Anda di halaman 1dari 8

NAMA : NUR RAHMA KARIM

NIM : B1A119188

KELAS : ALIH JENJANG 02

INTERAKSI HEREDITAS DAN LINGKUNGAN TERHADAP PENYAKIT

I. PENDAHULUAN

Terapi gen adalah salah satu teknik terapi yang digunakan untuk

memperbaiki gen-gen mutan (abnormal/cacat) yang bertanggungjawab

terhadap terjadinya suatu penyakit.

Pada awalnya, terapi gen diciptakan untuk mengobati penyakit

keturunan (genetik) yang terjadi karena mutasi pada suatu gen, seperti penyakit

fibrosis sistik.

Penggunaan terapi gen pada penyakit tersebut dilakukan dengan

memassukan gen normal ke dalam sel mutan. Terapi gen kemudian

berkembang untuk mengobati penyakit yang terjadi karena mutasi dibanyak

gen, seperti kanker. Selain memasukkan gen normal ke dalam sel mutan,

mekanisme terapi gen lain yang dapat digunakan adalah melakukan

rekombinasi homolog untuk melenyapkan gen abnormal dan gen normal,

mencegah ekspresi gen abnormal melalui teknik peredaman gen dan

melakukan mutasi balik selektif sehingga gen abnormal dapat berfungsi normal

kembali.
Banyak terdapat modalitas terapi untuk mengobati gangguan genetik

atau gejala yang ditimbulkannya, dari surveilans sampai terapi gen.

penatalaksanaan penyakit genetik bergantung pada masing-masing penyakit;

tidak ada terapi universal yang secara komprehensif dapat mengatasi semua

penyakit genetik. Dalam penatalaksanaan penyakit dilakukan modifikasi

terhadap faktor intrinsik dan ekstrinsik.

II. TUJUAN DAN CAPAIAN

a. Untuk mengetahui dan memahami terapi untuk gangguan genetik.

b. Untuk mengetahui dan memahami tentang farmakogenetik.

c. Untuk mengetahui dan memahami tentang proyek genom manusia.

III. TELAAH LITERATUR

(Menurut Buku Patofisiologi : Konsep Klinis Dan Proses-Proses

Penyakit, Vol. 1 Ed. 6 oleh : Sylvia A. Price dan Lorraine M. Wilson).

a. Terapi Untuk Gangguan Genetik

1) Penatalaksanaan Fenotipe

Yang lebih banyak ditangani umumnya adalah manifestasi

penyakit genetik, bukan kelainan penyebab. Bagi banyak penyakit

genetik, satu-satunya terapi yang tersedia adalah penatalaksanaan

fenotipe penyakit. Pengidap FK sering mengalami infeksi pernapasan

dan di terapi dengan antibiotik. Drainase postural dan terapi fisik

mengurangi kekentalan sekresi dan enzim-enzim pankreas mengatasi

insufisiensi pankreas yang dialami pasien fibrosis kistik. Pada penyakit

lain, mungkin dapat dilakukan intervensi bedah untuk mengatasi


anomali kongenital, seperti sumbing langit-langit dan cacat jantung

bawaan.

2) Modifikasi Makanan

Bagi sebagian penyakit genetik yang menyebabkan penimbunan

komponen metabolikyang tidak dimetabolisme, pengobatan didasarkan

pada modifikasi makanan. Fenilketonuria (PKU) adalah salah satu

contohnya. Pengidap PKU diterapi dengan diet rendah-fenilalanin yang

ketat untuk mempertahankan agar kadar fenilalanin dalam tubuh sesuai

kebutuhan. Insufisiensi fenilalanin menghambat tumbuh-kembang

normal, sedangkan fenilalanin yang berlebihan menyebabkan retardasi

mental. Modifikasi makanan dilakukan segera setelah diagnosis

ditegakkan, biasanya dalam beberapa minggu setelah lahir dan

dilanjutkan seumur hidup. Walaupun efektif, namun modalitas terapi ini

bukannya tidak menimbulkan beban, baik secara finansial maupun

emosional.

3) Terapi Sulih

Panyakit-penyakit genetik yang menyebabkan berkurang atau

tidak adanya produk protein diterapi dengan mengganti protein tersebut

(terapi sulih). Sebagai contoh, pasien hemophilia A kekurangan faktor

VII dengan derajat bervariasi. Faktor VII dapat ditransfusikan ke pasien

dengan menggunakan plasma donor atau faktor VII rekomendasi.

4) Surveilans
Uji genetik prasimtomatik bagi sejumlah penyakit menyebabkan

individu menyadari risiko mereka untuk suatu penyakit. Intervensi pada

situasi ini bukanlah suatu pengobatan per se; surveilans dilakukan

secara teliti untuk mendeteksi penyakit pada tahapnya yang paling dini

dan kemudian mengobati penyakit sejak dari awitannya. Individu

dengan mutasi BRCA1 (breast cancer gen 1) yang tidak terkena

penyakit segoyanya menjalani surveilans yang lebih ketat. Kerena

resiko mereka mengalami kanker payudara lebih besar daripada

populasi umum, maka surveilans dimulai pada usia lebih dini. Uji

prasimtomatik tersedia untuk beberapa penyakit genetik seperti HD, tapi

tidak ada pengobatan medis yang diketahui. Bagaimanapun,

pemantauan yang cermat untuk mencari ada-tidaknya gejala membantu

pemberian terapi paliatif.

5) Bedah Profilatik

Individu yang tidak terkena namun berisiko tinggi menderita

penyakit tertentu juga dapat diterapi secara profilaksis untuk

memperkecil kemungkinan timbulnya penyakit tersebut.

Adenopoliposis familial (APF) adalah suatu penyakit genetik yang

ditandai dengan pertumbuhan kolon yang disebut polip, secara difus dan

dalam jumlah banyak. Para individu ini secara bermakna mengalami

peningkatan risiko terjangkit kanker kolon dibandingkan populasi

umum. Terapi standar pada keadaan ini adalah pengangkatan kolon

secara bedah (kolektomi) untuk mengurangi atau mencegah timbulnya


kanker kolon. Modalitas ini juga tersedia untuk kanker genetik lain,

termasuk kanker payudara (pengangkatan payudara atau ovarium atau

keduanya secara bedah) dan kanker kolorektum nonpoliposis herediter

(kolektomi), walaupun umumnya pembedahan tidak mengurangi risiko

penyakit hingga 100%.

6) Terapi Gen

Pada terapi gen manusia (HGT), dilakukan insersi sebuah atau

satu set gen fungsional kedalam sel-sel somatik untuk menghasilkan

respons terapetik. Tujuan HGT adalah mengganti gen yang bermutasi

atau hilang didalam sel dengan gen yang benar, serta untuk mengubah

fungsi sel. Karena terapi sel-sel germinativum berpotensi mengubah

seluruh tatanan genetik seseorang dan keturunannya, maka terapi sel

germinativum saat ini belum diizinkan.

b. Farmakogenetik

Farmakogenetik adalah suatu bidang penelitian yang menarik

dengan potensi aplikasi klinis yang luas. Farmakogenetik adalah ilmu yang

mempelajari bagaimanaperbedaan genetik individual mempengaruhi

respons terhadap pengobatan. Respons pasien terhadap pengobatan tertentu

sering sangat bervariasi. Variasi respons ini mungkin sebagian besar

disebabkan oleh polimorfisme didalam gen-gen yang terlibat dalam

penyerapan, metabolisme dan eliminasi suatu obat.

Manfaat klinis farmakogenitik adalah kemampuan untuk

memprediksi respons seseorang terhadap obat dan demikian kita dapat


memberi terapi yang sesuai; tujuannya adalah untuk meresepkan obat yang

tepat dengan dosis dan waktu yang juga tepat. DNA microarray atau

teknologi chip DNA merupakan alat yang bermanfaat untuk

mengidentifikasi polimorfisme individual sehingga kita dapat membuat

rencana pengobatan yang disesuaikan setiap pasien.

c. Proyek Genom Manusia

Genetika sedikit banyak menyentuh dan mempengaruhi semua

penyakit pada manusia. Banyak perhatian dan kegairahan mengenai

genetika berasal dari Proyek Genom Manusia (HGP). Upaya internasional

dimulai pada tahun 1990 dengan tujuan mencakup konstruksi sebuah peta

fisik semua gen manusia, penentuan sekuensi lengkap genom manusia, dan

pengembangan teknologi-teknologi baru.

Pada bulan Februari 2001 disampaikan pengumuman bahwa

sekuensi genom manusia sudah berhasil diketahui. Arti hal itu yaitu urutan

nukleotida dari genom manusia keseleuruhan telah diketahui. Walaupun hal

ini sendiri merupakan pencapaian yang luar biasa, namun masih banyak

yang perlu dikerjakan. Sekuensi DNA mungkin diketahui, tetapi makna dan

fungsionalitas sebagian besar genom masih belum jelas.

Salah satu aspek pada HGP adalah pengembangan suatu program

yang disebut ELSI: Ethical, Legal, and social issues yang berkaitan dengan

genetika. Tujuan ELSI adalah meneliti dampak HGP dan meningkatnya

pengetahuan tentang genetim dalam konteks etika hukum, dan masyarakat.


Uji genetik menyebabkan timbulnya banyak pertanyaan dan isu mengenai

aspek tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Sylvia A. Price, Lorraine M. Wilson, 2003. Patofisiologi: Konsep Klinik Proses-


Proses Penyakit, Ed.6, Vol. 1. Penerbit Buku Kedokteran EGC :
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai