Anda di halaman 1dari 3

mendeskripsikan perubahan-perubahan materi dan sebab-sebabperubahan tersebut”,

“Mendeskripsikan” bisa berarti banyak hal. Siswa bisa mendeskripsikan apa yang telah mereka
ingat, tafsirkan,jelaskan, atau buat. Mengingat, menafsirkan, menjelaskan, dan merumuskan
merupakan proses-proses yang sangat berbeda. Untuk meng-klasifikasikan tujuan, orang harus
dengan pasti menyimpulkanproses yang diinginkan oleh guru.
Demikian pula, dalam beberapa rumusan tujuan, kata bendanyatidak atau hanya
memberikan sedikit informasi tentang pengetahuanyang relevan. Masalah ini muncul terutama
dalam proses-proseskognitif yang kompleks. Coba perhatikan tujuan ini: “Siswa
belajarmengevaluasi tajuk rencana koran dan majalah”. Kata kerjanyaadalah “mengevaluasi”,
sementara kata bendanya ialah “tajukrencana koran dan majalah”. Sebagaimana telah kita
bicarakan pada Bab 2, tajuk rencana termasuk materi kurikulum atau materi pem-belajaran,
bukan pengetahuan. Dalam tujuan tersebut, pengetahuandisebutkan secara implisit-yakni
kriteria-kriteria yang akan diguna-kan siswa untuk mengevaluasi tajuk rencana (misalnya, ada
atautidaknya bias, kejelasan sudut pandangnya, logika argumennya).Maka dari itu, tujuan tadi
diklasifikasikan dalam kotak yang merupa-kan perpotongan antara kolom Mengevaluasi dan
baris Pengetahuan Konseptual.
Mesti dipastikan bahwa orang yang mengklasifikasikan tujuanharus membuat
kesimpulan. Silakan cermati dua tujuan berikut;tujuan pertama lebih gamblang, sedangkan
tujuan kedua harus disimpulkan.
Tujuan pertama adalah “Siswa dapat merencanakan satu unitpelajaran untuk pengajaran
tertentu” (Handbook, hlm. 171). Tujuan ini memadukan rencana unit pelajaran (kata benda) dan
tindakanmerencanakan (kata kerja). Di manakah letak yang tepat dari tujuanini dalam Tabel
Taksonomi? Rencana adalah model yang mengarah-kan tindakan yang akan dilakukan. Mengacu
pada Tabel 3.2, kita tahu bahwa “model” merupakan subjenis ketiga dari Pengetahuan
Konseptual, baris kedua dalam Tabel Taksonomi (yakni baris B). Merujuk pada Tabel 3.3, kita
tahu bahwa “merencanakan” adalah proses kognitif kedua dalam Mencipta, kolom keenam
dalam Tabel Taksonomi (kolom 6). Analisis ini mcmperlihatkan bahwa tujuan tersebut berada
dalam kotak yang merupakan perpotongan antara B, Pengetahuan Konseptual, dan kolom 6,
Mencipta. Jadi, tujuan mengharuskan siswa menciptakan pengetaltuan konseptual.
Tujuan kedua adalah “Siswa dapat mengenali sudut pandang atau bias penulis artikel
sejarah” (Handbook, hlm. 148). Dalam tujuan ini, kata bendanya adalah “artikel sejarah”. Seperti
buku teks dan esai, artikel sejarah merupakan materi kurikulum atau materi pembelajaran.
Pertanyaannya adalah artikel sejarah termasuk jenis penge{ahuan apa. Ada dua kemungkinan:
Pengetahuan Faktual atau Pengetahuan Konseptual. Pengklasifikasian jenis pengetahuan
bergantung pada (1) struktur artikelnya, (2) cara “pemaparan” artikelnya, atau (3) perpaduan
antara keduanya. Frasa verbalnya adalah “mengenali sudut pandang atau bias”, tetapi kata
kerjanya bukan “mengenali” Apabila kata kerjanya “mengenali”, kita masukkan tujuan itu
dalam kategori Mengingat. Akan tetapi, tindakan mengenali (yakni menentukan) sudut pandang
atau bias menggambarkan proses kognitif mrtengatribusikan (lihat Tabel 3.3). Mengatribusikan
merupakan bagian dari Menganalisis, kategori yang sangat kompleks. Lantaran artikel sejarah
dapat digolongkan sebagai Pengetahuan Faktual atau Pengetahuan Konseptual, kita dapat
menempatkan tujuan tersebut dalam dua kotak, satu yang merupakan perpotongan antara kolom
Mengfinalisis dan baris Pengetahuan Faktual (kotak A4), dan satunya yang merupakan
perpotongan antara kolom Menganalisis dan baris Pengetahuan Konseptual (kotak B4).
Masalahnya bisa menjadi lebih pelik bila guru mengajarkan kepada siswanya bagaimana
cara mengenali sudut pandang atau bias, dan materi pembelajaran ini merupakan Pengetahuan
Prosedural. Jika siswa didorong untuk menggunakan Pengetahuan Prosedural (seperti yang
diajarkan kepada mereka) dalam bidang seiarah, proses kognitifnya bukan Menganalisis,
melainkan Mengaplikasikan, Tujuan ini masuk dalam kotak C3.
Ringkasnya, Tabel Taksonomi dapat dipakai untuk mengategori tujuan-tujuan, disediakan
bagi orang-orang yang melakukan kategorisasi ini supaya mereka menarik kesimpulan Yang
tepat tentang tujuan-tujuan pendidikan. Lantaran langkah kategorisasi ini menyertakan proses
penarikan kesimpulan dan lantaran orang-orang boleh jadi mengakses informasi yang berbeda,
mereka dapat berbeda pendapat perihal ketepatan klasifikasi tujuan. Seperti dipaparkan pada bab
ini, sumber informasi yang paling jelas tentang tujuan pendidikan adalah rumusan tujuannya,
tetapi perlu diingat bahwa tujuan yang ditulis dan tujuan yang diajarkan dan diases mungkin
berbeda. Sumber-sumber informasi lain yang perlu dipelajari adalah hasil observasi di kelas,
hasil pemeriksaan terhadap soal-soal tes dan pertanyaan-pertanyaan asesmen Iain, dan diskusi
dengan atau sesama guru. Berdasarkan pengalaman kami, pemanfaatan banyak sumber informasi
ini menghasilkan klasifikasi tujuan yang sangat valid dan argumentatif.

MENGAPA TUJUAN PENDIDIKAN PERLU DIKATEGORIKAN?


Mengapa orang ingin mengategorikan tujuan-tujuan pendidikan? Apa manfaat kerangka
pikir kita ini dalam mengklasifikasikan tujuan-tujuan pendidikan? Kami mempunyai enam
jawaban atas kedua pertanyaan tersebut. Jawaban pertama adalah kategorisasi dalam kerangka
pikir ini memungkinkan para pendidlk mengkaji tujuan-tujuan pendidikan dari kacamata siswa.
Apa yang harus diketahui dan dapat dilakukan siswa untuk mencapai suatu tujuan? Apakah
cukup segepok fakta yang berlainan (Pengetahuan Faktual), ataukah siswa perlu mempelajari
struktur kohesif yang merangkai fakta-fakta ini (Pengetahuan Konseptual)? Apakah siswa harus
mampu mengklasifikasikan (Memahami), membedakan (Menganalisis), atau melakukan
keduanya? Kami mengajukan dan membahas pertanyaan-pertanyaan ini ketika mengkaji tujuan-
tujuan pendidikan dalam kerangka pikir ini untuk menjawab “pertanyaan tentang pembelajaran”
(lihat Bab 1).
Jawaban kedua ialah kategorisasi dengan kerangka pikir ini membantu para pendidik
memikirkan berbagai kemungkinan dalam bidang pendidikan. Inilah salah satu nilai penting dan
pokok dari Handbook, yang membuka kemungkinan-kemungkinan baru Lültuk mengajarkan dan
men-

Anda mungkin juga menyukai