Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN

PERILAKU KEKERASAN
KEPERAWATAN JIWA PROFESI NERS
 

DISUSUN OLEH :

Satria Yosi Hernawan

(1908209)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2020
LAPORAN

PENDAHULUAN

A. Masalah Utama

Perilaku Kekerasan

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Proses terjadinya masalah pada PK
a. Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan adalah sua tu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psiklogis. Berdasarkan definisi
tersebut maka perilaku kekerasan dapat dilakukakn secara verbal,
diarahkan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Perilaku
kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu sedang berlangsung
kekerasan atau perilaku kekerasan terdahulu (riwayat perilaku
kekerasan). Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik
kepada diri sendiri maupun orang lain dan lingkungan yang dirasakan
sebagai ancaman (Kartika Sari, 2015:137).

Tanda dan gejala


Data obyektif :

1) Mata merah
2) Pandangan tajam
3) Otot tegang
4) Nada suara tinggi
5) Suka berdebat
6) Sering memaksakan kehendak
7) Merampas makanan, memukul jika tidak senang

Data subyektif

1) Mengeluh merasa terancam


2) Mengungkapkan perasaan tak berguna
3) Mengungkapkan perasaan jengkel
4) Mengungkapkan adanya keluhan fisik, berdebar-debar, merasa
tercekik, sesak dan bingung

b. Harga Diri Rendah (HDR)


Salah satu komponen konsep diri yaitu harga diri dimana harga diri
adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri (Keliat, 2001).
Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak
berarti, rendah diri, yang menjadikan evaluasi negatif terhadap diri
sendiri dan kemampuan diri (keliat, 2011). Harga diri rendah
situasional merupakan perkembangan persepsi negatif tentang harga
diri sebagai respons seseorang terhadap situasi yang sedang dialami.
(Wilkinson, 2012).
Harga diri rendah merupakan evaluasi diri dan perasaan tentang
diri atau kemampuan diri yang negative terhadap diri sendiri,
hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal dalam mencapai
keinginan(Herman, 2011). Gangguan harga diri dapat dijabarkan
sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, yang menjadikan
hilangnya rasa percaya diri seseorang karena merasa tidak mampu
dalam mencapai keinginan.(Fitria, 2009).

Tanda dan Gejala HDR


Menurut Carpenito, L.J (1998 : 352); Keliat, B.A (1994 : 20)
1) Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat
tindakan terhadap penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena
rambut jadi botak setelah mendapat terapi sinar pada kanker
2) Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan
terjadi jika saya segera ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek
dan mengkritik diri sendiri.
3) Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak
mampu, saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa
4) Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin
bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri.
5) Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya
tentang memilih alternatif tindakan.
6) Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan
yang suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.( Yosep,
2009)

c. Proses Terjadinya Masalah Resiko Mencederai Diri Sendiri


Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan –
tindakan berbahaya bagi dirinya, orang lain, dan lingkungan,
misalnya menyerang orang lain, memecahkan perabot, membakar
rumah dan lain – lain. Resiko menciderai merupakan  suatu tindakan
yang kemungkinan dapat melukai/mrmbahayakan diri, orang lain
dan lingkungan. Resiko mencederai diri sendiri merupakan suatu
tindakan yang memungkinkan pasien dapat melakukan perilaku
kekerasan yang beresiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan.

Tanda dan Gejala


Data subjektif
Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain, ingin
membunuh, ingin membakar atau mengacak-acak lingkungannya.

Data objektif
Klien mengamuk, merusak dan melempar barang-barang,
melakukan tindakan kekerasan pada orang-orang disekitar.

C. Pohon Masalah

Resiko mencederai diri


sendiri, orang lain dan
lingkungan

Perilaku kekerasan

Gangguan konsep diri :


harga diri rendah

D. Masalah Keperawatan Yang Muncul Dan Data Yang Perlu Dikaji


1. Masalah Keperawatan Yang Muncul

Masalah keperawatan di tetapkan sesuai dengan data yang di dapat.


Diagnose keperawatan risiko perilaku kekerasan di rumus kanjika pasien
saat ini tidak melakukan perilaku kekerasan, tetapi pernah melakukan
perilaku kekerasan dan belum mempunyai kemampuan
menecegah/mengendalikan perilaku kekerasan tersebut. Masalah
keperawatan yang biasa muncul pada pasien dengan perilaku kekerasan,
Menurut(Wati, 2010) Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan:

a) Perilaku Kekerasan
b) Harga Diri Rendah
c) Resiko Mencederai Diri Sendiri
2. Data Yang Perlu Dikaji
a. Perilaku Kekerasan
Data obyektif :
1) Mata merah
2) Pandangan tajam
3) Otot tegang
4) Nada suara tinggi
5) Suka berdebat
6) Sering memaksakan kehendak
7) Merampas makanan, memukul jika tidak senang
Data subyektif
1) Mengeluh merasa terancam
2) Mengungkapkan perasaan tak berguna
3) Mengungkapkan perasaan jengkel
4) Mengungkapkan adanya keluhan fisik, berdebar-debar, merasa
tercekik, sesak dan bingung.
b. HDR
Data subyektif:
Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu
apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan
malu terhadap diri sendiri.
Data obyektif:
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.
c. Resiko Mencederai Diri Sendiri
Data subjektif
Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain, ingin
membunuh, ingin membakar atau mengacak-acak lingkungannya.
Data objektif
Klien mengamuk, merusak dan melempar barang-barang,
melakukan tindakan kekerasan pada orang-orang disekitarnya.
STRATEGI PELAKSANAAN

PERILAKU KEKERASAN 1

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi pasien
a. klien sudah dapat mengontrol perasaan marahnya
b. klien sudah dapat mengenal penyebab marahnya
2. Tujuan
a. klien mampu mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
b. klien mampu mengungkapkan rasa marah dengan cara menarik nafas
dalam dan memukul bantal
B. Strategi Pelaksanaan Pada Pasien
1. Sp 1 Pada Pasien
a) Identifikasi penyebab, tanda & gejala, PK yang dilakukan, akibat PK
b) Jelaskan cara mengontrol secara fisik
a. Orientasi:
“Selamat Pagi pak, perkenalkan nama saya langgeng aldianto, panggil
saya aldi saya mahasiswa Keperawatan dari Stikes karya husada semarang
yang akan praktek disini selama 5 minggu. Hari ini saya dinas pagi dari
pkl. 08.00-16.00. Saya yang akan merawat bapak selama Bapak di rumah
sakit ini. Nama bapak siapa, senangnya dipanggil apa?”
“Bagaimana perasaan bapak saat ini?, Masih ada perasaan kesal atau
marah?”
“Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang perasaan marah
bapak”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang?” Bagaimana kalau 10
menit?
“Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, pak? Bagaimana
kalau di ruang tamu?”

b. Fase Kerja :
“Apa yang menyebabkan Bapak marah?, Apakah sebelumnya bapak
pernah marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang?.
“Pada saat penyebab marah itu ada, seperti bapak pulang ke rumah dan
istri belum menyediakan makanan(misalnya ini penyebab marah pasien),
apa yang bapak rasakan?”
“Apakah Bapak merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-debar,
mata melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”
“Setelah itu apa yang bapak lakukan?. Apa kerugian cara yang bapak
lakukan? Maukah bapak belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan
baik tanpa menimbulkan kerugian?”

”Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, pak. Salah satunya


adalah dengan cara fisik dan pukul bantal. Jadi melalui kegiatan fisik
disalurkan rasa marah.”
”Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?”
”Begini pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah bapak rasakan maka
bapak berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu
keluarkan/tiup perlahan –lahan melalui mulut seperti mengeluarkan
kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup
melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, bapak sudah bisa
melakukannya. Bagaimana perasaannya?”
“Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila
sewaktu-waktu rasa marah itu muncul bapak sudah terbiasa
melakukannya” 
c. Terminasi :
“Oya Pak, karena sudah 10 menit, apakah perbincangan ini mau diakhiri
atau dilanjutkan?”
“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang
kemarahan bapak?”
”Iya jadi ada 2 penyebab bapak marah ........ (sebutkan) dan yang bapak
rasakan ........ (sebutkan) dan yang bapak lakukan ....... (sebutkan) serta
akibatnya ......... (sebutkan)
”Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah bapak yang
lalu, apa yang bapak lakukan kalau marah yang belum kita bahas dan
jangan lupa latihan napas dalamnya ya pak. ‘Sekarang kita buat jadwal
latihannya ya pak, berapa kali sehari bapak mau latihan napas dalam?, jam
berapa saja pak?”
”Baik, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang dan kita latihan cara yang
lain untuk mencegah/mengontrol marah. Tempatnya disini saja ya pak”
STRATEGI PELAKSANAAN

PERILAKU KEKERASAN 2

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Pasien
a. Klien sudah dapat membina hubungan saling percaya dengan
perawat
b. Klien dapat mengenal peyebab marah
2. Tujuan Khusus
a. Klien mampu mengidentifikasi tanda gejala perilaku kekerasan
b. Klien mampu mengontrol perilaku kekerasan dengan cara minum
obat
B. Strategi Pelaksanaan Pada Pasien
1. Sp 2 pada pasien : latih cara mengontrol pk dengan obat ( jelaskan 6
benar : jenis, guna, dosis, frekuensi, cara kontiunetas minum)
a. Orientasi
“selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya kemarin hari ini kita ketemu
lagi.” “bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik nafas dalam nya ?
apa yang bapak rasakan setelah melakukan latihan secara teratur?. coba
kita lihat cek kegiatanya.”
“bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan minum obat yang
benaruntuk mengontrol rasa marah ?”.
“dimana enaknya kita berbincang-bincang ? bagaimana kalau ditempat
kemarin?”.
“berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang ? bagaimana kalau 15
menit”.
b. Fase Kerja
“ bapak sudah dapat obat dari dokter?” berapa macam obat yang bapak
minum? warnanya apa saja? bagus! jam berapa bapak minum? bagus!
“obatnya ada 3 macam ya pak, yang warnanya orange namanya CPZ
gunanya agar pikirannya tenang, yang putih itu namanya THP agar
rileks, dan yang merah jambu ini namanya HLP agar pikiran teratur dan
rasa marah berkurang. semuanya ini harus diminum 3Xsehari jam 7 pagi,
jam 1 siang dan jam 7 malam”.
“bila nanti setelah minum obat mulut bapak terasa kering, untuk
membantu mengatasinya mas bisa minum air putih yang tersedia
diruangan .”
“nanti dirumah sebelum minum obat ini mas lihat dulu label dikotak obat
apakah benar nama mas tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum,
jam berapa saja yang harus diminum. baca juga apakah nama obatnya
sudah benar? disini minta obatnya pada suster kemudian cek lagi apakah
benar obatnya!.
“sekarang kita masukan waktu minum obatnya kedalam jadwal ya pak”.
c. Terminasi
“ bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara
minum obat yg benar?”
“coba bapak sebutkan lagi jenis obat yang bapak minum! bagaimana
cara minum obat yang benar?”
“nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari?.
sekarang kita tambahkan jadwal kegiatanya dengan minum obat. jangan
lupa laksanakan semua dengan teratur ya?”
“baik, besok kita ketemu kembali untuk melihat sejauh mana mas
melaksanakan kegiatan dan sejauh mana dapat mencegah rasa marah.
sampai jumpa”
STRATEGI PELAKSANAAN

PERILAKU KEKERASAN 3

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Pasien
a. Klien sudah mengetahui perasaan marah dan akibat tindakan yang
dilakukan saat marah, klien tenang dan kooperatif.
2. Tujuan Khusus
a. Memilih cara yang konstruktif
b. Mendemonstransikan satu cara marah yang konstruktif
B. Strategi pelaksanaan pada pasien
1. Sp 3 Pada Pasien
a) latihan cara mengontrol PK secara verbal dengan cara
mengungkapkan, meminta, menolak dengan benar
a. Orientasi
“selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya kemarin hari ini kita ketemu
lagi.” “bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik nafas dalam nya ?
apa yang bapak rasakan setelah melakukan latihan secara teratur?. coba
kita lihat jadwal kegiatanya.”
“bagus, nah kalau tarik nafas dalamnya dilakukan sendiri tulis M, artinya
mandiri; kalau diingatkan suster baru dilakukan tulis B, artinya dibantu
atau diingatkan, nah kalau tidak dilakukan tulis T, artinya belum bisa
dilakukan.
“bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untu mencegah
marah?”
“dimana enaknya kita berbincang-bincang? bagaimana kalau ditempat
yang sama ?”
“berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? bagaimana kalau 15
menit?”

b. Fase Kerja
“sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah.
kalau marah sudah disalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur
bantal dan sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang
membuat kita marah. ada tiga cara pak :
1. meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara rendah serta
tidak menggunakan kata-kata kasar. kemarin bapak bilang penyebab
marahnya karena minta uanga sama istri tidak diberi. coba bapak
minta uang dengan baik:” bu, saya perlu uang intuk membeli rokok.”
nanti bosa dicoba disini untuk meminta baju, minta obat dan lain-
lain. coba bapak praktekkan . bagus pak”.
2. menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin
melakukanya, katakan:”maaf, saya tidak bisa melakukanya karena
saya sedang ada kerjaan”. coba bapak praktekkan. bagus pak.”
3. mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lainyang
membuat kesal bapak dapat mengatakan” saya jadi ingin
marahperkataanmu itu “. coba praktekkan pak. bagus “.
c. Terminasi
“ bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara
mengontrol marah dengan bicara yang baik?”
“coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang sudah kita pelajari
?”
“bagus sekali, sekarang mari kita masukkan dalam jadwal. berapa kali
sehari bapak mau latihan bicara yang baik?” bisa kita buat jadwalnya?”
“coba masukkan dalam jadwal latihan sehari-hari, misalnya minta obat,
uang, dll. bagus nanti dicoba ya pak !”
“bagaimana kalau 2 jam lagi kita ketemu lagi ?”
“nanti membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah bapak yaitu
dengan cara ibadah, bapak setuju ? mau dimana pak ? disini lagi ? baik
sampai nanti ya

STRATEGI PELAKSANAAN

PERILAKU KEKERASAN 4

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Pasien
a. Klien mengetahui cara mengungkapkan marah yang sehat
b. Klien dapat mempraktikan cara beribadah
2. Tujuan Khusus
a. Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan
b. klien dapat mengontrol marah dengan cara beribadah
B. Strategi pelaksanaan pada pasien
1. Sp 4 pada pasien
a) diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik
b) latihan sholat dan berdoa
a. Orientasi
“ selamat pagi pak , sesuai dengan janji saya 2 jam yang lalu sekarang saya
datang lagi” baik, yang mana yang mau dicoba?”
“bagaimana pak, latihan apa yang sudah dilakukan? apa yang dirasakan
setelah melakukan latihan secara teratur? bagus sekali, bagaimana rasa
marahnya”
“ bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain utnuk mencegah rasa marah
yaitu dengan ibadah?”
“dimana enaknya kita berbincang-bincang? bagaimana kalau ditempat tadi?”
“ berapa lama bapak mau kita berbincang-bicang? bagaimana kalau 15 menit?
b. Fase kerja
“ coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa bapak lakukan! bagus. baik, yang
mana yang mau disoba?
“ nah , kalau bapak sedang marah coba bapak langsung duduk dan tarik napas
dalam. jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. jika tidak
reda juga, ambil air wudhu kemudian solat”.
“bapak bisa melakukan solat secara teratur untuk meredakan kemarahan.”
“coba bapak sebutkan solat lima waktu? bagus. mau coba yang mana? coba
sebutkan caranya (untuk yang muslim).
c. Terminasi
“ bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang ke
empat ini?”
“jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? bagus”.
“ mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan bapak. mau
berapa kali bapak solat. baik kita masukkan solat.... dan....(sesuai kesepakatan
pasien)
“ coba bapaka sebutkan lagi cara ibadah yang dapat bapak lakukan bila bapak
merasa marah”
“ setelaj ini coba bapak lakukan jadwal solat sesuai jadwal yang telah kita
buat tadi”
“ besok kita ketemu lagi ya pak, nanti kita bicarakan mau jam berapa besok?
seperti sekarang saja, jam 10.00 ya?”
DAFTAR PUSTAKA

Aljazuli. 2015. Asuhan Keperawatan Dengan Perilaku Kekerasan. Dikutip dari :


https://aljazuli99.blogspot.com/2015/03/askpe-perilaku-kekerasan.html .
Diunduh pada 13 November 2017.
Direja, A. H. 2011. Buku ajar keperawatanjiwa. Yogyakarta: Nuhamedika.
Keliat, B. A. 2012. Keperawatankesehatanjiwakomunitas.jakarta: EGC.
Keliat, B. A. 2012. Model praktikkeperawatanprofesionaljiwa.jakarta: EGC.
Mubarok, Sofa. 2013. Askep Jiwa Dengan Perilaku Kekerasan. Dikutip dari :
http://keperawatanprofesionalislami.blogspot.co.id/2013/02/askep-jiwa-
dengan-perilaku-kekerasan.html . Diunduh pada 13 November 2017
Prasetyo, Rio. 2016. Laporan Pendahuluan : Perilaku Kekerasan. Dikutip dari :
http://io-note.blogspot.co.id/2016/11/laporan-pendahuluan-lp-
keperawatan-jiwa-perilaku-kekerasan-pk.html . Diunduh pada 14
November 2017.
Vetra, Dayat. 2013. Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan. Dikutip dari :
https://dayatvetra.wordpress.com/2013/06/03/askep-perilaku-kekerasan/ .
Diunduh pada 13 November 2017.

Anda mungkin juga menyukai