Oleh:
NIM 17613082
2020
i
STUDI LITERATUR
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA YANG MENGALAMI
GANGGUAN AKTIVITAS DENGAN MASALAH KEPERAWATAN
HAMBATAN MOBILITAS FISIK
Keperawatan
Oleh:
NIM 17613082
2020
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Telah disetujui untuk diujikan di hadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah pada
Tanggal:
Oleh:
Pembimbing 1 Pembimbing II
Mengetahui
NIDN. 0715127903
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah diuji dan disetujui oleh Tim Penguji pada Ujian Sidang di Program Studi
Ponorogo
Tim Penguji
Tanda Tangan
Mengetahui
NIDN. 0715127903
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
NIM : 17613082
orang lain baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang
Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
Ponorogo, 03 November
2019
Yang menyatakan
v
NIM 17613082
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
Fisik”. Studi Kasus ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas
bimbingan, asuhan serta dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
vii
6. Kedua orangtua yang senantiasa memberikan semangat baik moral
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas bantuan
Penulis menyadari bahwa proposal studi kasus ini masih jauh dari
Ponorogo, 03 November
2019
Yang menyatakan
NIM 17613082
viii
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Halaman Pengesahan iv
Kata Pengantar vi
Daftar Tabel xi
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.3 Tujuan 4
1.4 Manfaat 4
ix
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7
2.1.1 Definisi 7
2.2.2 Otot 20
2.3.1 Pengertian 23
2.3.2 Etiologi 23
2.3.4 Patofisiologi 23
2.4.1 Pengertian 23
2.4.3 Etiologi 24
2.5.5 Manfaat 30
x
2.4.6 Dampak Hambatan Mobilitas Fisik 30
2.5.1 Pengkajian 37
2.5.6 Implementasi 48
2.5.7 Evaluasi 48
3.1 Metode 50
3.5 Etika 53
DAFTAR PUSTAKA 54
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
DAFTAR SINGKATAN
HB : Hemoglobin.
xv
BAB 1
PENDAHULUAN
ini akan terjadi suatu proses yang di sebut proses penuaan atau Anging
atau lebih, karena faktor tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya
baik secara, sosial, jasmani, dan rohani (Nugroho, 2012). Memasuki usia tua
Perubahan normal akibat penuaan ini paling jelas terlihat pada sistem
gangguan kronis pada otot, tendon, dan saraf yang di sebabkan oleh pengguna
tenaga secara berulang, Gerakan secara cepat, beban yang tinggi, tekanan,
rasa nyeri serta rasa tidak nyaman pada otot. Perubahan patologis pada sistem
ermina.2016)
1
2
atau salah satu, atau semua ekstermitas yang mandiri dan terarah (Renata
tempat ke tempat yang lain atau ke satu posisi ke posisi yang lain. Hambatan
pada lansia. Dampak fisik dari sistem muskuloskeletal yang paling jelas
bervariasi (frustasi dan penurunan harga diri, apatis, menarik diri, regresi, dan
sistem muskuloskeletal telah diderita 151 juta jiwa di dunia dengan 24 juta
penyakit sebesar 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita. Prevalensi data
Prevalensi penyakit sendi di Jawa Timur juga cukup tinggi hingga mencapai
30,9% (Dinkes, 2018). Berdasarkan data yang di peroleh dari UPT PSTW
Magetan tahun 2019, di dapatkan data bahwa jumlah lansia yang berada di
kekuatan atau kesehatan, aerobik, sikap, mengatur posisi tubuh, pasien untuk
latihan ini menjadi salah satu bentuk latihan yang berfungsi dalam
pemeliharaan fleksibilitas sendi dan kekuatan otot pada lansia (Potter &
Perry, 2011).
terapi latihan pergerakan sendi, dan terapi latihan otot (NIC, 2015). Terapi
4
latihan otot adalah salah satu upaya pengobatan dalam fisioterapi yang
maupun pasif, tujuan dari terapi latihan adalah rehabilitasi untuk mengatasi
mobilitas fisik
fisik
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase
katakana lansia ialah apabila berusia 60 tahun ke atas atau lebih, karena
umur 60 tahun adalah permulaan tua. Menua bukanlah suatu dari penyakit,
tetapi menua merupakan suatu proses yang yang terus menerus yang
daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh
Dalam Buku Ajar Geriatri, Prof. Dr. R. Boedhi Darmojo dan Dr. H.
kehidupan seksualnya.
dan jaringan lain, hingga tubuh “mati” sedikit demi sedikit. Kecepatan
proses menua setiap induvidu pada orang tubuh tidak akan sama,
Adalakanya seseorang yang belum tergolong lanjut usia atau masih muda,
orang yang tergolong lanjut usia, penampilannya masih sehat, segar bugar
dan badan masi terlihat tegap. Walaupun demikian, harus di akui bahwa ada
beberapa penyakit yang sering dialami oleh lansia. Manusia secara lambat
dan progresif akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan akan
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah atau rusak.
zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat
oragan tubuh.
e. Teori stres
bahan organik seperti protein dan karbohidrat. Radikal bebas ini bisa
g. Teori program
mereka yamg aktif dan ikut bayak kegiatan sosial. Ukuran optimum
sistem sosial.
Dasar kepribadian atau tingkah laku yang tidak berubah pada lansia.
Pada teori ini menyatakan, teori yang terjadi pada sesorang lansia
3. Lansia resiko lebih adalah seorang yang berusia 60 tahun keatas dengan
masalah kesehatan.
5. Lansia tidak potensial adalah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,
manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial
pertama yang dialami adalah kulit di sekitar mata dan mulut, sehingga
Rambut semakin berubah dan kusus pada pria tak jarang terjadi
yang berat, terjadi penurunan visus, bahkan pada stadium lanjut hanya
(bibir, mulut dan ekspresi muka) pada lansia saat berbicara; berbicara
lemak kurang lebih 2% per dekade. Masa air berkurang sebesar 2,5%
per dekade.
4. Saluran cerna
lambung.
terganggu.
d) Dispepsia
6. Ginjal
7. Sistem kardiovaskuler
ikat.
8. Sistem Muskuloskeletal
teratur.
dan fraktur.
negatif.
d) Sendi: pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligamen
9. Sistem pernafasan
a. penurunan laju ekpirasi paksa satu detik sebesar kurang lebih 0,2
Muskuloskeletal terdiri dari kata Muskulo yang berarti otot dan kata
skeletal yang berarti tulang. Muskulo atau muscular adalah jaringan otot-
otot tubuh. Ilmu yang mempelajari tentang muskulo atau jaringan otot-otot
(Syaifuddin,2012)
3. Tendon (urat otot), yaitu kedua ujung yang mengecil, tersusun dari
jaringan ikat dan besrifat liat. Berdasarkan cara melekatnya pada tulang,
a) Origo, merupakan tendon yang melekat pada tulang yang tidak berubah
perintah dari otak), dan melekat pada rangka, misalnya yang terdapat
pada otot paha, otot betis, otot dada. Kontraksinya sangat cepat dan
inti yang terletak di tepi dan tersusun di bagian perifer. Serabut otot
2. Otot Polos
secara tak sadar). Jenis otot ini dapat ditemukan pada dinding berongga
seperti kandung kemih dan uterus, serta pada dinding tuba, seperti pada
Struktur mikroskopis otot polos yaitu memiliki bentuk sel otot seperti
Memiliki satu buah inti sel yang terletak di tengah sel otot dan
(Syaifuddin,2012).
3. Otot Jantung
20
yang sama dengan otot lurik. Otot ini hanya terdapat pada jantung.
Bekerja terus-menerus setiap saat tanpa henti, tapi otot jantung juga
inti sel yang terletak di tepi agak ke tengah. Panjang sel berkisarantara
menengadah.
b. Otot Sinergis
hidupnya.
1.3.2 Etiologi
berikut:
1) Kelainan Postur
5) Kekakuan otot
atau perlu bantuan alat ataupun dengan bantuan orang lain, dan
berjalan.
1.3.4 Patofisiologi
tergantung dari penyebab dari gangguan yang terjadi. Ada 3 hal yang
1. Kerusakan Otot
22
otot. Otot berperan sebagai sumber daya dan tenaga dalam proses
pergerakan jika terjadi kerusakan pada otot, maka tidak akan terjadi
pergerakan jika otot terganggu. Otot dapat rusak oleh beberapa hal
otak dan anggota gerak. Jadi, jika syaraf terganggu maka akan
gangguan mobilisasi.
atau salah satu, atau semua ekstermitas yang mandiri dan terarah (NANDA,
berpindah ke satu tempat ke tempat yang lain atau ke satu posisi ke posisi
pergerakan fisik secara mandiri baik secara aktual ataupun potensial dalam
lingkungan.
1. Gaya hidup
2. Ketidakmampuan
atau sakit, (misalnya paralisis akibat cidera atau gangguan pada medulla
otot).
3. Tingkat energi
Energi sangat di butuhan oleh banyak hal, salah satunya adalah untuk
mobilisasi, dalam hal ini cadangan dari energi yang di miliki masing-
4. Usia
1.4.3 Etiologi
1. Intoleransi aktifitas
otot dan tonus otot atau karena gangguan aktifitas sel. Lansia mengalami
kehilangan tonus otot atau masa otot akibat penuaan normal, tetapi juga
elastis. Oleh karena itu lansia memiliki volume tidal yang lebih sedikit
2. Nyeri
3. Gangguan Neuromuskular
dan fungsi seluruh dari bagian tubuh, dengan demikian, kontraksi dan
457-459)
4. Gangguan Muskuloskeletal
5. Gangguan Psikologis
Merupakan respon yang terjadi saat emosi yang terjadi saat stres
takut atau duka cita yang berlarut-larut akibat kehilangan yang menyertai
penuaan dapat membuat lansia yang sering kali harus menyesuaikan diri
baik, hubungan yang tidak cocok, dan nilai budaya yang tidak cocok.
Hambatan pada tipe ini biasanya muncul saat lansia dirawat dipanti.
7. Kurang pengetahuan
Induvidu sering kali tidak mampu mengelola penyakit atau cidera secara
lakukan. Selain itu lansia lebih mudah mengalami defisit kognitif akibat
penuaan normal dan juga dapat terjadi sekunder akibat penyakit yang
hambatan mobilitas.
9. Faktor latrogenik
dan terapi lain yang membatasi aktivitas, seperti pemberian cairan iv,
cidera atau penyakit, tetapi juga bias menyebabkan masalah yang serius,
1. Mobilisasi penuh.
secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan
2. Mobilitas sebagian
Batasan jelas, dan tidak mampu secara bebas, karena di pengaruhi oleh
28
gangguan saraf motorik dan sensorik. Hal ini dapat di jumpai pada
kebutuhan sehari-hari.
dari persendian
29
1. Dampak Fisiologik
padat. serat otot yang terkena mendadak dan atrofi karena tidak
produksi tulang.
d. Gangguan Kardiovaskuler
hanya atau dapat duduk di kursi. Efek kemunduran akan lebih berat
31
e. Ketidakseimbangan metabolik
ginjal terisi penuh sebelum urine mengalir ke ureter. Oleh karena itu,
32
h. Gangguan pernapasan
alveoli terisi penuh oleh udara dan dekat dengan sirkulasi darah dan
2. Dampak Psikologis
kebutuhan manusia berkaitan erat dengan konsep diri dan peran diri.
dan emosi dapat di ekspresikan secara berlebihan atau tidak tepat, termasuk
marah, apati, agresi, atau regresi. Isolasi dan ketergantunagn paksa dapat
3. Dampak Sosioekonomik
pasangan, orang tua, teman, karyawan, dan anggota kelompok sosial dan
hubungan tulang.
tulang yang terkena dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak atau
4) Pemeriksaan Laboratorium
Terapi yang dapat di lakukan antara lain (Potter and Perry (2012)
1) Kesejajaran Tubuh
yang tepat, dan memindahkan klien dengan posisi yang aman dari
kaki)
2) Mobilisasi Sendi
pada sendi dan kelemahan otot. Latihan-latihan itu, yaitu: Fleksi dan
rotasi bahu, fleksi dan ekstensi jari-jari, infersi dan efersi kaki fleksi
pangkal paha.
sistem tubuh.
2.5.1 Pengkajian
terbentuk hubungan yang baik dan saling percaya yang akan mendasari
a. Identitas
36
sistem muskuloskeletal.
b. Keluhan utama
Internasional,2015)
1. Keadaan umum
2. Kesadaran
3. Tanda-tanda vital
kerontokan rambut.
b. Mata
penggunaan kacamata.
c. Hidung
dan penciuman.
e. Dada
f. Abdomen
g. Ekstermitas
1) : Lumpuh
2) : Ada kontraksi
(Nugroho,2010)
5. Tingkat Depresi
6. Indeks Barthell
41
sistem muskuloskeletal
41
.
1 Gangguan mobilitas fisik b/d gangguan OUTCOME Dukungan mobilisasi
muskuloskeletal
Mobilitas Fisik meningkat Observasi
DEFINISI (L.05042) 1)Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
fisik lainnya
Keterbatasan dalam gerak fisik dari
satu atau lebih ekstremitas secara kriteria hasil: 2)Identifikasi adanya toleransi fisik saat
mandiri.
1)Pergerakan ekstremitas meningkat melakukan
PENYEBAB 2)Kekuatan otot meningkat )Monitor tekanan darah sebelum memulai
3)Rentang gerak (ROM) meningkat mobilitas
a. Kerusakan integritas struktur
tulang 4)Nyeri menurun 4)Monitor keadaan umum selama
b. Perubahan metabolisme
5)Kecemasan menurun melakukan mobilisasi
c. Ketidakbugaran fisik
d. Penurunan kendali otot 6)Kaku sendi menurun Terapeutik
e. Penurunan massa otot
7)Gerakan tidak terkoordinasi 1)Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat
f. Penurunan kekuatan otot
g. Keterlambatan perkembangan menurun bantu (misalnya pagar tempat tidur)
h. Kekakuan sendi
8)Gerakan terbatas menurun 2)Fasilitasi melakukan pergerakan , jika
i. Kontraktur
j. Malnutrisi 9)Kelemahan fisik menurun perlu
3)Libatkan keluarga untuk membantu
42
Objektif :
43
a.Sendi kaku
dengan masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik, peneliti memilih Tindakan non
farmakologi yaitu dengan Latihan ROM. Dari hasil penelitian terdahulu menurut
Samudro Isnianto, Ana Zakiyah M,Kep, Eka Nur So’emah s.Kep.Ns., M.Kes (2019)
bahwa pemberian latihan range of motion (ROM) pada lansia yang mengalami
Menurut Hermina Desiane Uda, Muflih, Thomas Aquino Erjinyuare Amigo (2016)
latihan ROM tidak memberikan perubahan pada kekuatan otot disebabkan pada penuaan
terjadi atrofi otot sehingga latihan ROM tidak dapat menjadi intervensi tunggal untuk
menangani penurunan kekuatan otot pada lansia. Menurut Junaidi Imron, Susi
Wahyuning Asih (2015) yaitu terdapat perbedaan yang cukup signifikan mengenai
peningkatan keaktifan fisik lansia antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
karena "Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obatnya, demikian pula
Allah menjadikan bagi setiap penyakit ada obatnya. Maka berobatlah kalian dan
janganlah berobat dengan yang haram." (HR. Abu Dawud dari Abud Darda` radhiallahu
'anhu). Hadits di atas menunjukkan bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya, dan
mengetahuaninya atau ahlinya. Tetapi obat dan dokter hanyalah cara kesembuhan,
sedangkan kesembuhan hanya datang dari Allah. Semujarab apapun obat dan sehebat
apapun dokternya, jika Allah tidak menghendaki kesembuhan, maka tidak akan
mendapat kesembuhan. Bahkan jika meyakini bahwa kesembuhan itu datang dari
44
selain-Nya, berarti ia telah rela keluar dari agama dan neraka sebagai tempat tinggalnya
Sebagaimana manusia yang arif danbijaksana tentunya kita tidak boleh lalai
dengan urusan duniawi semata, terlebih bagi mereka yang sudah masuk fase lanjut usia,
karena banyak yang harus kita siapkan baik secara dhohir maupun batin. Sebagaimana
Xوْ ِّس َكنُنُ ْه ِّر َم ُع ْننَ َموXُُِن ُولِ ْق َعيالَفَأ ِ ْق ْلَاْل ِ ِف
Artinya: Dan barang siapa yang kami panjangkan umurnya niscaya kami kembalikan
Maksud dari ayat di atas adalah bahwa siapa yang dipanjangkan umurnya
sampai usia lanjut akan dikembalikan menjadi lemah seperti keadaan semula. Keadaan
itu ditandai dengan rambut yang mulai memutih, penglihatan mulai kabur, pendengaran
sayu sayup sampai, gigi mulai berguguran, kulit mulai keriput, langkahpun telah gontai.
Ini adalah sunnatullah yang tidak bisa ditolak oleh siapapun. Siapa yang disampaikan
oleh Allah pada usia lanjut bersiaplah untuk mengalami keadaan seperti itu.
keperawatan yang telah di susun pada tahap intervensi dan perencanaan. Fokus
2016)
2.5.6 Evaluasi
45
sistematis yang terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah di
kemampuan klien untuk mencapai tujuan yang di sesuaikan dengan kriteria hasil
A : Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah
masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontraksi
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil Analisa pada respon klien
tidak berubah, rencana dimodifikasi jika masalah tetap dan semua tindakan sudah
masalah baru dan bertolak belakang dengan masalah yang ada serta diagnosa lama
dibatalkan, rencana atau diagnosa selesai jika tujuan sudah tercapai dan yang
(Hermanus,2015)
evaluasi: klien telah mencapai hasil yang ditentukan dalam tujuan, sehingga
1) Klien masih dalam proses mencapai hasil yang ditentukan, sehingga perlu
2) Klien tidak dapat mencapai hasil yang telah ditentukan, sehingga perlu
b. Membuat outcome yang baru, mungkin outcome pertama tidak realitis atau
perawat
tujuan sebelumny
45
Gangguan Muskuloskeletal
Keterangan:
Gangguan Aktivitas
= konsep utama yang ditelaah
3.1 Metode
penelitian yang dilakukan hanya berdasarkan atas karya tertulis, termasuk hasil
suatu penelitian. Pengumpulan data itu sendiri adalah suatu teknik yang dilakukan
3.2.1 Pengumpulan data sekunder yaitu melalui studi pustaka dengan membaca,
disimpulkan.
3.2.2 Data sekunder merupakan data pendukung yang bersumber dari literatur
46
BAB 4
PEMBAHASAN
berikut.
Amigo (2016) yang berjudul Latihan range of motion berpengaruh terhadap mobilitas
fisik pada lansia di balai pelayanan sosial tresna werdha unit abiyoso Yogyakarta yang
membahas tentang bagaimana pengaruh Latihan ROM terhadap mobilitas fisik pada
lansia di balai pelayanan Sosial Tresna Werdha Unit Abiyoso Yogyakarta. Metode
yang di gunakan penulis adalah kualitatif dengan pendekatan action research yang
bertujuan untuk melakukan perubahan pada suatu masalah dengan memberikan sebuah
intervensi atau tindakan yang dipantau oleh peneliti sehingga hasil dari perubahan
tersebut dapat dimanfaatkan pada penelitian ini jumlah sample adalah seluruh lansia di
Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Unit Abiyoso Yogyakarta dengan jumlah
51
52
ROM dan Sesudah Latihan ROM P1, P3, P4, bahwa latihan ROM tidak
atrofi otot sehingga latihan ROM tidak dapat menjadi intervensi tunggal untuk
menangani penurunan kekuatan otot pada lansia. Latihan ROM harus juga
berjudul Pengaruh Latihan ROM aktif terhadap keaktifan fisik pada lasia di
eksperimental. Desain penelitian ini menggunakan pre test and post test with
control design, di mana Pada kedua kelompok diawali dengan pre-test, dan
Intervensi yang di berikan pada lansia adalah seperti latihan ROM tulang leher
bergantian, ROM tulang lumbal yakni dengan menyentuhkan kaki dengan jari
jari tangan kemudian di rentangkan secara lambat, ROM tangan yakni dengan
membengkokkan tangan ke arah bawah, atas dan arah luar, pemebrian latihan
ROM aktif di lakukan selama 30 menit selama 1 minggu dua kali untuk
Berdasarkan hasil penelitian ini adalah sesuai yang tertera pada tabel 5.4 yakni
fisik pada lansia antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, dan dapat
latihan ROM aktif terhadap keaktifan fisik pada kelompok lansia Nusa Indah
Kabupaten Jember.
fleksibilitas sendi pada lansia si Panti Sosial Tresna Werda Minaula Kendari,
sendi pada lansia di panti sosial Tresna Werda Minaula Kendari. Metode yang
di gunakan dalam penelitian ini adalah pre eksperimen dengan pendekatan one
sampling. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan cara
cara pemberian Range of Motion ROM pada sendi lutut, kaki, dan mata kaki
yakni pagi dan sore, di lakukan selama 10-20 menit selama 1 bulan, setelah itu
ini adalah sesuai dengan penelitian Soempeno, dkk (2007) tentang “Pengaruh
Latihan Rnge of Motion ROM Pasif terhadap fleksibilitas sendi lutut pada
pada fleksi lutut kanan dan kiri dan antara pengukuran pertama -ketiga pada
fleksi sendi lutut kiri. Adanya pergerakan pada persendian akan menyebabkan
nutrisi yang memungkinkan tulang untuk bergerak dengan lancar dan tanpa
Latihan ini baik ROM aktif maupun pasif merupakan tindakan pelatihan untuk
yaitu: Fleksi dan ekstensi pergelangan tangan, fleksi dan ekstensi siku, pronasi
dan supinasi lengan bawah, pronasi fleksi bahu, abduksi dan adduksi, rotasi
bahu, fleksi dan ekstensi jari-jari, infersi dan efersi kaki fleksi dan ekstensi
pergelangan kaki, fleksi dan ekstensi lutut, rotasi pangkal paha (Potter and
Perry (2012)
Berdasarkan data dan fakta dari penelitian dan teori yang ada peneliti
Wahyuning Asih (2015), dan Sahmad, Reni Yunus, Andi Sarmawan (2016)
sudah sesuai dengan teori yang ada. Penulis sudah memaparkan latar belakang,
tujuan, metode, tindakan dan hasil penelitian yang cukup jelas. Dari penelitian
sendi dengan cara latihan Range Of Motion ROM aktif ataupun pasif
berdampak baik pada pasien yang mengalami kelemahan otot dengan cara
pemberian Range of Motion (ROM) pada sendi lutut, kaki, dan mata kaki yang
yakni pagi dan sore, di lakukan selama 10-20 menit selama 1 bulan.
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, Lilik, Ma’rifatul. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Jogjakarta: Graha
Ilmu
Dinkes. 2014. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur 2011. Diakses dari
http://www.dinkesjatengprov.go.id/profil-kesehatan-provinsi-jawa-timur-2011.
pada 27 April Pukul 20.00 WIB
Ernawati. (2012). Buku Ajar Konsep dan Aplikasi Keperawatan Dalam Pemenuhan
Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Trans Info Media.
Hidayat, A.A. (2014). Metode Penelitian Kesehatan (Edisi Revisi). Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Maas, M. L., Buckwalter, K. C., & Titler, M. G (2011). Asuhan Keperawatan Geriatrik.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Maryam, R. Siti, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatanya. Jakarta: Selemba
Medika.
Moorhead, Sue, dkk.2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi Kelima. Edisi
Bahasa Indonesia. Indonesia: Elsevier.
Mubarak, W.I., Indrawati, L., &Susanto, J. (2015). Buku Ajar Keperawatan Dasar.
Jakarta: Selemba Medika
Mutaqin. Arif & Kumala, Sari. (2010). Asuhan Keperawatan Perioperatif: Konsep,
Proses dan Aplikasi. Jakarta: Selemba Medika
Nugroho, Wahyudi. (2012). Keperawatan Gerontik & Geriatrik, Ed. 3. Jakarta: EGC.
Potter & Perry 2009. Buku Ajar Funda Mental Keperawatan Konsep, Proses dan
Praktik. Edisi 4 volume. Jakarta:EGC
Syaifuddin, Drs. Dalam Skripsi. Akbar, Nur, M. (2016). Hubungan Posisi dan Masa
Kerja Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal Pada Perawat. Skripsi. Prodi
S1 Kedokteran Universitas Islam Negeri Alauddin Makasar.
Tanto, C., Liwang, F., Hanifan, S., & Pradipta, E. A. (2014). Kapita Selekta Kedokteran
Essentials of Medicine. Jakarta: Media Aesculapius.
52
Uda, Hastini., Muflih., Thomas. 2016. Latihan Range of Motion Berperan Terhadap
Mobilitas Fisik pada Lansia. Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia. 4.(3). 169-
177
53
54