungkan ditinjau dari segi biaya.jumlah daya angkut serta jarak tempuh

menjadikan kapal moda transportasi yang paling efisien. Kapal adalah salah satu

dari transportasi laut yang tertua dan sampai sekarang masih di gunakan.

Pengoperasian kapal harus ditunjang oleh salah satu faktor yang sangat vital yaitu

alat-alat keselamatan. Alat-alat keselamatan mutlak diperlukan diatas kapal bukan

hanya untuk memenuhi persyaratan saja, akan tetapi dengan adanya alat-alat

keselamatan ini akan menjamin keselamatan kapal, muatan, maupun awak kapal

itu sendiri terutama selama pelayaran.

Alat-alat keselamatan itu terawat dengan baik sesuai dengan standar yang

telah ditetapkan, maka suatu ketika terjadi kecelakaan diatas kapal, alat-alat

keselamatan tersebut dapat dipakai dan berfungsi dengan baik dan optimal. Dari

pengamatan yang dijumpai dalam masa praktek laut diatas kapal, terdapatnya alat-

alat keselamatan yang tidak terawat sehingga pada saat diperlukan, alat-alat

tersebut tidak dapat digunakan dengan baik. Tidak berfungsinya alat keselamatan

tersebut disebabkan karena adanya kerusakan fatal pada alat tersebut akibat

kurangnya perawatan berkala.apabila tidak dilakukan perawatan berkala maka alat

keselamatan tidak dapat di gunakan secara maksimal,hal ini dapat membahayakan

keselamatan awak kapal termasuk muatannya. Dengan latar belakang itu, penulis

1
mencoba untuk melakukan studi kajian dengan judul : PERAWATAN

BERKALA PADA ALAT-ALAT KESELAMATAN DIATAS KAPAL MV.SEA

GLORY II.Dengan upaya pemecahan masalah diatas tersebut, diharapkan dapat

menambah rasa tanggung jawab terhadap perlunya untuk lebih memperhatikan

perawatan pada alat-alat keselamatan diatas kapal sehingga Terpenuhinya salah

satu persyaratan laik laut sebuah kapal.

B. RUMUSAN MASALAH

Penulis mengidentifikasikan pokok permasalahan yang dapat dirumuskan

sebagai berikut:

1. Belum diterapkannya instruksi standar dalam pemeriksaan dan

perawatan pada alat-alat keselamatan

2. Kurangnya kemampuan awak kapal dalam melaksanakan perwatan alat-

alat keselamatan

3. Kurangnya perhatian perusahaan pelayaran dalam mendukung

pelaksanaan perawatan alat-alat keselamatan.

C. RUANG LINGKUP

Mengingat luasnya pembahasan Karya Tulis Ilmiah ini yang akan

dikemukakan serta banyaknya jenis dari alat-alat keselamatan yang terdapat diatas

kapal maka penulis membatasi masalah pada perawatan alat-alat keselamatan

diatas kapal MV.SEA GLORY II berupa portable fire extinguisher ( Alat

Pemadam Api Ringan ) dan breathing apparatus ( alat bantu pernafasan mandiri ).

2
D. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN

Tujuan dari Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk mengkaji dan menemukan

cara pemecahan masalah atau solusi terhadap permasalahan yang ditemukan

diatas kapal MV.SEA GLORY II khususnya pada alat-alat keselamatan.

Kegunaan dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan inovasi bagi pihak-

pihak yang berkaitan dengan keselamatan dalam pengoperasian kapal secara

langsung maupun tidak langsung, seperti :

1. Officer ( Perwira )

Chief Officer ( Mualim I ) dan Third Officer (Mualim III) yang secara

langsung bertanggung jawab dalam hal peralatan keselamatan. Secara hirarki

Mualim I mempunyai tanggung jawab atas peralatan keselamatan diatas kapal,

tapi secara operasional tanggung jawab tersebut di delegasikan pada Mualim III.

Dan tugas Mualim III adalah untuk memastikan bahwa peralatan keselamatan

yang akan digunakan layak pakai dan selalu membuat laporan kepada Mualim I

sebagai penanggung jawab. (ISM Code:4)

2. AB/OS

AB/OS Adalah ABK yang bertugas Sebagai Juru Mudi dan

Perawatan Kapal. Agar Anak buah kapal tidak mengabaikan aspek

keselamatan dalam melakukan pekerjaan dan proses pengoperasian kapal.

Dengan konsekuensi yang mungkin dapat menimpa mereka. (ISM Code:6)

3
3. Perusahaan Pelayaran

Memberikan masukan agar perusahaan pelayaran dalam

pengoperasian kapal supaya memperhatikan supply peralatan dan

perlengkapan alat-alat keselamatan guna menunjang kelancaran

pengoperasian kapal itu sendiri. (ISM Code:3)

4. Peneliti

Menambah wawasan dan pengalaman tentang masalah-masalah

yang mungkin akan terjadi dalam pengoperasian kapal pengangkut kargo

dan ini merupakan bekal yang akan digunakan dilapangan.

E. METODE PENELITIAN

1. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

Penulis melakukan penelitian mengenai alat-alat keselamatan ini sewaktu

melaksanakan praktek kerja nyata atau proyek laut sebagai kadet diatas kapal

MV.SEA GLORY II berbendera Panama milik perusahaan pelayaran Shandong

Zhonglu Shipping.co.ltd. Selama kurun waktu 1 tahun, terhitung mulai naik (sign

on ) di Ho chi minth city, Vietnam pada tanggal 21 Januari 2019 hingga turun

(sign off ) pada tanggal 06 Februari 2020 di Bangkok, Thailand.

2. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Menurut Maryadi dkk (2010:14), Teknik pengumpulan data yang


dibuang
digunakan dalam penelitian kualitatif adalah teknik yang memungkinkan

diperoleh data detail dengan waktu yang relatif lama.

Menurut Sugiyono (2005:62), “Teknik pengumpulan data merupakan

langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari
ditambah sblum kurung "mengungkapkan/berpendapat" dan
buang tanda koma
4
penelitian adalah mendapatkan data”. Berdasarkan pemaparan di atas dapat

disimpulkan bahwa pengumpulan data merupakan teknik yang digunakan oleh

peneliti untuk mendapatkan data yang diperlukan dari narasumber dengan

menggunakan banyak waktu. Penggumpulan data yang dilakukan oleh peneliti

sangat diperlukan dalam suatu penelitian ilmiah. Teknik pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi, teknik wawancara, dan

dokumentasi. Berikut ini akan dijelaskan teknik-teknik pengumpulan data yang

digunakan oleh peneliti sebagai berikut.


buang tanda kutip dan tambahkan kata sblum
a.Observasi
atau sesudah kurung dg kata ".engungkapkan"
Nawawi dan Martini (1992:74), “Observsi adalah pengamatan dan

pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam

suatu gejala atau gejala-gejala pada obyek penelitian”

Teknik observasi digunakan dengan maksud untuk

mendapatkan atau mengumpulkan data secara langsung selama

melaksanakan penelitian mengenai proses operasional kapal

terutama dalam hal perawatan kapal.

b. Wawancara
tambah kata "mengungkapkan"
Sugiyono (2010:194), Pengertian wawancara sebagai berikut:

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti

akan melaksanakan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan

yang harus diteliti, dan juga peneliti ingin mengetahui hal-hal dari

responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini dengan mengajukan

5
pertanyaanpertanyaan terstruktur karena peneliti menggunakan pedoman

wawancara yang disusun secara sistematis dan lengkap untuk

mengumpulkan data yang dicari. Wawancara pada penelitian ini dilakukan

pada Captain, Chief Officer, Second Officer, Third Officer diatas kapal.

Metode wawancara yang digunakan untuk memperkuat dan memperjelas

data yang diperoleh yaitu data tentang Perawatan Berkala Alat Alat

keselamatan. Wawancara merupakan suatu kegiatan yang dilakukan

langsung oleh peneliti dan mengharuskan antara peneliti serta narasumber

bertatap muka sehingga dapat melakukan tanya jawab secara langsung

dengan menggunakan pedoman wawancara.

c. Dokumentasi

Hamidi (2004:72), Metode dokumentasi adalah informasi yang


ditambah "mengungkapkan"
berasal dari catatan penting baik dari lembaga atau organisasi maupun dari

perorangan. Dokumentasi penelitian ini merupakan pengambilan gambar

oleh peneliti untuk memperkuat hasil penelitian. Menurut Sugiyono

(2013:240), dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya

monumentel dari seseorang

d.Studi Pustaka
ditmbah "berpendapat
Sugiyono,(2005:83) Studi pustaka merupakan langkah awal dalam

metode pengumpulan data. Studi pustaka merupakan metode pengumpulan

data yang diarahkan kepada pencarian data dan informasi melalui

dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, foto-foto, gambar, maupun

dokumen elektronik yang dapat mendukung dalam proses penulisan. Hasil

6
penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukung foto-foto atau

karya tulis akademik dan seni yang telah ada.

dipindah depan dan sblum kurung ditambah "mengungkapkan"

3. TEKNIS ANALISIS

Analisis data merupakan langkah yang terpenting dalam suatu penelitian.

Data yang telah diperoleh akan dianalisis pada tahap ini sehingga dapat ditarik

kesimpulan. Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis model Miles and

Huberman. Menurut (Miles and Huberman dalam Sugiyono, 2005:91)


kurung hanya di tahun bukanndi nama (2005:91)
“mengemukakan bahwa aktivitas analisis data kualitatif dilakukan secara

interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya

sudah jenuh.” Aktivitas analisis data yaitu data reduction, data display, dan

conclusion drawing/verification.

a. Data Reduction (Reduksi Data) Mereduksi data berarti merangkum,

memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting.

Data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan

mempermudah penulis untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya,

dan mencarinya bila diperlukan. Dalam penelitian ini, data diperoleh

melalui wawancara kemudian data tersebut dirangkum, dan diseleksi

sehingga akan memberikan gambaran yang jelas kepada penulis. Penulis

dalam penelitian ini memfokuskan pada pemustaka, khususnya yang

berhubungan dengan kenyamanan membaca.

b. Data Display (Penyajian Data) Langkah selanjutnya

setelah data direduksi adalah data display atau menyajikan data.

7
Dalam penulisan kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dengan
Penulisan kualitatif menurut Sugiono (2005:95)
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan

sejenisnya, tetapi yang paling sering digunakan adalah teks yang

bersifat naratif.(Sugiyono,2005:95). Penyajian data dilakukan

dengan mengelompokkan data sesuai dengan sub bab-nya masing-

masing. Data yang telah didapatkan dari hasil wawancara, dari

sumber tulisan maupun dari sumber pustaka dikelompokkan, selain

itu juga menyajikan hasil wawancara dari informan yaitu

pemustaka yang sedang membaca di ruang perpustakaan.

c. Conclusion Drawing/Verification (Simpulan/Verifikasi)

Langkah yang terakhir dilakukan dalam analisis data kualitatif

adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Simpulan awal yang

dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah apabila

tidak ditemukan bukti yang kuat yang mendukung pada tahap

pengumpulan data berikutnya. Simpulan dalam penulisan kualitatif

merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.

Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang

sebelumnya kurang jelas sehingga menjadi jelas setelah diteliti.

8
BAB II

LANDASAN TEORI

A. TEORI

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, data yang diperoleh berdasarkan

pengalaman serta kejadian selama melakukan proyek laut. Tinjauan kepustakaan

terhadap masalah yang diangkat, dengan kenyataan yang terjadi di lapangan akan

dijadikan acuan untuk mencari solusi dalam masalah yang diambil. Selanjutnya,

penulis akan memberikan definisi-definisi dari istilah yang penulis gunakan dalam

penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, diantaranya adalah

1. Perawatan

Perawatan Kapal ( Diklat AFF, STIP Tanpa Tahun hal 8 ) Adalah

Suatu usaha untuk mengendalikan atau menjaga faslilitas dan peralatan

agar senantiasa dalam keadaan siap pakai untuk melaksanakan tugas

secara efektif dan efisien.

2. Perusahaan

Wilem Molengraaf (2009:7) Organisasi yang di dirikan seseorang

atau sekelompok orang atau badan lain yang kegiatannya melakukan

produksi dan distribusi.

Perusahaan Pelayaran ( SCTW 1995.A.I 1997, I. I /1.23 ) Adalah

Perusahaan pelayaran adalah salah satu jenis usaha industri dalam dunia

logistic yang memberikan layanan pengiriman barang antar pulau

menggunakan armada transportasi laut atau cargo laut, sedangkan pemilik

kapal atau organisasi seseorang yang lain sebagai manager atau pencharter

9
kapal secara bareboat, yang telah memikul tanggung jawab untuk

pengoperasian kapal yang bersangkutan yang telah setuju untuk

mengambil alih semua kewajiban dan tanggung jawab-tanggung jawab

yang diberlakukan pada perusahaan yang bersangkutan oleh peraturan-

peraturan yang ada

3. Kapal

Kapal (Pasal 309 Ayat 1 KUHD) Adalah semua alat berlayar,

apapun nama dan sifatnya. Termasuk didalamnya adalah : kapal karam,

mesin pengeruk lumpur, mesin penyedot pasir, dan alat pengangkut

terapung lainnya. Meskipun benda-benda tersebut tidak dapat bergerak

dengan kekuatannya sendiri, namun dapat digolongkan kedalam “alat

berlayar” karena dapat terapung/mengapung dan bergerak di air.

Berdasarkan Undang Undang Kapal (UU No. 17: 2008) Adalah

kendaraan air dengan bentuk dan jenis tertentu, yang digerakkan dnegan

tenaga angin, tenaga mekanik, energi lainnya, ditarik atau ditunda,

termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di bawah

permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak

berpindah-pindah

4. SOLAS ( Safety Of life At Sea )

Peraturan yang dikeluarkan oleh IMO ( International Maritime

Organization ) yang berhubungan dengan keselamatan jiwa dilaut dari

segi perlengkapan alat-alat keselamatan diatas kapal.

10
5. Petugas Keselamatan Kapal (Safety Officer)

Petugas Keselamatan Kapal Dalam ( ISM Code SPM – 321, S

1.05 Prg 2) Perwira di atas kapal yang bertanggung jawab untuk

menyelidiki kecelakaan dan mengadakan inspeksi secara teratur atas

semua bagian lingkungan kerja. kerja

6. Safety Plan

Undang Undang Telah menetapkan (UU No. 1 :1970) Bagan yang

menunjukkan letak semua alat keselamatan dan juga daftar Anak Buah

Kapal yang up to date atau terkini. Safety Plan umumnya diletakkan di dek

utama, kantor kapal dan anjungan.

7. Alat-alat Keselamatan

Pengaturan pengadaan dan penggunaan alat-alat keselamatan

(PERMENHUB No. PM 68: 2013) yang diperuntukkan sesuai

International Convention for the Safety of Life at Sea (SOLAS) dibahas

dalam “Life Saving Appliances and Arrangement”. Alat-alat keselamatan

yang harus ada di kapal. Alat-alat keselamatan dapat dibagi menjadi dua

bagian, yaitu alat bantu penyelamatan hidup dan alat pemadam kebakaran.

a. Alat bantu penyelamat hidup

Alat yang digunakan untuk mempertahankan pada saat terjadi

bahaya yang mengancam keselamatan jiwa, contohnya

1) Alat Penolong Perorangan ( Personal Life Saving ), berupa :

a) Pelampung Penolong ( lifebuoy )

11
b) Jaket Pelampung ( Lifejacket )

c) Pakaian Cebur ( Immersion Suit )

d) Sarana pelindung Panas ( Thermal Protection Aid )

2) Isyarat kasat mata ( Visual ), berupa :

a) Obor tangan Merah ( Red Hand Flare )

b) Obor Parasut ( Parachute Signal )

c) Isyarat asap apung ( Buoyance Smoke Signal )

3) Pesawat Luput Maut, berupa :

a) Sekoci penolong ( Lifeboat )

b) Rakit Penolong ( liferaft )

4) Sekoci penyelamat ( Rescue Boat )

5) Alat – alat peluncur dan Embarkasi

6) Roket Pelempar Tali

b. Alat pemadam kebakaran

Alat yang digunakan untuk memadamkan api ketika terjadi

kebakaran di atas kapal. Alat pemadam kebakaran dibagi menjadi dua,

yaitu :

1) Portable fire Extinguisher ( alat pemadam api ringan )

Alat pemadam menurut (Firdani E. Kurniawan:2014)

adalah alat yang dapat dibawa dan digunakan atau diopersikan

oleh seseorang pada saat kebakaran serta berdiri sendiri. Jenis-

12
jenisnya antara lain : bubuk kimia kering (dry chemical

powder), Karbon Dioksida ( CO2 ) dan busa (foam).

2) alat pemadam kebakaran tetap (Fixed fire extiguisher)

Alat Pemadam Tetap (NFPA:1998) Adalah alat pemadam

kebakaran yang terpasang tetap pada konstruksi kapal dengan

sistem deteksi panas dan asap, biasanya terdapat diruangan

kamar mesin, ruang muatan dan dek utama. Jenis – jenisnya

antara lain: (H2O) Air tawar dan Air laut.

3) Alat perlindungan pernafasan ( Breathing Apparatus )

Perturan Standar Breathing Apparatus (M.E.D. 96/98/EC)

Yaitu Alat perlindungan bagi pernafasan yang di digunakan baik

pada saat darurat seperti kebocoran gas, kebakaran maupun

pekerjaan yang berhubungan dengan penanganan muatan. Empat

tipe alat perlindungan pernafasan yaitu:

a) Short Duration Breathing Apparatus

Alat perlindungan pernafasan yang terdiri dari

tabung udara kecil yang bertekanan dan sebuah tutup

kepala dari bahan polythene. Durasi pemakaiannya terbatas

hingga 15 menit dan digunakan hanya untuk

menyelamatkan diri pada saat terjadi kebocoran gas muatan

yang beracun. ELSA ( Emergency Life Saving Apparatus )

13
b) Fresh Air Respirator

Alat perlindungan pernafasan yang terdiri dari helm

atau masker wajah yang terhubung dengan sebuah selang

fleksible (elastis) dengan panjang selang maksimum 40

meter dimana udara dialirkan dengan blower. Alat ini

mudah digunakan, tetapi pergerakan dari pemakaiannya

terbatas oleh berat dan panjang selang, sehingga harus pula

diperhatikan untuk memastikan bahwa selang tidak

menghalangi jalan pemakaiannya ataupun terbelit. Tipe ini

dapat digunakan pada proses pemadaman api (fire Fighting

).

c) Compresed Air Breathing Apparatus ( CABA )

(1) Compresed Air Breathing Apparatus (

CABA )

Pengguna membawa udara untuk

bernafas dalam sebuah tabung udara yang

bertekanan hingga 300 bar, durasi

pemakaian tergantung dari kapasitas tabung

udaranya maupun pengaturan nafas dari

pemakainya.

14
(2) Air Line Breathing Apparatus ( ALBA )

Tipe ini, tabung udara bertekanan

dan katup pengaturan tekanannya berada

diluar dari udara-udara yang terkontaminasi

dan sebagaian penghubung antara masker

dengan katup pengatur tekanan serta

tabungnya adalah selang udara yang dapat

dipindah-pindahkan. Dengan ALBA, kita

dapat mengatur kebutuhan serta durasi

pemakaian udara dengan cara menambah

kapasitas tabung udaranya maupun dengan

mengganti sistem aliran udaranya.Tipe ini

dapat digunakan pada proses pemadaman

api ( fire fighting ) maupun penanganan

muatan ( cargo handling ) seperti pembersih

tangkui muatan.

(3) Self Contained Breathing Apparatus

(SCBA)

Alat pelindung pernafasan ini terdiri

dari masker yang mempunyai saringan udara

yang dapat diganti. Berfungsi untuk

menyaring gas yang akan dihirup oleh

15
pemakainya. Keunggulannya adalah dapat

dengan mudah dan cepat dipakai untuk

menyelamatkan diri pada saat terjadi

kebocoran gas yang beracun dari muatan.

Akan tetapi kelemahannya adalah alat ini

tidak dapat memberikan perlindungan yang

maksimum pada suatu tempat yang kadar

oksigennya kurang dari batas mormal untuk

bernafas yaitu sekitar 20,8 %. Alat

perlindungan pernafasan tipe ini sudah pasti

tidak dapat digunakan pada proses

pemadaman api, tetapi dapat digunakan pada

saat pemerisaan tangki muatan.

4) Engine Control Room ( ECR )

Ruangan pemantau keadaan dan kondisi mesin induk serta

pesawat bantu dimana terdapat penel-panel dan indikator dari

seluruh permesinan yang ada diatas kapal khususnya yang berada

di kamar mesin. Dan juga merupakan tempat perwira mesin

melaksanakan dinas jaga maupun pergantian dinas jaga.

5) Cargo Control Room ( CCR )

Ruangan dimana Mualim I dan mualim jaga memantau

pelaksanaan kegiatan bongkar muat dan operasi muatan lainnya

melalui panel-panel dan indikator yang berhubungan dengan

16
pompa muatan, tangki muatan maupun alat-alat ukur yang

berhubungan dengan muatan.

C. DEFINISI

Penulis memberikan uraian kerangka pemikiran agar penulisan Karya

Tulis Ilmiah ini menjadi jelas dan memudahkan pemahaman mengenai

“Perawatan berkala pada alat-alat keselamatan di atas kapal MV.SEA GLORY II

untuk menunjang keselamatan kerja dan Awak kapal”. Karena berdasarkan data-

data yang diperoleh, penulis menemukan adanya alat-alat keselamatan yang

kurang mendapatkan perawatan yang baik dan tidak sesuai instruksi yang ada,

dikarenakan kurangnya pengetahuan dan pemahaman para Awak Kapal tentang

pentingnya fungsi dan kegunaan alat-alat keselamatan tersebut dan kurang

telitinya perwira (safety officer) diatas kapal dalam melaksanakan tugasnya.

Pihak perusahaan juga kurang merespon permintaan pengadaan

perlengkapan alat-alat keselamatan, sehingga sering terjadi keterlambatan dalam

menerima perlengkapan alat-alat keselamatan yang dibutuhkan diatas kapal. Ini

berarti selama menunggu datangnya perlengkapan alat-alat keselamatan tersebut,

kapal MV.SEA GLORY II beroperasi dengan tingkat keamanan dan keselamatan

yang tidak sesuai standar.

Membahas permasalahan ini penulis mempunyai tujuan untuk lebih

meningkatkan ketelitian dari para perwira diatas kapal dalam melaksanakan

tugasnya, oleh sebab itu maka penulis berusaha untuk memberikan keterangan

dan informasi yang mungkin berguna bagi mereka, terutama dengan

menggambarkan suatu kejadian yang dapat dijadikan sebagai suatu pengalaman

17
dan referensi serta penulis berharap pula bahwa ini bisa dijadikan sebagai

pelajaran bagi kita semua.

Melihat bagaimana masalah tersebut dapat timbul, maka penulis

mengambil beberapa kemungkinan yang terpikir sebagai solusi pemecahannya,

melalui penentuan suatu bentuk permasalahan, sebab dari permasalahan tersebut,

serta memberikan solusi yang efektif, efisien, dan memberikan keterangan akibat

yang dapat ditimbulkan dari masalah tersebut.

1. Safety Management Operation

Peraturan yang berlaku (ISM CODE Pasal 1:16) Adalah Sesuai dengan

kesadaran terhadap pentingnya faktor manusia dan perlunya

peningkatan manajemen operasional kapal dalam mencegah terjadinya

kecelakaan kapal, manusia, muatan barang/cargo dan harta benda serta

mencegah terjadinya pencemaran lingkungan laut, maka IMO

mengeluarkan peraturan tentang manajemen keselamatan kapal &

perlindungan lingkungan laut yang dikenal dengan Peraturan

International Safety Management (ISM Code) yang juga

dikonsolidasikan dalam SOLAS Convention.

2. Sijil Darurat (Muster List)

Peraturan Pemerintah Menetapkan (. Pasal 82 Ayat 1 PP no.51.:2002)

Di setiap kapal harus ada sijil-berkumpul yang menyebutkan rincian

dari isyarat alarm keadaan darurat umum dan tindakan yang harus

diambil oleh anak buah kapal serta penumpang pada waktu alarm

18
dibunyikan dan juga harus menjelaskan perintah meninggalkan kapal

yang diberikan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah ( Pasal 83 Ayat 2 PP no.51: 2002)

Pada setiap sijil harus dinyatakan tugas dan tanggung jawab masing-

masing awak kapal dan kewajiban pelayar dalam keadaan darurat.

Sijil darurat di tempel atau digantung ditempat yang strategis, mudah

dibaca seperti di anjungan, gang-gang, kabin, messroom hingga kamar

mesin.

3. Sertifikat dan kompentensi awak kapal

Sertifikat dan Kompetensi Awak Kapal diatur dalam. (Annex 5, hal

2 prg 6) Diawaki dengan pelaut yang berkualitas, bersertifikat dan layak

secara medis dibuktikan dengan sertifikat dan hasil medical check up

sesuai dengan persyaratan nasional dan internasional; dan dijaga dengan

baik untuk mencakup semua aspek menjaga operasi yang aman di atas

kapal

19
BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. OBJEK PENELITIAN

Permasalahan yang penulis bahas dalam Karya Tulis Ilmiah ini disebabkan

oleh beberapa faktor yang saling terkait satu lain, sehingga penulis mencoba

memberikan suatu gambaran yang jelas dengan memberikan fakta-fakta yang

berupa kejadian-kejadian penting yang terkait dengan alat-alat keselamatan di atas

kapal MV.SEA GLORY II, diantaranya adalah Pemadam api jinjing yang kurang

mendapat pengawasan dan perawatan.

fakta-fakta kejadian yang penulis kategorikan sebagai temuan penelitian

hingga akan mendasari tindakan penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam

Karya Tulis Ilmiah ini.

3 April 2019 pukul 08;00 LT Telah bersandar di pelabuhan ho chi minth

city dan setelah itu pukul 08:15 datang petugas PSC (Port State Control), Custom,

Vietnam Health department dan Imigration Departement kemudian petugas PSC

melaksanakan pengecheckan keseluruhan dan di damping oleh Chief Officer dan

Cadet jaga ketika sedang melaksanakan pengecheckan alat keselamatan yaitu alat

pemadam api ringan yang di tempatkan di tiap tiap sudut lorong kapal di dapati

apar yang telah kadaluarsa serta ada beberapa yang selangnya sudah robek dan

tidak di beri checklist telah di inspeksi kemudian petugas meminta untuk

menunjukan gudang penyimpanan alat keselamatan di sini di dapati banyaknya

alat pemadam yang rusak hingga kadaluarsa sampai tabungnya berkarat dan

menjadi temuan oleh petugas PSC Vietnam kemudian pihak PSC melanjutkan

20
pengecheckan yang lainya di bagian engine room dan memberikan tagihan Denda

serta peringatan agar memperbaiki temuan tersebut agar bisa di beri izin

membongkar muatan.

8 September 2019 pukul 15:00 LT Kapal sedang dalam posisi lego jangkar

di Negara Marshal Island. Kemudian oiler Jaga pada saat itu sedang patroli

pengecheckan mesin generator yang sedang di gunakan setelah tiba di rurang

generator tercium bau oli yang terbakar, secara sigap syamsul yang menjadi Oiler

jaga pada saat itu mencari sumber bau tersebut. Kemudian di dapati mesin

generator nomor 3 sudah terbakar setelah melihat kebakaran yang cukup besar

syamsul melaporkan kepada second officer jaga yaitu bapak Denny Suminar.

Kemudian second officer segera melaporkan ke kapten dan alarm kebakaran

menyala, secara sigap para crew berkumpul di muster station dan bersiap di regu

masing masing, Regu A yang bertugas memadamkan api bersiap menggunakan

peralatan baju pemadam kebakaran dan Breathing Apparatus, Dan secara

mengejutkan Selang penghubung tabung Breathing Apparatus serta karet di

masker tersebut terdapat kebocoran sehingga terdengar suara berdesis dari

kebocoran udara dari tabung. Kemudian chief officer segera memerintahkan untuk

mengambil yang baru di gudang penyimpanan. Ketika Regu A sudah siap dan

masuk kedalam Ruang Generator tiba tiba kembali keluar karena 2 alat pemadam

api jinjing terdapat kerusakan yaitu ada kebocoran pada selang dan hose tabung

pemadam sehingga pancaran dry chemical tidak tertuju pada 1 titik di ujung

selang. Dan Regu B segera mengambil alat pemadam yang lain di dalam kabin

kapal, Seluruh alat pemadam di dalam di ambil dan di siapkan dekat pintu Engine

21
room, Kemudian Regu A kembali masuk dan menyelesaikan pemadaman dan

regu C dan B melaksanakan pembersihan di ruang generator. Pemadaman dapat di

selesaikan tanpa ada korban jiwa dan mengakibatkan kerusakan yang cukup parah

di ruang generator.

B. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Temuan penelitian yang telah penulis sampaikan diatas akan coba penulis

bahas satu persatu serta mencoba untuk menjelaskan arti dari keadaan tersebut

sehingga jelas bagi pembaca untuk mengerti dan memahami inti dari masalah

yang penulis sampaikan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

1. Belum diterapkannya instruksi standar dalam pemeriksaan dan

perawatan pada alat-alat keselamatan.

Salah satu standar dalam pemeriksaan pada alat-alat keselamatan

adalah pemeriksaan rutin yang harus dilakukan pada alat-alat keselamatan

tersebut. Pemeriksaan dan perawatan tersebut haruslah mengikuti petunjuk

maupun instruksi yang telah diberikan oleh perusahaan pembuat alat

tersebut maupun dari perusahaan kapal. Contohnya adalah pemeriksaan

pada alat-alat keselamatan termasuk perlengkapan pada sekoci yang harus

dilaksanakan setiap bulan untuk memastikan bahwa semua alat-alat

keselamatan dalam keadaan lengkap dan baik sesuai dengan yang

tercantum dalam (SOLAS edisi gabungan 2001 Bab I Peraturan 20 ayat 7).

Kasus diatas, terjadinya kerusakan pada alat pemadam api jinjing

dikarenakan perwira yang seharusnya mengecek alat-alat keselamatan

tersebut tidak melakukan pengecekan secara seksama. Perwira tersebut

22
hanya mengisi laporan pengecekan tanpa melakukan pengecekan secara

langsung kelapangan dengan dalih bahwa laporan pengecekan terhadap

alat-alat keselamatan adalah hanya formalitas belaka, sehingga

pengecekan kelapangan pun mejadi sangat jarang dilakukan. Hal ini yang

mendukung kurangnya pengecekan pada pemadam api jinjing yang rusak

tersebut.

Pemadam api jinjing yang ditujukan untuk dipergunakan disuatu

ruangan apapun, harus diletakkan didekat pintu masuk ruangan tersebut.

(SOLAS edisi gabungan 2001 Bab II-2, peraturan 6, ayat 6)

Kasus diatas, dimana pemadam api jinjing yang dipergunakan

pertama kali oleh Regu Pemadam letaknya terhalang oleh panel kontrol

generator, bukan terletak didekat pintu masuk menuju engine control

room. Karena letaknya yang sulit untuk dijangkau, maka pada saat

diadakan pengecekan oleh perwira yang bersangkutan, pengecekan

tersebut tidak dapat dilakukan secara teliti dan mendetail. Perwira yang

mengecek hanya melihat kondisi pemadam api jinjing tersebut secara

sekilas, sehingga pada saat terjadi kerusakan kecil pada pangkal selang

yang selalu dalam keadaan tertekuk dan menghubungkan selang dengan

katup penyemburnya, perwira yang mengecek tidak mengetahui kerusakan

tersebut. Hingga saat pelaksanaan latihan pemadaman di Engine room

barulah dapat dibuktikan bahwa kerusakan yang tidak terdeteksi pada

selang tersebut mengakibatkan keluarnya dry chemical powder dari celah-

celah keretakan pada pangkal selang bukan pada ujung selang pancarnya,

23
sehingga hasil yang dicapai pada pemadaman api Oleh Regu Pemadam

tidak optimal dan tidak mencapai tujuan yang diinginkan.

2. Kurangnya kemampuan awak kapal dalam melaksanakan perawatan

pada alat-alat keselamatan.

Anak buah kapal yang dalam hal ini ditujukan kepada perwira

sebagai middle management harusnya memiliki kemampuan dalam

pelaksanaan perawatan pada alat- alat keselamatan, walaupun dalam

pelaksanaannya juga dibutuhkan dukungan maupun bantuan dari Crew

lainya. Dalam kasus diatas, contoh perawatan pada pemadam api jinjng

untuk menghindari keretakan pada selangnya adalah dengan jalan

memberikan Vaseline, yaitu semacam pelumas untuk mencegah terjadinya

keretakan atau pecah-pecah pada selang, terutama pada bagian yang

tertekuk, tetapi prosedur perawatan tersebut tidak dilakukan oleh perwira

yang bertanggung jawab secara operasional pada alat-alat keselamatan,

yang dalam hal ini dijabat oleh Third Officer.

Kasus lain yang terjadi pada Breathing Apparatus, dimana

Breathing Apparatus yang sudah dipergunakan baik pada saat

pengecheckan pemeliharaan dan latihan rutin hendaknya diperiksa kembali

kondisi serta kelengkapannya dan dibersihkan jika terdapat kotoran pada

bagian-bagian lainnya. Namun hal yang tidak terlalu sulit itu justru sering

diabaikan oleh awak kapal, akibatnya kondisi perlengkapan tersebut

mengalami penurunan.

24
Persyaratan Keselamatan Darurat dalam (IMO 14.2, Ayat 8 IBC

Code 1998) “ Kapal –kapal yang ditujukan untuk mengangkut muatan

tertentu harus dilengkapi dengan alat pernafasan dan perlindungan mata

bagi setiap orang yang berada ditas kapal untuk tujuan menyelamatkan diri

pada saat darurat, syaratnya berupa :

a. Alat perlindungan pernafasan yang memadai.

b. Self contained Breathing Apparatus ( alat perlindungan

pernafasan perorangan ) harus mampu dioperasikan pada keadaan normal

sedikitnya selama 15 menit.

c. Alat perlindungan pernafasan utuk menyelamatkan diri pada

saat terjadi kebocoran gas dari muatan bertipe Canister Filter Respirator

dan Emergency Life Saving Apparatus tidak boleh digunakan pada proses

pemadaman kebakaran (fire fighting ) maupun pada proses penanganan

muatan (cargo handling ) “

Diatas kapal MV.SEA GLORY II terdapat sejumlah alat pemadam api jinjing

yang tersimpan dibeberapa tempat yang tidak mudah dijangkau pada tempat-

tempat tertentu dan pada saat pengecekan oleh safety officer dari beberapa alat

pemadam api jinjing ditemukan 4 unit yang kondisinya sudah tidak layak pakai.

Serigkali alat pemadam tersebut setelah dipergunakan langsung diletakkan ke

tempat semula tanpa mengecek dan memeriksa keadaan alat tersebut masih layak

atau tidak.

25
3. Kurangnya perhatian perusahan pelayaran dalam mendukung

pelaksanaan perawatan alat-alat keselamatan.

Kurangnya perhatian perusahaan pelayaran dalam mendukung alat-

alat keselamatan dapat terlihat pada kejadian dimana perlengkapan

pengganti Alat pemadam yag sudah kadaluarsa yang terlambat diterima

oleh kapal, sehingga sewaktu diadakannya pemeriksaan oleh PSC

dipelabuhan Vietnam ditemukan ketidaksesuaian atau Non-Confirmity atas

laporan perlengkapannya masih rusak dan belum mendapat pengganti

perlengkapan yang baru. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan kurang

merespon permintaan dari pihak kapal, padahal dengan melihat jangka

waktu sejak ditemukannya kerusakan pada peralatan yang terletak

dibeberapa tempat hingga kapal tiba di Vietnam, terdapat cukup waktu

untuk melakukan pengiriman peralatan pengganti yang baru untuk

peralatan yang rusak tersebut. Kurangnya perhatian perusahaan pelayaran

dalam mendukung pelaksanaan perawatan alat-alat keselamatan juga

terlihat dari kebijakan perusahaan yang menyangkut tentang pekerjaan

diluar jam kerja yang sudah ditetapkan ( fixed overtime ) bagi seluruh

awak kapal. Perjanjian tentang fixed overtime yang telah disetujui

sebelumnya antara pihak perusahaan dan awak kapal ternyata dirubah lagi

oleh pihak perusahaan, sehingga dipihak Awak kapal timbul rasa kurang

puas atas kebijakan yang baru tersebut.

26
Gaji dari kru kapal harus dibayarkan sesuai dengan perjanjian atau

kontrak yang disetujui dan ditanda tangani antara pihak kapal dan

perusahaan sebelumnya, jika ada hal-hal yang berbeda dalam

penerapannya, bagi awak kapal maka para pihak yang merasa dirugikan (

dalam hal ini adalah awak kapal ) dapat melaporkan hal tersebut kepada

pihak berwenag yang mempunyai kekuatan dalam melaksanakan perintah

dari pihak pengadilan guna melindungi hak dari para pelaut berupa gaji

yang berhak mereka terima. (Maritime law Bab II tentang gaji pelaut

halaman 482-483 edisi 4 tahun1995 Christopher Hill)

Third Officer yang bertugas melakukan pengecekan pada alat-alat

keselamatan setelah jam jaganya atau setelah makan siang, seringkali

melakukan pengecekan maupun perbaikan hingga melewati waktu kerja

tambahan yang telah di tetapkan, namun ia tidak menerima uang tambahan

atas kelebihan waktu yang ia pergunakan untuk mengadakan pengecekan,

perbaikan maupun membuat laporan tentang alat-alat keselamatan

tersebut. Lama-kelamaan timbul rasa kecewa pada dirinya maupun awak

kapal lain yang juga tidak mendapatkan uang tambahan atas kelebihan

waktu kerja mereka, dampaknya mereka sering melakukan pekerjaannya

dengan asal-asalan dan hasilnyapun tidak sesuai dengan target yang

diharapkan . Third officer hanya membuat dan mengisi laporan tentang

pemeriksaan di lapangan, sedang dalam membuat dan mengisi laporan

tersebut, ia juga melakukannya diluar jam kerjanya. Hal-hal diatas itulah

27
yang juga mengakibatkan kurang terkontrolnya kondisi dari alat-alat

keselamatan yang ada di atas kapal.

C. PEMECAHAN MASALAH

Pemecahan bagi masalah-masalah yang timbul diatas, maka penulis menemukan

beberapa alternatif pemecahan masalah, sehingga akan timbul beberapa cara yang

diusulkan dan akan diambil yang terbaik bagi akibat atau dampak yang akan

penulis temukan untuk menyelesaikan masalah-masalah pada kejadian-kejadian

diatas, diantaranya adalah :

1. Penerapan Instruksi Standar dalam pemeriksaan dan perawatan alat-alat

keselamatan, Penerapannya dapat dilakukan dengan beberapa cara yang

oleh penulis akan dijelaskan dibawah ini :

a. Penerapan manajemen perawatan yang baik

Penetapan manajemen perawatan yang baik akan sangat membantu

dan sangat berguna dalam menjalankan segala bentuk upaya perawatan

karena tujuan dari suatu sistem perawatan adalah untuk menjaga Peralatan

agar layak pakai dalam meningkatkan keselamatan para awak kapal dan

muatannya. Maka sangatlah diperlukan kesiapan-kesiapan yang baik dan

memadai, terutama dalam penerapannya, diantaranya adalah pengaturan

rencana kerja yang sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan dari tiap

anak buah kapal yang terlibat, pengaturan rencana pelaksanaan perawatan,

sasaran perawatan yang akan dikerjakan, dan tersusun secara

berkelanjutan. Ini sangatlah membantu bagi pekerjaan yang akan

28
dilakukan dan agar menghasilkan sesuatu yang sesuai dengan yang

diharapkan jika dijalankan dengan baik dan benar.

Persyaratan-persyaratan dari penetapan manajemen perawatan

yang baik, maka perusahaan harus menjamin bahwa :

1. Pemeriksaan-pemeriksaan diselenggarakan pada interval-

interval yang sesuai.

2. Setiap kerusakan dilaporkan dengan kemungkinan-

kemungkinan penyebabnya jika diketahui.

3. Tindakan-tindakan perbaikan yang sesuai harus di

kerjakan

4. Pencatatan-pencatatan dari kegiatan yang dimaksud agar

tetap terpeliahara.

b. Pengawasan yang ketat dan berkesinambungan

Pengawasan yang ketat dan berkesinambungan ini dilakukan oleh

perwira-perwira diatas kapal. Pengawasan adalah unsur yang sangat

penting dalam perawatan, karena tanpa pengawasan yang baik, benar serta

teliti sangatlah mustahil untuk mengetahui tingkat kemajuan atau

kemunduran kondisi dari suatu barang atau peralatan, dan dengan

perawatan yang baik segala pekerjaan akan terlaksana dengan semestinya.

Pengawasan yang baik dan berkesinambungan akan membantu pekerjaan

kita dalam mempertahankan kondisi dengan menjaga agar tidak terjadi

kemerosotan fungsi dari segala perawatan diatas kapal serta memberikan

kepastian dalam pelaksanaan perawatan tersebut.

29
2. Peningkatan kemampuan awak kapal dalam melaksanakan perawatan

pada alat-alat keselamatan. Upaya peningkatan kemampuan awak kapal

dalam pelaksanaan perawatan pada alat-alat keselamatan dapat dilakukan

langkah-langkah yang disebutkan dibawah ini :

a. Sistem penerimaan dan penyeleksian yang selektif di perusahaan

Sistem penerimaan dalam memolih calon awak kapal terutama

perwira yang akan diperkerjakan diatas kapal haruslah bersifat obyektif

dan dapat memberikan gambaran pengetahuan maupun skill dari para

pelamar. Ini bertujuan agar perusahaan nantinya mendapatkan awak kapal

yang benar-benar profesional dan berkompeten dibidangnya, sehingga

nanti jika telah bekerja diatas kapal, mereka akan bekerja sesuai dengan

pengetahuan dan skill yang mereka miliki sesuai dengan standar

perusahaan pada waktu mereka diseleksi. Sistem ini juga secara langsung

juga akan mendukung kelancaran pengoperasian kapal.

b. Pengenalan dan pemberian pengetahuan tentang alat-alat keselamatan

kepada seluruh awak kapal.

Pengenalan dan pemberian pengetahuan tentang alat-alat

keselamatan bagi seluruh awak kapal yang terdiri dari beberapa tingkatan

manajemen sangat mutlak diperlukan. Karena mereka umumnya hanya

memperdulikan tugas mereka masing-masing dan berusaha untuk

menyelesaikannya. Disinilah fungsi dari tingkatan manajemen yang lebih

tinggi untuk memberikan bimbingan, pengenalan maupun pengetahuan

kepada tingkatan manajemen yang lebih tendah tentang alat-alat

30
keselamatan, sehingga kemungkinan besar akan dapat membantu tugas

dari para perwira dan mendukung pula pada pengoperasian kapal. Dengan

mengetahui fungsi dan pentingnya arti alat-alat keselamatan tersebut bagi

jiwa mereka, maka secara opomatis akan menimbulkan perhatian dan

kesadaran awak kapal dalam menjaga dan memelihara alat-alat

keselamatan tersebut. Dan jika perlu, pengenalan dan pemberian

pengetahuan tentang alat-alat keselamatan ini juga harus diberikan kepada

orang yang akan naik keatas kapal untuk beberapa waktu baik untuk

mereparasi peralatan kapal maupun yang sedang menunggu selesainya

proses cargo operation, sehingga mereka juga dapat mengetahui dan

memahami pentingnya arti dari alat-alat keselamatan diatas kapal dan

tidak mencoba untuk menggunakannya tanpa instruksi dan pengenalan

terlebih dahulu dari perwira yang bertanggung jawab.

c. Pengontrolan kompetensi perwira kapal oleh pihak kapal sendiri dan

perusahaan.

Pengontrolan kompetensi perwira yang bekerja diatas kapal baik

dari pihak kapal maupun perusahaan merupakan langkah yang sangat

penting, karena dengan adanya pengontrolan tersebut maka para perwira

senantiasa dituntut untuk bekerja dengan hasil yang lebih optimal agar

mendapat penilaian yang baik dari atasan maupun dari perusahaan.

Perkembangan kualitas maupun pengetahuan dari para perwira tersebut

dapat memicu dengan adanya pengontrolan yang dijalankan secara

berkelanjutan.

31
3. Peningkatan perhatian perusahaan pelayaran dalam mendukung

pelaksanaan perawatan alat-alat keselamatan. Upaya peningkatan

perhatian perisahaan pelayaran dalam mendukung pelaksanaan perawatan

alat-alat keselamatan dapat ditempuh dengan langkah-langkah dibawah

ini:

a. Pemberian sanksi yang tegas

Pemberian sanksi yang tegas adalah salah satu upaya untuk

melaksanakan sistem kerja yang harmonis dan sistematis baik dari

perusahaan maupun di atas kapal dengan cara menimbulkan kesadaran

para personil karyawan yang bekerja baik di darat maupun diatas kapal.

Jika terdapat ketidaksesuaian yang terjadi diatas kapal dan hal tersebut

tidak ditindaklanjuti oleh perusahaan, maka sanksi dapat diberikan kepada

perusahaan tersebut berupa denda yang harus dibayar. Jika perusahaan

tersebut tidak berkenan untuk membayarnya, maka instansi yang

berwenang dapat mencabut surat kelayakan kapal, sehingga kapal tidak

dapat beroperasi dan perusahaan tidak mendapat keuntungan. Hal ini

dimaksudkan untuk dipahami juga oleh pihak kapal agar tidak terjadi

kesalahan yang akan berpengaruh terhadap operasional kapal. Dengan

sanksi yang tegas akan timbul kesadaran walaupun mungkin awalnya akan

didasari oleh rasa takut, tetapi pada akhirnya kesadaran akan timbul karena

biasa. Sanksi yang tegas untuk setiap kesalahan maupun kekeliruan yang

telah dilakukan akan membuat perusahaan maupun awak kapal untuk tidak

32
berbuat kesalahan lagi dan itu juga akan membuat kondisi kapal lebih

terjaga.

b. Pemberian motivasi bagi awak kapal

Pemberian motivasi bagi para awak kapal sangatlah berpengaruh

terhadap kinerja mereka diatas kapal dan hal itu hanya dapat ditunjang

oleh pihak kapal yang juga harus mendapat dukungan dari pihak

perusahaan. Contohnya dengan memberikan bonus atau hadiah bagi awak

kapal, hal ini dapat merangsang motivasi dan semangat mereka untuk

bekerja dengan lebih giat dan bersungguh-sungguh dalam melaksanakan

tugas dan tanggung jawabnya. Bonus juga dapat berupa promosi jabatan

untuk menduduki kedudukan yang lebih tinggi pada kesempatan

berikutnya.

Perusahaan juga harus mempertimbangkan kebijakan fixed

overtime yang diterapkan sebelumnya, karena hal tersebut memberatkan

bagi para awak kapal. Diharapkan juga bagi pihak perusahaan untuk

membayar kelebihan waktu kerja yang ditetapkan bagi awak kapal,

sehingga mereka dapat bekerja dengan sungguh-sungguh karena pekerjaan

mereka dihargai oleh perusahaan. Demikianlah beberapa alternatif

pemecahan masalah diatas yang penulis tawarkan yang kesemuanya

dipaparkan dengan harapan dapat dipergunakan jika mendapat masalah

yang sama di kemudian hari, dan juga merupakan perbandingan terhadap

buku-buku atau referensi lain.

33
D. EVALUASI PEMECAHAN MASALAH

Alternatif pemecahan masalah yang paling tepat maka penulis akan

mengadakan evaluasi untuk semua kemungkinan solusi yang ditawarkan sehingga

kita mendapatkan solusi yang terbaik bagi pemecahan masalah, evalusi-

evaluasinya akan mempunyai dampak positif dan dampak negatif. Tetapi itu dapat

juga dijadikan pilihan dengan mempertimbangkan sekecil-kecilnya dampak

negatif yang mungkin timbul jika memilih solusi tersebut. Evaluasi adalah :

1. Penerapan standar pemeriksaan dan perawatan alat-alat

keselamatan

a. Penerapan manajemen perawatan yang baik. Manajemen

perawatan yang baik akan menghasilkan dampak-dampak berikut

bagi visi kapal, diantaranya adalah :

1) Pekerjaan diatas kapal akan lebih terorganisir

dan teratur

2) Pekerjaan perawatan akan lebih terprogram dan

hasil yang didapatkan akan lebih baik

3) Kondisi kapal akan lebih terkontrol dan lebih

baik

4) Dalam melakukan pekerjaan akan menjadi lebih

mudah karena sudah ada jadwal dan tujuan pekerjaan

b. Pengawasan yang ketat dan berkesinambungan

1) Akan menghasilkan kondisi yang terkontrol

diatas kapal.

34
2) Penurunan kondisi dari kondisi awal akan lebih

cepat terdeteksi.

3) Segala macam kesalahan atau keadaan yang tidak

memenuhi standar akan lebih mudah diketahui.

2. Peningkatan kemampuan awak kapal dalam melaksanakan

perawatan alat-alat keselamatan.

a. Sistem penerimaan dan penyeleksian yang selektif

diperusahaan

1) Mengetahui apakah perwira kapal sudah

memenuhi standar internasional dalam kompetensinya

menjalani pekerjaannya

2) Dengan penyeleksian yang lebih ketat, sehingga

pengetahuan dan keterampilan perwira akan lebih terjamin

3) Pengoperasian kapal akan lebih terjamin

4) Biaya yang relatif lebih murah

b. Pengenalan dan pemberian pengetahuan tentang alat-alat

keselamatan kepada seluruh awak kapal

1) Meningkatkan pengetahuan seluruh awak kapal

mengenai alat-alat keselamatan

2) Meningkatkan kesadaran awak kapal dalam

menjaga alat-alat keselamatan

3) Meningkatkan keterampilan awak kapal

35
4) Menjamin hubungan antara pimpinan dan

bawahan diatas kapal

5) Melatih dasar-dasar kepemimpinan bagi perwira

c. Pengontrolan kompetensi perwira kapal oleh pihak kapal

sendiri dan perusahaan

1) Perusahaan mendapatkan perwira kapal yang

berkualitas dan profesional

2) Perusahaan memiliki kepastian tentang

kemampuan setiap perwira diatas kapal

3) Perusahaan mengetahui tingkat kemampuan

perwira yang bekerja diatas kapal

4) Peningkatan produktifitas diatas kapal

5) Kemungkinan penambahan biaya bagi

perusahaan

3. Peningkatan perhatian perusahaan pelayaran dalam mendukung

pelaksanaan perawatan alat-alat keselamatan

a. Pemberian sanksi yang tegas

1) Membuat karyawan maupun awak kapal lebih

bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya

2) Perusahaan menjadi lebih perhatian akan

permintaan dari pihak kapal

3) Dapat melatih kepatuhan bawahan kepada

pimpinan

36
4) Membuat perintah lebih di dengar oleh bawahan

5) Pekerjaan akan selesai dengan hasil yang lebih

baik

b. Pemberian penghargaan bagi awak kapal

1) Menambah rasa keterikatan antara peusahaan dan

pegawainya

2) Meningkatkan semangat kerja yang positif diatas

kapal

3) Menambah dedikasih para pekerja diatas kapal

4) Membutuhkan biaya tambahan yang relatif lebih

besar

5) Terjadi kondisi yang kaku diatas kapal

4.Langkah-langkah perawatan

a. Untuk pemadam api jinjing

1) Memindahkan posisi pemadam api jinjing

tersebut, Posisi pemadam api jinjing yang semula terletak

di belakang panel kontrol generator dipindahkan kedekat

pintu masuk sebelah kanan dalam engine control room,

sehingga dapat memudahkan dalam pengecekan maupun

penggunaannya

2) Mengecek dengan lebih teliti. Mengadakan

pengecekan dengan lebih teliti dan mendetail, sehingga jika

ditemukan kerusakan-kerusakan maka dapat segera diambil

37
langkah-langkah perbaikan maupun perawatannya,

sehingga tidak terjadi kerusakan yang lebih parah.

Pengecekan dilakukan untuk mengetahui kondisi normal

pemadam api jinjing, antara lain :

a) Pelat tabungnya dalam keadaan baik,

tidak rusak dan tidak berkarat.

b) Selangnya tidak rusak dan pecah-pecah,

begitu juga dengan pipa pancar atau corongnya juga

tidak penyok atau pecah

c) Manometer petunjuk tekanan dalam

tabung pemadam harus dalam tanda batas “ Normal

“ dan dapat terbaca dengan jelas, tidak penyok atau

pecah

d) Katup penutup penyemburnya tidak

rusak, maupun tersumbat

3) Mengganti perlengkapanya yang telah rusak.

Penggantian pada perlengkapan yang telah rusak

merupakan jalan terakhir jika usaha perbaikan tidak

berhasil. Cara ini bertujuan pula untuk mempertahankan

kondisi awal dari suatu peralatan yang telah rusak.

4) Perawatan secara berkala. Perawatan secara

berkala merupakan salah satu cara untuk menjaga

kemampuan dan efisien suatu barang yang lebih ekonomis

38
dilihat dari segi biaya dibandingkan dengan melakukan

penggantian. Dalam hal ini perawatan yang dapat dilakukan

untuk mencegah keretakan maupun pecah-pecah pada

selang yang terbuat dari karet adalah dengan jalan

memberikan vaseline, yaitu semacam pelumas yang

bertujuan untuk menjaga elastisitas dari selang tersebut

agar tidak terjadi keretakan terutama pada bagian yang

tertekuk.

b. Untuk Breathing Apparatus ( B A )

1) Mengadakan pengecekan dengan lebih teliti.

Mengecek seluruh BA, baik yang digunakan oleh setiap

orang pada saat drill maupun yang berada di dalam foam

room, anjungan, Cargo Control Room, Engine Control

Room dan pump room. Pengecekan dilakukan untuk

mengetahui kondisi normal BA, antara lain :

a). Tekanan udara dalam tabung antara 180

hingga 200 bar.

b). Karet kaca masker dan karet pengatur

maskernya harus elastis, tidak putus ataupun retak-

retak.

c). Regulatornya harus dapat mengalirkan

ataupun menutup udara dari tabungnya dan tidak

ada kebocoran pada katup regulatornya.

39
d). Manometer penunjuk tekanan udara

dalam tabung harus dapat menunjukkan kuantitas

oksigen didalamnya, tidak rusak dan kacanya tidak

pecah atau retak.

Evaluasi pemecahan masalah yang berisi dampak-dampak yang mungkin

dapat terjadi jika kita mengambil pilihan alternatif pemecahan masalah yang telah

dijabarkan diatas.

40
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Keselamatan pelayaran merupakan faktor yang penting dalam mendukung

kelancaran pengoperasian kapal, karena hal tersebut berkaitan dengan

keselamatan kapal, muatan dan awak kapal dari kapal itu sendiri. Dan

keselamatan pelayaran pun perlu ditunjang dengan alat-alat keselamatan yang

terawat dengan baik, sehingga peralatan tersebut dapat digunakan dengan hasil

yang optimal jika digunakan sewaktu-waktu saat terjadi musibah diatas kapal.

Perawatan pada alat-alat keselamatan adalah tugas yang tidak memerlukan

ketelitian, karena sebelum bekerja diatas kapal, para perwira pasti telah

mendapatkan pengetahuan dan ilmu mengenai cara-cara mengawasi dan

memelihara alat-alat keselamatan tersebut. Pekerjaan ini sudah seharusnya

dilakukan secara rutin dan berkala dengan rasa tanggung jawab serta disiplin yang

tinggi, sehingga tujuan dari perwatan alat-alat keselamatan dapat dicapai dengan

baik. Perusahaanpun harus cepat dalam merespon permintaan dari pihak kapal, ini

bertujuan agar seluruh peralatan diatas kapal khususnya alat-alat keselamatan

dapat selalu dalam kondisi yang baik dan dapat dioperasikan dengan lancar

sewaktu digunakan. Dari masalah-masalah yang timbul pada bab terdahulu, maka

penulis mencoba memberikan beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Belum diterapkannya instruksi standar dalam pemeriksaan dan

perawatan pada alat-alat keselamatan.

41
2. Kurangnya kemampuan awak kapal dalam pelaksanaan perawatan alat-

alat keselamatan

3. Kurangnya perhatian perusahaan pelayaran dalam mendukung

pelaksanaan perawatan alat-alat keselamatan.

B. SARAN

Dari hasil penelitian atau kesimpulan diatas, maka penulis mencoba

memberikan saran-saran berupa usul-usul konkret bagi penyelesaian masalah

tersebut, yaitu :

1. Penerapan Instruksi Standar dalam pemeriksaan dan perawatan alat-

alat keselamatan.

2. Peningkatan kemampuan awak kapal dalam melaksanakan perawatan

pada alat-alat keselamatan

3. Peningkatan perhatian perusahaan pelayaran dalam mendukung

pelaksanaan perawatan alat-alat keselamatan

4. Pemberian penghargaan bagi awak kapal

42

Anda mungkin juga menyukai